1. SELAI
Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari
bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan roti dan kue.
Konsistensi gel atau semi gel pada selai diperoleh dari interaksi senyawa pektin yang
berasal dari buah atau pektin yang ditambahkan dari luar, gula sukrosa dan asam.
Interaksi ini terjadi pada suhu tinggi dan bersifat menetap setelah suhu diturunkan
(Hasbulloh, 2001).Penambahan sukrosa dalam pembuatan produk makanan seperti
selai berfungsi untuk memberikan rasa manis, dan dapat pula sebagai pengawet, yaitu
dalam konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara
rnenurunkan aktivitas air dari bahan pangan (Margono, 2000).
Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari
campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula dengan komponen asam pH
3,10 - 3,46, pektin 0,75% - 1,5%, dan kadar gula 60% - 65%. Selai disukai banyak
orang karena rasanya yang manis dan dapat dikonsumsi oleh semua golongan umur.
Pembuatan selai dapat di ambil dari buah dan kulit buah yang memiliki pektin. Kadar
pektin 1% sudah dapat membentuk gel dengan kekerasan yang cukup baik
(Setyaningsih dkk., 2009).
Selai atau jam adalah makanan yang dibuat dari buah-buahan dengan
penambahan gula atau dekstrosa sehingga menghasilkan makanan awet dengan
kandungan total padatan terlarut minimal 65%. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan selai antara lain pengaruh panas dan konsentrasi gula
pada proses pemasakan serta keseimbangan proporsi gula, pektin, dan asam (Sundan
dan Komari, 2010).
Selai umumnya digunakan untuk olesan roti atau campuran pada pembuatan
roti atau kue. Selain buah nanas, bahan tambahan lain yang diperlukan dalam
membuat selai adalah gula pasir, pektin, dan asam sitrat. Pengawet makanan dapat
ditambahkan agar selai tidak mudah rusak (Suyanti, 2010).
Pengolahan selai merupakan salah satu metode yang paling penting dari
pengawetan buah. Selai berbeda satu sama lain dalam bahan baku yang digunakan,
metode, pengolahan dan bahan tambahan. Secara komersial, selai dibuat dengan
konsentrasi pada campuran menggunakan perlakuan panas pada tekanan normal atau
kurang, yang menghasilkan konsistensi kental atau gel. Hal ini menjamin kerusakan
enzim buah, pektin dari buah dan konsentrat produknya pada titik di mana keasaman
dan aktivitas air mengurangi daya tahannya (Fasogbon et al., 2013).
Umumnya, selai diproduksi dengan mengambil pure atau bubur buah dan
direbus dengan gula dan air. Proporsi gula dan buah bervariasi sesuai dengan jenis
buah dan kematangannya, tetapi titik bobot kasar awal masing-masing sama. Ketika
campuran mencapai suhu 104C (219F), asam dan pektin dalam buah bereaksi
dengan gula, dan selai akan diatur pada proses pendinginan.(Eke-Ejofor, 2013).
Esti dan Agus Sediadi. 2000. Teknologi Pengolahan Pangan Selai dan Jeli Buah.
Jakarta.
Hasbullah (2001). Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat. Dewan
Ilmu Pengetahuan. Teknologi dan Industri Sumatera Barat.
Margono,T. (2000). Selai dan Jeli. Penerbit Grasindo. Jakarta.
Setyaningsih, Endang, Eni Purwani dan Dwi Sarbini. 2009. Perbedaan Kadar
Kalsium, Albumin dan Daya Terima pada Selai Cakar Ayam dan Kulit Pisang
dengan Variasi Perbandingan Kulit Pisang yang Berbeda. Jurnal Kesehatan
Vol. 2, No. 1, Juni 2009, Hal. 27-37.
Soemarmo, Uci. 2010. Buah Segala Musim, 216 Resep Makanan dan Minuman Sehat
Berbahan Buah. Jakarta.Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sundari, Dian dan Komari. 2010. Formulasi Selai Pisang Raja Bulu dengan Tempe
dan Daya Simpannya. Jurnal PGM 33 (1) : 93-101, 2010.
Suyanti. 2010. Aneka Olahan Buah Nenas, Peluang yang Menjanjikan. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 32, No. 1, 2010.