Anda di halaman 1dari 20

KASUS:

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. RIL
Tempat tanggal lahir : Kupang, 2 September 1992 ( 25 tahun)
Suku : Alor
Agama : Kristen Protestan
Status Pernikahan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Turi No. 18, Oebobo

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


Riwayat perjalanan penyakit didapat melalui autoanamnesis pada hari Selasa, 29
Agustus 2017 di poli Jiwa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes dan heteroanamnesis
terhadap ibu dan kakak kandung pasien pada hari Rabu, 30 Agustus 2017 bertempat
dirumah kediaman pasien
A. Keluhan Utama
Mendengar suara yang tak bisa didengar orang lain, berbicara sendiri dan marah-
marah tanpa sebab sejak awal bulan februari tahun ini.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Autoanamnesis
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 29 Agustus 2017 pada pukul
10.00 WITA di ruangan poli jiwa. Pemeriksa mempersilahkan pasien dan
keluarga pasien (sang kakak) untuk duduk. Pemeriksa berkata, selamat pagi
ka Rafael, perkenalkan saya dokter muda Hedi. Ka Rafael bagaimana
kabarnya hari ini? pasien menjawab, pagi ibu. Biasa sa ibu. Pemeriksa
bertanya,biasa senang ko atau sedih pasien menjawab, biasa sa ibu. Baik-
baik senang biasa biasa sa. Pemeriksa berkata, ka Rafael datang ke poli jiwa
ini hari untuk apa? pasien menjawab,beta mau ame obat ibu. Obat dirumah
su habis. Pemeriksa bertanya, ka Rafael ada keluhan ko sekarang? Pasien
menjawab, sonde hanya mau ame obat sa. Pemeriksa bertanya, ka Rafael
bisa cerita dulu tuh kermana sampai ka Rafael minum obat dari poli jiwa?
pasien menjawab, oh itu karena beta bapuku dengan b pung sodara dong.
Pemeriksa bertanya, kak Rafael bakupuku dengan sodara karena apa? pasien
menjawab.karena b bawa lari orang pung motor pemeriksa bertanya,ko

1
kenapa ka Rafael bawa lari orang pung motor? pasien menjawab, kermana e
ibu. Beta sonde bisa jelaskan pemeriksa bertanya, sonde papa ka Rafael,
omong sa. Pasien menjawab,eh kermana e ibu, b susah jelaskan. Pemeriksa
bertanya, ada suara begitu ko yang suruh ? pasien menjawab,iya ibu suara
yang suruh pemeriksa bertanya. Itu suara banyak ko atau satu sa? pasien
menjawab,satu orang perempuan sa mah sisanya tuh keg dong baribut baribut
sonde jelas ibu. B pung kepala keg sakit talalu baribut nah. Pasien
berkata,oh jadi yang suruh ame motor 1 suara sa? Yang lain baribut sonde
jelas? pasien menjawab,iya ibu, yang lain tau omong apa keg dong masuk
masuk kepala kasih penuh b pung kepala begitu. Beta ju susah jelaskan
kermana e ibu. Pokoknya dong baribut mati. Pemeriksa berkata, oh jadi ka
Rafael ikut itu suara ko ame motor? kenapa ko ka Rafael sonde lawan sa?
pasien berkata, beta sonde tahu nhe ibu. Beta pi ame itu motor nah ternyata
itu tentara pung motor jadi b dapa puku karena kira b pencuri. Pemeriksa
bertanya, nah ko pas ame ka Rafael tau ko sonde itu orang pung motor?
pasien menjawab, tahu ibu. Pemeriksa bertanya, nah kenapa tahu ju pi
ambil? Kalau ame barang orang tanpa ijin sonde baik toh? pasien menjawab
, abis b kepala sakit nah karena dia omong terus jadi mendingan b ikut sa dia
pung mau supaya dia diam. Pemeriksa bertanya, oh abis ka Rafael buat
begitu itu suara sonde baomong le pasien menjawab, iya sonde ibu. Sisa
suara suara lain yang baribut banyak-banyak makanya b sering marah-marah
pemeriksa bertanya, oh ka Rafael marah karena dong baribut? pasien
menjawab, iya ibu. Pemeriksa bertanya, ka Rafael dengar itu suara kapan?
pasien menjawab, baru-baru sa ibu. Mulai bulan februari lalu ko. B su lupa.
Pemeriksa bertanya, itu suara dengar tiap hari atau kadang-kadang sa?
pasien menjawab, dengar ampir tiap hari ko. Dengar ulang ulang dong
baribut dikepala. Tapi sekarang sonde pernah le. Pemeriksa bertanya, ini
baru pertama kali ko kak Rafael ? atau ka rafael su pernah begini
sebelumnya? pasien menjawab tahun 2015 b ju pernah dengar suara aneh
yang baribut sonde jelas dikepala ais itu mama dong bilang b sering omong
omong sendiri pemeriksa bertanya, dulu memangnya ka Rafael baomong
dengan siapa? Itu suara dong ko? pasien menjawab, eh b sonde ingat le. B
sonde tahu kalau b baomong sendiri. Mama dong yang bilang. Pemeriksa
bertanya, ju waktu itu berobat ko sonde? pasien menjawab, berobat mah

2
cepat sa. Ais itu sonde le. Pemeriksa bertanya, kenapa sonde berobat le?
Pasien menjawab, karena b kira su sembuh. Pemeriksa bertanya, berarti
ka Rafael pertama kali dengar suara aneh tuh tahun 2015? pasien menjawab,
iya ibu pemeriksa bertanya lagi, lalu, tahun ini ka Rafael dengar suara le
sampai ame motor jadi su 2 x berarti e? pasien menjawab, iya ibu. Yang ini
tahun beta kena rawat di empati 1 bulan ko. Pemeriksa bertanya, ka Rafael
pernah rasa kayak dikejar-kejar begitu ko sonde? pasien menjawab, sonde
ibu. Sonde pernah. Pemeriksa bertanya, ka Rafael pernah rasa ada kekuatan
super begitu? pasien menjawab, kalau itu ju sonde ibu. Pemeriksa bertanya,
selain suara ka Rafael ada pernah lihat sesuatu yang orang lain sonde bisa
lihat? Pasien menjawab, sonde ibu. Pemeriksa bertanya, kalau cium bau
yang aneh aneh begitu ada ko? Pasien menjawab, itu ju sonde ibu.
Pemeriksa bertanya, ka Rafael pernah rasa ka Rafael pung pikiran orang bisa
tahu ko? pasien menjawab, sonde ibu. Pemeriksa lanjut bertanya, ka
Rafael kira-kira ka tau ko kak sakit apa? pasien menjawab, iya ibu sakit
jiwa pemeriksa bertanya, kak tahu ko sakit karena apa? pasien menjawab,
beta sonde tahu ibu. Pemeriksa bertanya, sekarang ka Rafael su rajin
minum obat? pasien menjawab, iya ibu. Supaya b tenang b minum obat.
Pemeriksa bertanya lagi, sekarang dengan dulu , ka Rafael rasa lebih baikan
sekarang ko? pasien menjawab, Iya ibu sekarang lebih baik. Su sonde
dengar suara le. Su tenang. Pemeriksa lanjut bertanya, terakhir dengar suara
tuh kapan? pasien menjawab, yang abis keluar dari rumah sakit abis itu su
tidak lagi sampai sekarang. Pemeriksa lanjut bertanya, ka Rafael ada sakit
lain selain ini ko? pasien menjawab, ada ibu. Beta kejang keg mati kambing
begitu. Pemeriksa bertanya, kapan mulai begitu? pasien menjawab, su dari
tahun 2015 ibu. Su lama sonde kumat mah baru-baru ini kumat le. Pemeriksa
bertanya, kapan kumat ka Rafael? pasien menjawab , kemarin dulu ibu
pemeriksa bertanya, itu kejang kermana? pasien menjawab, beta su sonde
ingat le. Beta sonde sadar pas itu nah. Tanya mama sa Pemeriksa bertanya,
Oh begitu. Ais itu kaka ada pernah minum alkohol ko? pasien menjawab,
Sonde ibu. Pemeriksa bertanya, kalau minum alkohol? pasien menjawab
,sonde ju ibu. Beta sonde suka. Beta anak baik-baik. Pemeriksa lalu berkata,
nah kalau begitu, ka Rafael mulai sekarang rajin minum obat e supaya bisa
sembuh e. Besok beta pi rumah bisa ko untuk tanya di mama dong? pasien

3
lalu berkata, iya bisa ibu nanti b kasitahu mama e. pemeriksa lalu berkata,
makasih e ka Rafael nanti besok baru beta pi rumah e.
2. Heteroanamnesis (30 Agustus 2017) dengan ibu dan kakak kandung pasien).
Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 30 Agustus 2017 pukul
16.00 WITA pada ibu kandung pasien, Ny.YL dan kakak kandung pasien Nn.
FL dan Nn. OL. Menurut keterangan keluarga, pasien pertama kali mengalami
hal seperti ini ketika tahun 2015. Gejala awal yang dialami pasien adalah
sering marah marah tanpa sebab, dan suka bicara sendiri - sendiri. Dari
penuturan, keluarga sama sekali tidak mengetahui apa penyebab sampai pasien
bertingkah aneh. Namun menurut keluarga keluhan ini muncul setelah ayah
pasien meninggal dunia. Pasien sangat dekat dengan ayahnya sehingga waktu
ayahnya meninggal dunia bulan februari tahun 2015, pasien menjadi lebih
pendiam dan suka menyendiri. Pasien jarang berbicara dengan keluarga pasien
dan lebih suka dikamar.
Sekitar bulan Juni, tahun 2015 pasien mulai suka bicara-bicara sendiri
di dalam kamar lalu tertawa sendiri dan kadang-kadang marah tanpa sebab.
Keluarga pasien hanya membawa pasien 1x ke poli jiwa lalu minum obat
selama 2 bulan setelah itu pasien tidak lagi minum obat karena sudah tidak
bicara sendiri lagi jadi keluarga pasien mengira pasien sudah sembuh. Selain
itu, pasien juga dibawa ke tim doa karena menurut keluarga pasien, pasien
sedang diguna guna oleh orang luar. Selain bicara sendiri, pasien juga sering
kejang sejak tahun 2015. Kejang seluruh tubuh, dan biasanya tidak sadar saat
kejang sampai mulut keluar buih. Pada tanggal 28 Agustus 2017, pasien
mengalami kejang sebanyak 2x pada pagi dan malam hari. Riwayat kejang
selama kurang dari 5 menit, tangan dan kaki pasien kaku lalu pasien tidak
sadarkan diri dan keluar buih dari mulut pasien. Selesai kejang, pasien tertidur
lalu saat bangun, pasien beraktifitas seperti biasa. Pasien belum pernah dibawa
ke dokter spesialis saraf karena keluarga mengira kejang yang dialami akibat
guna-guna dari orang luar.
Pada bulan Februari tahun 2017, pasien mencuri motor seorang tentara
sehingga memicu perkelahian antara saudara dan pasien. Lalu, pasien merasa
marah karena dipukul dan dipermalukan didepan umum sehingga ia merusak
barang-barang dan memukul saudaranya sehinga ia dibawa ke IGD RSU

4
Yohanes lalu dirawat selama 1 bulan disana. Setelah itu pasien rajin kontrol di
poli Jiwa dan minum obat teratur.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


Pasien pernah mengalami hal yang sama tahun 2015 dan sempat berobat di
poli Jiwa namun putus pengobatan. Tahun 2017 pasien dirawat dibangsal empati
selama 1 bulan. Pasien juga mengalami kejang sejak tahun 2015.

D. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya


Menurut ibunya, sebelum sakit pasien adalah pribadi yang pendiam, lebih
suka dirumah dibandingkan pergi bermain dengan teman, hanya akrab dengan
orang yang sudah ia kenal baik. Contohnya di rumah setiap harinya ia hanya duduk
dikamar atau ke ruang tamu untuk nonton tv, kalau diajak ke pesta pasien tidak
mau ikut, pasien jarang bertegur sapa dengan tetangga pasien kecuali tetangga
pasien yang duluan menegur pasien.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut ibu pasien, pasien adalah anak ketiga belas dari empat belas
bersaudara. Saat kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami masalah
ataupun terkena penyakit sehingga tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
Pasien lahir secara normal dengan usia kehamilan 9 bulan. Ibu pasien
melahirkan pasien di rumah tanpa pertolongan tenaga medis, hanya dibantu
keluarga. Pasien adalah anak yang tidak diinginkan kedua orang tuanya
sehingga selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah memeriksakan diri di
puskesmas terdekat.
2. Masa Kanak Dini (Usia 0-3 tahun)
Ibu pasien mengatakan pasien mendapat ASI sampai umur 1 tahun lebih.
Pasien dapat berbicara dan berjalan sekitar 11 bulan seperti saudaranya yang
lain. Pasien tidak pernah mengalami penyakit berat.
3. Masa Kanak Pertengahan (Usia 3-11 tahun)
Menurut ibu pasien, pasien masuk TK umur 5 tahun. Pasien masuk SD umur 6
tahun, saat SD pasien mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan bergaul
baik dengan teman-temannya. Nilai pasien biasa-biasa saja di sekolah.

5
4. Masa Remaja
Saat SMP pasien bergaul baik punya banyak teman dan nilainya biasa saja,
saat SMA pasien bergaul dengan teman-teman yang suka membolos jadi niai
pasien agak menurun.
5. Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
TK Kefas
SD Inpres Oetete
SMP Negeri 1 Kupang
SMA Negeri 1 Kupang
Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan tetap. Pasien suka membantu dirumah.
Saat ini pasien bekerja sebagai salah satu badan pengurus ibadah di RSUD
Prof. Dr. W.Z. Johannes.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami mimpi basah saat kelas 2 SMA, perasaannya biasa saja.
Selain itu saat sekolah pasien belum pernah berpacaran.
Riwayat Agama
Pasien adalah penganut agama Kristen Protestan sejak lahir. Pasien rajin
beribadat ke Gereja dan sering bersaksi melalui puji-pujian di gereja.
Aktivitas Sosial
Menurut adik pasien, pasien hanya bergaul dengan orang-orang yang
sudah dekat dengan dia saja.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Tidak ada riwayat pelanggran hukum.
6. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ibu dan ketiga saudaranya di rumahnya
di Oebobo. Rumah tersebut terdiri dari 9 ruangan yaitu 5 kamar tidur, 1 ruang
tamu, 1 ruang tengah sekaligus dapur dan ruang makan, 1 ruang yang biasa
digunakan untuk mencuci piring atau pakaian, dan 1 toilet dan kamar mandi.
Tembok rumah tersebut terbuat dari bambu dan tripleks dengan lantai yang
belum berkeramik tetapi sudah dilapisi semen. Di dalam kamar tidur pasien
terdapat 1 buah kasur dan 1 buah lemari kayu. Pasien tidur sendiri. Penerangan

6
di dalam rumah menggunakan energi listrik. Rumah tersebut tidak memiliki
ventilasi, cahaya di siang hari sangat sedikit yang masuk ke dalam rumah,
sehingga rumah tampak gelap walau di siang hari.

Dokumentasi hasil kunjungan rumah:

Foto 1. Saat Wawancara dengan Pasien di Ruang Tamu

Foto 2. Pemeriksa bersama Pasien dan Ibu Kandung Pasien

7
7. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ketiga belas dari empat belas bersaudara, dan di
keluarganya tidak ada yang pernah memiliki riwayat keluhan yang sama
dengan pasien.

Keterangan :

: Laki-laki : Sudah meninggal

: Perempuan : Pasien

Gambar 3. Family tree pasien

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PASIEN


Pemeriksaan status mental dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2017 pukul 10.00
WITA di poli jiwa RSU Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
A. Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien laki-laki nampak sesuai usia, tampak bersih dan rapi, dilihat dari
rambut, gigi dan kuku. Pasien menggunakan baju kaos berwarna coklat
ditutupi dengan jaket hitam kotak-kotak dan celana jins biru.
Perilaku dan aktivitas motorik
Pasien tampak tenang.

8
Sikap terhadap pemeriksaan
Kooperatif, kontak mata adekuat.
B. Mood dan Afek
Mood : Eutimik
Afek : Menyempit
Keserasian : Tidak serasi
C. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, artikulasi jelas, volume suara rendah, intonasi suara
naik turun.
D. Persepsi :
Saat ini halusinasi auditorik negatif, halusinasi visual negatif, halusinasi
olfaktorik negatif, dan halusinasi perabaan negatif.
Riwayat Halusinasi Auditorik positif sejak tahun 2015
E. Proses Pikir
Bentuk : Tidak Logis
Arus : Koheren
F. Isi Pikir:
Riwayat Waham Dikendalikan positif:
Delution of influence (pasien mengambil motor orang yang tak dikenal karena
ada suara yang menyuruhnya dan pasien mengikuti agar suara tersebut diam)
G. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf kesadaran dan kesigapan: Compos Mentis
(GCS: E4V5M6).
2. Orientasi
Waktu : Baik (pasien tahu bahwa sekarang tahun 2017).
Tempat : Baik (pasien tahu bahwa alamat rumahnya di belakang radio
lisbet).
Orang : Baik (pasien dapat menyebutkan nama anggota keluarganya
dengan benar).
3. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : Baik (pasien mengingat tanggal
lahirnya 2 september 1992).

9
Daya ingat jangka sedang : Baik (pasien mengingat kalau pernah
dirawat di bangsal empati RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan
Februari tahun 2017).
Daya ingat jangka pendek : Baik (pasien mampu mengingat menu
makan pagi tadi nasi, sayur, telur).
4. Konsentrasi dan perhatian : Tidak terganggu (pasien mampu menjawab
walaupun agak lambat mengenai pengurangan 100-7 = 93, 93-7 = 86, 86-7 =
79, 797 = 72, 72-7 = 65).
5. Kemampuan visuospasial: Baik (pasien mampu menggambar segi 6, jam dan
menyebutkan denah dari pintu depan ke kamar pasien yaitu lurus dari pintu
depan lewat ruang tamu, lurus terus sampai ruang tengah belok kanan lalu
masuk di kamar paling kanan)

Foto Gambar Segi 6 dan Jam Pemeriksa Dan Pasien


6. Pikiran abstrak :Baik (Pasien menjawab persamaan dan perbedaan bola
dan apel yakni sama-sama bulat tapi apel untuk dimakan sedangkan bola
untuk ditendang main bola kaki).
7. Intelegensi dan kemampuan informasi: terganggu (pasien tidak tahu kalau
presiden sekarang Jokowi, Pasien tahu Presiden Indonesia saat ini adalah
SBY).
8. Bakat kreatif : Bernyanyi.

10
9. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (dapat melakukan aktivitas sehari
hari sendiri seperti, makan dan mandi sendiri).
H. Pengendalian Impuls: Terkendali (Pasien tenang saat diwawancara).
I. Daya Nilai dan Tilikan
1. Penilaian Realitas: Terganggu
2. Daya Nilai : Baik
3. Tilikan :4
J. Taraf Dapat Dipercaya: Dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internistik
Keadaan umum : Tampak Sehat
Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6
Tanda Vital : TD 110/80 mmHg, Nadi 84 x/ menit
B. Status Neurologis : GCS E4V5M6
C. Laboratorium/ Penunjang : Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Psikologi : Tidak dilakukan

V. TEMUAN-TEMUAN POSITIF
1. Tn.RIL dibawa ke Instalansi Gawat Darurat pada tanggal 2 Februari 2017
karena marah-marah tanpa sebab dan berkelahi dengan saudara-saudaranya
lalu dirawat selama 1 bulan di bangsal empati.
2. Halusinasi suara (+) dari autoanamnesis pasien mendengar satu suara
perempuan yang menyuruhnya untuk mengambil motor dan suara-suara
beribut di dalam kepalanya. Dari heteroanamnesis, keluarga sering
mendapati pasien berbicara dan tertawa sendiri.
3. Didapatkan adanya waham dikendalikan (+) Delution of Influence: pasien
mengambil motor tentara karena mengikuti perintah dari suara perempuan di
dalam kepalanya karena suara tersebut terus beribut dan pasien berpikir
kalau mengikuti perintah tersebut maka suara tersebut akan diam.

11
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
A. AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbagan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya.1
Kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ-III :1
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda, atau
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (Withdrawal) dan
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umumnya mengetahuinya.
b. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar atau
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien.
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

12
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan
penarikan diri secara sosial.
Adapun jenis skizofrenia yang menjadi diagnosis pada kasus ini adalah skizofrenia
paranoid.

13
Skizorenia paranoid, merupakan jenis dari skizofrenia yang memiliki kriteria
diagnosis sebagai berikut:1
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan atau waham harus menonjol
o Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah ,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
o Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala yang masuk
dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid antara lain :
1. Didapati gangguan persepsi yaitu ada halusinasi (halusinasi auditorik)
2. Didapati gangguan pada isi pikiran yaitu waham dikendalikan : delution of
influence.

B. AXIS II : Ciri Kepribadian Cemas Menghindar


Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif
Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial
Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai
Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.

14
Berdasarkan heteronamnesis, Menurut ibunya, sebelum sakit pasien adalah
pribadi yang pendiam, lebih suka dirumah dibandingkan pergi bermain
dengan teman, hanya akrab dengan orang yang sudah ia kenal baik.
Contohnya di rumah setiap harinya ia hanya duduk dikamar atau ke ruang
tamu untuk nonton tv, kalau diajak ke pesta pasien tidak mau ikut, pasien
jarang bertegur sapa dengan tetangga pasien kecuali tetangga pasien yang
duluan menegur pasien.

C. AXIS III : Epilepsi

D. AXIS IV :
Masalah dengan primary support group (keluarga), masalah berkaitan
dengan lingkungan sosial, masalah ekonomi. Meurut keluarga, pasien
merasa sangat sedih ketika mengingat bahwa ayahnya telah meninggal
hal ini dikarenakan pasien sangat dekat dengan sang ayahnya. Setelah
ayahnya meninggal, pasien cenderung menyendiri di kamar selain itu
pasien sudah mengalami putus obat saat tahun 2015 hal ini dikarenakan
kurangnya dukungan dari keluarga pasien dalam pengobatan penyakit
pasien. Pasien malah dibawa ke tim doa karena menurut keluarganya
pasien diguna-guna oleh orang luar.

E. AXIS V : GAF Score (80-71) : Gejala sementara dan dapat diatasi,


disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


AXIS I : Skizofrenia Paranoid
AXIS II : Ciri Kepribadian Cemas Menghindar
AXIS III : Epilepsi
AXIS IV : Masalah berkaitan dengan primary support group
(keluarga)
AXIS V : GAF Score (80-71) : Gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

15
VIII. DAFTAR MASALAH
a) Oragonobiologi : Ada (karena adanya epilepsi pada pasien)
b) Psikologi:
1) Gangguan persepsi:
Halusinasi suara (+) dari autoanamnesis pasien mendengar satu suara
perempuan yang menyuruhnya untuk mengambil motor dan suara suara
beribut di dalam kepalanya. Dari heteroanamnesis, keluarga sering
mendapati pasien berbicara dan tertawa sendiri.
Didapatkan adanya waham dikendalikan (+) Delution of Influence: pasien
mengambil motor tentara karena mengikuti perintah dari suara perempuan di
dalam kepalanya karena suara tersebut terus beribut dan pasien berpikir
kalau mengikuti perintah tersebut maka suara tersebut akan diam.
c) Keluarga : Kurangnya dukungan keluarga pasien dalam pengobatan pasien,
dimana mereka lebih mempercayai untuk berobat ke tim doa.

IX. RENCANA TERAPI


Haloperidol 2 x 1,5 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg
Chlorpromazine 1 x 50 mg
Konsul Sp.S : Rencana CT-Scan Kepala dan EEG

X. PROGNOSIS

DUBIA AT MALAM
1. Faktor yang memperingan
Skizofrenia paranoid
Pasien dapat merawat dan menjaga kebersihan diri.
Pasien tahu bahwa dirinya sakit dan butuh minum obat
2. Faktor yang memperberat
Awitan terjadi di bawah usia 30 tahun.
Dukungan keluarga kandung yang kurang, dimana lebih memilih pasien
pulang ke kampung dan berobat pada dukun.
Adanya epilepsi pada pasien

16
XI. DISKUSI

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak


belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. 1
Manifestasi klinik skizofrenia antara lain :
Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, intrusi berlebihan, terhambat, klang
asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme
Gangguan isi pikir (waham : keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar
belakang budaya, agama, pendidikan, norma-norma setempat tapi selalu
dipertahankan secara kuat oleh pasien walaupun sudah diberikan fakta-faktanya)
Gangguan persepsi : halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi
Gangguan emosi : ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan oleh penderita
skizofrenia (tetapi tidak patognomonik) yaitu afek tumpul atau datar, afek tak
serasi, dan afek labil
Gangguan perilaku : berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti
gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketol-tololan
dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas. 2
Untuk menegakkan diagnosa skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria
DSM-IV atau ICD IX. Berdasarkan DSM IV :
1. Berlangsung paling sedikit enam bulan.
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,
hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupam pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama periode
tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood
mayor, autisme, atau gangguan organik.2
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan skizofrenia, karena terdapatnya
manifestasi klinik seperti berikut, yaitu : adanya halusinasi pendengaran serta
ditemukan waham dikendalikan yaitu thought insertion dan delusion of influence.
Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.2
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan

17
pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun, dan 25-35 tahun untuk perempuan.
Progonisinya biasanya lebih buruk pada laki-laki.2 Etiologi dari skizofrenia belum
ditemukan dengan pasti, namun ada beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat
ini; 2
Dari segi biologi , gangguan organik yang paling banyak dijumpai yaitu
pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadang sudah terlihat sebelum
awitan penyakit, atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaitu gyrus
parahipokampus, hipokampus dan amigdala, disorientasi spasial sel pyramidal
hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral. Lokasi kerusakan
pada otak menunjukkan gangguan perilaku yang ditemui pada skizofrenia. Misalnya,
gangguan hipokampus dikaitkan dengan impairment memori, dan atropi lobus frontal
dihubungkan dengan symptom negative dari skizofrenia.
Dari segi biokimia, hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan
neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine
sentral(hipotesis dopamine), didasarkan pada, efektivitas obat neuroleptik bekerja
untuk memblok reseptor dopamine pasca sinaps, terjadinya psikosis akibat
penggunaan amfetamin (amfetamin melepaskan dopamine sentral, dan memperburuk
skizofrenia), dan adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus.
Dari segi genetika, skizofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga,
semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko. Kembar monozigot
mempunyai 4-6 kali lebih sering menjadi sakit disbanding kembar dizigot. Risiko
terjadinya skizofrenia selama hidup berdasarkan penelitian yaitu antara lain, populasi
umum (1%), kembar monozigot (40-50%), kembar dizigot (10%), saudara kandung
skizofrenia (10%), otrangtua (5%), anak dari salah satu orang tua skizofrenia (10-
15%), anak dari kedua orangtua skizofrenia(30-40%).
Dari segi faktor keluarga, kekacauan dan dinamika keluarga memegang
peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi.2
Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara berkomunikasi yang patologis dan aneh
pada keluarga pasien skizofrenia. Komunikasi sering samar, tidak jelas, dan sedikit
tidak logis.
Pada kasus ini, belum dapat diketahui pasti penyebab skizofrenia yang dialami
pasien. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika ingin dicari atau menyingkirkan
penyebab organik. Tidak ada riwayat dalam keluarga pasien yang mengalami keluhan
yang sama sehingga kemungkinan faktor genetik belum menjadi penyebab utama.

18
Faktor sosial dan keluarga sebagai faktor yang paling mungkin mencetuskan
gangguan pada kasus ini.
Ada beberapa klasifikasi skizofrenia yaitu, tipe paranoid, hebefrenik,
katatonik, tak terinci, residual, depresi pasca skizofrenia, simpleks, dan yang tak
tergolongkan. 1,2
Dari gejala yang dialami pasien, tampak bahwa ada beberapa gejala yang
masuk dalam kriteria diagnosis schizofrenia paranoid antara lain :
1. Didapati gangguan persepsi yaitu ada halusinasi (halusinasi pendengaran).
2. Didapati adanya waham dikendalikan : delution of influence.
3. Semua gejala ini berlangsung setiap hari, sejak 2015 hingga awal 2017, namun
sekarang pasien dalam kedaan stabil.

19
DAFTAR PUSTAKA

1.
Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013 ; p:46-8,104.
2.
Amir N. Skizofrenia. Dalam : Buku Ajar Psikiatri, edisi kedua. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015 ; p:173-81,195-8.

20

Anda mungkin juga menyukai