Oleh :
Bella Lestari
15014101239
Pembimbing :
dr. Neni Ekawardani
Oleh :
Bella Lestari
15014101239
Masa KKM : 23 Mei 19 Juni 2016
Pembimbing :
i
ISI
ii
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : RM
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Taruna, 18 September 1954
Status perkawinan : Janda
Pendidikan terakhir : SMEA
Pekerjaan : Tidak berkerja
Suku / Bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Tikale Ares
Tanggal MRS : 26 Maret 2016
Cara MRS : Pasien diantar oleh keluarga
Tanggal pemeriksaan : 25 Mei 2016
Tempat pemeriksaan : Ruang Maengket
RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
No. Telepon : 08214483xxxx (Anak)
1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Autoanamnesis
Pasien masuk RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dengan keluhan menangis
histeris tanpa sebab dan bicara kacau sehari yang lalu. Pasien menangis sambil
mem
Pasien mendengar suara orang yang memanggil dia untuk berhubungan intim.
Pasien juga merasa ada orang yang membangunkan dirinya dan melihat orang
setengah badan. Pasien yakin dirinya diguna-guna orang yang tidak suka dengan
dirinya. Pasien juga merasa takut bila ada orang yang berusaha meracuni dirinya
dan mencelakai dirinya.
Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara. Pasien tinggal berpindah-
pindah dari Kotamobagu, pindah ke Boroko, kemudian ke Lolak, dan terakhir di
Manado. Semenjak kecil, pasien tinggal bersama orang tua dan saudara-
saudaranya. Pasien menceritakan bahwa dirinya cerewet semasa sekolah dan
memiliki banyak teman. Pendidikan terakhir pasien adalah SMEA. Pasien tidak
ingin melanjutkan kuliah karena saat itu ada kendala ekonomi.
2
sakitnya di Lolak karena ulah ilmu hitam. Keadaan ini membuat pasien takut
untuk keluar rumah.
3
atau cacat bawaan. Lahir normal, tidak biru (sianosis) maupun kuning
(ikterik)
2. Riwayat pekerjaan
4
Setelah pasien lulus SMA pasien bekerja sebagai penjaga
warung di Manado.
3. Riwayat psikoseksual
Pasien sudah beberapa kali berpacaran dan mulai melakukan
hubungan seksual sejak SMP. Pasien juga melakukan hubungan
seksual dengan sesama teman wanitanya.
4. Riwayat pernikahan
Pasien pernah menikah namun sudah berpisah sejak lama,
karena suaminya selingkuh
5. Riwayat beragama
Pasien beragama kristen. Menurut keluarga, pasien adalah anak
yang rajin beribadah di gereja dan sering membaca alkitab, namun
setelah sakit pasien sudah jarang membaca alkitab.
6. Aktivitas sosial
Dulunya hubungan pasien dengan keluarga, teman-teman, tetangga
dan orang-orang sekitarnya sangat baik. Pasien mempunyai banyak
teman dan senang berkumpul dan bercengkrama dengan teman-
temannya. Namun pasien pernah menyakiti salah satu teman
perempuannya yang pernah mengajaknya berhubungan intim.
Sehingga sekarang pasien sering gelisah saat berada di luar rumah
dan ingin tetap berada di rumahnya, karena ia takut temannya itu
akan mencarinya.
5
Pasien tinggal di rumah permanen. Rumah tersebut memiliki
dua kamar tidur dan satu WC sekaligus kamar mandi berada di dalam
rumah.
Denah Rumah
Dapur
Ruang Keluarga
9. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ayah pasien
adalah pensiunan polisi dan ibu pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien saat ini tinggal bersama keluarga anaknya. Pasien
hidup rukun dengan keluarga ini.
Silsilah keluarga.
Keterangan:
: Laki-laki
6
: Perempuan
: Sudah meninggal
: Pasien
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 61 tahun, tampak sesuai umur,
berkulit sawo matang , rambut hitam sedikit beruban dan pendek.
Berpakaian rapi dan bersih dengan baju khusus pasien.
C. Karakteristik bicara
1. Kualitas : Spontan, volume sedang, suara jelas, artikulasi baik.
2. Kuantitas : Menjawab sesuai pertanyaan.
7
D. Gangguan Persepsi
Saat dilakukan pemeriksaan pasien masih mengalami halusinasi auditorik
dan halusinasi visual.
E. Proses Pikir
1 Bentuk piker : Koheren
2 Arus/proses pikir : asosiasi longgar
3 Isi pikiran : Waham/delusi (+)
8
7. Kemampuan visuospasial: Baik
8. Pikiran abstrak: pasien dapat mengerti peribahasa yang diberikan
9. Kemampuan menolong diri sendiri: Makan dan minum dilakukan
sendiri.
G. Pengendalian impuls
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dalam waktu yang lama dan
tenang
9
Paru :Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba, bising usus normal
Ekstremitas : Hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+)
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens
(N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memiliki
gerakan bola mata yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan
tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.
Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX) dan N. vagus (N.X)
Selama wawancara terdengar artikulasi bicara pasien baik
h. N. aksesorius (N.XI)
10
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
i. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
11
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologis tidak
ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis
umum yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita. Pasien tidak minum-
minuman beralkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan sehingga
kemungkinan gangguan mental akibat zat psikoaktif dapat disingkirkan.2
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis serta pemeriksaan
status mentalis yang dilakukan dan menurut DSM V ditemukan:
Pada aksis I, ditemukan adanya gejala psikotik seperti perilaku
halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Pasien juga sering marah-marah
tanpa sebab. Pasien sudah pernah sakit seperti ini dan melakukan
pengobatan. Diagnosis pasien ini termasuk Skizofrenia Paranoid.
Pada aksis II, ciri kepribadian paranoid
Pada aksis III, pasien tidak mengeluhkan penyakit penyerta.
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan hubungan sosial
Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale,
Current 90-81 yaitu beberapa gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas
tidak lebih dari masalah harian biasa
12
Pasien mengalami halusinasi auditorik dan halusinasi visual
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Adanya masalah dalam hubungan sosial
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2 mg tablet 2x1
2. Terhadap keluarga
a. Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan
kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.
XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
13
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad malam
XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.
Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun. Awitan setelah usia 40 tahun jarang terjadi.
Hal ini juga terjadi pada pasien dimana pasien pertama kali didiagnosis
skizofrenia pada usia dewasa muda.1
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari
kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar pasien
berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual, yaitu fase yang
memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode
residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri dan aneh.2
Pada pasien awalnya memang muncul gejala-gejala skizofrenia
fase akut (seperti halusinasi auditorik) namun hanya terjadi beberapa bulan
pertama. Setelah mengonsumsi obat secara teratur pasien sudah tidak lagi
mendengar suara bisikan-bisikan, pasien sudah tidak berteriak-berteriak,
justru sekarang pasien lebih suka menyendiri dan melamun. Penampilan
dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka
terlihat tumpul.1
Pedoman untuk menegakkan diagnostik adalah DSM-V
(Diagnostic and statistical manual). Penegakkan diagnosis pada kasus ini
berdasarkan dari anamnesis terhadap pasien. Dari anamnesis didapatkan
14
bahwa pasien sering marah-marah dan berdiam diri. Pasien juga memiliki
satu riwayat episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofrenia.3,4
Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah halusinasi dan
waham. Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtype berdasarkan variabel
kliniknya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebrefenik, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, dan skizofrenia
simpleks1 Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Gejala karakteristik : 2 atau lebih gejala di bawah ini, setiap gejala
spesifik dialami selama kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:
Waham
Halusinasi
Inkohorensia
Tingkah laku katatonik
Gejala-gejala negative seperti emosi, dll.
b. Disfungsi social atau pekerjaan.
c. Tanda yang terus menerus menetap selama kira-kira 6 bulan
d. Penyingkiran gangguan skizoaktif dan gangguan mood.
e. Penyingkiran zat atau kondisi medis umum
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive.1,4
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang
mengarah dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid
adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun.
Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil,
seringkali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi
terutama halusinasi pendengaran dan gangguan persepsi (gejala positif).
Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif
tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Namun
bagaimanapun juga, pada fase aktif dari kelainan ini, penderita mengalami
gangguan jiwa berat dan gejala-gejala tersebut dapat membahayakan
15
dirinya atau orang lain. Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih
belakangan dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia yang lain.
Gejala yang terlihat sangat konsisten, sering paranoid. Pasien
sering agresif, marah atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali
memperlihatkan perilaku inkoheren atau disorganisasi. Waham dan
halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak
terpengaruh.
16
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu
gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan
karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
B. Terapi
Terapi obat yang diberikan kepada pasien Risperidone 2 mg tablet
2x1. Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia
17
karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada
antagonis reseptor dopaminergic yang tipikal.2
Sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat reseptor
dopamine tipe 2 (D2) sering dinamakan sebagai antipsikotik. Risperidone
adalah antagonis reseptor D2 yang poten, ia memiliki ciri farmakologis
tambahan yang memberikan keuntungan terapeutik dan memperbaiki profil
efek samping, dibandingkan dengan antagonis reseptor dopamine yang
tersedia sebelumnya. Risperidone juga merupakan reseptor serotonin tipe 2
(5-HT2). Data penelitian menyatakan bahwa obat ini mungkin lebih efektif
dalam mengobati gejala positif maupun gejala negative dari skizofrenia.
Risperidon mempunyai efek samping neurologis yang kurang bermakna
dan kurang parah dibandingkan obat antagonis dopamine yang tipikal.1,2
Edukasi perlu diberikan terutama kepada pasien dan keluarga
pasien. Tujuan edukasi terhadap pasien diharapkan dapat memahami
gangguannya, bagaimana cara pengobatannya, serta efek samping yang
kemungkinan dapat muncul. Kesadaran dan kepatuhan dalam hal meminum
obat merupakan bagian yang penting dalam mengedukasi pasien.1,2
Terapi keluarga diharapkan dapat membantu dokter untuk
mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini ketika pasien berada di
rumah dan membantu pasien dalam hal meminum obat secara rutin dan
teratur serta kontrol secara berkala agar kekambuhan dapat dicegah. Peran
keluarga sangat penting bagi perkembangan pasien, terutama dalam
memberikan motivasi dan perhatian sehingga pasien merasa tenang dan
nyaman.1,2
XIII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid
2. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan
pencegahan timbulnya relaps.
18
Wawancara dilakukan di Ruang Maengket RS. Prof.Dr.V.L.
Ratumbuysang pada tanggal 25 Mei 2016.
A: Sore oma, kita deng dokter muda bella, boleh mau tanya-tanya tentang
keadaan oma?
B: iyo boleh, boleh
A: deng oma siapa ini?
B: RM
A: Oma umur berapa sekarang?
B: 61 tahun
A: Oma lahir dimana?
B : Di taruna
A: Tanggal berapa?
B: Tanggal 18 September tahun 1954
A: Kong sekarang tinggal dimana?
B: Kita tinggal di tikala ares
A: Deng siapa-siapa oma?
B: Tape anak deng tape cucu-cucu
A: Oma pe suami dang dimana?
B: Oh kita so lama cerai, tape suami ada bahugel
A: Oma kiapa boleh disini dang?
B: Tape sebe deng ajus da antar kita disini
A: Karna kiapa?
B: Kita koa jaga manangis sendiri
A: Manangis kiapa?
B: Nintau le
A: Kalo sekarang dang oma ada rasa apa?
B: Ada yang babisik sekarang pa kita
A: Hah? Babisik apa?
B: Ada yang ba ajak-ajak
A: Ajak apa?
B: Ada yang ajak berhubungan badan
19
A: Siapa itu?
B: Ada noh
A: Oma pe suami?
B: bukan
A: Ada suara lain?
B: Kadang ada yang ja ba bisik-bisik kadang baribut begitu
A: So dari kapan itu?
B: So lama sekali, sejak kita ada di lolak
A: Oh oma ada pernah di lolak dang?
B: Kita kecil di Kotamobagu, pas kelas 4 SD pindah ke Boroku, kong
SMP sampe SMEA kita di Lolak, selesai SMEA kita pindah cari kerja di
manado noh
A: Kiapa sering bapindah begitu?
B: Tape sebe koa polisi, depe tugas pindah-pindah
A: Oooh. Oma bagaimana dang pas SMP? Masi ingat?
B: Kita banyak sekali teman. Kita le ada batona.
A: Pernah ada masalah gitu deng temang?
B: Tape papa pernah dapa tau pas kita berhubungan intim deng tape teman
dulu. Kita dapa marah. Kong kita so stop noh. Mar tape teman masih ada
yang ba ajak begitu, kita so berusaha tolak karna inga kita pe papa. Dia ba
paksa terus, kita dorong kong kita tusuk depe telinga sampe berdarah. Dari
itu noh kita so mulai takut keluar rumah
A: Oma so berhubungan badan dari SMP? Deng oma pe pai tua?
B: Deng yang lain-lain le
A: Yang bapaksa itu siapa?
B: Kita pe teman, dia perempuan
A: Oma ja berhubungan badan deng perempuan le?
B: Iyo
A: Kalo yang takut keluar rumah karna apa?
B: Kita tako dorang mo bacari pa kita. Dari sana noh kita so mulai dengar
ada yang bapanggil-panggil pa kita
A: Oma da tidur bagus tiap malam?
20
B: Duh, kita ja tabangun koa. Ada yang kasih bangun pa kita, ba korek-
korek di tape badan. Mar pas kita bangun depe orang cuma setengah badan
begitu dang.
A: Dapa lia depe muka?
B: Cuma itang begitu
A: Maaf sebelumnya, Oma pe agama apa?
B: Kristen
A: Oma ja berdoa? Ada pigi gereja?
B: Dulu sih sering, mar sekarang so nyanda
A: Oma jangan lupa berdoa, biar cepat sembuh neh. Oma tau kalo oma ada
sakit?
B: Nyanda noh, kita sehat-sehat
A: Oke oma, itu jo dulu kita tanya nanti mo tanya ulang. Makasih neh
B: Iyo
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23