A. Latar Belakang
Hadis Rasulullah saw. Selain sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah
alquran, juga berfungsi sebagai penjelas bagi alquran, menjelaskan yang global,
mengkhususkan yang umum, dan menafsirkan ayat-ayat alquran[1]. Hadis memiliki dua
peranan penting : (1) secara struktural sebagai sumber ajaran islam kedua setelah
alquran, (2) sebagai bayan (penjelas) terhadap alquran. Karenanya, hadis memiliki
kewenangan dalam menetapkan suatu hukum yang tidak termaktub dalam alquran.
Sungguhpun demikian, dibandingkan alquran, hadis harus melalui prosedur yang ketat
untuk sampai derajat hadis yang sahih.[2]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Kritik Sanad Hadis
Kata kritik merupakan alih bahasa dari kata Naqd[7] yang berarti berusaha
menemukan kebenaran.[8] Namun kritik yang dimaksud disini adalah upaya mengkaji
hadis rasulullah Saw. untuk menentukan hadis yang benar-benar datang dari Nabi
Muhammad Saw.[9]
Kata sanad dalam bahasa arab sinonim dengan kata daama yang mengandung arti
menopang atau menyangga,[10] jamaknya Asnad dan Sanadat Sedangkan menurut istilah
hadis, terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al-Badru bin Jamaah dan Al-Thiby
mengatakan bahwa sanad adalah:
Berita tentang jalan matan. Yang lain
menyebutkan: Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadis), yang
menyampaikannya kepada matan hadis. Ada juga yang
menyebutkan: silsilah perawi yang menukilkan
hadis dari sumbernya yang pertama.[11] Sementara Drs. Fathur Rahman dalam bukunya
Ikhtisar Musthalahul Hadis mengatakan bahwa sanad ialah jalan yang dapat
menghubungkan matnul-Hadist kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. misalnya
seperti kata Bukhary:
: :
)( ..... :
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
1) Metode kritik sanad hadis ialah suatu cara yang sistematis dalam melakukan penelitian,
penilaian, dan penelusuran sanad hadis tentang individu perawi dan proses penerimaan
hadis dari guru mereka masing-masing dengan berusaha menemukan kekeliruan dan
kesalahan dalam rangkaian sanad untuk menemukan kebenaran, yaitu kualitas hadis
(Shahih, hasan, atau dlaif).
2) Kritik sanad hadis muncul karena adanya kekhawatiran dari para ulama pada waktu
itu dipicu oleh ditemukannya hadis palsu yang diciptakan oleh orang-orang zindiq dan
orang-orang yang mempunyai kepentingan tertentu. Pemalsuan hadis pertama kali
ditemukan pada masa Ali ibn Abi Thalib. Hadis-hadis palsu yang muncul pada masa itu
diantaranya didorong karena faktor-faktor membela kepentingan politik, membela aliran
madzhab, membela madzhab fiqh, dan merusak islam. Dalam situasi tersebut muncullah
kelompok yang dikenal dengan sebutan Ahl Hadist, sebuah kelompok baru yang terang-
terangan membela eksistensi hadis sebagai sumber kedua Islam dan mendapat dukungan
penguasa (Umar ibn Abdul Aziz) atas upaya pengumpulan hadis ini.Muncullah kemudian
ilmu hadis dan kritik hadis, terutama setelah munculnya Muhammad ibn Sirin (w. 110 H).
3) Tujuan pokok penelitian hadis, baik dari segi sanad maupun matn, adalah untuk mengetahui
kualitas hadis yang diteliti.
Ada empat faktor penting yang mendorong ulama hadis mengadakan
penelitian sanad hadis, yaitu:
a) Hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam
b) Hadis tidak seluruhnya tertulis pada zaman Nabi
c) Munculnya pemalsuan hadis
d) Proses penghimpunan (tadwin) hadis.
4) - Dari pengertian hadis sahih yang disepakati oleh mayoritas ulama hadis diatas dapat
dinyatakan bahwa unsur-unsur kesahihan sanad hadis ialah :
a) Sanad bersambung
b) Seluruh periwayat dalam sanad bersifat adil
c) Seluruh periwayat dalam sanad bersifat dhabith
d) Sanad hadis itu terhindar dari Syadz
e) Sanad hadis itu terhindar dari illat
- Kriteria ketersambungan sanad: pertama, periwayat hadis yang terdapat dalam sanad hadis
yang diteliti semua berkualitas tsiqat; kedua, masing-masing periwayat menggunakan kata-
kata penghubung yang berkualitas tinggi yang sudah disepakati ulama (al-sama), yang
menunjukkan adanya pertemuan diantara guru dan murid. Istilah atau kata yang dipakai
untuk cara al-sama beragam; Ketiga, adanya indikasi kuat perjumpaan antara mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Alquran dan Terjemahannya
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Cet. V; Multi Karya
Grafika Pondok Pesantren Krapyak: Yogyakarta, tth.
Munawwir, Ahmad Warson, Al-munawwir Kamus arab-Indonesia, Cet. XIV; Pustaka Progressif:
Surabaya, 1997
Al-Darimy, Abu Muhammad Abdullah ibn Abd Rahman, Sunan al-Darimy (ttp): Dar Ihya al-Sunnat
al-Nabawiyyah, tth
Bisri, Adib dan Munawwir AF, Al-Bisri Kamus Indonesia Arab, Cet. I; Pustaka Progressif:
Surabaya, 1999
Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Cet. I; Bulan Bintang: Jakarta, 1992
Khaeruman, Badri, Otentisitas Hadis: Studi Kritis Atas Kajian Hadis Kontemporer, Cet. I; PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2004
M. Isa, Bustamin, dan H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis, Edisi I, Cet. I; PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta, 2004
Rahman, Fathur, Ikhtisar Musthalahul Hadits Cet. IV; Bandung: PT. Al-Maarif, 1985
Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Cet. III; PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002
Soetari A, Endang., Ilmu Hadist, (Cet. II; Bandung: Amal Bakti Press, 1997
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. IV; Balai Pustaka: Jakarta, 1976