Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATA KULIAH

METODOLOGI AKUNTANSI
Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian
SAP 8

Ringkasan ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam metodologi penelitian akuntansi
Dosen Pengampu : Dr. Drs. I Made Sadha Suardikha, SE., M.Si, Ak., CA

OLEH:
KELOMPOK 3

Ni Nyoman Wahyu Suryani (1506305023) / (02)


Ni Putu Pradnyawati (1506305027) / (04)
Ni Ketut Modi Pitriani (1506305039) / (09)
Ni Luh Ayounik Mahasabha (1506305057) / (13)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
8. Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-masalah yang
ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk memahami
permasalahan tersebut hanya mengndalkan pengalaman hidup sehari hari secara
sporadik dan tidak tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat bagi pemahaman
terhadap satu permasalahan (Uhar, 2012:94).
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Berbeda halnya dengan
instrumen penelitian yang mana digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Dengan demikian imliah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergangung
pada jumlah variabel yang ditelti. Jika variabelnya lima maka instrumennya lima.
Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus
mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92).

8.1 Macam-macam skala pengukuran


Rahyuda (2004: 54), dalam suatu pengukuran akan dibentuk suatu skala dan
kemudian ditransfer pengamatan terhadap ciri-ciri kepada skala tersebut. Ada berbagai
kemungkinan skala, dimana pilihan yang sesuai tergantung pada amatan mengenai
aturan pemetaan. Pengelompokkan skala memakai sistem bilangan nyata. Dasar yang
paling umum yang digunakan untuk membuat skala mempunyai tiga ciri sebagai
berikut (Cooper dan Earning):
1) Bilangannya berurutan. Satu bilangan adalah lebih besar dari pada, lebih kecil
dari pada, atau sama dengan bilangan yang lain.
2) Selisish antara bilangan-bilangan adalah berurutan. Selisish antara sepasang
bilangan adalah berurutan. Selisish antara sepasang bilangan adalah lebih
besar dari pada, lebih kecil dari pada, atau sama dengan selisish antara
pasangan bilangan yang lain.

1
3) Deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang ditandai dengan
bilangan nol.

Pengukuran berfungsi untuk menggambarkan gejala sosial dan psikologis,


mengubah data sehingga dapat dikontrol melalui manipulasi statistik dan
memungkinkan peneliti membedakan antara objek yang diteliti. Kombinasi ciri-ciri
urutan, jarak, dan asal mula menghasilkan pengelompokkan skala ukuran yang umum
dipakai. Ada 4 macam skala pengukuran yaitu:

1) Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala yang paling lemah dibandingkan dengan
skala lain. Bilamana menggunakan skala nominal maka akan dibuat suatu
partisi dalam suatu himpunan dalam kelompok-kelompok yang harus
mewakili kejadian yang berbeda dan dapat menjelaskan semua kejadian yang
terjadi dalam kelompok tersebut. Pada skala nominal tidak ada hubungan
jarak, dan tidak ada asal mula hitungan. Skala ini mengabaikan segala
informasi mengenai berbagai tingkatan dari ciri-ciri yang diukurnya.
Meskipun skla nominal dianggap lemah, tetapi skala ini berguna dan banyak
digunakan dalam penelitian.
2) Skala Ordinal
Uma Sekaran dan Roger Bougie (2009: 142) Skala ordinal tidak hanya
mengkategorikan variabel untuk menunjukkan perbedaan antara berbagai
kategori. Rahyuda (2004: 55) Skala ini mencangkup ciri-ciri skala nominal
ditambah suatu urutan pemakaian. Pemakaian skala ordinal mengungkapkan
suatu pernyataan mengenai lebih besar daripada atau kurang daripada atau
menanyakan suatu kesamaan, tanpa menunjukkan berapa lebih besarnya atau
berapa kurangnya.
3) Skala Interval
Skala interval mencangkup ciri-ciri skala nominal ditambah suatu
urutan.pemakaian skala ordinal mengungkapkan suatu pernyataan mengenai

2
lebih besar daripada atau kurang daripada atau menanyakan suatu kesamaan,
tanpa menunjukkan berapa lebih besarnya atau berapa kurangnya.
4) Skala Rasio
Skala ini mencakup semua keampuhan dari skala-skala lain sebelumnya
ditambah dengan adanya titik nol yang absolute. Skala rasio mencerminkan
jumlah-jumlah yang sebenarnya dari suatu variabel. Contoh-contohnya adalah
ukuran-ukuran dimensi fisik seperti berat, tinggi, jarak, dan luas. Dalam
penelitian bisnis maupun penelitian sosial, skala rasio banyak ditemui dalam
berbagai bidang

Selain skala yang diatas ada juga berbagai skala yang dapat digunakan untuk
mengukur gejala/fenomena sosial yaitu:

1) Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala ini
maka variabel yang akan diukur dijabarkan kedalam indicator variabel sebagai
dasar dalam menyusun butir-butir instrument penelitian.
2) Skala Guttman
Moh Nazir (1983: 299), menyatakan bahwa skala Guttman diberi nama
menurut ahli yang mengembangkannya, yaitu Louis Guttman. Apabila
menggunakan skala Guttman maka jawaban yang tegas akan diperoleh yaitu:
ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah. Dalam skala Guttman hanya ada 2
interval yaitu: setuju atau tidak setuju. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yang menggunakan skala ini apabila ingin mendapat jawaban yang tegas
terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Penggunaan skala Guttman,
yang disebut juga metode scalogram atau analisis skala sangat baik untuk
meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap yang diteliti, yang
disebut isi universal atau atribut universal.

3
Skala ini mempunyai beberapa ciri penting yaitu:
a. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang
mengiyakan pertanyaan atau pertanyaan yang berbobot lebih berat,
maka ia juga akan mengiyakan pertanyaan atau pertanyaan yang
kurang berbobot lainnya.
b. Skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel
yang multi-dimensi sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat
unidimensional.
3) Semantic Deferensial
Menurut Sugiyono (1999: 91), Skala pengukuran yang berbentuk semantic
deferensial dikembangkan oleh OsgoodSkala ini dapat digunakan untuk
mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak
dibagian kanan garis dan jawaban sangat negatif terletak dibagian kiri garis
atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala
ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai
seseorang.
4) Rating Scale
Jogiyanto (2010: 66), melihat bahwa Skala Rating digunakan untuk
memberikan nilai atau rating pada suatu variabel. Skala ini digunakan apabila
data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Responden menjawab senang/tidak senang, setuju/tidak
setuju, pernah/tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala ini
responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah
disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan.
5) Skala Thurstone
Skala dengan metode ini disusun sedemikian rupa sehingga interval
antarurutan mendekati interval yang sama besarnya. Sehingga skala ini sering
disebut equal interval scale (skala interval sama). Ukuran yang dihasilkan oleh

4
skala ini hampir mendekati ukuran interval sehingga dapat digunakan analisis
statistik. Dalam praktik metode Thurstone ini sangat jarang digunakan karena
prosedur penyusunannya memakan waktu lama, di samping itu penilaian para
ahli sangat tergantung pada pengetahuan mereka terhadap konsep sikap yang
hendak diukur. Karena itu sikap yang disusun oleh para ahli dapat berubah
dan harus ditinjau kembali dari waktu ke waktu (Masri, 1989: 115-116)
8.2 Desain Instrumen
Menurut Rahyuda (2004: 64) Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrument-instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan diuji oleh validitas dan
reliabilitasnya.
Intrumen dalam penelitian sosial walaupun beberapa sudah ada seperti untuk
mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain namun instrumen-
instrumen tersebut sulit untuk dicari, dimana harus dicari, apakah bisa dibeli atau tidak.
Selain itu instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas dan
reliabilitasnya di suatu tempat, tetapi bila digunakan untuk mengukur di tempat tertentu
belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliable lagi. Hal ini terjadi karena
gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaanya.
Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah
ditetapkan untuk diteliti. Titik tolak dalam menyusun instrumen penelitian adalah
variabel-variabel penelitian. Dari variabel-variabel yang diteliti dibuatlah definisi
operasionalnya. Definisi operasionalnya tersebut menjadi dasar dalam membuat
instrumen penelitian. Intrumen penelitian dapat dibuat dalam bentuk pernyataan
maupun pertanyaan.
Contoh instrumen dalam bentuk pertanyaan
Bagaimana efektivitas metode promosi yang diterapkan pada perusahaan ini ?
1) Sangat efektif
2) Efektif
3) Cukup efektif

5
4) Kurang efektif
5) Tidak efektif
Contoh instrumen dalam bentuk pernyataan
Metode promosi yang diterapkan pada perusahaan ini efektif
1) Sangat setuju
2) Setuju
3) Kurang setuju
4) Tidak setuju
5) Sangat tidak setuju

Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test
untuk mengukur prestasi belajar yang jawabannya berupa salah atau benar dan
instrument yang berbentuk non test untuk mengukur sikap yang jawabannya berupa
positif atau negatif. Mudrajad Kuncoro (2009: 180) menjelaskan proses menyusun
desain instrument pada dasarnya adalah suatu seni. Ada pun dua hal utama yang harus
diperhatikan dalam desain instrumen adalah sebagai berikut:
1) Urutan skala dan layout
Penyajian dan organisasi instrumen pengumpulan data amat menentukan
dalam sukses/tidaknya penelitian. Isu sentral pada tahap ini adalah urutan
skala dan penyajian alat pengukuran dalam bentuk yang menarik dan mudah
dimengerti. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Kuesioner sebaiknya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana dan
menarik
b. Tulislah pentunjuk-petunjuk mengisi dengan jelas dan mudah dibaca
c. Informasi yang bersifat sensitif dan klasifikatif sebaiknya ditanyakan
belakangan
d. Susunan tata letak (layout) kuesioner sedemikian rupa sehingga
mudah dibaca dan mengikuti alir proses wawancara

6
2) Pratest dan perbaikan
Setelah instrumen disusun dalam bentuk draft, maka pratest (uji coba sebelum
penelitian yang sebenarnya dilakukan) sebaiknya dilakukan pada sejumlah
responden yang sama dengan responden penelitian sebenarnya. Singkatnya,
proses penyusunan skala dan desain instrumen merupakan suatu seni karena
memerlukan banyak kesabaran dan pengalaman dalam menyusun instrumen
pengumpulan data yang dapat dipercaya memberikan pedoman dalam
menyusun desain instrumen dan skala yang baik.

8.3 Validitas dan reliabilitas instrument


8.3.1 Validitas Instrumen
Bagi Mudrajad Kuncoro (2009: 172) validitas adalah suatu skala disebut
valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa saja yang
seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi
peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
asil penelitian valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi opada obyek yang diteliti.
Valid merupakan instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Instrumen yang mempunyai validitas
internal bila kriteria yang ada dalam instrumen telah mencerminkan apa yang
diukur. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam
instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Instrumen yang
harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering
digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Pengujian validitas digunakan analisis
item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah tiap skor butir.
Menurut pendapat beberapa para ahli yaitu Anastasia, 1973 dan Nunnally,
1979 (Masri, 1989,124) validitas ada berbagai macam yaitu:
1) Validitas konstruk

7
Kontruk adalah kerangka dari suatu konsep. Validitas konstruk
digunakan sebagai tolok ukur operasional dalam menyusun kerangka
konsep.
2) Validitas isi
Validitas isi alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur
tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka
konsep.
3) Validitas ekternal
Dikatakan validitas ekternal apabila alat pengukur baru terjadi korelasi
antara alat pengukur lama yang digunakan dalam penelitian.
4) Validitas prediktif
Keabsahan yang didasarkan pada hubungan yang teratur antara tingkah
laku apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya
yang ditampilkan oleh indivvidu atau kelompok.
5) Validitas rupa
Validitas rupa digunakan dalam pengukuran kemampuan individu
seperti pengukuran kecerdasan, bakat, dan keterampilan.

8.3.2 Reliabilitas Instrumen


Menurut Rahyuda (2004: 66), reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas
menunjukkan konsisten suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
Dengan pengukuran gejala sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Untuk
mengetahui kesalahan yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini sangat
diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran maka reliable alat pengukuran.
Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui antara lain dari indeks
korelasi antara hasil pengukuran pertama dengan kedua.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2009: 175), reliabilitas menunjukkan
konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran). Reliabilitas berbeda
dengan validitas karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah

8
konsistensi, sedangkan yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan.
Dengan demikian, reliabilitas mencakup dua hal utama yaitu:
1) Stabilitas ukuran
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap
stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apa pun. Kestabilan
ukuran dapat membuktikan kebaikan sebuah ukuran dalam mengukur
sebuah konsep.
2) Konsistensi internal ukuran
Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item
yang ada dalam ukuran yang menyusun konstruk. Dengan kata lain,
item-item yang ada harus sama dan harus mampu mengukur konsep
yang sama secara independen, sedemikian rupa sehingga responden
seragam dalam mengartikan setiap item. Konsistensi ukuran dapat
diamati melalui reliabilitas konsistensi antar item dan split-half
reliability.
8.4 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam suatu penelitian, bagaimana data yang diperoleh akurat dan objektif adalah
sesuatu yang sangat esensi. Agar data yang dikumpulkan benar-benar berguna, maka
alat ukur yang digunakan harus valid dan reliabel. Berikut ini dikemukakan cara
pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan untuk penelitian
8.4.1 Pengujian Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2009) Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang
dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Selain itu
tujuan dari pengujian validitas yakni untuk engetahui sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya dan
agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya
pengukuran tersebut. Pengujian validitas instrument dapat dilakukan melalui
beberapa cara seperti pengujian validitas konstruksi (Construct Validity),
pengujian validitas isi (Content Validity), dan pengujian validitas eksternal.

9
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli.
Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek aspek yang akan
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan
dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun
itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan, yaitu: instrument dapat
digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah
tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang telah
ditetapkan, berarti instrument ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk
instrument yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian
validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan
isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
Validitas eksternal instrument diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrument dengan fakta fakta
empiris yang teradi di lapangan. Misalnya instrument untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrument itu dibandingkan
dengan catatan catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik.
Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrument dengan fakta di
lapangan, maka dapat dinyatakan instrument tersebut mempunyai validitas
eksternal yang tinggi.

8.4.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen


Menurut Husaini (2003), Uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap
ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen. Pengujian ini dimaksudkan untuk
menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal,
konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-kali dapat

10
menghasilkan data yang sama. Tujuan dari uji reliabilitas yaitu menunjukkan
konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.

1) Test Retest
Instrument penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test retest
dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada
responden. Jadi dalam hal ini instrumentnya sama, respondennya sama,
dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien - koefisien
korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah
dinyatakan reliabel.
2) Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama.
3) Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrument yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sama.
Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas
instrument dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah
itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan
secara silang.
4) Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas instrument. Pengujian reliabilitas instrument
dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split
half), KR. 20, KR 21 dan Anova Hoyt.

11
Langkah-langkah pengujian:
1) Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian di
validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan.
2) Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan secara random atas
dasar nomor genap dan ganjil
3) Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan
sehingga memperoleh dua skor total untuk masing-masing responden,
yaitu skor total untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan
kedua.
4) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan
kedua
5) Hasil korelasi yang diperoleh karena dibelah akan lebih rendah
dibandingkan dengan hasil korelasi bila tidak dibelah , maka harus
dicari angka reliabilitasnya untuk keseluruhan item tanpa dibelah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Donald R Cooper & C. W Emory. 1998. Business Research Methods (5th ed). USA:
Richard D. Irwin, Inc

Fred N. Kerlinger, 2002. Asas-asas Penelitian Behavioral (edisi ketiga). Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis: untuk
Akuntansi dan Manajemen. (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPPE

Kuncoro, Mudrajat.2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Kuncoro, Mudrajat.2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga

Moh. Nazir, 1999. Metode Penelitia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Masri & Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
___________ .1995. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: LP3ES

Moleong. 2001. Metode Peneitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rahyuda, Ketut. 2016. Metode Penelitian Bisnis. Bali : Udayana University Press

Sekaran, Uma. 2009. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Edisi 4. Buku 1. Jakarta: Salemba 4

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.


Bandung: PT. Refika Aditama

13

Anda mungkin juga menyukai