Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BESAR

ETIKA PROFESI
STUDI KASUS
TRAGEDI FUKUSHIMA-JEPANG

Mahasiswa : 1. 1510631160012 Amalina Almas


2. 1510631160043 Eki Bagus Susilo

Dosen : Ulinnuha Latifa, ST.,MT.

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nuklir adalah salah satu energi yang banyak digunakan sebagai sumber energi di dunia
dan terus berkembang secara signifikan hingga saat ini. Pemanfaatan tenaga nuklir untuk
pembangkit listrik semakin hari makin maju karena berbagai faktor produktif seperti
kenaikan bahan bakar minyak dunia makin tak terkendali, banyak negara yang telah
menggunakan pembangkit listrik dengan energi nuklir dan hanya sedikit kasus
kecelakaan yang terjadi serta merupakan energi pembangkit listrik alternatif yang cukup
ramah lingkungan. Selain untuk memenuhi kebutuhan energi, pemanfaatan tenaga nuklir
juga dikembangkan dalam berbagai bidang kegiatan seperti bidang industri, bidang
kedokteran, bidang arkeologi, pertanian dan lain-lainnya.

Berdasarkan data International Atomic Energy Agency (IAEA), sampai bulan Oktober
2017 terdapat 448 unit pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dioperasikan oleh
31 negara termasuk Taiwan, dengan total kapasitas terpasang sebesar 391.744 MW.
Jepang adalah negara memiliki reaktor nuklir ke-3 terbanyak setelah USA dan France.
Jepang melakukan riset nuklirnya pada tahun 1954, dengan menghabiskan dana sekitar
230 Juta Yen. Pada tahun 1963, Jepang mulai membangun PLTN pertama yang
mengusung teknologi Boiling Water Reactor (BWR). Hingga kini Jepang telah memililki
42 PLTN. Kementrian Energi Jepang mengatakan bahwa Jepang berambisi menambah
24 PLTN baru hingga 2030.

Figure 1 Status PLTN (data IAEA)


Figure 2 Distrbusi Regional PLTN (data IAEA)

Figure 3 Total Reaktor PLTN di Dunia (data IAEA)

Pada tanggal 11 Maret 2011 gempa bumi Tohoku terjadi di sebelah timur laut Jepang.
Gempa berskala 9.0 skalarichter tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang Tsunami
yang melanda daratan Jepang. Gempa tersebut disusul dengan ledakan pada reaktor nuklir
satu hari setelahnya. Ledakan pertama terjadi di reaktor nomor 1 pada tanggal 12 Maret
2011, disusul ledakan di reaktor nomor tiga 14 Maret 2011, dan ledakan terakhir terjadi di
reaktor nomor 2, 15 Maret 2011. Banyak pihak mengkhawatirkan terjadinya radiasi nuklir
yang besar sebagai konsekuensi dari ledakan itu.

Terjadinya ledakan PLTN Fukushima-Jepang ini membuat berbagai macam pertanyaan,


karena ini merupakan ledakan terbesar pertama setelah tragedi Chenobyl-Ukraina dan
dinilai memiliki skala yang sama. Jarangnya kasus yang terjadi terhadap PLTN membuat
penulis bertanya bagaimana sistem keselamatan dan etika profesi yang diterapkan, karena
kasus ini memiliki dampak yang sangat buruk apabila mengalami kecelakaan seperti yang
terjadi di PLTN Fukushima - Jepang.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang sebenarnya menjadi penyebab kebocoran dan ledakan reaktor
Fukushima-Jepang?
2) Dampak yang ditimbulkan dari tragedi Fukushima-Jepang
3) Opini penulis mengenai tragedi Fukushima Jepang.
BAB 2

STUDI KASUS

2.1 Kasus Fukushima Jepang

Jepang terkenal sebagai negara yang miskin akan sumber energi. Hampir 100% dari
energi yang mereka pakai adalah hasil impor dari berbagai negara, boleh dikata bahwa
Jepang adalah net energy importer. Minyak bumi mereka impor dari Timur Tengah,
batubara berasal dari Indonesia, Cina, dan Australia, gas alam diimpor dari Indonesia dan
Timur Tengah, sedangkan Uranium mereka peroleh dari Kanada dan Australia.

Di sektor kelistrikan, Jepang memiliki keragaman energi yang menarik. Tidak seperti di
negara lain yang cenderung dominan di salah satu sumber energi, di Jepang ada tiga
sumber energi utama yang diandalkan untuk menyuplai listrik mereka, yakni nuklir,
batubara dan gas alam. Perbandingan di antara tiga sumber energi utama tersebut hampir
berimbang: 31% nuklir, 25% batubara dan 26% gas alam, selebihnya bersumber dari
minyak bumi dan pembangkit listrik tenaga air.

Pada Jumat 11 Maret 2011, pukul 14.46 (waktu setempat) gempa berkekuatan 9.0 skala
Richter terjadi di timur laut Jepang. Pemerintah Jepang menyatakan, pusat gempa berada
di kedalaman laut 24 km sekitar 130 km sebelah timur Kota Sendai, Perfektur Miyagi,
Pulau Honshu. Gempa berkekuatan dasyat ini telah menggeser Pulau Honshu 2,4 meter
dari posisi semula. Gempa juga memicu gelombang pasang air laut (tsunami) setinggi 10
meter lebih yang menyebabkan kota-kota di sepanjang pantai timur pulau Honshu hancur
tersapu air bah.

Bencana alam tersebut kemudian mengakibatkan kerusakan reaktor nuklir milik Tokyo
Electric Power Company (TEPCO), Fukushima Dai-ichi Nuclear Power Station di
prefektur Fukushima. Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi
berjenis Boilling Water Reactor (BWR) yang mampu menghasilkan daya listrik sebesar
460 MW, dengan daya termal 1.553 MW dan asumsi efisiensi termal 30 persen. Reaktor
tersebut dibangun pada akhir tahun 1960-an dan beroperasi awal 1970-an. Penahan
terjangan tsunami yang di bangun dengan tinggi 6 meter tidak sanggup menghadang
terjangan gelombang tsunami ke PLTN Fukushima. Kerusakan PLTN menyebabkan
munculnya bencana baru di Jepang yaitu bencana nuklir yang menyebarkan zat radioaktif
pembangkit listrik Fukushima Daiichi. Bencana tersebut diakibatkan oleh kerusakan
struktur reaktor akibat gempa dan kegagalan sistem pendingin reaktor nuklir yang
menyebabkan meledaknya reaktor-reaktor nuklir dan menyebarkan unsur radioaktif ke
lingkungan sekitar dalam radius 300 kilometer dari reaktor Fukushima Daiichi.

Insiden di PLTN Fukushima Daiichi dinyatakan oleh NISA (Nuclear and Industrial
Safety Agency) termasuk kecelakaan dengan skala 3 (12 Maret) dalam International
Nuclear Event Scale (INES) dan tidak lama kemudian meningkat pada skala 5 (18 Maret)
hingga pada 12 April dinyatakan menjadi kecelakaan dengan skala 7 yang setara dengan
insiden PLTN Chernobyl di Uni Soviet. Insiden di PLTN Fukushima Daiichi ini memaksa
warga sekitar PLTN Fukushima dievakuasi dengan radius 20 km. Lebih dari 80.000
penduduk harus berpindah karena lokasi rumah mereka yang berada dekat dengan PLTN.
Pasca diterpa gempa dan gelombang Tsunami, Unit 1 dari PLTN Fukushima I yang
radioaktifitasnya sangat besar telah meledak setelah mengalami gangguan karena gagal
menghidupkan generator diesel cadangan yang diperlukan untuk menyuplai listrik bagi
sistem pendingin reaktor. PLTN ini sedang dalam kondisi berdaya penuh ketika
mengalami gempa. Walaupun batang-batang pengatur (control rods) telah dimasukkan
ke inti reaktor secara otomatis untuk menghentikan proses reaksi nuklir, ternyata suhu
inti reaktor masih tetap tinggi. Sekalipun sistem pendingin inti reaktor berfungsi penuh,
tetap diperlukan waktu beberapa jam untuk membuat suhu inti reaktor tersebut menurun
dan menjadi stabil. Sebaliknya, jika sistem pendingin inti reaktor gagal berfungsi, maka
inti reaktor akan meleleh (melting down) karena suhu yang sangat tinggi, dan melepaskan
partikel-partikel debu radioktif yang keluar dari reaktor bersama cairan pendingin yang
ada di inti reaktor, maupun terbawa udara ke atmosfir di sekitar bangunan reaktor.

Meledaknya bagian dari reaktor Unit 1 di PLTN tersebut bukanlah akibat gempa secara
langsung, melainkan karena kegagalan dalam menghidupkan diesel
generator emergency untuk menyuplai listrik bagi unit sistem pendingin reaktor, karena
aliran listrik telah terputus secara otomatis beberapa saat sebelum
terjadi Tsunami. Sangat berbahaya bagi penduduk di wilayah tersebut apabila
gelombang besar yang menghantam mereka juga beraliran listrik.

Ledakan kedua terjadi pada Unit 3 pada hari Sabtu 12 Maret 2011. Ketika itu otoritas
PLTN berusaha menurunkan tekanan tinggi yang dialami reaktor Unit 3. Akhirnya,
terbentuk gas hidrogen yang terlepas bersama uap panas. Ledakan tidak dapat dielakkan
ketika hidrogen bercampur dengan oksigen di atmosfir. Ledakan ini sebetulnya tergolong
reaksi nuklir secara fusi antara atom hidrogen dengan atom oksigen.

Ledakan ketiga yang terjadi pada reaktor Unit 2 dan kebakaran pada Unit 4 pada hari
Selasa 15 Maret 2011. Ledakan ini terjadi karena terbentuknya gas hidrogen ketika uap
di dalam inti reaktor (vessel) yang sangat panas bereaksi dengan pipa-pipa zirconium
alloy yang membungkus bahan bakar (fuel rods). Hidrogen, yang keluar dari inti
reaktor yang mulai bocor, bereaksi dengan oksigen yang ada di dalam gedung reaktor dan
menimbulkan ledakan.

2.2 Dampak Tragedi Fukushima Jepang

Setiap kejadian pasti memiliki dampak baik bagi manusia maupun lingkungan, begitu
juga pada tragedi bocor dan meledaknya reaktor nuklir pada PLTN Fukushima Daiichi di
Jepang. Hal yang pasti menjadi dampak utama dalam tragedi tersebut adalah radiasi nuklir
yang membahayakan manusia serta lingkungan dan juga memiliki dampak yang
berkepanjangan.

Pada kejadian Fukushima Daiichi, tingkat radiasi yang ditimbulkan mencapai 8.217
microsievert (15 maret 2011) dan terus meningkat bahkan hingga beberapa bulan
berikutnya. Masyarakat tidak mengetahui tingkat radiasi yang sudah sangat tinggi
tersebut, karena pemerintah memasang alat pendeteksi radiasi yang memberikan tampilan
tingkat radiasi rendah. Pemerintah jepang juga terus mengatakan bahwa tidak aka nada
radiasi nuklir dan reaktor nuklir tidak akan membocorkan radiasi hingga tingkat yang
membahayakan. Namun setelah 2 minggu pernyataan dan kejadian tersebut berlalu,
pemerintah justru meminta warga dalam radius 20-30km untuk mengungsi. Kemudian
hingga akhir april, radius 50km warga diminta untuk mengungsi dan terus hingga bulan
juni, juli dan agustus 20km dari zona aman diminta untuk kembali mengungsi. Hingga
akhirnya radius 250km dari lokasi kejadian diminta untuk keluar dari zona tersebut.

Sikap pemerintah yang seperti itu membuat banyak warga terkena radiasi nuklir baik
secara langsung maupun tidak langsng. Radiasi nuklir yang tinggi tersebut membuat
banyak warga yang terkena penyakit kanker bahkan anak-anak sudah banyak yang
terdeteksi terkena kanker tiroid akibat kejaddian Fukushima Daiichi. Lingkungan di
sekitar lokasi kejadian tidak ada yang mau mendekati lagi bahkan wartawan, dokter dan
perawat melarikan diri takut terkena radiasi, keadaan tanah buruk, serta makanan dan
minuman yang berasal dari sekitar zona evakuasi tidak diperkenankan dikonsumsi karena
akan menyebarkan radiasi.

Banyak ha mengerikan yang ditimbulkan oleh tragedi Fukushima, bahkan masyarakat ada
yang menggugat pemerintah akibat dirinya terkena kanker dari radiasi nuklir, ada juga
yang tidak ingin menikah karena menurunya terkena radiasi nuklir sama saja sudah
merusak masa depan.

2.3 Opini Penulis

Kejadian bocor dan meledaknya reaktor nuklir pada PLTN Fukushima Daiichi di Jepang
memang menimbulkan banyak pertanyaan. Kenapa bisa terjadi lagi tragedi seperti ini
setelah Chenobyl-Ukraina dengan level yang sama dan mengapa harus Jepang? (level 7
adalah level tertinggi untuk kasus ini). Jepang adalah negara industri termaju di dunia
tetapi tidak bisa mengatasi kejadian ini dengan baik sehingga terjadi 3 ledakan pada
reaktor nuklir yang berbeda. Kejadian ini berdampingan dengan bencana alam di jepang,
gempa dan tsunami namun pada kenyataannya penyebab tragedi ini bukanlah disebabkan
oleh bencana alam secara langsung karena yang diketahui aliran listrik sudah terputus
saat sebelum terjadi tsunami. Namun banyak yang memberitakan bahwa kejadian ini
karena bencana alam dan dinding yang dibuat sebagai antisipasi jika PLTN terkena
tsunami tidak cukup tinggi untuk menghalangi air masuk ke PLTN Fukushima sehingga
menyebabkan koneksi sambungan listrik darurat terendam air.
Menurut Profesor David Boilley, ketua LSM Perancis ACRO, Jepang adalah negara yang
paling berpengalaman dan lengap dalam mengahdapi bencana dengan skala besar.
Namun kali ini, perencanaan darurat untuk kejadian nuklir tidak fungsional dan proses
evakuasi kacau hingga menyebabkan banyak masyarakat terkena radiasi, hal ini Nampak
dari sikap pemerintah yang semula mengatakan tidak bahaya dan hanya dalam waktu 2
minggu setelah kejadian justru zona evakuasi terus bertambah.

Engineering yang mengatasi kejadian ini memiliki tugas besar dalam memilih keputusan
tercepat dan terbaik agar menghindari hal yang terburuk. Namun, hal buruk terjadi dan
memiliki dampak negatif yang berkepanjangan. Walaupun hal buruk terjadi, seharusnya
keselamatan dan kesehatan masyarakat tetap diutamakan dan segera diumumkan
mengenai radiasi nuklir yang sudah dalam tingkat tidak aman..

Dalam kasus ini, sangat terlihat bahwa politik dan ekonomi negara yang sangat
diperhatikan. Mulai dari tidak memberitahukan bahaya radiasi secara terbuka kepada
msyarakat, proses evakuasi yang kacau hingga tidak adanya ganti rugi kepada
masyarakat. Pemerintah dan pemilik PLTN sangat takut apabila warga jepang tidak
percaya lagi terhadap PLTN sehingga mereka meyakinkan masyarakat dengan tidak
memberitahu bahaya nuklir secara terbuka dan cepat. Padahal, jika saja masyarakat tahu
lebih awal dan terhindar dari radiasi akibat perlindungan dan keputusan dari engineering
dan juga pemerintah, kepercayaan terhadap PLTN bisa saja tidak berubah dan mereka
akan tetap setuju karena bahaya yang ditimbulkan tidak mengenai masyarakat. Tapi
kenyataannya sekarang, justru masyarakat yang menanggung semua beban kerugian
bahkan hingga terkena penyakit kanker akibat radiasi nuklir yang belum ada obatnya.
Sikap ini juga termasuk tindak penipuan kepada masyarakat.

Dampak dari tragedi ini juga bukan hanya dalam waktu bulan bahkan setahun, tetapi bias
mencapai puluhan tahun, karena radiasi nuklir dapat dirasakan dalam jangka waktu
panjang. Jadi, keputusan engineering dalam suatu tindakan memanglah sangat penting
dan berpengaruh karena dampaknya akan dirasakaan oleh banyak pihak dan bukan dalam
jarak yang dekat saja tetapi bisa saja antar negara bahkan benua seperti kejadian
Fukushima Jepang ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ferial.2015. Pembangunan Ekonomi Korea Karena PLTN.


http://ebtke.esdm.go.id/post/2015/01/16/759/pembangunan.ekonomi.korea.karen
a.pltn. (21 Oktober 2017)
http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/44/007/440075
96.pdf. (21 Oktober 2017)
Robertua, Verdinand. 2017. Krisis Legitimasi Energi Nuklir Dalam Ekonomi
Politik Internasional: Studi Kasus Fukushima. Vol.7, no 1, Juni 2017.
http://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume7no1/5-verdinand-
robertua.pdf/pdf/5-verdinand-robertua.pdf. (21 Oktober 2017)
http://sains.kompas.com/read/2011/03/16/06422681/Kenapa.Reaktor.Nuklir.Fuk
ushima.Meledak. (21 Oktober 2017)
https://www.iaea.org/pris/. (21 Oktober 2017)
https://www.iaea.org/PRIS/WorldStatistics/OperationalReactorsByCountry.aspx
. (21 Oktober 2017)
https://www.iaea.org/PRIS/CountryStatistics/CountryDetails.aspx?current=JP.
(21 Oktober 2017)
Ery Wijaya, Muhammad.Januari 2011. Energi Nuklir di Jepang.
http://majalah1000guru.net/2011/01/energi-nuklir-di-jepang/, (21 Oktober 2017)
https://www.iaea.org/About/Policy/GC/GC56/GC56InfDocuments/English/gc56
inf-2_en.pdf. Pp 9. (21 Oktober 2017)
https://www.nei.org/News-Media/News/News-Archives/fukushima-chernobyl-
and-the-nuclear-event-scale. (21 Oktober 2017)
http://www.energi-ku.com/2016/08/bencana-pltn-fukushima-tragedi.html. (21
Oktober 2017)
http://scholar.unand.ac.id/22680/2/BAB%201.pdf. (21 Oktober 2017)
https://atmonobudi.wordpress.com/2011/03/13/mengenal-lebih-dekat-pltn-
fukushima-i-di-kota-okuma-jepang/. (21 Oktober 2017)
http://www.greenpeace.org/seasia/id/Global/seasia/report/2012/Pelajaran-dari-
Fukushima.pdf. (21 Oktober 2017)
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/03/110315_japanradiation

Anda mungkin juga menyukai