Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS SKIZOFRENIA

Oleh :
Bella Lestari
15014101239

Pembimbing :
dr. Neni Ekawardani

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Membaca Laporan Kasus dengan judul

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS SKIZOFRENIA

Oleh :
Bella Lestari

15014101239
Masa KKM : 23 Mei 19 Juni 2016

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal Juni 2016.

Pembimbing :

dr. Neni Ekawardani

i
ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ......... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ........ ii
LAPORAN KASUS ............................................................................................... 1
I. Identitas Pasien ............................................................................................. 1
II. Riwayat Psikiatrik ......................................................................................... 1
III. Riwayat Kehidupan Pribadi .......................................................................... 3
IV. Pemeriksaan Status Mental ........................................................................... 8
V. Pemeriksaan Fisik Interna Dan Neurologi .................................................... 11
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ....................................................................... 11
VII. Formulasi Diagnostik ................................................................................... 11
VIII. Evaluasi Multiaksial ..................................................................................... 12
IX. Daftar Masalah .............................................................................................. 12
X. Rencana Terapi ............................................................................................. 12
XI. Prognosis ...................................................................................................... 13
XII. Diskusi .......................................................................................................... 14
XIII. Kesimpulan...................................................................................................... 18
XIV. Wawancara Psikiatri ..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22
LAMPIRAN ........................................................................................................... 23

ii
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : RM
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Taruna, 18 September 1954
Status perkawinan : Janda
Pendidikan terakhir : SMEA
Pekerjaan : Tidak berkerja
Suku / Bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Tikale Ares
Tanggal MRS : 26 Maret 2016
Cara MRS : Pasien diantar oleh keluarga
Tanggal pemeriksaan : 25 Mei 2016
Tempat pemeriksaan : Ruang Maengket
RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
No. Telepon : 08214483xxxx (Anak)

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh melalui:
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 25 Mei 2016 di ruang
Maengket RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
2. Alloanamnesis dengan Ny. TM, 33 thn, anak pasien, suku Minahasa,
pekerjaan karyawan, pada tanggal 26 Mei 2016

A. Keluhan utama: Pasien menangis histeris dan bicara kacau

1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Autoanamnesis
Pasien masuk RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dengan keluhan menangis
histeris tanpa sebab dan bicara kacau sehari yang lalu. Pasien menangis sambil
mem
Pasien mendengar suara orang yang memanggil dia untuk berhubungan intim.
Pasien juga merasa ada orang yang membangunkan dirinya dan melihat orang
setengah badan. Pasien yakin dirinya diguna-guna orang yang tidak suka dengan
dirinya. Pasien juga merasa takut bila ada orang yang berusaha meracuni dirinya
dan mencelakai dirinya.

Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara. Pasien tinggal berpindah-
pindah dari Kotamobagu, pindah ke Boroko, kemudian ke Lolak, dan terakhir di
Manado. Semenjak kecil, pasien tinggal bersama orang tua dan saudara-
saudaranya. Pasien menceritakan bahwa dirinya cerewet semasa sekolah dan
memiliki banyak teman. Pendidikan terakhir pasien adalah SMEA. Pasien tidak
ingin melanjutkan kuliah karena saat itu ada kendala ekonomi.

Sewaktu tinggal di Lolak, pasien sering melakukan hubungan seksual sesama


perempuan juga dengan teman laki- laki. Hingga suatu hari kepergok ayahnya saat
melakukan hal tersebut dengan teman perempuannya. Ayah pasien yang bekerja
sebagai polisi, marah dan memukul pasien, sehingga pasien jera untuk melakukan
hal itu lagi. Ketika temannya mengajak melakukan hubungan lagi, pasien menolak
dan teman pasien marah kemudian mendorong pasien hingga jatuh, kemudian
pasien membalasnya dengan menusuk telinga temannya tersebut hingga terluka.
Pasien merasa takut untuk bertemu temannya tersebut. Sejak saat itu, pasien
mendengar suara berbisik memanggil dirinya untuh berhubungan intim atau suara
yang berisik. Kemudian diikuti dengan penglihatan sosok setengah badan dan
monyet di atas atap rumah.

Pasien sangat percaya bahwa sakitnya di Lolak karena diguna-guna temannya


yang iri padanya. Pasien mengatakan bahwa dia merasa gatal berpindah di seluruh
tubuh. Pasien sangat takut ada orang yang akan meracuninya dan percaya bahwa

2
sakitnya di Lolak karena ulah ilmu hitam. Keadaan ini membuat pasien takut
untuk keluar rumah.

2. Alloanamnesis dengan Anak Pasien


Anak pasien sering mendapati ibunya menangis dan berbicara sendiri. Pasien
berkata pada anaknya bahwa ia sering mendengar ada bisik-bisik yang
menganggu serta terkadang melihat sosok setengah badan. Bisikan itu
mengatakan bahwa orang-orang berusaha membunuhnya. Bisikan itu sudah
didengar beberapa tahun lalu. Anak pasien mengatakan bahwa menurut neneknya,
ibunya memang mengalami masalah pergaulan saat dahulu, namun tidak ada
konflik di keluarga.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatrik
Pasien sudah pernah berobat karena keluhan pasien sering berdiam diri
dan mendengar bisikan. Saat ini pasien dirawat pada 26 Maret 2016.
Riwayat putus obat.

2. Riwayat gangguan medis umum


Pasien pernah menggugurkan kandungannya karena dipaksa pacarnya
saat itu. Pasien pernah menjalani operasi usus buntu.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Pasien mengaku tidak pernah meminum alcohol, merokok, maupun
menggunakan narkoba

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara. Selama
kehamilan kondisi kesehatan fisik dan mental Ibu pasien baik. Pasien
lahir normal dibantu oleh bidan di rumah sakit. Pasien lahir cukup
bulan dengan berat badan lahir 3000 gram. Tidak ditemukan kelainan

3
atau cacat bawaan. Lahir normal, tidak biru (sianosis) maupun kuning
(ikterik)

B. Riwayat masa kanak awal (usia 0-3 tahun)


Pasien mendapatkan ASI dari ibunya namun lamanya tidak ingat.
Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal sesuai dengan usia
pasien. Pasien diasuh oleh ibunya sewaktu masih kecil. Pasien tidak
mempunyai masalah dalam BAK dan BAB.

C. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)


Pasien tumbuh dan berkembang sebagai anak yang pendiam. Pada
usia 6 tahun, pasien masuk sekolah SD. Saat di sekolah pasien selalu naik
kelas tepat waktu. Pergaulan di sekolah dalam batas wajar, orang tua
tidak pernah dipanggil ke sekolah karena pasien melakukan kenakalan
tetentu. Pasien tidak pernah mengeluh kesulitan dalam belajar maupun
bergaul baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Pasien bersekolah
sampai tamat.

D. Riwayat masa kanak akhir dan remaja


Pasien bersekolah di SMP di Lolak. Saat SMP pasien sudah mulai
berpacaran. Pasien mempunyai banyak teman.

E. Riwayat masa dewasa


1. Riwayat pendidikan
Pasien masuk SD pada usia 6 tahun di Kotamobagu, kemudian
saat kelas 4 SD pindah ke Boroku. Saat SMP pasien bersekolah di
Lolak dan menyelesaikan SMEA di sana. Pasien sejak SD selalu naik
kelas dan tamat tepat waktu.

2. Riwayat pekerjaan

4
Setelah pasien lulus SMA pasien bekerja sebagai penjaga
warung di Manado.

3. Riwayat psikoseksual
Pasien sudah beberapa kali berpacaran dan mulai melakukan
hubungan seksual sejak SMP. Pasien juga melakukan hubungan
seksual dengan sesama teman wanitanya.

4. Riwayat pernikahan
Pasien pernah menikah namun sudah berpisah sejak lama,
karena suaminya selingkuh

5. Riwayat beragama
Pasien beragama kristen. Menurut keluarga, pasien adalah anak
yang rajin beribadah di gereja dan sering membaca alkitab, namun
setelah sakit pasien sudah jarang membaca alkitab.

6. Aktivitas sosial
Dulunya hubungan pasien dengan keluarga, teman-teman, tetangga
dan orang-orang sekitarnya sangat baik. Pasien mempunyai banyak
teman dan senang berkumpul dan bercengkrama dengan teman-
temannya. Namun pasien pernah menyakiti salah satu teman
perempuannya yang pernah mengajaknya berhubungan intim.
Sehingga sekarang pasien sering gelisah saat berada di luar rumah
dan ingin tetap berada di rumahnya, karena ia takut temannya itu
akan mencarinya.

7. Riwayat pelanggaran hukum


Pasien tidak pernah telibat dalam masalah hukum.

8. Situasi kehidupan sekarang

5
Pasien tinggal di rumah permanen. Rumah tersebut memiliki
dua kamar tidur dan satu WC sekaligus kamar mandi berada di dalam
rumah.

Denah Rumah

Kamar Kamar Kamar


Mandi
Tidur Tidur dan WC

Dapur

Ruang Keluarga

9. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ayah pasien
adalah pensiunan polisi dan ibu pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien saat ini tinggal bersama keluarga anaknya. Pasien
hidup rukun dengan keluarga ini.
Silsilah keluarga.

Keterangan:
: Laki-laki

6
: Perempuan

: Sudah meninggal

: Pasien
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 61 tahun, tampak sesuai umur,
berkulit sawo matang , rambut hitam sedikit beruban dan pendek.
Berpakaian rapi dan bersih dengan baju khusus pasien.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor


Pasien mengikuti wawancara dengan baik. Pasien dapat merespon
salam dan berkontak mata dengan pemeriksa. Pasien tidak
menghindari kontak mata. Selama wawancara pasien menjawab
pertanyaan, namun kadang jawaban yang diberikan tidak sesuai
pertanyaan.

3. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif dan menjawab setiap pertanyaan dengan baik
dan tenang.

B. Mood dan afek


1. Mood : Hipotimik
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : Serasi

C. Karakteristik bicara
1. Kualitas : Spontan, volume sedang, suara jelas, artikulasi baik.
2. Kuantitas : Menjawab sesuai pertanyaan.

7
D. Gangguan Persepsi
Saat dilakukan pemeriksaan pasien masih mengalami halusinasi auditorik
dan halusinasi visual.

E. Proses Pikir
1 Bentuk piker : Koheren
2 Arus/proses pikir : asosiasi longgar
3 Isi pikiran : Waham/delusi (+)

F. Sensorium dan kognisi


1. Taraf kesadaran: Compos mentis
2. Orientasi:
a. Orientasi waktu : Baik. Pasien bisa membedakan siang dan malam.
b. Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di
RS. Prof. V.L. Ratumbuysang
c. Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang di
sekitarnya.
3. Daya Ingat :
a. Daya ingat jangka panjang : Baik. Pasien dapat menyebutkan nama
tempat pasien bersekolah dari SD, SMP, dan SMA.
b. Daya ingat jangka pendek : Baik. Pasien masih ingat apa yang ia
makan tadi pagi dan tadi siang
c. Daya ingat segera : Baik. Pasien dapat mengulang angka yang
disebutkan sebelumnya.
4. Konsentrasi dan Perhatian: Baik. Ketika wawancara berlangsung pasien
dapat memusatkan perhatian terhadap pertanyaan pemeriksa
5. Kemampuan membaca dan menulis: Baik. Pasien dapat membaca dan
menulis dengan baik
6. Intelegensi dan Daya Informasi: Baik. Pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan cukup baik

8
7. Kemampuan visuospasial: Baik
8. Pikiran abstrak: pasien dapat mengerti peribahasa yang diberikan
9. Kemampuan menolong diri sendiri: Makan dan minum dilakukan
sendiri.

10. Pengendalian impuls : Pasien mengikuti wawancara dalam waktu yang


cukup lama dengan tenang.
11. Reliabilitas: Penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya tetapi
masih perlu konfirmasi dengan keluarga pasien.

G. Pengendalian impuls
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dalam waktu yang lama dan
tenang

H. Daya nilai dan tilikan


Daya nilai sosial : Baik
Tilikan : Pasien tidak menyadari dirinya sakit dan butuh
bantua orang lain
Taraf dapat dipercaya: Penjelasan yang diberikan pasien dapat
dipercaya namun perlu konfirmasi dengan keluarga pasien.

V. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI


A. Status Interna
Keadaan umun : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD : 120/70 mmHg, N:88x/menit, R: 22x/menit, S:
37,0C
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Toraks : Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)

9
Paru :Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba, bising usus normal
Ekstremitas : Hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.

B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+)
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens
(N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memiliki
gerakan bola mata yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan
tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.
Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX) dan N. vagus (N.X)
Selama wawancara terdengar artikulasi bicara pasien baik
h. N. aksesorius (N.XI)

10
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
i. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien wanita usia 61 tahun,
menikah, pendidikan terakhir SMEA, suku Minahasa, pekerjaan saat ini
tidak ada, tinggal di tikala ares, dibawa oleh keluarganya ke RS Prof.V.L.
Ratumbuysang Manado pada tanggal 26 Maret 2016 dengan keluhan
utama sering menangis, marah-marah dan bicara kacau sebelum masuk
rumah sakit. Sebelumnya pasien telah dicabuli oleh teman-temannya dan
ketika berusaha menolak, pasien memukul temannya hingga berdarah
kemudian pasien mulai merasa takut bertemu dengan orang-orang dan
mencurigai mereka karena merasa mereka ingin mencelakainya.
Berdasarkan status mental ditemukan pasien mempunyai psikomotor
tenang, artikulasi jelas, volume kecil, intonasi sedang, pasien menoleh saat
dipanggil namanya. Pasien kooperatif saat diwawancara. Bentuk pikiran
koheren. Mood hipotimik, afek serasi, halusinasi auditorik (+), halusinasi
visual (+). Norma sosial, uji daya nilai, penilaian realitas tidak terganggu.
Derajat tilikan (insight) I, dimana pasien tidak menyadari dirinya sakit.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian
yang mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis yang
bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan
adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress dan disability
berat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan
pasien mengalami suatu gangguan jiwa.1

11
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologis tidak
ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis
umum yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta
mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita. Pasien tidak minum-
minuman beralkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan sehingga
kemungkinan gangguan mental akibat zat psikoaktif dapat disingkirkan.2
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis serta pemeriksaan
status mentalis yang dilakukan dan menurut DSM V ditemukan:
Pada aksis I, ditemukan adanya gejala psikotik seperti perilaku
halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Pasien juga sering marah-marah
tanpa sebab. Pasien sudah pernah sakit seperti ini dan melakukan
pengobatan. Diagnosis pasien ini termasuk Skizofrenia Paranoid.
Pada aksis II, ciri kepribadian paranoid
Pada aksis III, pasien tidak mengeluhkan penyakit penyerta.
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan hubungan sosial
Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale,
Current 90-81 yaitu beberapa gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas
tidak lebih dari masalah harian biasa

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada masalah penyakit penyerta
Aksis IV : Ditemukan masalah dengan hubungan sosial
Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current
90-81 yaitu beberapa gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas tidak
lebih dari masalah harian biasa.

IX. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini.
b. Psikologi

12
Pasien mengalami halusinasi auditorik dan halusinasi visual
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Adanya masalah dalam hubungan sosial

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2 mg tablet 2x1

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial


1. Terhadap pasien
a. Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya
lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,
pentingnya kepatuhan, dan keteraturan minum obat.
b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.
c. Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien
tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi
hidup ini tidak kendur.

2. Terhadap keluarga
a. Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan
kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.

XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam

13
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad malam

XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.
Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun. Awitan setelah usia 40 tahun jarang terjadi.
Hal ini juga terjadi pada pasien dimana pasien pertama kali didiagnosis
skizofrenia pada usia dewasa muda.1
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari
kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar pasien
berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual, yaitu fase yang
memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode
residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri dan aneh.2
Pada pasien awalnya memang muncul gejala-gejala skizofrenia
fase akut (seperti halusinasi auditorik) namun hanya terjadi beberapa bulan
pertama. Setelah mengonsumsi obat secara teratur pasien sudah tidak lagi
mendengar suara bisikan-bisikan, pasien sudah tidak berteriak-berteriak,
justru sekarang pasien lebih suka menyendiri dan melamun. Penampilan
dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka
terlihat tumpul.1
Pedoman untuk menegakkan diagnostik adalah DSM-V
(Diagnostic and statistical manual). Penegakkan diagnosis pada kasus ini
berdasarkan dari anamnesis terhadap pasien. Dari anamnesis didapatkan

14
bahwa pasien sering marah-marah dan berdiam diri. Pasien juga memiliki
satu riwayat episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofrenia.3,4
Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah halusinasi dan
waham. Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtype berdasarkan variabel
kliniknya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebrefenik, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual, dan skizofrenia
simpleks1 Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Gejala karakteristik : 2 atau lebih gejala di bawah ini, setiap gejala
spesifik dialami selama kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:
Waham
Halusinasi
Inkohorensia
Tingkah laku katatonik
Gejala-gejala negative seperti emosi, dll.
b. Disfungsi social atau pekerjaan.
c. Tanda yang terus menerus menetap selama kira-kira 6 bulan
d. Penyingkiran gangguan skizoaktif dan gangguan mood.
e. Penyingkiran zat atau kondisi medis umum
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive.1,4
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang
mengarah dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid
adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun.
Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil,
seringkali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi
terutama halusinasi pendengaran dan gangguan persepsi (gejala positif).
Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif
tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Namun
bagaimanapun juga, pada fase aktif dari kelainan ini, penderita mengalami
gangguan jiwa berat dan gejala-gejala tersebut dapat membahayakan

15
dirinya atau orang lain. Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih
belakangan dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia yang lain.
Gejala yang terlihat sangat konsisten, sering paranoid. Pasien
sering agresif, marah atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali
memperlihatkan perilaku inkoheren atau disorganisasi. Waham dan
halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak
terpengaruh.

Kriteria diagnosis gangguan kepribadian paranoid berdasarkan


DSM-V.
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain
sehingga motif mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa
dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh empat (atau lebih) berikut :
1 Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan, atau menghianati dirinya.
2 Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas
atau kejujuran teman atau rekan kerja.
3 Enggan untuk menceritakan rahasianya kepada orang lain karena rasa
takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat
melawan dirinya.
4 Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari
ucapan atau kejadian yang biasa.
5 Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian,
cedera, atau kelalaian.
6 Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak
tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas
menyerang.
7 Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang
kesetiaan pasangan atau mitra seksual.

16
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu
gangguan mood dengan ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan
karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.

Pada kasus ini ditemukan pasien termasuk halusinasi auditorik dan


halusinasi visual dan waham kejaran, karena mengeluh sering mendengar
suara-suara bahwa orang-orang akan mencelakainya dan kadang melihat
orang setengah badan.
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang palsu yang tidak disertai
dengan stimuli eksternal yang nyata dan mungkin tidak terdapat atau
terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi. Halusinasi
penglihatan diperkirakan ada dalam beberapa penyakit dan ada data yang
mendukung pernyataan tersebut. Pasien dengan predominan gejala
psikotik kurang memiliki halusinasi penglihatan dibandingkan pasien
dengan gejala negatif primer atau gejala disorganisasi. Ada beberapa
pengalaman visual yang dialami penderita skizofrenia. Yang paling sering
adalah objek yang hidup, orang, bagian dari orang (khususnya muka dan
kepala), gambar religi, makhluk fastastik yang mungkin hampir sama
seperti di televisi dan binatang. Objek yang tidak bernyawa lebih jarang.
Halusinasi visual umumnya memiliki ciri-ciri tersendiri dan lebih terbatas
daripada halusinasi auditory tetapi ada pasien yang memiliki halusinasi
visual rangkaian hari. Isi dari halusinasi visual dan auditory bergantung
pada kebudayaan seseorang.5
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood hipotimik yaitu
suasana perasaan perpasif yang diwarnai dengan kesedihan dan
kemurungan. Afek yang didapatkan adalah afek menyempit yaitu ekspresi
emosi yang terbatas dan afek serasi yaitu menggambarkan keadaan normal
dari ekspresi emosi yang terlihat dari keserasian antara ekspresi emosi dan
suasana yang dihayatinya.1

B. Terapi
Terapi obat yang diberikan kepada pasien Risperidone 2 mg tablet
2x1. Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia

17
karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada
antagonis reseptor dopaminergic yang tipikal.2
Sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat reseptor
dopamine tipe 2 (D2) sering dinamakan sebagai antipsikotik. Risperidone
adalah antagonis reseptor D2 yang poten, ia memiliki ciri farmakologis
tambahan yang memberikan keuntungan terapeutik dan memperbaiki profil
efek samping, dibandingkan dengan antagonis reseptor dopamine yang
tersedia sebelumnya. Risperidone juga merupakan reseptor serotonin tipe 2
(5-HT2). Data penelitian menyatakan bahwa obat ini mungkin lebih efektif
dalam mengobati gejala positif maupun gejala negative dari skizofrenia.
Risperidon mempunyai efek samping neurologis yang kurang bermakna
dan kurang parah dibandingkan obat antagonis dopamine yang tipikal.1,2
Edukasi perlu diberikan terutama kepada pasien dan keluarga
pasien. Tujuan edukasi terhadap pasien diharapkan dapat memahami
gangguannya, bagaimana cara pengobatannya, serta efek samping yang
kemungkinan dapat muncul. Kesadaran dan kepatuhan dalam hal meminum
obat merupakan bagian yang penting dalam mengedukasi pasien.1,2
Terapi keluarga diharapkan dapat membantu dokter untuk
mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini ketika pasien berada di
rumah dan membantu pasien dalam hal meminum obat secara rutin dan
teratur serta kontrol secara berkala agar kekambuhan dapat dicegah. Peran
keluarga sangat penting bagi perkembangan pasien, terutama dalam
memberikan motivasi dan perhatian sehingga pasien merasa tenang dan
nyaman.1,2

XIII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid
2. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan
pencegahan timbulnya relaps.

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI

18
Wawancara dilakukan di Ruang Maengket RS. Prof.Dr.V.L.
Ratumbuysang pada tanggal 25 Mei 2016.

A: Sore oma, kita deng dokter muda bella, boleh mau tanya-tanya tentang
keadaan oma?
B: iyo boleh, boleh
A: deng oma siapa ini?
B: RM
A: Oma umur berapa sekarang?
B: 61 tahun
A: Oma lahir dimana?
B : Di taruna
A: Tanggal berapa?
B: Tanggal 18 September tahun 1954
A: Kong sekarang tinggal dimana?
B: Kita tinggal di tikala ares
A: Deng siapa-siapa oma?
B: Tape anak deng tape cucu-cucu
A: Oma pe suami dang dimana?
B: Oh kita so lama cerai, tape suami ada bahugel
A: Oma kiapa boleh disini dang?
B: Tape sebe deng ajus da antar kita disini
A: Karna kiapa?
B: Kita koa jaga manangis sendiri
A: Manangis kiapa?
B: Nintau le
A: Kalo sekarang dang oma ada rasa apa?
B: Ada yang babisik sekarang pa kita
A: Hah? Babisik apa?
B: Ada yang ba ajak-ajak
A: Ajak apa?
B: Ada yang ajak berhubungan badan

19
A: Siapa itu?
B: Ada noh
A: Oma pe suami?
B: bukan
A: Ada suara lain?
B: Kadang ada yang ja ba bisik-bisik kadang baribut begitu
A: So dari kapan itu?
B: So lama sekali, sejak kita ada di lolak
A: Oh oma ada pernah di lolak dang?
B: Kita kecil di Kotamobagu, pas kelas 4 SD pindah ke Boroku, kong
SMP sampe SMEA kita di Lolak, selesai SMEA kita pindah cari kerja di
manado noh
A: Kiapa sering bapindah begitu?
B: Tape sebe koa polisi, depe tugas pindah-pindah
A: Oooh. Oma bagaimana dang pas SMP? Masi ingat?
B: Kita banyak sekali teman. Kita le ada batona.
A: Pernah ada masalah gitu deng temang?
B: Tape papa pernah dapa tau pas kita berhubungan intim deng tape teman
dulu. Kita dapa marah. Kong kita so stop noh. Mar tape teman masih ada
yang ba ajak begitu, kita so berusaha tolak karna inga kita pe papa. Dia ba
paksa terus, kita dorong kong kita tusuk depe telinga sampe berdarah. Dari
itu noh kita so mulai takut keluar rumah
A: Oma so berhubungan badan dari SMP? Deng oma pe pai tua?
B: Deng yang lain-lain le
A: Yang bapaksa itu siapa?
B: Kita pe teman, dia perempuan
A: Oma ja berhubungan badan deng perempuan le?
B: Iyo
A: Kalo yang takut keluar rumah karna apa?
B: Kita tako dorang mo bacari pa kita. Dari sana noh kita so mulai dengar
ada yang bapanggil-panggil pa kita
A: Oma da tidur bagus tiap malam?

20
B: Duh, kita ja tabangun koa. Ada yang kasih bangun pa kita, ba korek-
korek di tape badan. Mar pas kita bangun depe orang cuma setengah badan
begitu dang.
A: Dapa lia depe muka?
B: Cuma itang begitu
A: Maaf sebelumnya, Oma pe agama apa?
B: Kristen
A: Oma ja berdoa? Ada pigi gereja?
B: Dulu sih sering, mar sekarang so nyanda
A: Oma jangan lupa berdoa, biar cepat sembuh neh. Oma tau kalo oma ada
sakit?
B: Nyanda noh, kita sehat-sehat
A: Oke oma, itu jo dulu kita tanya nanti mo tanya ulang. Makasih neh
B: Iyo

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI, 2010


2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara, 2010
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. Washington DC: American
Psychiatric Publishing, 2013.
4. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 9th Ed.
Lippincott Wiliams And Wilkins. Philadelphia, 2010.
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,
2007.

22
LAMPIRAN

Gambar 1. Foto Dengan Pasien

23

Anda mungkin juga menyukai