Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH BIMBINGAN TENTANG TEKNIK MENYUSUI

TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM MENYUSUI


PADA IBU POST PARTUM
DI BANGSAL NIFAS RSUD SALATIGA 2007

Yuliana Eka Wulansari & Titik Wijayanti


Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

Abstrak

Latar belakang penelitian ini Masih tingginya bayi pada hari


pertama sebesar 96,3% bayi tidak memperoleh Asi disebabkan
karena berbagai faktor seperti kurangnay informasi, teknik
menyusui yang salah dan maraknya promosi susu formula. Oleh
karena itu dibutuhkan dukungan suami dan keluarga, informasi
serta bimbingan dan pengarahan dari tenaga kesehatan tentang
cara menyusui yang baik dan benar sehingga ibu mampu
memberikan ASI pada bayinya.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan tentang teknik
menyusui terhadpa kemandirianmenyusui pada ibu post partum di
RSUD Salatiga.
Penelitian ini merupakan jenis quasi experimen dengan one group
pre test and post tes design dan sebesar 30 responden yang
merupakan total populasi yang memenuhi kriteria inklusi alat
pengumpul data menggunakan lembar checklist dengan uji
statistik uji tanda (uji test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tehnik menyusui yang benar
berpengaruh terhadap kemandirian ibu post partum dalam
menyusui, terbukti dengan hasil X2 hitung lebih besar dari pada X2
tabel dengan selisih yang cukup besar.
Berdasar hasil penelitian tersebut diharapkan tenaga kesehatan
khususnya bidan dapat lebih meningkatkan pemberian bimbingan
tehnik menyusui pada ibu post partum.

Kata kunci : bimbingan menyusui, ibu post partum, kemandirian

PENDAHULUAN pendidikan, pengasuhan, bermain,


Pada hakekatnya tujuan berekreasi, lngkungan yang sehat dan
pembangunan nasional adalah orang tua ikut KB
pembangunan sumber daya manusia (http://map.depkes.go.id, 2006).
(SDM) yang berkualitas. Untuk Menyusui bayi secara eksklusif
mewujudkan terciptanya SDM yang merupakan wujud nyata pemenuhan
berkualitas yaitu manusia yang sehat ketujuh dasar aspek tersebut. Saat ini
dan cerdas dipengaruhi oleh hampir semua orang tua menyadari
pemberian asupan gizi masa kecil bahwa menyusui dapat memenuhi
yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu kebutuhan fisik dan emosional bayi kita
(ASI). dan pada dasarnya bayi memerlukan
Agar anak tumbuh dan kedekatan fisik dan kehangatan dari
berkembang secara optimal menjadi ibunya sebanyak ia memerlukan
anak yang sehat dan cerdas, maka makanan yang optimal(Roesli ,2006).
kebutuhan dasar anak harus terpenuhi, Hubungan fisik dan batin antara ibu
meliputi 7 aspek yaitu: kasih sayang, dan bayinya dapat diciptakan
perlindungan, gizi, kesehatan, dengan memberikan kesempatan

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 1


bagi seorang ibu untuk merawat dan dalam merawat dan menyusui
menyusui bayinya secara mandiri. bayinya sehingga timbul masalah
Kemandirian dan pengetahuan ibu yang berkaitan dengan menyusui
menyusui sangat diperlukan karena diantaranya terjadi aspirasi, bayi rewel,
dapat membantu kelancaran proses bayi bingung putting, putting lecet,
menyusui. Bila bayinya dibiarkan payudara bengkak dan yang paling
menyusu sendiri dalam usia 30-60 menit sering bayi gumoh. Bila hal tersebut
tidak saja mempermudah keberhasilan tidak segera diatasi akan berlanjut
menyusui tapi juga akan dapat pada masalah bayi enggan menyusu,
menurunkan 22 % angka kematian bayi kurang mendapat nutrisi yang
bayi dibawah 28 hari (Emmond dkk, adekuat dan yang paling serius
2006). Pneumonia akibat aspirasi
Seorang ibu yang pertama kali (www.infosehat.com, 2006). Dengan
menyusui walaupun mempunyai naluri adanya masalah tersebut diatas maka
alamiah, masih sering mengalami ibu perlu mendapatkan dukungan
kesulitan karena gugup, khawatir dan suami dan keluarga, informasi serta
kurang percaya diri (Roesli, 2006). bimbingan dan pengarahan dari
Bagaimanapun menyusui tidaklah nakesh tentang cara menyusui yang
sesederhana memindahkan susu dari baik dan benar. Dengan demikian
payudara kepada bayinya, tapi ada diharapkan ibu mau dan mampu
serangkaian proses yang perlu pelajari. memberikan ASI pada bayinya
Dewasa ini terdapat kecenderungan sehingga bayi mendapatkan nutrisi
ibu menyusui tidak bersedia yang adekuat dan masalah yang
memberikan ASInya dengan berbagai timbul waktu menyusui dapat dicegah.
alasan maupun masalah yang timbul Berdasarkan dari hal tersebut
yang berkaitan dengan menyusui diatas penulis tertarik untuk meneliti
(http://library.usu.ac.id, 2004) Pengaruh Bimbingan Tehnik Menyusui
Berdasarkan Survei Demografi Terhadap Tingkat Kemandirian
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada Menyusui Pada Ibu Post Partum di
tahun 2002 didapatkan hasil, bayi Bangsal Nifas RSU Salatiga.
pada hari pertama yang memperoleh
ASI sebesar 3,7 % sehingga bayi yang RUMUSAN MASALAH
tidak memperoleh ASI pada hari Berdasar latar belakang di atas
pertama sebesar 96,3 %. Sementara itu dapat dibuat suatu rumusan masalah
ada kecenderungan penggunaan yaitu apakah pemberian bimbingan
susu formula yang meningkat 3 kali tehnik menyusui berpengaruh
lipat pada tahun 1997 sebesar 10,8 % terhadap kemandirian menyusui pada
pada tahun 2002 meningkat menjadi ibu post partum?
32,4 %. Buruknya pemberian ASI
eksklusif di Indonesia disebabkan TUJUAN PENELITIAN
karena berbagai faktor seperti Tujuan umum dalam penelitian
kurangnya informasi tentang menyusui, ini adalah diketahuinya pengaruh
teknik menyusui yang salah, semakin pemberian bimbingan tekhnik
maraknya promosi susu formula menyusui terhadap tingkat
(http://asi.blogsome.com 2005). kemandirian menyusui pada ibu post
Dari hasil observasi penulis dan partum .
setelah dilakukan study pendahuluan Sedangkan tujuan khusus yang
pada bulan Desember 2006, ingin di capai dari penelitian ini
didapatkan bahwa dari 50 orang ibu antara lain :
post partum di RSUD Salatiga sebagian 1. Diketahuinya teknik menyusui ibu
besar ibu tidak mengetahui cara sebelum diberi bimbingan.
menyusui yang benar. Sementara 2. Diketahuinya teknik menyusui ibu
petugas hanya memberikan setelah diberi bimbingan.
bimbingan menyusui seperlunya saja. 3. Diketahuinya pengaruh
Hal ini menyebabkan ibu tidak mandiri bimbingan menyusui terhadap

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 2


kemandirian menyusui pada ibu Memberikan ibu bimbingan
post partum. menyusui akan berhasil bila :
4. Mengetahui bagaimana a. Ibu merasa baik tentang dirinya
pengaruh bimbingan menyusui dan percaya diri.
terhadap kemandirian menyusui b. Lingkungan yang mendukung
pada ibu post partum. untuk menyusui, seperti keadaan
yang tenang sehingga ibu tidak
MANFAAT PENELITIAN tegang dan bisa santai pada saat
1. Bagi institusi kesehatan menyusui.
Hasil penelitian dapat digunakan c. Bayi melekat dengan baik pada
untuk masukan bagi payudara sehingga bayi
perkembangan ilmu kebidanan menghisap dengan efektif.
khususnya asuhan kebidanan ibu d. Memberitahu ibu bahwa lebih
post partum dalam rangka banyak meneteki, menyebabkan
meningkatkan pengetahuan dan produksi ASI lebih banyak.
kemampuan ibu dalam menyusui Dukugan suami, teman dan keluarga
bayinya. dalam proses menyusui
2. Bagi Ibu post partum (www.gizi.net, 2002).
Hasil penelitian diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan MENYUSUI
ketrampilan ibu-ibu post partum Persiapan menyusui pada masa
dalam tekhnik menyusui sehingga kehamilan merupakan hal yang
meningkatkan kemandirian penting, sebab dengan persiapan
menyusui bayinya . yang lebih baik maka ibu akan lebih
3. Bagi tenaga kesehatan siap untuk menyusui bayinya (
Sebagai bahan pertimbangan Soetjiningsih, 1997 ). Akan tetapi pada
untuk meningkatkan sumber daya kenyataannya banyak ibu yang gagal
manusia kebidanan dalam rangka dalam usaha untuk memberikan ASI
sebagai pemberi informasi atau pada ibunya, hal ini disebabkan oleh
pendidik bagi masyarakat berbagai faktor seperti :
khususnya ibu post partum di (http://asi.blogsome.com)
bangsal nifas. a. Kekurangan informasi dan karena
4. Bagi institusi pendidikan itu kekurangan rasa percaya diri
Hasil penelitian ini diharapkan sehingga si ibu menjadi stres yang
dapat menjadi bahan bacaan berpengaruh pada berkurangnya
untuk meningkatkan aliran ASI.
pengetahuan dan pengalaman b. Kepercayaan yang salah bahwa
bagi mahasiswa dan sebagaim tidak ada ASI pada hari-hari awal
referensi baru di perpustakaan setelah melahirkan sehingga ibu
sehingga dapat berguna bagi tidak segera memberikan ASI.
seluruh pembaca khususnya. Penundaan ini menyebabkan
aliran ASI juga berkurang.
c. Manajemen menyusui yang
TINJAUAN TEORI kurang benar, biasanya karena
Bimbingan kurang informasi mengenai tehnik
Bimbingan merupakan bagian menyusui, sehingga masalah yang
dari pendidikan kesehatan dimana seharusnya mudah diatasi menjadi
bimbingan dapat diartikan sebagai tidak teratasi.
bantuan yang diberikan kepada Selain faktor-faktor tersebut
individu agar individu itu mandiri, diatas, faktor psikologi ibu juga
dengan mempergunakan berbagai memegang peranan penting dalam
bahan, interaksi, nasihat dan gagasan, proses menyusui. Kebanyakan ibu
dalam suasana asuhan dan takut kehilangan daya tarik sebagai
berdasarkan norma-norma yang seorang wanita dan adanya
berlaku (Prayitno, 1999). anggapan para ibu bahwa menyusui

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 3


akan merusak penampilan. d. Gunakan tangan dan lengan
(www.library.usu.ac.id, 2004) untuk melekatkan dada bayi
Cara menyusui yang baik dan benar kedasar payudara.
Menyusui merupakan proses e. Pastikan seluruh badan bayi
belajar. Langkah awal yang perlu menghadap ke ibu.
diperhatikan disini yaitu posisi dasar f. Posisikan bayi sehingga
menyusui (Roesli, 2005) meliputi : putting susu berada diatas
1. Posisi badan ibu bibir atas bayi (berhadapan
a. ibu bisa dalam posisi duduk. dengan hidung bayi).
b. ibu bisa dalam posisi tidur g. Rangsang bibir bawah atau
terlentang. dagu bayi dengan payudara
c. ibu bisa dalam posisi tidur / areola.
miring.(Lampiran IV) h. Tunggu sampai bayi
2. Posisi badan ibu dan bayi membuka lebar mulutnya.
a. Biarkan kepala bayi terjatuh i. Secepatnya dekatkan bayi ke
pada pertengahan lengan/ payudara dengan cara
pergelangan tangan ibu. menekan punggung dan
b. Pegang bagian belakang bahu bayi.
dan bahu bayi j. Arahkan putting susu keatas,
c. Hadapkan seluruh badan bayi lalu memasukkan kemulut
pada badan ibu. bayi dengan cara menyusui
d. Dekap bayi dibawah langit-langitnya.
payudara. k. Perhatikan bibir bawah bayi
e. Dada bayi melekat dibawah memutar keluar. Arela bagian
payudara. bawah lebih sedikit terlihat
f. Dagu bayi menempel pada dari pada bagian atas. Dagu
payudara. bayi menempel pada
g. Hidung bayi menjahui payudara. Puting susu terlipat
payudara. dibawah bibir atas bayi. Bayi
h. Bahu dan lengan ibu tidak bebas bernafas.
tegang dalam posisi natural. Setelah menguasai 3 posisi
3. Posisi mulut bayi dan payudara ibu dasar menyusui langkah
(pelekatan) selanjutnya yaitu tahap-tahap
Bisa juga disebut chin to tatalaksana menyusui :
brest, chest to chest dimana posisi a. Keluarkan ASI sedikit untuk
muka bayi menghadap payudara membersihkan puting susu
(chin to brest) dan perut / dada sebelum menyusu sebagai
bayi menempel ke perut atau desinfektan dan menjaga
dada ibu (chest to chest). kelembapan puting.
Pelekatan merupakan kunci b. Pegang payudara dengan
keberhasilan dalam mennyusui ibu jari diatas 4 jari dibawah(
maka perlu diperhatikan tekhnik C hold) atau telunjuk diatas 3
atau posisi yang benar : jari dibawah (C Scissor hold).
a. Ibu dalam posisi duduk atau c. Hidung bayi dan putting susu
berbaring dengan santai, jika ibu berhadapan.
duduk maka duduk tegak d. Sentuh pipi / bibir bayi untuk
dengan punggung tersangga merangsang rootng reflek.
baik. e. Tunggu sampai mulut terbuka
b. Pegang bagian belakang lebar dan lidah menjulur
badan dan bahu bayi, kepala keluar.
bayi yang jatuh kebelakang f. Dekatkanlah bayi ke ibu dan
sehingga dagu bayi melekat arahkan putting susu keatas
pada payudara. menyusuri langit-langit mulut
c. Posisikan bayi dibawah bayi dan lidah bayi akan
payudara. menekan ASI keluar dari

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 4


tempat penampungan yang namun rata-rata pengosongan isi
terletak dibawah areola lambung berlangsung 1-4 jam.
mamnae. Setelah bayi Pada minggu-minggu pertama
menghisap ASI dengan pada umumnya bayi sehat
perlahan-lahan namun kuat, membutuhkan waktu menyusui
payudara tidak perlu sekitar 8-12 kali dalam 24 jam
disangga lagi. (Roesli, 2006). Bila bayi menangis
g. Untuk melepaskan isapan , diluar wktu menyusui, perlu segera
setelah bayi selesai menyusu dicari penyebabnya, apakah
atau payudara telah terasa karena merasa lapar, popok
kosong, yaitu dengan cara basah, bayi merasa tidak nyaman,
memasukkan jari kelingking kepanasan atau kedinginan, sakit
ibu kemulut bayi melalui sudut perut atau sakit lain.
mulut bayi/dagu bayi ditekan
kebawah (terbaik jika bayi KEMANDIRIAN
melepaskan putting susu Pengertian
sendiri). Kemandirian berarti kemampuan
h. Setelah menyusui, ASI menentukan dan memutus-kan apa
dikeluarkan sedikit dan yang dikehendakinya serta
dioleskan pada puting bertanggung jawab dengan
i. Menyendawakan bayi, keputusannya (Kamus Lengkap
dengan cara menngendong Psikologi, 2003). Dengan kata lain,
bayi tegak pada bahu ibu keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
dan menepuk punggung bayi tergantung pada orang lain.
pelan-pelan hal ini bertujuan Perawatan mandiri selama masa nifas
untuk mengeluarkan udara telah dilakukan sejak lama menurut
dari lambung supaya bayi kebiasaan yang berlangsung
tidak gumoh. dimasyarakat. Tetapi kesalahan
Untuk mengetahui apakah terbesar seperti diperbolehkan ibu
bayi telah menyusu dengan posisi turun dari tempat tidur untuk
yang benar, dapat diamati beberapa waktu menjadikan ibu tidak
dengan : mandiri dalam merawat dan menyusui
a. Tubuh bayi bagian depan bayinya.
menempel pada ibu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
b. Dagu bayi menempel pada perilaku mandiri ibu menyusui (www.
payudara. library.usu.ac.id , 2004)
c. Dada bayi menempel pada 1. Banyaknya paritas
dada ibu. 2. Pengalaman merawat dan
d. Telinga berada pada satu meyusui bayi
garis dengan leher dan 3. Jenis persalinan
lengan 4. Tingkat pendidikan
e. Mulut bayi terbuka lebar 5. Usia ibu.
dengan bibir bawar terbuka. 6. Sosial budaya
f. Sebagian besar areola tidak 7. Sarana kesehatan
nampak.
g. Bayi menghisap dalam dan HIPOTESIS
perlahan. Ha : Ada pengaruh bimbingan
h. Bayi puas dan tenang pada tentang tehnik menyusui
akhir menyusui. terhadap tingkat kemandirian
i. Terkadang terdengar suara dalam menyusui pada ibu
menelan. post partum di Bangsal Nifas
Lama dan frekuensi RSU Salatiga tahun 2007.
menyusui harus disesuaikan Ho : Tidak ada pengaruh
dengan kebutuhan bayi meskipun bimbingan tentang tehnik
kebutuhan hari berbeda-beda menyusui terhadap tingkat

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 5


kemandirian dalam menyusui Waktu penelitian ini dilaksanakan
pada ibu post partum di pada bulan Mei-Juni 2007.
Bangsal Nifas RSU Salatiga
tahun 2007. Variabel Penelitian
Variabel bebas = bimbingan tentang
tehnik menyusui pada
ibu post partum.
METODE PENELITIAN Variabel terikat = tingkat kemandirian
Desain Penelitian menyusui pada ibu post
Penelitian yang dilakukan partum.
menggunakan metode eksperiment
yaitu kegiatan percobaan yang
bertujuan untuk mengetahui suatu Hubungan Antara Variabel
gejala atau pengaruh yang timbul
(kemandirian ibu dalam menyusui) V. Bebas
V. Terikat
sebagai akibat dari suatu perlakuan Tingkat
Bimbingan tentang
tertentu (bimbingan tentang tehnik tehnik menyusui kemandirian
menyusui) (Notoadmodjo, 2002). bayi menyusui ibu
post partum
Pendekatan waktu yang
digunakan Cros Sectional yaitu
variabel sebab dan akibat pada objek
penelitian diukur atau dikumpulkan V. Perancu
secara simultan atau dalam waktu 1. Jumlah Paritas
bersamaan (Notoadmodjo, 2002). 2. Pengalaman menyusui
3. Jenis Persalinan
Dengan rancangan Quasi 4. tingkat Pendidikan
ekperiment dan menggunakan Desain 5. Pekerjaan
One Group Pretest-Posttes, yaitu 6. Usia
7. Sarana Kesehatan
rancangan penelitian dimana tidak 8. Sosial budaya
ada kelompok pembanding (kontrol)
tetapi paling tidak sudah dilakukan
observasi pertama (pretest)yang Variabel yang diteliti :
memungkinkan peneliti dapat menguji Variabel yang tidak diteliti :
perubahan-perubahan yang terjadi
setelah adanya eksperimen (program). Definisi Operasional Variabel
NO VAR DEFINISI SKA KATEGORI
OPERASI LA
Gambar desain sebagai berikut :
ONAL
Pre perlakuan Post 1. Kemandi Kemamp Ordi A.
rian Ibu uan ibu nal Score Tinggi
O1 x O2 post nifas jika =76%-
partum dalam 100% diberi
Keterangan : sebelum menyusui nilai 3
O1 = Tingkat kemandirian pre diberi bayi-nya B.
test atau sebelum bimbing sebelum Score
an (pre) diberi Sedang jika
diberikan bimbingan
bimbinga = 56 % - 75
tentang tehnik menyusui. n tentang % diberi nilai
X = Pemberian bimbingan the-nik 2
tentang tehnik menyusui menyusui C.
yang Score
O2 = Tingkat kemandirian
baik dan Rendah jika
kelompok post test atau benar. < 55% diberi
sesudah diberikan nilai 1.
bimbingan tentang tehnik D.
(Arikunto,
menyusui.
1998)

Lokasi Dan Waktu


Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
RSU Salatiga

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 6


2. Bimbinga Arahan d. Bukan ibu menyusui
n tehnik yang 3. Tehnik sampling yang digunakan
menyusui diberikan
oleh adalah tehnik sampling jenuh
peneliti (Sensus sampling) yaitu tehnik
kepada penentuan sample bila semua
ibu post
anggota populasi digunakan
partum di
Bangsal sebagai sample. Tetapi dengan
Nifas RSU menggunakan kriteria (Sugiono,
Salatiga 2002). Kriteria atau pertimbangan
tentang
yang telah ditetapkan dalam
tehnik
menyusui pengambilan sample seperti
yang diatas.
baik dan
benar. Alat Dan Metode
3. Kemandi Keadaan Ordi E.
rian ibu ketidakte nal Score Tinggi 1. Alat pengumpulan data
post rgan- jika =76%- Alat pengumpulan data
partum tungan 100% diberi yang digunakan adalah Check
setelah ibu nifas nilai 3 list. Check list adalah suatu daftar
diberi dalam F.
bimbing menyusui Score pengecek berisi nama subjek dan
an (post) bayinya Sedang jika beberapa gejala atau identisas
yang = 56 % - 75 lainnya dari sasaran pengamatan
diketahui % diberi nilai (Notoadmodjo, 2002). Check list
setelah 2
dibe- G. yang mengukur pelaksanaan
rikan Score teknik menyusui yang benar
bimbinga Rendah jika terhadap kemandirian ibu
n ten- < 55% diberi sejumlah 16 item.
tang nilai 1.
tehnik H. 2. Metode pengumpulan data
menyusui (Arikunto, Tehnik yang digunakan yaitu
yang 1998) observasi sistematis eksperiment
baik dan dengan menggunakan pedoman
benar.
sebagai instrument pengamatan
(Arikunto, 1998).
Populasi Sampel
Cara kerja dalam penelitian
1. Populasi pada penelitian ini
ini adalah dengan melakukan
adalah : Semua ibu post partum
pengamatan langsung sesuai
sebanyak 30 orang yang dirawat
dengan check list yang disusun.
di bangsal nifas RSU Salatiga,
Kegiatan yang dikerjakan akan
periode Mei-juni 2007.
diobservasi dan diberikan tanda
2. Sampel pada penelitian ini adalah
check pada lembar observasi
ibu postpartum sebanyak 30 orang
dengan penilaian 1, 2, 3, nilai 1 jika
yang dirawat pada bulan Mei-Juni
tidak melakukan, nilai 2 jika
2007 dan sesuai dengan kriteria
dilakukan tapi salah, nilai 3 jika
inklusi, yaitu :
dilakukan dan benar. Setelah
a. Primipara
dilakukan observasi diberikan nilai
b. Pengalaman menyusui
(pre test).
bayinya pertama kali.
Kemudian pada kelompok
c. Persalinan pervaginam tanpa
perlakuan responden diberikan
komplikasi
bimbingan langsung tentang
d. Pasien dirawat dibangsal nifas
teknik menyusui bayi sebanyak 1
hari pertama sampai ketiga.
kali secara individu oleh peneliti
e. Yang bersedia menjadi
sesuai format yang disusun
responsden.
(terlampir). Pengamatan untuk
Kriteria eksklusi yaitu:
penilaian akhir (post test) akan
a. Bukan pasien RSU Salatiga
dilakukan pada periode nifas hari
b. Multipara
kedua.
c. Persalinan dengan tindakan

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 7


Metode Pengolahan Dan Analisa Data Tabel uji tanda (Sign Test)
Metode pengolahan dan analisa NO. X1 Y1 Y1 - X1
RESPONDEN
data dilakukan dengan manual.
Setelah data terkumpul maka akan
dilakukan pengolahan data.

1. Editing
Yaitu memeriksa data yang telah Z = ( x + 0,5 ) .
terkumpul yang berasal dari
responden memeriksa
kelengkapan data, apakah sudah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lengkap atau belum, untuk Hasil Penelitian
melakukan tahap selanjutnya. 1. Gambaran umum lokasi penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah
2. Coding Kota Salatiga terletak di wilayah
Yaitu mengelompokkan check list Kelurahan Mangunsari Kecamatan
dari responden, kemudian diberi Sidomukti Kota Salatiga, yang
tanda atau kode pada check list dibatasi sebelah utara Sungai
untuk memudahkan dalam Andong, sebelah timur Stadion
mengelola data, pengkodean Kridanggo dan sebelah selatan
berupa nilai 1, 2, 3, nilai 1 tidak jalan stadion dan pertokoan dan
melakukan, nilai 2 jika dilakukan sebelah barat jalan Osamaliki. BP
tapi salah, nilai 3 jika dilakukan RSUD Salatiga merupakan rumah
dan benar. Kode tersebut disusun sakit milik pemerintah Kota
kedalam lembar rekapan semua Salatiga kelas C dan telah
skore responden analisis data dan mendapatkan Akreditasi sebagai
penulisan laporan. rumah sakit sayang bayi dari
3. Tabulating UNICEF.
Yaitu angka-angka dalam score 2. Distribusi frekuensi responden
setiap kriteria pre test dijumlahkan Distribusi frekuensi responden
sehingga diperoleh score diperoleh melalui checklist yang
keseluruhan kemudian disajkan mengukur pelaksanaan teknik
dalam bentuk tabel distribusi menyusui yang benar terhadap
frequensi. kemandirian ibu, yang dibuat dan
diisi oleh peneliti melalui observasi
Analisis data langsung. Untuk mengetahui data
Data yang sudah terkumpul, umum mengenai karakteristik
kemudian diuji dengan menggunakan responden dapat dilihat pada
uji statistic, Uji tanda (Sign Test), oleh tabel dibawah ini :
karena tehnik ini digunakan untuk
mengevaluasi efek dari suatu Distribusi frekuensi karakteristik
treatment (bimbingan). Efek dari responden berdasarkan umur
variabel eksperimen atau treatment
tidak dapat diukur melaikan hanya Grafik 4.1
dapat diberi tanda positif atau negatif Prosentase responden berdasarkan umur
di RSUD Salatiga, 2007
saja (Djarwanto, 2004).
Adapun rumusan pengujian
menggunakan rumus Uji tanda (Sign 0%
test), sebagai berikut :
7%
< 20 th

20-30 th

X2 = ( | n1 n2 | - 1 )2 > 30 th

n1 + n 2 93%

Pada grafik 4.1 menunjukkan bahwa


responden dengan kisaran umur 20-30

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 8


tahun memiliki jumlah terbesar yaitu 28 Distribusi frekuensi karakteristik
orang (93,33%) sedangkan 6 orang responden berdasarkan riawayat
(6,66%) adalah responden dnegan obstetri
umur < 20 tahun.
Grafik 4.4
Prosentase responden berdasarkan Paritas
Distribusi frekuensi responden
di RSUD Salatiga, 2007
berdasarkan pekerjaan

0%
Grafik 4.2 Multipara
Prosentase responden berdasarkan pekerjaan
di RSUD Salatiga, 2007 Primipara
100%

7% 7% IRT

Swasta
3. Pengaruh bimbingan tentang
33% 53%
Pegawai negeri

Lain-lain teknik menyusui terhadap


kemandirian menyusui pada ibu
post partum
Hasil penelitian ini adalah
Pada grafik 4.2 menunjukkan bahwa pengaruh bimbingan tentang
responden yang tidak bekerja / teknik menyusui terhadap
sebagai ibu rumah tangga sebanyak kemandirian ibu post partum
16 responden (53,33%) dan dalam menyusui, yang
didapatkan 14 orang (46,66%) sebelumnya responden telah
responden bekerja. diberikan perlakukan berupa
bimbingan teknik menyusui yang
Distribusi frekuensi responden baik dan benar. Serta diberikan
berdasarkan pendidikan pre test dan post test. Post test
dilakukan setelah diberi
Grafik 4.3 bimbingan teknik menyusui, untuk
Prosentase responden berdasarkan pendidikan mengetahui tingkat kemandirian
di RSUD Salatiga, 2007 ibu dalam menyusui dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
a. Tingkat kemandirian ibu post
partum sebelum diberi
10% Tidak tamat SD bimbingan tehnik menyusui
Tamat SD
yang benar
Tamat SMP

Grafik 4.6
Tamat SMU / lebih
90%

Prosentase responden berdasarkan kemandirian


ibu post partum
sebelum diberi bimbingan tehnik menyusui yang
Pada grafik diatas menunjukkan benar
bahwa karakteristik responden di RSUD Salatiga, 2007
berdasarkan pendidikan mayoritas
sebanyak 27 orang (90%) responden
tamat pendidikan SMU atau lebih
sedangkan sisanya 3 orang (10%)
0% 10%
Tinggi
tamat SMP. 90% Sedang

Rendah

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 9


Dari grafik diatas terlihat pengamatan bukan
bahwa tingkat kemandirian didasarkan atas besarnya
dalam menyusui pada ibu perbedaan. Uji tanda dapat
post partum relatif masih digunakan untuk
rendah sebelum diberi mengevaluasi efek dari suatu
bimbingan yaitu sebanyak 27 treatment tertentu. Hasil
orang (90%) dan sisanya 3 analisa data tingkat
orang (10%) memiliki tingkat kemandirian menyusui pada
kemandirian dalam menyusui ibu post partum sebelum dan
yang sedang. sesudah diberi bimbingan
b. Tingkat kemandirian ibu post (terlampir. Dalam analisa data
partum sesudah diberi ini menggunakan tabulasi
bimbingan tehnik menyusui silang antara 2 variabel
yang benar tersebut dengan kontingensi
(3 x 3) sebagai berikut :
Grafik 4.7
Prosentase responden berdasarkan kemandirian Tabel 4.8
ibu post partum setelah diberi bimbingan teknik Distribusi silang pengaruh bimbingan tentang
menyusui yang benar tehnik menyusui yang benar terhadap
di RSUD Salatiga, 2007 kemandirian menyusui pada ibu post partum

Keman Post %
dirian
Tinggi Sedang Rendah
10% 13%
Pre
Tinggi Tinggi 0 0 0 0 0
77% Sedang Sedang 1 2 0 3 10
Rendah Rendah 3 21 3 27 90
4 23 3 30 100

Interpretasi hasil pengujian


Dari grafik diatas apabila X2 hitung < X2 tabel
menunjukkan sebanyak 4 berarti tidak ada hubungan,
orang (13,33%) responden tetapi bila hasil X2 hitung > X2
mempunyai kemandirian tabel, maka dikatakan
yang tinggi dalam menyusui variabel tersebut mempunyai
dan tingkat kemandirian yang hubungan., rumus yang
sedang cukup banyak yaitu digunakan adalah rumus uji
23 orang (76,66%) dan tanda (sign test)
responden yang mempunyai
kemandirian rendah dalam Hasil perhitungan
menyusui sebanyak 3 orang
(10%). X2

n
1n
2
1 2

c. Tabulasi silang tingkat n


1 n
2
2

kemandirian menyusui pada

271 12

ibu post partum sebelum dan X


22
,32
sesudah diberi bimbingan (pre
27 1
test post test)
Untuk mengetahui Dari hasil perhitungan
tingkat kemandirian menyusui berdasar data dengan tabel
pada ibu post partum kontingensi 3 x 3 = (3-1)(3-1) =
sebelum dan sesudah diberi 4, = 0,05. X2 tabel = 9,488
bimbingan menyusui yang sedangkan hasil perhitungan
benar dalam penelitian ini X2 = 22,32. karena 22,32 lebih
dilakukan dengan uji tanda dari 9,488 maka Ho ditolak,
(sign test) yang didasarkan dengan demikian dapat
atas tanda +/- dari disimpulkan bahwa
perbedaan antara pasangan

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 10


pemberian bimbingan berusia antara 20-30 tahun.
tentang tehnik menyusui Sesuai dengan teori faktor
mempengaruhi tingkat umur mempengaruhi
kemandirian ibu post partum kemandirian ibu post partum
dalam menyusui. dalam menyusui, meskipun
Untuk mengetahui kebanyakan responden
kemaknaan pengaruh berada pada rentang usia
bimbingan tentang tehnik yang matang atau dewasa
menyusui terhadpa tingkat yaitu antara umur 20 tahun
kemandirian dalam menyusui sampai 30 tahun, akan tetapi
pada ibu post partum maka tidak lepas dari faktor
rumus yang digunakan psikologis ibu yang takut
sebagai berikut : kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita dan adanya

Z
X0,5 anggapan para ibu, bahwa
menyusui akan merusak
penampilan
= n. p.q (www.library.usu.ac.id, 2004).

Z

27
0,
5
14

5,
11
Hal ini mendesak ibu untuk
tidak memberikan ASI pada
7 bayinya sehingga ibu tidak
1 1 mandiri dalam merawat dan
= 28. .
menyusui bayinya.
2 2
28,514
.0 b. Faktor Pekerjaan
Faktor pekerjaan juga
= 7 mempengaruhi kemandirian
ibu post partum dalam
= 2,46 menyusui, hal ini dikaitkan
dengan sosial budaya. Bisa
Pembahasan dilihat pada tabel 4.2 hampir
1. Tehnik Menyusui Ibu Post Partum setengah dari keseluruhan
Sebelum diberi Bimbingan populasi yaitu sebanyak 14
Hasil penelitian pada tabel responden (46,66%) adalah
4.5 merupakan gambaran tingkat bekerja. Sesuai dengan teori
kemandirian ibu post partum yang ada menyatakan
sebelum diberi bimbingan tentang bahwa ada kenaikan tingkat
tehnik menyusui yang benar. Dari partisipasi wanita dalam
data tersebut menunjukkan lingkaran kerja dan adanya
bahwa kemandirian ibu post emansipasi dalam segala
partum dalam menyusui masih bidang kerja menyebabkan
sangat rendah yaitu sebesar 27 ibu tidak mandiri dalam
orang (90%) dan hanya sebagian menyusui
kecil yaitu sebanyak 3 orang (10%) (www.library.usu.ac.id,
ibu post partum yang sudah 2004).Untuk itu perlu adanya
memiliki tingkat kemandirian dukungan dari
sedang dalam menyusui. Hal ini keluarga,informasi serta
menunjukkan sebagian besar ibu penerapan ASI eksklusif pada
post partum belum bisa dan masih ibu bekerja,sehingga bayi
kurang mengetahui dengan baik tetap mendapatkan ASI
tentang cara menyusui yang meskipun ibu sibuk bekerja
benar., karena disebabkan oleh .dengan demikian nutrisi yang
berbagai faktor antara lain : dibutuhkan bayi tetap
a. Faktor umur terpenuhi.
Bisa dilihat pada tabel
4.1 kebanyakan responden c. Faktor Pendidikan
sebesar 28 orang (90%)

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 11


Selain itu faktor ddk, 2006). Jadi ibu post
pendidikan juga partum belum bisa mandiri
mempengaruhi kemandirian dalam merawat bayinya.
ibu dalam menyusui. Tidak Dilihat dari data diatas,
bisa dijadikan patokan bahwa masih banyak ibu post
apabila ibu dengan partum belum mampu dan
pendidikan yang lebih tinggi mau merawat dan menyusui
bisa lebih mampu dan mandiri bayinya, maka sangat
seperti yang terdapat pada dibutuhkan dukungan suami
tabel 4.3 Pada karakteristik dan keluarga informasi serta
pendidikan mayoritas sebesar bimbingan dan pengarahan
27 orang (90%) menamatkan dari tenaga kesehatan
pendidikan di jenjang SMU tentang cara menyusui yang
atau lebih, sedangkan sisanya baik dan benar
3 orang (10%) tamat SMP. (www.infosehat.com).
Berbagai penelitian Sehingga timbul masalah
menunjukkan makin tinggi yang berkaitan dengan
pendidikan ibu justru menyusui dapat diatasi, dan
kemungkinan menyusui makin ibu mampu dan mandiri
rendah, umumnya terkait dalam merawat dan
dengan lingkungan kerja dan menyusui bayinya
gencarnya susu formula. 2. Tehnik Menyusui Ibu Post Partum
(www.library.usu.ac.id, 2004). Setelah Diberi Bimbingan
Sehingga pemberian ASI Hasil penelitian pada tabel
menurun yang dapat 4.6 merupakan gambaran tingkat
menyebabkan bayi tidak kemandirian ibu post partum
mendapatkan nutrisi yang sesudah diberikan bimbingan
adekuat. tentang tehnik menyusui yang
d. Faktor Paritas benar. Dari data tersebut
Faktor Paritas juga menunjukkan bahwa setelah
mempengaruhi. Berdasarkan diberikan bimbingan tehnik
tabel 4.4 pada karakteristik menyusui, kemandirian ibu
paritas keseluruhan responden meningkat sebanyak 4 orang
adalah primipara. (13,33%) mempunyai tingkat
Kemandirian ibu post partum kemandirian tinggi dan sebanyak
akan berbeda antara jumlah 23 orang (76,66%) mempunyai
paritas 1 dengan yang lebih tingkat kemandirian sedang, dan
dikarenakan ibu yang hanya 3 orang (10%) yang
mempunyai paritas lebih mempunyai kemandirian rendah.
banyak telah mempunyai Dari data tersebut dapat diambil
pengalaman untuk merawat kesimpulan bahwa, kemandirian
dan menyusui bayinya ibu post partum sesudah diberi
(www.library.us.ac.id.2004). bimbigan tentang tehnik menyusui
Karena seluruh Responden yang benar mengalami
adalah primipara hal ini peningkatan dari sebelum diberi
menyebabkan ibu post bimbingan. Hal ini dapat terjadi
partum tidak mandiri dalam karena ibu telah mempunyai
merawat dan menyusui kemandirian dalam menyusui
bayinya, karena bagi seorang yang diperoleh dari proses belajar
ibu yang pertama kali dalam bentuk latihan dan praktek
melahirkan, menyusui dan menyusui dengan dimbimbing
merawat bayi adalah oleh tenaga kesehatan tentang
merupakan pengalaman cara menyusui yang baik dan
baru dan pertama kali dialami benar. Hal ini sesuai dalam
oleh ibu post partum (Moody, (Djamarah, 2002). Perubahan

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 12


perilaku individu setelah melalui biasanya mereka lebih
proses belajar meliputi perubahan berpengalaman dan
keselurhan tingkah laku dan berwawasan luas serta bisa
perubahan itu bersifat aktif dan menerima berbagai masukan
positif dimana perubahan itu yang dapat mempengaruhi
selalu bertambah tertuju untuk perilakunya. Mengacu pada
memperoleh sesuatu yang lebih teori (Notoadmodjo, 2003).
baik dari sebelumnya. Selain itu Melalui pendidikan seseorang
keberhasilan ibu dalam menyusui bisa mendapatkan
bayinya juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang akhirnya
berbagai faktor antara lain : dapat berpengaruh pada
a. Faktor umur perilakunya, dalam hal ini
Dari hasil observasi dari adalah kemandirian ibu post
30 responden didapatkan partum.
bahwa responden dengan c. Faktor Paritas
kisaran umur 20 sampai 30 Berdasrkan pada tabel
tahun memiliki jumlah terbesar 4.4 didapatkan keseluruhan
yaitu 28 orang sedangkan responden (100%) adalah
sisanya sebanyak 2 orang primipara. Biasanya ibu post
berumur kurang dari 20 tahun. partum yang baru pertama
Berdasarkan teori dapat kita kali menyusui meskipun masih
ketahui kematangan atau merasa kesulitan karena ini
kedewasaan seseorang untuk merupakan pengalaman
menjadi seorang ibu pertama, akan tetapi hal
dipengaruhi oleh faktor usia. tersebut yang mendorong ibu
Ada usia melahirkan antara post partum lebih tertarik
20-30 tahun, kemandirian untuk mencoba belajar
atau kedewasaan lebih baik menyusui bayinya. Sesuai
dibanding kelompok usia berdasarkan penelitian
dibawahnya (Rogers,1974 ),
(www.library.usu.ac.id, 2004). mengungkapkan bahwa
Dengan demikian maka akan sebelum seseorang
lebih mudah untuk mengadopsi perilaku baru
memberikan tehnik menyusui, dalam diri seseorang tersebut
karena sebagian besar terjadi proses berurutan yakni
responden berada dalam kesadaran, ketertarikan,
rentang usia yang matang menimbang-nimbang dan
untuk menjadi seorang ibu, mengadaptasi
dengan demikian ibu post (Notoatmodjo,2003) dari
partum mempunyai proses tersebut maka
kemandirian dalam menyusui kemandirian ibu dalam
bayinya. menyusui akan terbentuk
b. Faktor Pekerjaan dan Berdasarkan hasil
Pendidikan penelitian ini menunjukan
Dapat dilihat pada bahwa, bimbingan tentang
tabel 4.2 dan 4.3 sebagian tehnik menyusui dengan baik
besar responden memiliki dan benar dapat
tingkat pendidikan yang mempengaruhi tingkat
tinggi dan banyak responden kemandirian ibu post partum
yang juga bekerja, hal ini dalam menyusui sehingga ibu
mempengaruhi sukses post partum menjadi lebih
menyusui. Sedangkan bagi siap dan mampu menyusui
ibu-ibu post partum yang serta merawat bayinya.
bekerja dan memiliki tingkat 3. Pengaruh Bimbingan Tentang
pendidikan yang tinggi Tehnik Menyusui Terhadap Tingkat

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 13


Kemandirian Dalam Menyusui dengan aktivitasnya sendiri pada
Pada Ibu Post Partum saat dilakukan bimbingan tehnik
Hasil uji statistik menyusui menyebabkan ibu post
menggunakan uji tanda (Sign test) partum tidak mengalami
mengenai pengaruh bimbingan peningkatan kemandirian.
tentang tehnik menyusui terhadap Kemandirian bisa
tingkat kemandirian dalam didapatkan dari proses belajar.
menyusui pada ibu post partum Merujuk pada teori Kingskey
menunjukkan adanya hubungan belajar adalah proses dimana
yang signifikan ditandai dengan X2 tingkah laku ditimbulkan atau
hitung lebih besar dari X2 tabel, diubah melalui praktek atau
yaitu 22,32 > 9,488.. Berdasarkan latihan dalam proses belajar perlu
dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa adanya bantuan atau bimbingan
tingkat kemandirian sebelum dengan mempergunakan
diberi bimbingan yang memiliki berbagai bahan interaksi, nasehat
tingkat kemandirian tinggi dan dan gagasan dalam suasana
setelah diberi bimbingan memiliki asuhan yang berdasarkan norma-
tingkat kemandirian tinggi tidak norma yang berlaku (Prayitno,
ada, tingkat kemandirian sebelum 1999). Seperti halnya dalam proses
diberi bimbingan yang masuk belajar menyusui pada ibu post
kategori sedang dan tingkat partum maka diperlukan adanya
kemandirian setelah diberi bimbingan dari tenaga kesehatan
bimbingan menjadi tinggi ada 1 tentang tehnik menyusui yang
dan tingkat kemandirian sebelum benar yang diharapkan ibu post
diberi bimbingan masuk kategori partum mampu dan mau
rendah dan setelah diberi merawat serta menyusui bayinya
bimbingan masuk kategori tinggi sendiri tanpa bergantung pada
ada 3, dari sedang ke tinggi ada orang lain. Berdasarkan hasil uji
1, dari sedang ke sedang ada 2, statistik ini menunjukkan bahwa
dari sedang ke rendah tidak ada. bimbingan tentang tehnik
Sedangkan dari rendah ke tinggi menyusui dengan baik dan benar
ada 3, dari rendah menjadi dapat memberikan bukti bahwa
sedang ada 21, dari rendah tetap kemandirian menyusui pada ibu
rendah ada 3. Selisih yang post partum meningkat dalam hal
semakin besar menunjukkan ini akan meningkat sebanyak 2,46
semakin efektifnya bimbingan kali dibanding yang tidak diberi
menyusui yang baik dan benar bimbingan tehnik menyusui . Hal ini
terhadap kemandirian tigkat sesuai dengan tujuan manajeman
menyusui pada ibu post partum. laktasi untuk ibu post partum
Dalam hasil penelitian ini untuk ibu dengan cara dilakukan upaya-
post partum yang tidak upaya untuk menunjang
mengalami peningkatan keberhasilan menyusui
kemandirian disebabkan karena (www.keluargasehat.com).
perilaku ibu setelah diberi Maka dapat diambil
bimbingan masih tetap seperti kesimpulan bahwa tingkat
sebelum diberi bimbingan. Selain kemandirian dalam menyusui
dipengaruhi oleh beberapa faktor pada ibu post partum sebelum
yang telah dijelaskan diatas diberi bimbingan tentang tehnik
seperti faktor umur, pendidikan, menyusui meningkat setelah diberi
pekerjaan dan lain-lain. Dari bimbingan tentang tehnik
pengamatan peneliti dan menyusui seperti yang terdapat
kebetulan tidak dibahas dalam dalam asas-asas atau ketentuan-
penelitian ini, faktor lingkungan ketentuan yang harus diterapkan
seperti ibu masih ditunggui dalam penyelenggaraan
anggota keluarga dan ibu sibuk pelayanan bimbingan, salah

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 14


satunya yaitu asas kemandirian, Anomin, (2006), Manfaat Menyusui,
dimana pelayanan bimbingan http://map.depkes.go.id
bertujuan menjadikan si Arikunto, S., (1998), Prosedur Penelitian
terbimbing dapat berdiri sendiri, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
tidak bergantung pada orang lain Cipta, Jakarta.
atau mandiri (Prayitno, 1999). Arikunto, S., (2002), Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, Edisi
KESIMPULAN DAN SARAN Revisi V Rineka Cipta, Jakarta.
Kesimpulan Djarwanto,( 2003), Statistik Non
1. Sebagian ibu post partum memiliki Parametrik, Cetakan 1, BPFE,
kemandirian yang rendah dalam Yokyakarta
menyusui sebelum di beri Djamarah, SB. (2002), Psikologi Belajar.
bimbingan tehnik menyusui Jakarta, Rineka cipta.
sejumlah 90 %. Ebrahim G. J, (2004), Manajeman
2. Setelah diberi bimbingan tehnik Laktasi, http://library.usu.ac.id.
menyusui, kemandirian ibu post Hadi, S., (2004), Metodologi Research,
partum dalam menyusui Andi Offset
meningkat dalam kategori sedang Manuaba, (1998), Ilmu Kebidanan,
sebanyak 77 %. Penyakit Kandungan dan
3. Bimbingan tehnik menyusui Keluarga Berencana Untuk
berpengaruh terhadap Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
kemandirian menyusui ibu post Manuaba, (1999), Memahami
partum, terbukti dengan hasil Kesehatan Reproduksi Wanita,
dimana X2 hitung > X2 tabel Arcan, Jakarta
4. Kemandirian ibu menyusui yang Mochtar Rustam, (1998), Sinopsis
diberi bimbingan tehnik menyusui Obstetri, Edisi 2, EGC, Jakarta
akan meningkat sebanyak 2,46 Notoatmodjo, S, (2002), Metodologi
kali dibandingkan dengan ibu Penelitian Kesehatan, Rineka
menyusui yang tidak diberi cipta, Jakarta
bimbingan tehnik menyusui. Notoatmodjo, S, (2003), Ilmu
5. Kemandirian menyusui seseorang Kesehatan Masyarakat, cetakan
dipengaruhi oleh factor umur, 2, Rineka Cipta, Jakarta
pekerjaan, pendidikan dan Prawirohardjo, S., (2002), Buku Acuhan
paritas. Nasional Maternal dan Neonatal,
Saran Bina pustaka , Jakarta
1. Bagi Ibu Menyusui Prayitno, (1999), Dasar-dasar
2. Bagi Rumah Sakit Bimbingan dan Konseling, Rineka
3. Meningkatkan pemberian Cipta, Jakarta
bimbingan tehnik menyusui bagi Roesli, U., (2005), Panduan Praktis
ibu post partum yang masih Menyusui, Cetakan 1 puspa
dirawat di Rumah Sakit. suara , Jakarta
4. Bagi Peneliti Roesli, U., (2006), Panduan Untuk
Belajar Menyusui Dengan
DAFTAR PUSTAKA Percaya Diri, PT. Elex Media
Anomin, (2002), ASI, www.gizi.net Computindo
Anomin, (2003), Kamus Lengkap Soetjiningsih, (1997), Asi Petunjuk Untuk
Psikologi, tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta
Anomin, (2004), Tehnik Menyusui, Sugiyono, (2006), Statistik Untuk
www.keluargasehat.com Penelitian, Cetakan 9 Alfa Beta
Anomin, (2005), Masalah Umum Dalam Winkel, (2004), Psikologi Pengajaran.
Menyusui, http://asi. Yogyakarta, Media Abadi.
Blogsome.com
Anomin, (2006), Hanya 37% Bayi
Memperoleh ASI,
www.indonesia.go.id

Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 15


Jurnal Kebidanan, Vol. I, No. 2, Desember 2009 16

Anda mungkin juga menyukai