Anda di halaman 1dari 22

GENESA ENDAPAN NIKEL

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra
basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat
diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara
unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat
pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi batuan
serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari
udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara
dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil
(olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si
cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam
larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk
mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama
mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya
bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk
endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat
dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah
atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras.
Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit
yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang
terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan
diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk
antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan
(root of weathering).

Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

a. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya
endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini
pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak di antara
batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah
larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

b. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.

c. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia


adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses
pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting di dalam
proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan
dapat mengubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi
daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih dalam
dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan akumulasi air hujan
akan lebih banyak humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk,
dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk
menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

d. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui,
batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga
penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

e. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat memengaruhi sirkulasi air


beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi
lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini
menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah
yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada
air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

f. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :

1. Iron Capping : Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya.
Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat
rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup
rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan
limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah.
Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Limonite Layer : Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan
lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan,
meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan
beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-
mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari
pelapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi
dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal,
dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam
mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite,
chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

3. Silika Boxwork : putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan
sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,
magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari
nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.

4. Saprolite : Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa
oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang
masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah
sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin,
krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki
kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa
batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite,
nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork,
bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral
quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan, chlorite.
Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau
kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

5. Bedrock : bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar
dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan
batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya
merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada rekahannya
telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas
batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi.Zona ini
terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika.
Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade
Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Secara umum endapan nikel laterit terbentuk pada daerah Indonesia bagian timur. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi terbentuknya endapan ini, mulai dari iklim, topografi, batuan asal,
struktur, reagen-reagen kimia, vegetasi hingga waktu pembentukan. Kesemuanya ini akan
saling berhubungan satu sama lain dalam proses pembentukan endapan nikel laterit. Bila
ditinjau dari segi kondisi topografi, maka faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap
pembentukan endapan nikel laterit dan juga sangat berpengaruh terhadap ketebalan endapan
yang dapat terbentuk. Kondisi topografi akan berpengaruh terhadap kedalaman muka air tanah,
dan aliran air dibawah permukaan. Aliran air ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan
endapan nikel laterit, dimana bila tidak ada aliran air yang mengalir maka tidak akan ada unsur-
unsur yang terbawa dan terendapakan bersamaan dengan aliran air tersebut. Hal ini akan
mengakibatkan tidak terbentuknya endapan nikel laterit.

Untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih berarti dalam kegiatan eksplorasi maka
dilakukan pemodelan dari berbagai data eksplorasi (data eksplorasi Pulau Gee dan Pulau Pakal)
sehingga diperoleh suatu hipotesa tentang kondisi yang paling ideal sebagai tempat
pembentukan endapan nikel laterit. Hipotesa ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk
dapat melakukan suatu kegiatan eksplorasi (dalam hal ini aktivitas pemboran) yang lebih baik
dan lebih efisien.

Dari pengolahan data diperoleh suatu kesimpulan bahwa pada daerah dengan kemiringan yang
sangat landai horizon yang akan terbentuk adalah top soil dan juga akan terjadi perulangan
profil, kecuali pada daerah pengamatan ini banyak ditemukan rekahan. Pada daerah dengan
kondisi topografi yang sangat terjal tidak akan ditemukan adanya endapan nikel laterit. Hal ini
dikarenakan aktivitas utama yang terjadi pada daerah ini adalah pengikisan oleh erosi air.
Daerah yang paling ideal sebagai tempat pembentukan endapan nikel laterit adalah daerah
dengan kondisi kemiringan topografi antara 35% sampai 52%.

Genesa Umum Nikel LateritBerdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi
2 macam, yaitu endapan sulfida nikel

tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentukakibat injeksi magma dan konsentrasi
residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukanbatuan beku ultramafik yang sering disebut endapan
nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan
induk yangmengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut
akanterusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis
besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa.Air permukaan yang
mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material

material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai padazona pelindihan,
dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan
kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral

mineral yang tidak stabil seperti olivin /serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan
terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral

mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992).Boldt (1967),
menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin),
dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat,
yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah
dipengaruhi oleh pelapukan lateritik.Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan
tumbuh

tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan
silika kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel

partikel silika yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan
mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan
membentuk mineral

mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobaltdalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap
dekat dengan permukaan tanah.Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang
mudah larut dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta
membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan
Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi
akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di

zona limonit dan terikat sebagai mineral mineral oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan
Goetit (Hasanudin, 1992)
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa Ni-Silikat.
Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di
Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia
memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara
penghasil nikel laterit yang utama. Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh
beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, airtanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan
kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral.

Genesa Umum NikelLaterit Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu endapan sulfida nikel tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat
injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang
sering disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat
terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang
mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat
jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa. Air permukaan yang
mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material material organis di permukaan
meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah
berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang
masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral mineral yang tidak stabil seperti olivin /
serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan
memberikan mineral mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992). Boldt
(1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit,
serpentin), dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi
silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah
dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh
tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika
kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel partikel silika yang
submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri
hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral mineral seperti
karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan
tanah.

Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika pada profil laterit
pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil
pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) .
Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan
di zona limonit dan terikat sebagai mineral mineral oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan
Goetit (Hasanudin, 1992).

Endapan bijih nikel laterit, yaitu bijih nikel yang terbentuk sebagai hasil pelapukan batuan ultramafik dan
terkonsentrasi pada zona pelapukan (Peters, 1978).

Zona konsentrasi laterit pada daerah penelitian adalah sebagai berikut:

Surface
merupakan tanah penutup dan tidak memiliki kandungan nikel. Ketebalan rata-rata 0,06 meter.

Pisolite Horison

merupakan zona laterit dengan kadar besi yang tinggi (> 50%), kandungan nikel dari 0,4% - 0,8%.
Ketebalan rata-rata 6,36 meter

Limonit (Ferralite) Horizon

merupakan zona laterit dengan kadar nikel dari 0,8% - 2% dan kandungan besi 25% - 50%. Ketebalan
rata-rata 12,21 meter

Saprolit Horizon

merupakan zona laterit dengan kadar nikel lebih dari 2% dan kandung besi 10% - 25%. Ketebalan rata-
rata 2,2 meter

Unweathered Ultramafik
merupakan batuan dasar (Harzburgit) yang belum mengalami pelapukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

A. Batuan asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan
asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni
yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau
tidak stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan
memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

B. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan
permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur.
Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan
terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.

C. Reagen-reagen kimia dan vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu
mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam
proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH
larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan
mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-
pohonan akumulasi air hujan akan lebih banyak humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan
suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil
pelapukan terhadap erosi mekanis.

D. Struktur

Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar (joint)
dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan
tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

E. Topograf

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk
daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan
untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi
andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini
menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara
teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.

F. Waktu

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur
nikel cukup tinggi.

Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :

1) Iron Capping

merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang
tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2) Limonite Layer

fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area.
Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona
ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite,
chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

3) Silika Boxwork

Putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari
unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal.
Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork
mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.

4) Saprolite :
Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite,
nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu
zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-
mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal
talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

5) Bedrock :
Bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit
(batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah
mendekati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh
mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona
high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

2. PENGERTIAN CADANGAN

Menurut Mc Kelvey, 1973, cadangan dibedakan atas dua pengertian yaitu sumber daya (resources) dan
cadangan (reserves).

Sumber daya

adalah akumulasi (longgokan) zat padat, cair atau gas yang terbentuk secara alamiah, terletak di dalam
atau di permukaan bumi, terdiri dari satu jenis atau lebih komoditas, dapat diperoleh secara nyata dan
bernilai ekonomis.

Cadangan

adalah bagian dari sumber daya teridentifikasi dari suatu komoditas mineral yang ekomonis dan tidak
bertentangan dengan ketentuan hukum dan kebijaksanaan pada saat itu. Untuk beberapa jenis endapan
mineral, istilah reserve disepadankan dengan ore atau cadangan bijih.

Klasifikasi Cadangan
Mc Kelvey, 1973, membuat klasifikasi cadangan dan sumber daya mineral sebagai mana yang terdapat
pada tabel berikut;
Pengertian-pengertian dalam tabel diatas adalah sebagai berikut:

A. Sumber daya (resources)

Adalah akumulasi (longgokan) zat padat, cair atau gas yang terbentuk secara alamiah, terletak di dalam
atau di permukaan bumi, terdiri dari satu jenis atau lebih komoditas, dapat diperoleh secara nyata dan
bernilai ekonomis.

B. Sumber daya teridentifikasi (identified resources)

Adalah endapan mineral yang diketahui nyata, baik jenis, bentuk, kedudukan maupun kuantitas dan
kualitasnya. Dasarnya petunjuk geologi, pengambilan conto dan pengukuran teknis bermetoda.

C. Sumber daya tak teridentifikasi (undiscovered resources)

Adalah zona endapan mineral yang belum diketahui secara nyata, baik bentuk, kedudukan maupun
kuantitas dan kualitasnya. Terbentuknya endapan mineral hanya diperkirakan berdasarkan teori-teori
geologi secara garis besar.

D. Cadangan (reserves)

Adalah bagian dari sumber daya teridentifikasi dari suatu komoditas mineral yang ekomonis dan tidak
bertentangan dengan ketentuan hukum dan kebijaksanaan pada saat itu. Untuk beberapa jenis endapan
mineral, istilah reserve disepadankan dengan ore atau cadangan bijih

E. Sumber daya teridentifikasi sub ekonomis (identified sub ekonomis resources)

Adalah sumber daya (bukan cadangan) yang dapat menjadi cadangan dengan perubahan ekonimi, harga,
teknologi serta tidak bertentangan dengan ketentuan hukum/kebijaksanaan pada saat itu.

F. Cadangan terunjuk (demonstrated reserves)

Adalah sumber daya teridentifikasi yang tonase dan kadarnya diketahui dari pengukuran nyata,
pengambilan conto, data produksi terperinci dan proyeksi data geologi. Dibagi dua yaitu cadangan
terukur (measured reserves) dan cadangan teridentifikasi (indicated reserves)

G. Cadangan terukur (measured reserves)

Adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung berdasarkan hasil pengukuran nyata. Pengukuran
singkapan, paritan, terowongan dan pemboran. Kadar dari hasil pengambilan conto yang berpola. Jarak
titik-titik pengambilan conto dan pengukuran relatif dekat dan terperinci sehingga model geologi
endapan mineral tersebut dapat diketahui dengan jelas. Begitu juga struktu, jenis, komposisi, kadar,
ketebalan, kedudukan dan kelanjutan dari longgokan (akumulasi) mineral serta batas-batasnya dapat
ditentukan dengan tepat. Kesalahan perhitungan, baik kuantitas maupun kualitasnya dibatasi tidak lebih
dari 20%.

H. Cadangan teridentifikasi (indicated reserves)

Adalah cadangan yang tonase dan kadarnya sebagian berdasarkan perhitungan dari pengambilan conto
atau dari data produksi. Sebagian lainnya berdasarkan proyeksi keadaan geologi setempat dengan jarak
tertentu. Titik-titik pengambilan conto dan pengukurannya relatif tidak begitu dekat sehingga struktur,
kadar, ketebalan, kedudukan dan kelanjutan dari longgokan mineral serta batas-batasnya belum dapat
ditentukan dengan tepat.

I. Cadangan tereka (inferred reserves)

Adalah cadangan yang diperhitungkan kuantitasnya berdasarkan pengetahuan keadaan geologi. Begitu
juga kelanjutan longgokan mineral serta batas-batas endapan tersebut. Kadar diperhitungkan
berdasarkan beberapa titik pengambilan conto dan hasil pengukuran, tetapi sebagian besar berdasarkan
kesamaan ciri-ciri subzona geologi endapan.

J. Para marginal

Adalah sumber daya sub ekonomis yang berbatasan langsung dengan cadangan yang bernilai
ekonomis/menguntungkan. Tidak menguntungkan saat ini oleh ketentuan hukum dan kebijakan
pemerintah yang mengijinkan pengelolaannya

K. Sub marginal

Adalah sumber daya sub ekonomis yang dapat bernilai ekonomis/menguntungkan, apabila keadaan
harga komoditas tersebut pada tingkat yang menguntungkan, atau karena kemajuan teknologi sehingga
mengakibatkan penekanan biaya penambangan dan pengelolaannya.

L. Sumber daya hipotetik (hypothetical resources)

Adalah sumber daya tak teridentifikasi, diharapkan menjadi zona pengembangan endapan mineral
teridentifikasi. Sebagian besar berdasarkan keadaan geologi umum. Dapat menjadi sumber daya
teridentifikasi dengan eksplorasi lanjut.

M. Sumber daya spekulatif (speculative resources)


Adalah sumber daya tak teridentifikasi, masih mungkin ditemukan pada zona geologi dari sumber daya
yang telah ditahui. Sumber daya ini belum diketahui jenis dan sifatnya, hanya diperkirakan menjadi
sumber daya. Dapat menjadi sumber daya teridentifikasi dengan eksplorasi lanjut.

Endapan Nikel Laterit

Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata (membentuk bongkah - bongkah yang
tersusun seperti bata yang berwarna merah bata) (Guilbert dan Park, 1986). Hal ini dikarenakan tanah
laterit tersusun oleh fragmen - fragmen batuan yang mengambang diantara matriks, seperti bata
diantara semen.

Smith (1987), menyatakan bahwa laterit merupakan produk akhir dari pelapukan dan dalam hal ini
dibedakan oleh kehadiran dari Fe (besi) pada bagian atas dan lapisan kaya Al (aluminium) dan bersifat
keras dan oksidasi terjadi di atas lapisan kaya silika.

Ni-laterit berdasarkan komposisi bijih dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : nickelliferous iron laterite dan
nickel-silicate laterites.

mudah-mufahan bermanfaat

Proses terbentuknya Endapan Nikel Laterit


Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan fisik dan kimia yang intensif pada
daerah dengan iklim tropis-subtropis. Proses pelindian batuan lapuk merupakan proses yang
terjadi pada pembentukan endapan laterit, dimana proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur
yang tidak merata dan menghasilkan konsentrasi bijih yang sangat bergantung pada migrasi air
tanah.
Nikel laterit merupakan material yang berasal dari regolith (lapisan yang merupakan hasil
pelapukan batuan yang menyelimuti suatu batuan dasar) yang berasal dari batuan beku
ultrabasa yang mengandung unsur Ni dan Co. Proses pembentukan endapan nikel laterit
dimulai dari pengendapan batuan induknya yaitu Peridotit yang memiliki komposisi berat nikel
berkisar antara 0,2% - 0,4%.
Akibat pengaruh larutan hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses pembentukan
magma, batuan peridotit akan berubah menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit
peridotit. Proses ini dikenal dengan serpentinisasi. Kemudian batuan tesebut akan mengalami
dekomposisi dan disintegrasi akibat adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, maupun
karena pergantian temperatur panas dan dingin yang terjadi secara terus menerus. Batuan asal
yang mengandung unsur-unsur Ca, Mg, Si, Cr, Mn, Ni, dan Co akan mengalami dekomposisi.

Diawali dari masuknya air hujan yang kaya CO2 ke dalam tanah, mineral primer yang tidak
stabil seperti olivin, serpentin, dan piroksen sampai pada batas antara zona limonit dan zona
saprolit. Unsur yang stabil akan tertinggal dan terkumpul pada zona limonit yang kemudian
mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan
secara horizontal (Valeton, 1967). Pada zona limonit ini senyawa Fe di dalam larutan akan
teroksidasi dan mengendap sebagai Ferri-Hidroksida yang kemudian membentuk mineral-
mineral yang berada dekat permukaan seperti Goethit (FeO(OH)), Hematit (Fe2O3), dan
Limonit. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur Co dalam jumlah kecil. Semakin ke
bawah, menuju bed rock maka unsur Fe dan Co akan mengalami penurunan kadar.
Batas antara zona limonit dan zona saprolit dinamakan zona pelindian. Pada zona ini terjadi
penambahan dan pengurangan larutan pembawa Ni, Mg, dan Si secara kontinu yang akan
mengakibatkan terurainya silikat yang mengandung nikel dan larutnya unsur-unsur seperti Ni,
Mg, dan Si.

Kemudian pada zona saprolit akan terjadi pengendapan kembali sebagian unsur-unsur hasil
pelindian sebelumnya pada rekahan. Batuan asal ultramafik pada zone ini selanjutnya
diimpregnasi oleh Ni melalui larutan yang mengandung Ni. Dalam hal ini, Ni dapat
mensubstitusi Mg dalam serpentin atau juga mengendap pada rekahan bersama dengan larutan
yang mengandung Mg dan Si sebagai Garnierit ((Ni,Mg)6Si4O10(OH)8) dan krisopras. Pada zona
ini unsur Ni akan terakumulasi di dalam mineral garnierit. Akumulasi Ni ini terjadi akibat sifat
Ni yang berupa larutan pada kondisi oksidasi dan berupa padatan pada kondisi silika.
Sedangkan akibat fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinu akan melarutkan
unsur-unsur Mg dan Si yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan asal di zona saprolit,
sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam.pada zona batuan dasar atau
bedrock sehingga akan terjadi pengendapan Mg yang berada didalam rekahan-rekahan.
Genesa :
Peridotit adalah batuan beku ultra basa Plutonik, yang terjadi dari hasil pembekuan magma
berkomposisi Ultra basa pada kedalaman tertentu dari permukaan bumi. merupakan Suatu
batuan ultramafic yang memiliki butiran kasar dengan suatu tenunan crystallkine, merupakan
karakteristik dari kerak samudra bagian bawah dan pembentukan jenis batuan dengan prinsip
theupper mantel. Mineral penyusun Peridotite sebagian besar terdiri olivine dan pyroxene.

Kegunaan :
sebagai batu setengah permata sebagai bahan untuk perhiasan dan abrasif (ampelas).
Pembentukan nikel dari hasil pelapukan peridotit. Peridote merupakan variasi permata olivine
terbaik yang kita kenal

2. Batuan beku Ultrabasa

Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung kurang dari 45%
SiO2 dari komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi oleh mineral-mineral berat dengan
kandungan unsur-unsur seperti Fe(besi/iron) dan Mg(magnesium) yang disebut juga mineral
ultramafik. Batuan beku ultrabasa hanya dapat terbentuk secara plutonik, dikarenakan materi
magma asalnya yang merupakan magma induk(parent magma) yang berasal dari asthenosfer.
Kehadiran mineralnya seperti olivin, piroksin, hornblende, biotit dan sedikit plagioklas. Pada

Peridotit

Peridotit adalah kelompok betuan ultra basa. Pada umumnya berwarna


gelap, berat jenisnya 3 3,3.Komposisi dan persentase secara umum
dari mineral pembentuk batuannya adalah : mineral mafis (olivin,
piroksen, hornblenda) 85-95 %, mineral bijih (magnetit, ilmenit,kromit
dll) 10-3 %, plagioklas kalsium 5 %.
batuan beku ultrabasa hampir tidak ditemukan mineral kuarsa. Batuan beku ultrabasa ini juga
hanya bertekstur afanitik karena sifat tempat terbentuknya yang plutonik.

1. Batuan Beku Basa

Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45%-52% SiO2 dalam
komposisinya. Kandungan mineral penyusunnya di dominasi oleh mineral-mineral gelap (mafic).
Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik maupun vulkanik. Yang terbentuk secara
plutonik umumnya adalah batuan dari kerak samudra yang terbentuk dari jalur tektonik divergen,
sedangkan yang terbentuk secara vulkanik adalah dari gunung api atau intrusian yang ketebalan
kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-mineralnya seperti Olivin, Piroksin,
Hornblende, Biotit, Plagiolas dan sedikit Kuarsa. Warna pada batuan beku basa ini umumnya
gelap karena kandungan mineralnya yang dominan gelap.

Gabro

Batuan Gabro, berwarna kelabu kehijauan, berhablur penuh, hipidiomorf, berbutir seragam,
besaran butir antara 14,5mm, tersusun oleh mineral plagi-oklas (labradorit) dan piroksen (augit)
dengan mineral ikutan hornblende dan bijih. Tempat piroksen terkloritkan men-jadi hornblende.
Di beberapa tempat batuan ultramafik, diorit, berwarna kelabu, berhablur penuh, hipidiomorf
berbutir seragam, butiran berkisar 12,5mm, mineral plagioklas (andesine), dengan mi-neral
tambahan biotit, hornblende dan bijih malihan dan batuan ultramafik.
Peridotit terkekarkan

NIKEL
Definisi
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan
nomor atom 28.

Sejarah
Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang
disebutnya kupfernickel (nikolit)
Sumber
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi
ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit
besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%.
Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan
Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia
akan nikel.
Deposit nikel lainnya ditemukan di Kaledonia Baru, Australia, Cuba,
Indonesia.

Sifat-sifat
Nikel berwarna putih keperak-perakan dengan pemolesan tingkat tinggi.
Bersifat keras, mudah ditempa, sedikit ferromagnetis, dan merupakan
konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam
grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga.

Nikel Laterit

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra
basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat
diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara
unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat
pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi
batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit,

Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang
bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara
dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil
(olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si
cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam
larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk
mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama
mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya
bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk
endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat
dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah
atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras.
Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit
yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang
terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan
diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk
antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan
(root of weathering)
Dunit

Batuan beku ultramafik

Batuan Ultramafic Untuk Mengikat Karbon Dioksida (CO2) di Atmosfir dalam


Bentuk Mineral Padat

(kesimpulan) Untuk memperlambat laju pemanasan global, ilmuwan di dunia melakukan


berbagai eskperimen yang bisa dipakai untuk menyerap dan membuang gas karbon dioksida dari
atmosfer. Proses fotosintesis oleh pepohonan tidaklah cukup. Tim peneliti geologi di Amerika
Serikat merilis sebuah laporan penelitian dan peta yang mengidentifikasi batuan ultramafic di
negeri. Batuan yang terbentuk dari pendinginan magma dengan kandungan silika yang sangat
rendah itu dianggap ideal untuk dijadikan perangkap (sequestration) karbon di dalam tanah.

Batuan ultramafic memiliki mineral yang bereaksi mengikat karbon dioksida dari udara ke dalam
bentuk mineral-mineral padat. Proses alamia biasanya butuh ribuan tahun. Namun, yang
dilakukan tim peneliti adalah mempercepat proses yang biasa disebut mineral karbonasi itu.
Mereka melarutkan karbon dioksida dalam air dan menyuntikkannya ke batuan. Panas hasil
reaksi mineral kalsium atau magnesium silikat dalam batuan dengan gas karbon dioksida itu juga
coba ditangkap untuk mempercepat lagi proses mineralisasi.

Jika sukses, diharapkan dapat menyempurnakan teknologi capture carbon and storage (CCS)
karena simpanan karbon dalam bentuk mineral (padat) akan mengeliminasi kekhawatiran karbon
bakal bocor lagi ke atmosfer. Formasi geologis yang sama di penjuru dunia bisa dikerahkan
sebagai sumber pengendapan (sink) panas di atmosfer. Sam Krevor dari Earth Institute,
Columbia University, mengatakan bahwa ada begitu banyak jenis material yang melimpah di
bumi untuk menyimpan sebanyak mungkin emisi gas rumah kaca.

Riset dan pemetaan batuan untuk menangkap CO2 di atmosfer bumi yang dilakukan Krevor
tersebut sebagai bagian dari disertasi PhD. Ia dibantu mahasiswa Columbia University lainnya,
Christopher Graves, dan dua peneliti di Badan Survei Geologis (USGS), yakni Bradley van
Gosen dan Anne McCafferty. Mereka membuat satu peta digital sebaran batuan ultramafic.
Menurut peta itu, Amerika Serikat memiliki batuan tersebut seluas 6.000 mil persegi yang
sebagian besar terbentang di sepanjang pantai barat dan timur. Seluruh batu itu cukup untuk
menyimpan emisi CO2 domestik sepanjang lebih dari 500 tahun berturut-turut.

Klaus Lackner adalah orang yang memiliki ide pertama kali tentang pemisahan mineral karbon
pada 1990-an dan menganggap survey Krevor dan timnya menuju pemetaan global batuan
ultramafic sebagai sebuah lompatan besar. Teknik pemisahan karbon memang telah berkembang
menjadi bidang riset yang mejanjikan. Namun, kebanyakan hanya berfokus pada penyimpanan
dalam bentuknya yang cair ataupun gas di bawah permukaan bumi seperti lapisan akuifer asin,
sumur minyak, dan lapisan berpori batu bara yang sudah tidak komersial.

Khawatir simpanan itu bocor, para ilmuwan mencari reaksi kimia alami di dalam bumi sana yang
bisa mengubah karbon ke dalam bentuk padat. Laporan Intergovernmental Panel on Climate
Change pada 2005 menyebut ada teknik Krevor merupakan terobosan, karena belum ada yang
membuat pemetaan lapisan batuan ultramafic, termasuk potensinya seperti apa. Juerg Matter,
peneliti di Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, tempat serangkaian proyek
serupa sedang berjalan menyebut bahwa teknik ini menawarkan sebuah cara untuk
mengenyahkan emisi CO2 secara permanen.

Matter dan Peter Kelemen, kini juga sedang meneliti formasi peridotite, satu di antara berbagai
jenis batuan ultramafic, di Oman yang menurut mereka bisa digunakan untuk memineralisasi
hingga 4 miliar ton CO2 setiap tahunnya. Jumlah itu setara dengan 12 persen output CO2
tahunan dunia. Matter juga terlibat dalam pilot project bersama Reykjavik Energy dan yang
lainnya menginjeksikan air yang jenuh dengan CO2 ke dalam formasi basalt di Islandia. Selama
sembilan bulan setelahnya, batuan itu diharapkan dapat mengasup 1.600 ton CO2 yang diambil
langsung dari emisi pembangkit listrik geotermal di sekitar lokasi. Teknik serupa, dapat
dilakukan untuk menangkap CO2 langsung dari cerobong asap pembangkit listrik atau industri
lalu mengkombinasikannya dengan air dan menyalurkannya ke dalam tanah, yang dilakukan
Matter dalam sebuah studi Pacific Northwest National Laboratory di Wallula, Washington.

Karakteristik Batuan Ultramafic

Batuan beku dan meta-beku ultramafic dikenal juga dengan ultrabasic. Kandungan silikanya
rendah (kurang dari 45 persen) dan lebih banyak mineral mafic (mineral berwarna gelap kaya
magnesium dan besi). Batuan ultramafic umumnya terbentuk di mantel bumi, dari kedalaman
sekitar 12 mil (sekitar 20 kilometer) di bawah permukaan hingga setebal ratusan mil ke dalam
perut bumi. Sebagian kecil dari jenis batuan ini, seperti peridotite, dunite, dan lherzholite, bisa
muncul ke permukaan ketika lempeng tektonik be rbertumbukan di lempeng samudera, atau
ketika bagian interior lempeng benua tipis dan merenggang.

Ketika batuan terpapar dengan karbon dioksida (CO2), mineral kalsium atau magnesium
silikatnya bereaksi membentuk kapur dan batuan kapur produk dari kalsium atau magnesium
karbonat padat. Tapi, kalau mengandalkan prosesnya yang alami bisa butuh ribuan tahun untuk
batuan menjerat sejumlah besar CO2 dari atmosfer (Koran Tempo, Tak Cukup Pohon Batu Pun
Bisa

Anda mungkin juga menyukai