Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks


merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina.1
World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa
kanker merupakan penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian
terbanyak di dunia. Dalam hal ini kanker menempati urutan nomor dua penyakit
mematikan setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Setiap tahunnya
terdapat 12 juta penderita kanker serviks dan 7,6 juta jiwa diantaranya meninggal
dunia.2
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian 3,2% mortalitas. Kanker
serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada
negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks
menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi
Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%.3
Di Manado, berdasarkan kasus yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Malalayang Manado pada beberapa tahun terakhir ini ditemukan kira-kira
70-80% sudah berada pada stadium lanjut. Berdasarkan penelitian diperoleh
angka kejadian kanker serviks stadium lanjut yaitu sebanyak 67 kasus.
Didapatkan kelompok umur 45-49 dan 50-54 tahun adalah yang terbanyak, yaitu
masing-masing 15 kasus (22,4%), atau 44,8% dari total kasus. Stadium klinik
yang terbanyak adalah IIB yaitu 38 kasus (56,7%). Wanita yang menikah pada
kelompok umur 15 19 tahun adalah yang terbanyak menderita kanker serviks
stadium lanjut, yaitu sebanyak 18 kasus (40,9%) dari 44 kasus yang terdata dan
wanita yang melakukan sanggama pertama kali pada umur.4
Salah satu penyebab kanker serviks adalah karena infeksi human
Papilloma Virus (hPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks.
Infeksi hPV merupakan penyakit menular seksual yang utama pada populasi, dan

1
estimasi terjangkit berkisar 14-20% pada negara-negara di Eropa sampai 70% di
Amerika Serikat, atau 95% populasi di Afrika. Infeksi hPV mempunyai prevalensi
yang tinggi pada kelompok usia muda, sementara kanker serviks baru timbul pada
usia tiga puluh tahun atau lebih.2
Selain disebabkan oleh infeksi virus hPV khususnya tipe 16, 18, 31 dan
45. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas seksual
pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai
anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau
positif) , penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.1
Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala.
Tanda-tanda dini yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang agak berlebihan
dan kadang-kadang disertai dengan bercak perdarahan. Gejala umum yang sering
terjadi berupa perdarahan pervaginam (pasca senggama, perdarahan di luar haid)
dan keputihan. Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam
yang berbau busuk, nyeri panggul, nyeri pinggang dan pinggul, sering berkemih,
buang air kecil atau buang air besar yang sakit.3
Diagnosis kanker serviks ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan ginekologi, termasuk evaluasi kelenjar getah bening, pemeriksaan
panggul dan pemeriksaan rektal. Dengan berkembangnya kemajuan teknologi
dalam ilmu kedokteran saat ini dikenal ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk membantu mendiagnosis kanker serviks, diantaranya : tes Inspeksi Visual
Asetat (IVA), Pap-smear dan biopsy jaringan serviks.5
Prognosis kanker serviks sangat baik pada kanker tingkat awal di mana
angka kesembuhan hampir 100% pada stadium prainvasif. Faktor-faktor
menentukan antara lain yaitu umur, keadaan umum penderita, status
sosioekonomi, gambaran makroskopis kanker, tingkat keganasan klinik, ciri-ciri
histologi sel tumor, kemampuan tim yang menangani serta sarana pengobatan
yang ada.1
Berikut ini akan dilaporkan kasus kanker serviks stadium IIB pada seorang
wanita usia 29 tahun yang dirawat di bagian obstetrik dan ginekologi RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou Manado.

2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. PA
Umur : 29 tahun
Alamat : Tomulabutao Dungingi Gorontalo
Pendidikan : tamat SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
MRS : 09 April 2017

ANAMNESIS
Anamnesis Utama : Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien dikirim oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan
diagnosa Ca Cerviks St. IIB on radiasi 18x + gastroenteritis. Pasien mengeluh
adanya keluar darah dari jalan lahir sejak 4 hari yang lalu, darah merembes,
berwarna merah, namun tidak bergumpal-gumpal. Pasien juga mengeluhkan BAB
cair dengan frekuensi > 10x/hari dirasakan sejak 1 hari SMRS. Pasien juga
merasakan kram-kram di seluruh tubuh sejak 1 hari SMRS, lidah kaku, Pasien
dilakukan radiasi karena Ca Serviks. Riwayat mengganti pembalut jika
perdarahan yaitu 6-7 pembalut per hari. Riwayat keluar darah setelah
berhubungan intim dialami penderita sejak 4 bulan lalu disertai dengan nyeri
setelah senggama (+). Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah (+) yang
dirasakan hilang timbul sejak 4 bulan yang lalu. Lemah badan (+). Riwayat
keputihan (+) berbau, gatal dan tidak diobati..

Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah masuk rumah sakit tahun 18/9/2016
dan diagnosis dengan Ca Serviks stadium IIB dan telah menjalani Radioterapi.

3
Riwayat radioterapi 18x sejak 10/10/2016 dan teratur sampai radioterapi terakhir
9/3/2017. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, jantung, paru, ginjal
disangkal.

ANAMNESIS GINEKOLOGIS

1. Riwayat perkawinan dan kehamilan


Kawin : 1 kali
Usia saat kawin : 20 tahun
Status perkawinan sekarang : Menikah
Kehamilan 1 tahun 2011/ / RS/ Dokter/3550 gr/ spontan lbk/hidup
Kehamilan 2 tahun 2012// RS/ Dokter/3300 gr/spontan lbk/hidup
Kehamilan 3 tahun 2014// RS/ Dokter/3200 gr/spontan lbk/hidup

2. Riwayat Haid
Menarche umur 13 tahun, lamanya haid 3-4 hari, siklus teratur (28) hari.

3. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat KB IUD 3 tahun yang lalu.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
Nadi : 90 x/ menit, regular, isi cukup
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,70C
BB : 57 kg
TB : 160 cm
IMT : 22,26

4
Warna kulit : Sawo matang
Mata : pupil bulat isokor, konjungtiva anemis +/+,
sklera ikterik -/-
Lidah : selaput
Gigi : karies
Leher : pembesaran KGB
Dada : simetris, deformitas
Jantung : bunyi jantung I II normal, bising
Paru-paru : Sp. Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Perut : datar, lemas, nyeri tekan (+), peristaltik
BU meningkat
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, edema

Status Lokalis :
Abdomen : Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (+), massa (-)
Perkusi : Pekak berpindah (-)
Auskustasi : Peristaltik usus (+) meningkat

Status Ginekologi
Inspeksi : fluksus (-), fluor (-), vulva tak.
Inspekulo : fluksus , fluor (-), vagina tak, tampak portio sedikit
berbenjol-benjol sampai 1/3 proksimal dinding vagina,
OUE sulit dievaluasi.
PD : fluksus (+), teraba portio berbenjol-benjol, dan mudah
berdarah.
CU : sulit dievaluasi.
A/ P bilateral : kaku (+), massa , nyeri tekan .
CD : tidak menonjol
RT : sfingter cekat, ampula kosong, mukosa licin

5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thorax : dalam batas normal
EKG : dalam batas normal
Biopsi (01/10/2016) : Sediaan menunjukan proliferasi sel-sel skuamous dengan
inti atipikal, pleomorik, hiperkromatik, nukleoli prominent, sel sel besar, non
keratin, infiltratif ke stromal fibrous dengan sebukan sel-sel radang neutrofil,
limfohistiositik padat diantaranya, membentuk sarang-sarang tumor, tampak sel-
sel squamous dengan sitoplasma clear (glycogen rich).
Kesimpulan : Squamous Cell Carcinoma, Non Keratinizing

Laboratorium 09/04/2017

HEMATOLOGI
Leukosit 11010 /uL
Eritrosit 3.68 10^6/ uL
Hemoglobin 9.3 g/dL
Hematokrit 31.2 %
Trombosit 282 10^3 /uL
MCH 24.3 pg
MCHC 33.0 g/dL
MCV 79.4 fL
KIMIA KLINIK
SGOT 33 U/L
SGPT 27 U/L
Ureum 17 mg/dL
Creatinin 1.0 mg/dl
GDS 71 mg/dl
Chlorida 96.0 mEq/L
Kalium 3.10 mEq/L
Natrium 132 mEq/L

6
RESUME MASUK

Pasien dikirim oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan


diagnosa Ca Cerviks St. IIB on radiasi 18x + gastroenteritis.
Keluar darah dari jalan lahir dialami sejak 4 hari yang lalu, darah
merembes, berwarna merah, namun tidak bergumpal-gumpal. BAB cair dengan
frekuensi > 10x/hari dirasakan sejak 1 hari SMRS. Pasien juga merasakan kram-
kram di seluruh tubuh sejak 1 hari SMRS, lidah kaku, Pasien dilakukan radiasi
karena Ca Serviks. Riwayat mengganti pembalut jika perdarahan yaitu 6-7
pembalut per hari. Riwayat keluar darah setelah berhubungan intim dialami
penderita sejak 4 bulan lalu disertai dengan nyeri setelah senggama (+). Pasien
juga mengeluh nyeri perut bagian bawah (+) yang dirasakan hilang timbul sejak
4 bulan yang lalu. Lemah badan (+). Riwayat keputihan (+) berbau, gatal dan
tidak diobati. Riwayat radioterapi 18x sejak 10/10/2016 dan teratur sampai
radioterapi terakhir 9/3/2017
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi
20 x/menit, dan suhu badan 36,70C, didapatkan konjunctiva anemis. Pada
pemeriksaan ginekologi, melalui inspeksi didapatkan fluksus (-), fluor (-), vulva
tidak ada kelainan. Pada inspekulo didapatkan, fluksus , vulva/vagina tidak ada
kelainan, tampak portio berbenjol-benjol sampai 1/3 proksimal dinding vagina,
OUE sulit dievaluasi. Pada pemeriksaan dalam didapatkan, fluksus (+), teraba
portio sedikit berbenjol-benjol, dan mudah berdarah, korpus uteri sulit dievaluasi,
adneksa parametrium bilateral didapatkan kaku, nyeri tekan (-), massa (-). Pada
pemeriksaan rektal toucher didapatkan TSA cekat, mukosa licin, ampula kosong.
Pada pemeriksaan penunjang, laboratorium (09/04/2017) didapatkan
leukosit 11010/uL, Eritrosit 3.68 x 106 /uL, Hemoglobin 9.3 g/dL, Hematokrit
31.2 %, Trombosit 282 x 103 /uL, MCH 24.3 pg, MCHC 33.0 g/dL, MCV 79.4 fL,
SGOT 33 U/L, SGPT 27 U/L, Ureum Darah 17 mg/dL, Creatinin Darah 1.0
mg/dL, Gula Darah Sewaktu 71 mg/dL, Chlorida Darah 96.0 mEq/L, Kalium
Darah 3.10 mEq/L, Natrium Darah 132 mEq/L, Dari pemeriksaan EKG
(09/04/2017) dalam batas normal. Dari pemeriksaan Foto Thorax 09/04/2017

7
dalam batas normal. Biopsi (1/10/2016): Kesimpulan : Squamous Cell
Carcinoma, Non Keratinizing

DIAGNOSIS
P3A0, 29 tahun, dengan Ca.Serviks Stadium II B on radiasi 18x + anemia + GE +
general weakness

SIKAP
- Perbaiki keluhan utama
- Laboratorium lengkap, elektrolit, EKG, crossmatch
- Monitoring tanda vital
- R/ transfuse PRC hingga Hb 10 g/dL
- Ondansentron 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
- Antasida 3x1 cth
- KSR 1x1 tab
- Diatab 3x2 tab

FOLLOW UP
09 April 2017, jam 06.00 WITA

S : lemah badan, tangan kaku, diare


O : KU: Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 110/70 mmHg, N: 80 x/m, R. 20 x/m, S. 36,3C
Konjungtiva anemis +/+; sklera ikterik /
Abdomen : nyeri tekan (+)
A : P3A0 29 tahun dengan Ca Serviks st IIB on radiasi 18x + anemia + GE +
general weakness
P :
- Perbaiki keadaan umum (transfusi PRC hingga Hb 10 g/dL)
- obs tanda vital
- ondansentron 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp

8
- KSR 1x1 tab
- Diatab 3x2 tab

10 April 2017, jam 06.00 WITA


S : lemah badan, tangan kaku, diare
O : KU: Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 110/60 mmHg, N: 76 x/m, R. 20 x/m, S. 36,4C
Konjungtiva anemis +/+; sklera ikterik /
Abdomen : nyeri tekan (+)
A : P3A0 29 tahun dengan Ca Serviks st IIB on radiasi 18x + anemia + GE +
general weakness
P :
- Perbaiki keadaan umum (transfusi PRC hingga Hb 10 g/dL)
- ondansentron 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
- KSR 1x1 tab
- Diatab 3x2 tab

11 April 2017, jam 06.00 WITA

S : lemah badan , keram-keram.


O : KU: Cukup, Kesadaran: Compos mentis
TD. 110/70 mmHg, N: 85x/m, R. 20x/m, S. 36,2C
Konjungtiva anemis -/-
Abdomen : nyeri tekan (+)
A : P3A0 29 tahun dengan Ca Serviks st IIB on radiasi 18x + GE + general
weakness
P :
- Cek lab DL
- ondansentron 3x1 amp
- Ranitidin 2x1 amp
- KSR 1x1 tab

9
- Diatab 3x2 tab
Laboratorium 11/04/2017
HEMATOLOGI
Leukosit 10890 /uL
Eritrosit 4.26 10^6/ uL
Hemoglobin 11.6 g/dL
Hematokrit 34.6 %
Trombosit 282 10^3 /uL
MCH 27.3 pg
MCHC 33.5 g/dL
MCV 81.4 fL

12 April 2017, jam 06.00 WITA


S : lemah badan , keram-keram .
O : KU: Cukup, Kesadaran: Compos mentis
TD. 110/80 mmHg, N: 82x/m, R. 20x/m, S. 36,3C
Konjungtiva anemis -/-
Abdomen : nyeri tekan (+)
A : P3A0 29 tahun dengan Ca Serviks st IIB on radiasi 18x
P :
- Antasida 3x2 cth
- Asam traneksamat 3x1 IV
- R/ rawat jalan

10
BAB III

PEMBAHASAN

Yang akan dibahas dalam diskusi ini adalah :

1. Diagnosis

2. Penanganan

3. Komplikasi

4. Prognosis

I. DIAGNOSIS
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau
leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang
senggama atau vagina. Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim.3,10
Diagnosis kanker serviks ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemerikaan ginekologi dan pemeriksaan penunjang. Gejala kanker
serviks tidak khas pada stadium dini, sering hanya dengan sedikit darah,
pendarahan postkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang
lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk
eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat. Pada
fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun,
kadang bisa ditemukan gejala-gejala yaitu: 1. Keputihan atau keluar cairan
encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan 2. Perdarahan setelah
sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal. 3. Timbulnya perdarahan setelah masa
menopause. 4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-

11
kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah. 5. Timbul gejala-
gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis. 6. Timbul nyeri panggul
(pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri
terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya. 7. Pada stadium
lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-
gejala akibat metastasis jauh.10
a. Anamnesis
Menurut Teori
Pada anamnesis biasanya ditemukan ketidakteraturannya siklus
haid, amenorhea, hipermenorhea, dan keputihan yang berbau busuk
atau perdarahan intermenstrual, perdarahan pasca senggama. Nyeri
dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah
lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul
lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan
terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervaginam akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.10
penyumbatan yang terjadi pada uretra atau kandung kemih yang
dapat menyebabkan rasa sakit dan tekanan yang dihasilkan dari
distensi kandung kemih. Terhalangnya aliran urine sering
mengakibatkan infeksi saluran kemih yang dapat mengarah pada
pengembagan batu ginjal, demam, dan darah atau nanah dalam
urine.
Pada Kasus
Dari anamnesa didapatkan keluhan utama pasien masuk dengan
keluar darah dari jalan lahir sejak 4 hari yang lalu, darah merembes
namun tidak bergumpal-gumpal. BAB cair dengan frekuensi
>10x/hari juga merasakan kram-kram di seluruh tubuh sejak 1 hari
SMRS, lidah kaku. Pasien juga sudah menjalani radioterapi
sebanyak 18x sejak 10/10/2016 secara teratur. Riwayat perdarahan

12
pertama kali 7 bulan lalu. mengganti pembalut jika perdarahan
yaitu 6-7 pembalut per hari. Riwayat keluar darah setelah
berhubungan intim dialami penderita sejak 4 bulan lalu disertai
dengan nyeri setelah senggama (+). Pasien juga mengeluh nyeri
perut bagian bawah (+) yang dirasakan hilang timbul sejak 4
bulan yang lalu. Lemah badan (+). Riwayat keputihan (+) berbau
5 bulan lalu, gatal dan tidak diobati.

b. Pemeriksaan Fisik

Menurut Teori

Keadaan umum pasien terlihat apakah ada tidaknya anemia. Tanda-


tanda metastase di paru seperti sesak napas dan batuk darah. Status
lokalis abdomen umumnya tidak khas, jarang menimbulkan
kelainan berupa benjolan, kecuali bila sudah ada penyebaran ke
rektum yang menimbulkan obstipasi ileusobtruktif. Palpasi hepar,
supraklavikula, dan diantara kedua paha untuk melihat ada
tidaknya benjolan untuk meyakinkan ada tidaknya metastase.10
Gejala kanker serviks tidak khas pada stadium dini, sering hanya
dengan sedikit darah, pendarahan postkoital atau perdarahan
pervagina yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada
stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik
berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik),
fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat. Pada fase
prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala yaitu: 1. Keputihan
atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan 2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding)
yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal. 3.
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause. 4. Pada fase
invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau

13
dan dapat bercampur dengan darah. 5. Timbul gejala-gejala anemia
bila terjadi perdarahan kronis. 6. Timbul nyeri panggul (pelvis)
atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri
terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat
lainnya. 7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros
usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.11

Pada Kasus

Dalam kasus ini, pasien datang dengan keadaan tampak sakit


sedang, namun kesadaran masih baik. Pasien mengalami lemah
badan serta rasa kaku pada tangan, juga kaku pada lidah. Pada
pemeriksaan pasien didapatkan konjungtiva anemis.

Pemeriksaan Ginekologi

Menurut Teori

Pada pemeriksaan ginekologi, secara makroskopis/inspekulo


mungkin tidak ditemukan kelainan porsio pada lesi tingkat pra-
kanker dan kadang hanya menunjukkan gambaran khas seperti
leukoplakia, erosi, ektropion atau servisitis. Tetapi tidak demikian
halnya pada tingkat lanjut dimana porsio terlihat benjol-benjol
menyerupai bunga kol (pertumbuhan eksofitik) atau mungkin juga
ditemukan fistula rektovaginal ataupun vesikovagina. Pada keadaan
ini porsio mudah sekali berdarah karena kerapuhan sel.11

14
Pada Kasus
Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan adanya fluksus, serta
tampak pada portio sedikit berbenjol-benjol, dan mudah berdarah..

4. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Menurut Teori

Leukosit merupakan komponen darah yang berperan dalam


memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun
proses metabolik toksin. Penurunan kadar leukosit biasa ditemukan
pada kasus penyakit akibat infeksi virus, dan penyakit sumsum
tulang. Sedangkan peningkatan leukosit biasa ditemukan pada
penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan
akut, leukemia, dan gagal ginjal.

Pada Kasus

Pada pemeriksaan laboratorium pasien ini, didapatkan adanya


leukosit yang meningkat yakni 11010 /uL dan hemoglobin yang
menurun yakni 9.3 g/dL.

Biopsi

Menurut Teori

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu


pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan
pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini
dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Biopsi dilakukan
untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya
tumor saja.11

15
Pada Kasus

Biopsi (01/10/2016) menunjukkan histopatologis sesuai carcinoma


cell squamosa tidak berkeratin invasi.

Diagnosis Kanker serviks berdasarkan stadium klinis menurut


FIGO14, yaitu :

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)


I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus
uterus dapat diabaikan)

IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi


yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial,
dimasukkan ke dalam stadium IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau
kurang pada ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan
penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik
lesi lebih besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm
atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari
4,0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul
atau mencapai 1/3 bawah vagina

IIA Tanpa invasi ke parametrium


IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm
atau kurang
IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari
4,0 cm
IIB Tumor dengan invasi ke parametrium

16
III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina
dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
III A Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding
panggul

III B Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau menimbulkan


hidronefrosis atau afungsi ginjal
IV A Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/atau
meluas keluar panggul kecil (true pelvis)
IV B Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan
dari kelenjar getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta,
paru, hati, atau tulang)
Pada kasus ini, pasien di diagnosis dengan Ca Cervix stadium klinis IIB
karena pada pasien setelah di lakukan pemeriksaan fisik didapatkan massa
eksofilik pada portio sedikit berbenjol, dan mudah berdarah.

II. PENANGANAN
Menurut Teori
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium,
pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan
pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan umum penderita.
Metode pengobatan :
a. Metode pengobatan pada stadium awal
1. Pemanasan
Diathermy atau dengan sinar laser.15,6
2. Core biopsi
Mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang
mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan
yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang
mengalami perubahan.15,6
b. Metode pengobatan pada stadium Pre-kanker
1. Pembedahan.6,16

17
Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat sebanyak
mungkin penyakit ini bila memungkinkan. Terdapat beberapa
jenis pembedahan yang berbeda yang dapat dilakukan. Pada
stadium awal IA terkadang dapat hanya dengan histerektomi
(mengangkat uterus dan serviks). Stadium yang lebih lanjut pada
IA dan IB, dan kadang-kadang stadium IIA dapat dilakukan
histerektomi yang lebih luas bersama dengan lymphadenectomy
(prosedur mengangkat lymfonodi di pelvis). Tergantung dari
luasnya penyakit, mungkin harus dilakukan pengangkatan
jaringan sekitar uterus, begitu juga dengan bagian dari vagina
dan tuba falopii. Stadium yang lebih tinggi biasanya diterapi
dengan radiasi dan kemoterapi.
2. Terapi penyinaran.6,15
Terapi penyinaran merupakan terapi lkal, hanya menyerang sel-
sel kanker pada daerah yang dikenainya. Pada stadium I, II, dan
III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan.16 Penyinaran
bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil
ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-
sel kanker yang tersisa).6
3. Kemoterapi (terapi hormonal).6,15
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah
sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian
hormon oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor
hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim.
Terdapat banyak macam obat-obat kemoterapi, biasanya
diberikan kombinasi selama beberapa seri dalam beberapa
bulan. Regimen yang paling sering digunakan adalah Cisplatin,
obat lain juga yang sering digunakan seperti 5-FU, hydroxyurea,
Ifosfamide, dan Paclitaxel.

Tingkat Penatalaksanaan

18
Karsinoma serviks Konisasi
mikroinvasive
Stadium IA1 LVSI (negatif)
Konisasi (Cold Knife) bila free margin (terapi
adekuat) apabila fertilitas dipertahankan. (Tingkat
evidens B). Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi
atau simple histerektomi. Histerektomi Total apabila
fertilitas tidak dipertahankan.
LVSI (positif)
Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi pelvik
apabila fertilitas dipertahankan. Bila operasi tidak dapat
dilakukan karena kontraindikasi medik dapat dilakukan
Brakhiterapi
Stadium IA2, IB1, 1. Operatif.
IIA1 Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik.
(Tingkat evidens 1 / Rekomendasi A) Ajuvan
Radioterapi (RT) atau Kemoradiasi bila terdapat faktor
risiko yaitu metastasis KGB, metastasis parametrium,
batas sayatan tidak bebas tumor, deep stromal
invasion, LVSI dan faktor risiko lainnya. Hanya
ajuvan radiasi eksterna (EBRT) bila metastasis
KGB saja. Apabila tepi sayatan tidak bebas tumor /
closed margin, maka radiasi eksterna dilanjutkan
dengan brakhiterapi.
2. Non operatif
Radiasi (EBRT dan brakiterapi), Kemoradiasi
(Radiasi : EBRT dengan kemoterapi konkuren dan
brakiterapi)

Stadium IB2 dan 1. Operatif (Rekomendasi A)


IIA2 Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi.
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko,

19
dan hasil patologi anatomi untuk dilakukan ajuvan
radioterapi atau kemoterapi.
2. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk
mengecilkan massa tumor primer dan mengurangi
risiko komplikasi operasi.
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko,
dan hasil patologi anatomi untuk dilakukan ajuvan
radioterapi atau kemoterapi.
Stadium IIB 1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)
3. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C) Kemoterapi
(tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik
limfadenektomi.
4. Histerektomi ultraradikal, laterally extended
parametrectomy (dalam penelitian)
Stadium III A, III B 1. Kemoradiasi (Rekomendasi A)
2. Radiasi (Rekomendasi B)
Stadium III B 1. Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
dengan CKD 2. Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau
3. Radiasi
Stadium IV A tanpa 1. Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal,
CKD direkomendasi terlebih dahulu dilakukan kolostomi,
dilanjutkan
2. Kemoradiasi Paliatif, atau
3. Radiasi Paliatif

Stadium IV A 1. Paliatif
dengan CKD, IV B 2. Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif /
radiasi paliatif dapat dipertimbangkan.
Penatalaksanaan pengobatan kanker rahim tiap stadium.18

20
Pada Kasus Pada pasien ini dilakukan penanganan sesuai keadaan
pasien. Pasien telah dilakukan radiasi 18x, dan dilakukan transfusi
PRC (Hb post transfuse 11.6 g/dL).

III. KOMPLIKASI
Akibat dari stadium lanjut, komplikasi kanker serviks antara lain:
1. Nyeri , jika kanker menyebar ke ujung-ujung syaraf.
2. Gagal ginjal, dimana dalam beberapa kasus kanker serviks stadium
lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan
ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin
tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat
menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan rusak.
3. Bekuan darah. Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat
darah lebih lengket dan membuatnya lebih rentan terhadap
penyumbatan. Istirahat di tempat tidur setelah operasi dan kemoterapi
juga dapat meningkatkan risiko mengalami penggumpalan darah
sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada ektermitas
bawah.
4. Perdarahan. Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih,
dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan
pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian
belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
5. Keputihan berbau tidak sedap.14

IV. PROGNOSIS
Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk
tersebut dihubungkan dengan 85-90% kanker serviks terdiagnosis pada
stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal. Selama ini,
beberapa cara dipakai menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan
klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar tumor
primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks
tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk

21
stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira
50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.13
1. Stadium 0
100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.

2. Stadium 1
Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB. Dari semua
wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival
rate sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70
sampai 90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi
mereka.
3. Stadium 2
Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. Dari semua
wanita yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival
rate sebesar 70-90%. Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar
60 sampai 65%.
4. Stadium 3
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%.
5. Stadium 4
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%. Stadium
Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 5-10%.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun, berdasarkan AJCC tahun 201012
adalah sebagai berikut :
Stadium Kesintasan 5 tahun
0 93%
I 93%
IA 80%
II A 63%
II B 58%
III A 35%
III B 32%

22
IV A 16%
IV B 15%

Pada kasus ini, prognosis pasien yakni dubia ad malam. Kepatuhan


penderita untuk memperbaiki keadaan umum sehingga bisa melanjutkan
pengobatan sampai pada tahap radioterapi. Tingkat keganasan klinik pada
kanker serviks stadium IIB five years survival rate yang bisa dicapai yaitu
sekitar 63%.13,14

23
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Diagnosis kanker serviks pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa didapatkan
keluhan utama pasien keluar darah dari jalan lahir sejak 4 hari yang lalu, darah
merembes namun tidak bergumpa-gumpal. Pasien juga mengeluh sudah
mengalami BAB cair dengan frekuensi >10x/hari juga merasakan kram-kram
di seluruh tubuh serta lidah kaku sejak 1 hari SMRS. Pasien juga sudah
menjalani radioterapi sebanyak 18x sejak 10/10/2016 secara teratur. Riwayat
perdarahan pertama kali 7 bulan lalu. mengganti pembalut jika perdarahan
yaitu 6-7 pembalut per hari. Riwayat keluar darah setelah berhubungan intim
dialami penderita sejak 4 bulan lalu disertai dengan nyeri setelah senggama (+).
Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah (+) yang dirasakan hilang
timbul sejak 4 bulan yang lalu. Lemah badan (+). Riwayat keputihan (+)
berbau 4 bulan lalu, gatal dan tidak diobati. Pada pemeriksaan fisik
khususnya pemeriksaan ginekologi didapatkan pada portio tampak massa
eksofitik, dan mudah berdarah hingga 1/3 proksimal vagina. Pada pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium pasien ini, didapatkan adanya
leukosit yang meningkat yakni 11010 /uL dan hemoglobin yang menurun yakni
9,3 g/dL. Pada pasien ini dilakukan penanganan sesuai keadaan pasien. Pasien
telah dilakukan radiasi sebanyak 18x dan dilakukan transfusi (Hemoglobin post
transfusi 11.6 g/dL.

II. Saran
Perlunya deteksi dini dan skrinning pada wanita yang aktif berhubungan
seksual dan memiliki faktor-faktor risiko Ca serviks. Deteksi dini kanker
serviks dilayanan primer yaitu dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual
Asetat). Jika pasien sudah berada dalam stadium lanjut perlu dilakukan
pengobatan tersier yaitu kemoterapi, operasi dan radioterapi.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Pelayanan Medik Kanker Ginekologi, Kanker Serviks 2011;19-


28.
2. WHO. Latest world cancer statistics. 2013 [cited 2017 March 09]. Available
from: https://www.iarc.fr/en/media-centre/pr/2013/pdfs/pr223_E.pdf
3. Departemen Kesehatan Indonesia. Seminar sehari dalam rangka memperingati
hari kanker sedunia. 2013. [cited 2017 Mar 09]. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233.
4. Rarung R. Karakteristik Penderita Kanker Serviks Stadium Lanjut di BLU
RSUP Prof. R.D. Kandou Periode 1 Januari 2010-31 Desember 2013. Jurnal
e-Biomedik. 2013;[1]:566-570.
5. Rositch AF, Gatuguta A, Choi RY, Guthrie BL, Mackelprang RD. Knowledge
and acceptability of pap smears, self-sampling and HPV vaccination among
adult women in Kenya. 2012 [cited 2017 March 10]. Available from:
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0040766
6. Pecorelli S: Revised FIGO staging for carcinoma of the vulva, cervix, and
endometrium. Int J Gynaecol Obstet 105 (2): 103-4, 2009.
7. Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.2011
8. Rasjidi I. Manual Prakanker Serviks. Jakarta: CV Sagung Seto. 2008
9. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku acuan nasional onkologi
ginekologi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010. h 442-54.
10. Berek JS, Hacker NF. Practical gynecology oncology third ed. Lippincott
Williams & Wilkins. 2011
11. Kementerian Kesehatan. Panduan penatalaksanaan kanker serviks.
12. American Cancer Society. Cervical cancer. 2016. [cited 2017 March 10].
Available from:
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003094-pdf.pdf
13. Colombo N, Carinelli S, Colombo A, Marini C, Rollo D, Sessa C. Cervical
Cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines For Diagnosis, Treatment, and
Follow-Up. Ann Oncol 2012; 23 (suppl 7): vii 27 -vii32.

25
14. Denny L, Quinn M. FIGO Cancer Report 2015. International Journal of
Gynecology & Obstetrics 2015; 131 (suppl 2).
15. Cain J, Shelbaya SG. Global Guidance For Cervical Cancer Prevention and
Control. FIGO 2009.

26

Anda mungkin juga menyukai