Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Autisme pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran,dimana jumlah penderita laki-laki 4 kali
lebih besar di bandingkan dengan penderita wanit.(Maulana,Mirza.2008.Anak
Autis.).Dengan kata lain anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autism di
bandingkan anak perempuan.Bahkan di prediksikan oleh parah ahli bahwa kuantitas anak
autisme di tahun 2011 meningkat mencapai 60% dari keseluruhan populasi anak di seluruh
dunia.Survei menunjukan bahwa anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi
keatas.Ketika di kandung dengan asupan gizi ibunya tidak seimbang.(kompas,2 maret
2005).Gejala-gejala autis mulai tampak sejak masa yang paling awal dalam kehidupan
mereka.Hal ini tampak ketika menolak sentuhan orang tuanya,tidak merespon kehadiran
orang tuanya,dan melakukan kebiasan-kebiasan yang lain yang tidak di lakukan oleh bayi-
bayi normal pada umumnya.(Maulan,Mirza.2008.Anak Autis.).Sebagian besar penderita
autism mengalami gejala-gejala negative skizoprenia,seperti menarik diri dari
lingkungan,serta lemah dala berpikir ketika menginjak dewasa.Sebagian besar penderita
autis yakni,sekitar 75% termasuk dalam kategori keterlambatan mental,tapi sejumlah 10%
malah di dapat di golongkan sebagai orang jenius,salah contohnya seperti yang di
tayangakan pada acara KICK ANDY di Metrotv beberapa bulan lalu.Sejak autis mulai di
jabarkan dan di kenal mendunia,berbagai jenis penyembuhan telah di lakukan.Beberapa
implementasi penyembuhan tersebut hanya bersifat psikis,tapi juga beruaa
fisik,mental,emosional,hingga fisiologis.Tetapi penyembuhan di lakukan atau di terapkan
dengan berbagai varian teknik belajar dan bermain yang dapat dilakukan secara verbal dan
non verbal.Dari beberapa jenis terapi yang di implementasikan secara meluas ada yang
melibatkan peran serta orang tua dan juga yang tidak.Adapula yang bias dilakukan sendiri
oleh orang tua dirumah tapi ada juga terapi yang memerlukan bantuan sejumlah para ahli
atau terapis.Inti dari sejumlah terapi tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir berbagai
symptom yang diperlihatkan oleh seorang anak autism yang tentunya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan tingkatan sindrom yang di sandang anak.Yang terpenting dari terapi
yang diberikan kepada anak autism hendaknyatetap melibatkan peran srta orang tuan secara
aktif.Tujuannya agar orang tua merasa memiliki andil atas kemajuan yang telah dicapai
anak autism mereka dalam setiap fase terapi.(Purwati,H,Nyimas.(2009).
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Autisme.Merupakan tugas kelompok ISS-IT dari mata kuliah Tumbuh Kembang
Anakyang di berikan oleh dosen pembimbing Ibu Anggun.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism seakan-akan
hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo
Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau
(Handojo,2003).Kartono (2000) berpendapat bahwa autism adalah gejala menutup diri
secara total,dan tidak mau berhubungan lagi dengan Dunia luar keasyikan ekstrim dengan
pikiran dan fantasi sendiri.Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis
memiliki cirri-ciri penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau
bayi,misalnya dengan tidak merespon diri (tersenyum dan sebagainya) bila di beri makan
dan sebagainya serta sperti tidak menaruh perhatian terhadap lingungan sekitarnya,tidak
mau atau sangat sedikit brbicara hanya mau mengatakan ya atau tidak atupun ucapan-
ucapan yang tidak jelas.Tidak suka dengan stimuli pendengaran(mendengar suara orang
tua pun menangis),tetapi senang melakukan stimuli diri,memukul-memukuli kepala atau
gerakan gerakan aneh lain,kadang gampang memanipulasi kan obyek,namun sulit
menangkap.
Kartono (1989) berpendapat bahwa adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan personal atau diri sendiri,menanggapi dunia berdasarka penglihatandan harapan
sendiri serta menolak realitas ,oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003) penyandang
autism akan berbuat semuanya sendiri baik cara berpikir maupun berpeilaku.
Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang berkepanjangan dan
tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan berkomunkasi ini diduga
mengakibatkan anak penyandang autisme menyendiri dan tidak respon dengan orang lain
(Sarwindah,2002).menurut Rutter (1970) adalah gangguan yang melibatkan kegagalan
untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam
pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan konvulsiv.autisme masa
kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang
lain (Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social timbale balik
yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).
Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang (anak)
sejak lahir atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang tidak normal.
B. ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya
terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme
semakin maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang
sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor
genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Banyak
faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak, antara lain;
penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan
zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan
imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005).

Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat


disebabkan karena beberapa hal antara lain:

1. Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel-sel


saraf dan sel otak
2. Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau
pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil ,misalnya ikan dengan
kandungan logam berat yang tinggi.sehingga para peneliti membuktikan bahwa
didalam tubuh anak atisme terkandung timah hitam dan mercury dalam kadar yang
relative tinggi.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam
lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor ekonomi.
4. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya
sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri penyakit,sedangkan
autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh penderita itu sendiri yang
justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama mengamati
perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat perkembanganya yakni yang
terdapat pada penderita autism dengan membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat
dilihat sejak bayi dan harus diwaspadai:
1. Usia o-6 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
c. Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
e. Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
2. Usia 6-12 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitive
c. Sulit di gendong
d. Tidak ditemukan senyum sosial
e. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
3. Usia 1-2 tahun:
a. Kaku bila di gendong
b. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
c. Tidak mengeluarkan kata
d. Tidak tertarik pada boneka
e. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus
4. Usia 2-3 tahun:
a. Tidak bias bicara
b. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)
c. Hiperaktif
d. Kontak mata kurang
5. Usia 3-5 tahun:
a. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
b. Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)
c. Marah bila rutinitasyang seharus berubah
d. Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)

D. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus
listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf terdapat pada
lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin
terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada trimester
ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,dendrite dan sinaps
yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara genetic
melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan akson,dendrite dan
sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian otak yang digunakan
dalam belajarmenunjukan pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak
yang tak digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan
sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak adekuatdapat
menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan menyebabkan abnormalitas
pertumbuhan sel saraf.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
4. MRI(Magnetic resonance imaging)
5. EEG(elektro encepalogram)
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-
Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel
saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis mempunyai kadar serotonin dalam darah.
Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan
stabil dan saling berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang
autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan autis
tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur. Risperidone
bias digunakan sebagai antagonis reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk
mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri sendiri.
2. PENATALKSANAAN KEPERAWATAN:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali tidak
memahami mereka.mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran
mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.

BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN\
A. Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac,
A (2005) dan Townsend, M.C (1998) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri
dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain
Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkan-
gerakkan mimik orang lain
9. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan
stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai
benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak
adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak
isyarat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Townsend, M.C (1998) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada
pasien/anak dengan gangguan perkembangan pervasive autisme antara lain:
1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan:
a. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya terhadap rasa
tidak percaya
b. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
c. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-
kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu, fenilketonuria tidak teratasi,
ensefalitis, tuberkulosa sclerosis, anoksia selama kelahiran dan sindroma fragilis
d. Deprivasi ibu
e. Stimulasi sensosrik yang tidak sesuai
f. ejarah perilaku-perilaku mutilatif/melukai diri sebagai respons terhadap ansietas
yang meningkat.
g. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang histeris
terhadap perubahan-perubahan pada lingkungan

2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan:


a. Gangguan konsep diri
b. Tidak adanya orang terdekat
c. Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari percaya versus tidak percaya
d. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-
kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi,
ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia selama kelahiran sindrom fragilis
e. Deprivasi ibu
f. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan:


a. Ketidakmampuan untuk mempercayai
b. Penarikan diri dari diri
c. Perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi
fisik tertentu seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis,
tuberous sclerosis, anoksia selama kelahiran sindrom fragilis X)
d. Deprivasi ibu
e. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai

4. Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan dengan:


a. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
b. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak percaya
c. Deprivasi ihu
d. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai

C. PERENCANAAN DAN RASIONALISASI


Menurut Townsend, M.C (1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk mengatasi
masalah keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan pervasife autisme
antara lain:
1. Resiko terhadap mutilasi diri
Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (misalnya
memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap kecemasan
dengan criteria hasil:
a. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan
perilaku-perilaku mutilatif diri
b. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas
Intervensi :
a. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif
untuk mencegah perilaku merusak diri
Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan anak)
b. Kaji dan tentukan penyebab perilaku perilaku mutilatif sebagai respon terhadap
kecemasan
Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara /alternative
pemecahan yang tepat
c. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukul
kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik narik rambut, pemberian bantal
yang sesuai untuk mencegah luka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris
Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera
d. Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat
Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya dengan
pasien
e. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu mening-katnya
kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
Rasional : Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-perilaku
mutilasi diri dan memberikan rasa aman

2. Kerusakan interaksi sosial


Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi
perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata dalam
waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:
Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain, pasien menggunakan kontak
mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam
berinteraksi dengan orang lain, pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan
orang lain.
Intervensi
a. Jalin hubungan satu satu dengan anak untuk meningkatkan keper-cayaan
Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten meningkatkan
pembentukan kepercayaan.
b. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk
memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami
distress
Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman
bila anak merasa distres
c. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak berusaha
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya
Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan dan
mempertahankan hubungan saling percaya
d. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai
dengan penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan
berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman , dan pelukan
Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan yang
gencar pada pasien yang tidak terbiasa
e. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk
membentuk hubungan dengan orang lain dilingkungannya
Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan saling percaya
dapat memberikan rasa aman

3. Kerusakan komunikasi verbal


Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan
ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah
ditentukan dengan kriteria hasil:
a. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
b. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
c. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain
Intervensi :
a. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan
komunikasi anak
Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami
tindakan-tindakan dan komunikasi pasien
b. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan pola
komunikasi terbentuk
Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi kecemasan anak
sehingga anak akan dapat mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan
asertif
c. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode
pola komunikasi ( misalnya :" Apakah anda bermaksud untuk mengatakan
bahwa..?" )
Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari pesan
yang diterima, menjelaskan pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam
pesan. Hati-hati untuk tidak "berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya"
d. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan ekspresi-
ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan contoh
Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang murni terhadap dan hormat
kepada seseorang

4. Gangguan Indentitas Pribadi


Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-
bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali
fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil:
a. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan bagian-
bagian dari tubuh orang lain
b. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya
dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-kata yang di dengar) dan
ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)
Intervensi:
a. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak
Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan data kepercayaan
b. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-
kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anda
terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
c. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak
terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
d. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan
untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-
hati dengans entuhan sampai kepercayaan anak telah terbentuk
Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai suatu ancaman
oleh pasien
e. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-batas tubuh
dengan menggunakan cermin dan lukisan serta gambar-gambar dari anak
Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk tubuh dan gambaran diri
pada anak secara tepat

Anda mungkin juga menyukai