Sebagian besar penelitian BA relatif dilakukan pada manusia, namun ada juga laporan
tentang penelitian pada hewan yang dilakukan pada kelinci dan anjing. Berdasarkan data
penelitian pada kelinci, tidak ada perbedaan signifikan pada Cmax dan AUC0 antara
orally disintegrating tablet (tablet orodispersible) dan tablet konvensional. Sedangkan pada
anjing, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan di antara dua tablet konvensional.
Sementara sebagian besar penelitian melaporkan tidak ada perbedaan dalam tingkat absorpsi,
Sotiropoulus et al (1981) mengevaluasi tiga tablet dan satu produk asetaminofen cair
untuk uji komparatif BA. Hasilnya menunjukkan BA relatif terhadap bentuk sediaan cair
masing-masing 82%, 87%, dan 92%. Berdasarkan data ekskresi urin, perbedaan ini tidak
signifikan secara statistik hanya jumlah yang diekskresikan dari jam 0 sampai jam ke 4
menunjukkan BA relatif dari larutan masing-masing adalah 98%, 95% dan 99%, dengan
perbedaan yang tidak signifikan secara statistik. Namun, jumlah yang diekskresikan selama
bicarbonate menjadi perhatian untuk diteliti karena diklaim memiliki penyerapan obat yang
yang tersedia secara komersial dan tablet acetaminophen dengan pengembangan formulasi
terhadap tablet konvensional berdasarkan data tmax yang lebih pendek dan Cmax yang lebih
tinggi. penambahan 400 mg Natrium bikarbonat juga meningkatkan tingkat penyerapan dari
natrium bicarbonate dengan tablet konvensional. Tingkat penyerapan, yang ditunjukkan oleh
t50% dan t90%, dua kali lebih cepat dibandingkan tablet konvensional, baik dalam keadaan
Eksipien yang digunakan dalam bentuk dosis oral IR yang memiliki MA di Jerman
(DE), Finlandia (FI), Yunani (GR), dan Belanda (NL) ditunjukkan pada Tabel berikut
Spesifikasi tablet asetaminofen pada USP 26 tidak kurang dari 80% (Q) dari jumlah
berlabel dilarutkan dalam 900 mL pH 5,8 buffer fosfat selama 30 menit menggunakan pengaduk
dayung pada kecepatan 50 rpm. Laju dan jumlah asetaminaminofen yang diekskresikan terkait
dengan laju disolusi in vitro dalam 0,1 N HCL, dengan pengaduk bentuk keranjang pada
kecepatan 85 rpm. Nilai T50% untuk disolusi in vitro adalah 50 menit untuk tablet generik, dan
masing-masing 1 menit untuk Tylenol dan Datril. Hasilnya BA relatif terhadap asetaminofen
serbuk adalah 82%, 87%, dan 92% untuk tablet generik, sedangkan Tylenol dan Datril
menunjukkan bahwa laju disolusi in vitro harus sangat berbeda agar dapat memprediksi
5,8, namun pada kecepatan pengadukan 30 rpm, bukan 50 rpm, membentuk korelasi tingkat A
antara persentase disolusi in vitro dan persentase yang diserap secara in vivo. Para penulis
menjelaskan korelasi ini dari kecepatan pengadukan yang rendah, dimana kinetika disolusi in
vitro dalam kondisi seperti itu seharusnya menyerupai kinetika pengosongan lambung populasi
secara in vivo. Disolusi in vivo tablet IR(immediate release) dalam media yang mensimulasikan
saluran pencernaan dalam keadaan puasa biasanya cepat sedangkan dalam keadaan makan atau
dalam kondisi yang mensimulasikan kondisi makanan dalam intra lambung disolusinya dapat
3.6 Diskusi
(Biopharmaceutical Classification System) Kelas III karena memiliki kelarutan tinggi, dan
permeabilitas yang rendah. Untuk kekuatan tertinggi (500 mg), rasio dosis terhadap kelarutan
adalah 21 mL, diambil nilai 23,7 mg /mL pada 37oC untuk kelarutan. Nilai ini menunjukkan
kelarutan asetaminofen < 250 mL yang menunjukkan bahwa asetaminofen sangat mudah larut.
Sampai saat ini, data permeabilitas asetaminofen didapatkan dengan perfusi tikus dan/atau
menggunakan Ussing chamber. Meskipun standar internal tidak digunakan, data yang telah
permeabilitas rendah karena nilai permeabilitas dinding kurang dari batas rata-rata 2-4x10-4 cm/s.
Persentase dosis yang diserap dapat diperkirakan dengan menambahkan persen biotransformasi
selama umpan balik pertama dari hati untuk BA absolut. BA Ini menunjukkan bahwa fraksi dosis
yang diserap lebih tinggi dari 80%. Batas cut-off untuk API diklasifikasikan sebagai '' sangat
permeabel '' oleh Pedoman BCS sekarang 86,87 adalah sebagian kecil dari dosis yang diserap
lebih tinggi dari 90%. Data ini menyebabkan pengklasifikasian asetaminofen sebagai 'permeabel
rendah' meski di garis batas. Namun dengan penambahan eksipien tertentu yang sudah disetujui
oleh FDA dan sering digunakan tanpa mempengaruhi sifat kelarutan dari asetaminofen, dapat
meningkatkan permeabilitas. Eksipien diharapkan sama dengan yang digunakan oleh produk
komparator, dari jenis dan, dalam beberapa kasus, mencakup jumlahnya. Eksipien tersebut dapat
mempengaruhi bioavailabilitas obat melalui efeknya terhadap motilitas saluran cerna, interaksi
dengan bahan aktif, misalnya kompleksasi, permeabilitas obat, dan interaksi dengan transporter
berdasarkan dengan tingkat penyerapan. Namun, perbedaan laju penyerapan antara brand dan
formulasi uji telah diamati, seperti dalam kasus tablet yang mengandung sodium bikarbonat
dalam jumlah tinggi. Disarankan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan tingkat
disintegrasi dan / atau pengosongan lambung. Meskipun data pada manusia kurang, data pada
kelinci menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi eksipien osmotik aktif seperti manitol dapat
dan indeks terapeutik juga perlu diperhitungkan. Indikasi terapeutik asetaminofen tidak kritis dan
ada perbedaan yang luas antara dosis terapeutik dan dosis toksik yang biasa. Jadi dapat
Namun, saat ini asetaminofen dilaporkan banyak menyebabkan Sindrom Steven Johnson
(SSJ) yaitu suatu kegawatdaruratan kulit yang ditandai dengan adanya nekrosis dan
pengelupasan epidermis yang luas dan dapat menyebabkan kematian. Namun angka kejadian
dari SSJ yang disebabkan oleh asetaminofen tidak diketahui secara pasti karena penelitian
dilakukan terhadap seluruh kejadian SSJ yang kemungkinan disebabkan oleh NSAID selain
asetaminofen juga SSJ dapat disebabkan oleh penggunaan obat lain seperti trimetroprim,
penggunaan yang lama fenobarbital dan karbamazepin (Harr and French, 2010).
Wilson CG. 2003. Comparison of the rates of disintegration, gastric emptying, and drug
GT. 2002. A new rapidly absorbed paracetamol tablet containing sodium bicarbonate. I.
tablet in fed and fasted volunteers. Drug Dev Ind Pharm 28:523531.
CPMP/EWP/QWP/1401/98 Rev.
1/Corr http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/document_library/Scientific_guideline/20
10/01/WC500070039.pdf
Harr T, French LE. Toxic epidermal necrolysis and Stevens-Johnson syndrome. Orphanet