Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul "Memahami Pengertian dan Fungsi Perbankan
Syariah" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
.kami dalam merampungkan makalah ini

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
.pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
.selanjutnya

Lhokseumawe,Desember 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2-18

BAB III PENUTUP..................................................................................... 19

3.1Kesimpulan............................................................................................. 19

3.2Saran........................................................................................................ 19

Daftar Pustaka.............................................................................................. 20-21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang Masalah

Dalam kehidupan ini selalu ada saja suatu waktu dimana seseorang tidak
mengerti, tidak mampu bahkan tidak tahu bagaimana mengatasi permasalah
kehidupan yang di alaminya. Bahkan, seseorang yang sudah berhasil menempuh
jenjang tertinggi sekalipun adakalanya suatu saat akan merasakan posisi dimana dia
memiliki suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan.

Ketika seseorang belum mampu bahkan tidak mampu memecahkan masalahnya


pasti dia akan membutuhkan tenaga dari luar yang diyakininya dapat mampu
mengatasi masalahnya. Kekuatan dari luar itu bisa berupa dari Sang pencipta atau
hal-hal lain yang di anggap mampu unutuk mengatasi masalahnya.

Sebagai seorang yang beriman tentu saja dalam mengatasi masalah dan
problematika kehidupan selalu disandarkan pada kekuatan Tuhan, tidak dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan Agama. Apalagi sebagai umat Islam kita dituntun
untuk meminta hanyalah kepada Allah SWT.
Sebagaimana Allah SWT berfirman :

Artinya : Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertolongan ( Qs : Al-fatihah : 5 )

Salah satu ekspresi seorang dalam meminta pertolongan kepada Allah adalah
dengan melalui Doa yang dipanjatkan dengan tulus, ikhlas dan keyakinan penuh
akan dikabulkan doanya,

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. DEFINISI SHALAT
Shalat secara Etimologi/ bahasa adalah doa.
Sebagaimana Allah berfirman,



Dan doakanlah mereka, karena doamu merupahkan ketentraman bagi
mereka(QS.Yunus: 103)

Sedangkan secara terminology/istilah shalat ialah suatu ibadah yang mengandung


perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan
salam.[1]

Shalat adalah ikatan yang kuat antara langit dan bumi, antara Allah dan
hambahnya. Shalat dalam islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai rukun
dan tiang agama yang mana shalat menempati kedudukan yang kedua dalam rukun
setelah syahadat serta menjadi lambang yang kokoh antara Allah dan hambahnya.[2]

Ketika melaksanakan shalat umat islam dalam keadaan suci dan bersih serta
berdoa kepada Allah swt agar diberikan keteguhan (istiqamah) dalam beragama dan
senantiaa memohon petunjuk dari-Nya. Rasulullah saw bersabda;


pokok segala urusan adalah islam. Tiangnya adalah shalat. Punjaknya adalah
jihad di jalan Allah. (HR. Thabarani dari Muadz).

Shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah dan shalat ini juga
diterima langsung oleh Rasulullah tanpa melalui perantara Malaikat Jibril.
B. ADAB-ADAB SHALAT

1. Berpakaian yang bagus

Saat hendak shalat berjamaah di masjid, baiknya kita memilih pakaian yang
bagus untuk dikenakan, bagus disini bukan berarti pakaian baru akan tetapi pakaian

2
yang bersih dan rapi. Dalam sebuah firman Allah memerintahkan kita untuk tidak
sekedar menutup aurat, namun juga memperbagus pakaian, apalagi ketika pergi ke
masjid menunaikan shalat berjamaah. Hal ini sesuai dengan firman Allah, yang
berbunyi:

Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.
(QS. Al-Araf: 31)

Dari ayat diatas dapat diambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk berhias
ketika shalat, terlebih ketika hari Jumat, termasuk memakai parfum bagi pria.
Namun saat ini banyak kita jumpai orang yang pergi shalat ke masjid hanya
mengenakan pakaian ala kadarnya, padahal ia memiliki pakaian yang bagus. Pakaian
itu juga terkadang penuh dengan tulisan atau gambar yang jahil yang memaksa orang
yang dibelakangnya membaca atau melihat sehingga mengganggu konsentrasi dan
khusyuknya sholat.

Allah itu Indah dan menyukai keindahan, memakai pakaian yang baik tentu
saja harus dilakukan karena kita akan menghadap Allah Taala. Menghadap penguasa
dunia yang sesama manusia saja kita memakai pakaian yang bagus, apalagi
menghadap penguasa dunia dan akhirat, harusnya kita menggunakan pakaian terbaik
yang kita miliki. Apa kita tidak malu berpakaian buruk di hadapan Allah?

2. Berwhudu ketika masih berada dirumah


Ada baiknya untuk berwudhu sejak dari rumah sebelum berangkat ke masjid
untuk shalat berjamaah. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam dalam sebuah hadits, yang berbunyi:




Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah
dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-
kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan
menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajatnya. (HR.
Muslim 1553)

3
Bukankah di masjid sudah ada fasilitas untuk berwudhu? Ya, betul. Masjid
dewasa ini sudah menyediakan fasilitas berwudhu. Namun alangkah lebih baiknya
jika anda berwudhu dari rumah. Anda juga diperbolehkan mengulang wudhu, jika
tidak yakin wudhu anda batal karena kotoran di jalan. Bukankah sesuatu yang
berhubungan dengan air itu menyenangkan? Jadi tidak masalah kan jika harus
mengulang wudhu?

3. Membaca doa ketika pergi kemasjid


Hal ini sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang
menyebutkan bahwa kita diwajibkan untuk mengucapkan doa ketika keluar rumah.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan: Bismillahi


tawakkaltu alallaahi, laa haula wa laa quuwata illa billah (Dengan nama Allah
aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin
Allah). Beliau bersabda, Maka pada saat itu akan dikatakan kepadanya, Kamu
telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan, dan mendapat penjagaan, hingga
setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata kepadanya (setan
yang akan menggodanya, pent.), Bagaimana (engkau akan mengoda) seorang laki-
laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan, dan penjagaan.( HR. Abu Daud no.
595, At-Tirmizi no. 3487)
Namun ketika hendak menuju masjid, ada baiknya membaca:

Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya


dalam pendengaranku, cahaya dari kananku, cahaya dari kiriku, cahaya dari
belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya( H.R Muslim 763)

4. Berdoa ketika masuk masjid


Setiap langkah adalah berkah dalam penghapusan dosa dan pengangkat
derajat anda. Sesampainya di masjid, hendaknya memasuki dengan kaki kanan

4
terlebih dahulu sambil membaca doa memasuki masjid. Bacaan doa termaktub dalam
sebauh hadits riwayat Abu Said radhiyallahu anhu berikut ini:

Seorang di Jika salah antara kalian memasuki masjid, maka ucapkanlah,


Allahummaftahlii abwaaba rahmatik (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-
Mu). Jika keluar dari masjid, ucapkanlah: Allahumma inni as-aluka min fadhlik
(Ya Allah, aku memohon pada-Mu di antara karunia-Mu). (HR. Muslim 713)
5. Shalat dua rakaat sebelum duduk
Shalat dua rakaat sebelum duduk. Shalat ini sering kita kenaldengan nama
tahiyatul masjid. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua
rakaat sebelum dia duduk.( H.R. Bukhari 537 dan Muslim 714)
Aturan ini berlaku untuk pria dan wanita. Akan tetapi khusus pada shalat
Jumat, khatib Jumat tidak melakukan shalat dua rakaat karena tidak ada dalil yang
mendukung bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan hal
tersebut sebelum berkhutbah. Beliau datang dan langsung naik ke mimbar. Syariat
ini berlaku bagi semua masjid, termasuk masjidil haram.

Yang dimaksudkan dengan shalat tahiyatul masjid adalah sholat dua rakaat
sebelum duduk di dalam masjid. Tujuan shalat ini sudah tercapai dengan shalat
apapun yang dikerjakan sebelum duduk. Baik itu shalat sunnah wudhu, shalat sunah
rawatib, atau bahkan shalat wajib sudah menjadi tahiyatul masjid jika dilakukan
sebelum duduk. Tentu saja adalah hal keliru jika shalat tahiyatul masjid diniatkan
tersendiri. Pada hakekatnya tidak ada dalam hadits yang namanya tahiyatul masjid
yang diniatkan sendiri. Oleh karena itu ketika seorang masuk masjid setelah adzan
lalu shalat qabliah atau sunah wudhu, maka itu sudah menjadi tahiyatul masjid
baginya.

6. Memberi sutrah (pembatas)


Sutrah adalah pembatas dalam shalat. Sutrah bisa berupa tembok, tiang,
orang yang sedang duduk/sholat, tongkat, tas dan lain-lainnya. Sutrah disyariatkan

5
untuk orang yang shalat sendirian dan imam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
pernah bersabda:

Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan


menghadap sutrah dan mendekatlah padanya (HR. Abu Daud 698)
Hukum memasang sutrah adalah wajib menurut sebagian ulama karena
adanya perintah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Imam menghadap
sutrah dalam shalat berjamaah dan sutrah bagi makmum adalah sutrah imam. Dalam
hal ini sutrah berfungsi supaya tidak ada orang yang lewat di depannya, siapapun itu.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:

Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap sesuatu yang menutupinya
dari manusia (menghadap sutrah), lalu ada seseorang ingin melintas di
hadapannya, hendaklah ia menghalanginya pada lehernya. Kalau orang itu enggan
untuk minggir (tetap memaksa lewat) perangilah (tahanlah dengan kuat) karena ia
hanyalah setan. (HR. Bukhari 509 dan Muslim 1129)
7. Menjawab Panggilan Azan
Pada saat mendengar suara adzan, sangat dianjurkan menjawab adzan. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut ini:

Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan
muadzin.( HR. Bukhari 611 dan Muslim 846)
Secara lengkap, tuntunan mengenai cara menjawab adzan adalah dalam
sebuah hadits berikut ini:

: : : :
: :
:

:
: :
:
: :
:

6
Apabila muadzin mengatakan, Allahu Akbar Allahu Akbar, maka hendaklah
kalian yang mendengar menjawab, Allahu Akbar Allahu Akbar. Kemudian
muadzin mengatakan, Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah, maka dijawab, Asyhadu
An Laa Ilaaha Illallah. Muadzin mengatakan setelah itu, Asyhadu Anna
Muhammadan Rasulullah, maka maka dijawab, Asyhadu Anna Muhammadan
Rasulullah. Saat muadzin mengatakan, Hayya Alash Shalah, maka maka
dijawab Laa Haula wala Quwwata illa billah. Saat muadzin mengatakan, Hayya
Alal Falah, maka maka dijawab Laa Haula wala Quwwata illa billah.
Kemudian muadzin berkata, Allahu Akbar Allahu Akbar, maka dijawab, Allahu
Akbar Allahu Akbar. Dan muadzin berkata, Laa Ilaaha illallah, maka dijawab,
La Ilaaha illallah Bila yang menjawab adzan ini mengatakannya dengan
keyakinan hatinya niscaya ia pasti masuk surga. (HR. Muslim. 848)
Saat muadzin selesai mengumandangkan adzan, kita dianjurkan membaca
doa yang sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di dalam
hadits berikut ini:

Barangsiapa yang setelah mendengar adzan membaca doa : Allahumma Robba


hadzihid dawattit taammah was shalatil qaaimah, aati muhammadanil wasiilata
wal fadhiilah wabatshu maqaamam mahmuudanil ladzi wa adtahu (Ya Allah
pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan berilah Muhammad
wasilah dan keutamaan dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji yang telah
Engkau janjikan padanya) melainkan dia akan mendapatkan syafaatku pada hari
kiamat. (HR. Bukhari 94)

8. Tidak keluar masjid lagi dengan alasan apapun


Ketika kita sudah ada di dalam masjid, tidak diperbolehkan bagi kita untuk
keluar lagi hingga selesainya shalat wajib. Hal ini tidak berlaku jika ada udzur
seperti wudhu karena batal, buang air kecil atau keperluan lain yang mengembalikan

7
seseorang kepada kesucian untuk shalat. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Abu as
Syatsaa, beliau berkata:

Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kamudian
muadzin mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri
kemudian keluar masjid. Abu Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau
berkata : Perbuatan orang tersebut termasuk bermaksiat terhadap Abul Qasim
(Nabi Muhammad) shallallahu alaihi wa sallam (H.R Muslim 655)
Berdasarkan hadits diatas, Imam Nawawi menjelaskan bahwa perbuatan
keluar dari masjid setelah ditunaikannya adzan hingga shalat wajib selesai ditunaikan
adalah tidak disukai.

9. Menggunakan waktu antara azan dan iqamah untuk berdoa


Ketika selesai azan dan sebelum iqamah ada baiknya menggunakan waktu
diantara adzan dan iqomah untuk melakukan amalan yang berfaedah. Seperti
misalnya berdzikir dan berdoa. Bisa juga dengan melakukan shalat sunnah qabliyah.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahualaihi wa sallam, yakni:

Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak (HR. Tirmidzi, 212)

Waktu tersebut juga boleh digunakan untuk membaca al quran atau


mengulang hafalan quran namun dengan suara lirih sehingga tidak mengganggu
orang yang sedang shalat sunnah atau berdzikir. Rasulullah shallallahualaihi wa
sallam bersabda:

Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling
mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca
Al Quran, atau beliau berkata, Dalam shalat, (HR. Abu Daud.1332, Ahmad,
430)

8
Pada waktu tersebut tidak selayaknya digunakan untuk mengobrolkan
masalah-masalah duniawi atau yang tidak ada manfaatnya.

10. Tinggalkan shalat sunnah ketika sudah iqamah


Dalam hadits disebutkan;



Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Jika shalat
wajib telah dilaksanakan, maka tidak beleh ada shalat lain selain shalat wajib
(H.R Muslim 710)
Menurut hadist diatas, jika seorang telah mendengar iqomah, maka ia harus
meninggalkan shalat sunnah meskipun saat itu tengah shalat sunnah. Ia harus segera
bergabung dengan imam seperti jamaah lainnya menunaikan shalat wajib.

11. Berusaha mendapatkan shaf yang utama


Kesempurnaan shalat berjamaah akan lengkap jika sebisa mungkin kita
menempati shaf yang pertama. Untuk pria yang paling depan, sedangkan untuk
wanita paling belakang. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah
yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, yakni:

Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang
terakhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya
adalah yang pertama. (H.R.Muslim 440)
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

Seandainya mereka mengetahui keutamaan (pahala) yang diperoleh dalam shaf


yang pertama, niscaya mereka akan mengundi untuk mendapatkannya. (HR.
Bukhari 721 dan Muslim 437)
12. Pastikan barisan saft lurus dan rapi
Permasalahan lurus dan rapatnya shaf ini adalah perkara yang serius dan
harus diperhatikan dengan benar. Hal ini mencerminkan keutuhan dan kesatuan umat
Islam. Namun masih seringkali kita melihat barisan shalat di suatu masjid tidak rapi
dan lurus. Padahal dalam hal ini sudah pernah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu

9
alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Abdillah Numan bin Basyir
yang berbunyi:

Hendaknya kalian bersungguh- sungguh meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah


sungguh-sungguh akan memperselisihkan di antara wajah-wajah kalian (HR.
Bukhari 717 dan Muslim 436)
13. Tidak mendahului gerakan imam
Imam shalat adalah pemimpin dimana orang tersebut harus diikuti dalam
shalat. Mengikuti tentu saja adalah setelahnya, bukan sebelumnya. Sehingga tidak
boleh mendahului gerakan imam.

Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila


ia ruku, maka rukulah. Dan bila ia mengatakan samiallahu liman hamidah,
maka katakanlah,Rabbana walakal hamdu. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan
bila ia shalat dengan duduk, maka shalatlah kalian dengan duduk semuanya. (H.R.
Bukhari 734)
Kerasnya larangan mendahului imam dilontarkan oleh Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam dalam hadits berikut ini:

Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika Allah akan
mengubah kepalanya menjadi kepala keledai? ( H.R Bukhari 691)
14. Berdoa ketika keluar masjid
Jika kita berdoa ketika masuk maka kita juga harus berdoa ketika keluar dari
masjid. Ada doa khusus yang digunakan ketika keluar dari masjid. Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Humaid
atau Abu Usaid yang berbunyi:



Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaknya dia membaca,
Allahummaftahli abwaaba rahmatika (Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu).

10
Dan apabila keluar, hendaknya dia mengucapkan, Allahumma inni as-aluka min
fadhlika (Ya Allah, aku meminta kurnia-Mu). (HR. Muslim. 713)

C. DEFINISI DOA

1. Secara Bahasa/Etimologi
Dari segi bahasa doa berarti meminta dan memohon seperti ucapan, saya
berdoa kepada Allah, saya memohon kepadaNya dengan suatu doa, artinya saya
memohon kepadaNya dengan meminta dan mengharapkan suatu kebaikan yang ada
disisiNya.
( ) dengan menggunakan kata bantu berarti berdoa untuk sifulan,
yakni memohon kebaikan untuknya.
( ) dengan menggunakan kata bantu berarti berdoa atas
sifulan, yakni memohon agar keburukan ditimpakan atasnya.

2. Secara Istilah/Terminologi

Menurut istilah permohonan hamba kepada Rabbnya dengan cara memohon


dan meminta, bisa pula berarti menyucikan, memuji dan makna yang sejenis dengan
keduanya.[3]
D. ADAB-ADAB SHALAT
Sesungguhnya doa itu memiliki kedudukan yang sangat inggi di dalam islam.
Doa temasuk ibadah yang sangat agung. Doa menunjukan bukti ketergantungan
manusia kepada Rabbnya dalam meraih apa-apa yang bisa memberikan manfaat bagi
mereka dan menolak ap-apa yang dapat membahayakan mereka.[4]
Doa memiliki adab-adab yang apabila diperhatikan oleh seseorang yang berdoa,
niscaya doanya tidak akan tertolak. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Niat yang benar
Hendaklah seorang hamba yag berdoa berniat untuk menegakkan ibadah
kepada Allah SWT, karena doa adalah ibadah yang paling agung. Siapa saja yang

11
menggantungkan hajatnya kepada Allah niscaya ia tidak akan merugi selama-
lamanya.
2. Memperbanyak Doa
Disnnahkan membaca doa karena doa adalah ibadah.



Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
Seorang muslim selayaknya banyak berdoa setiap waktu karena doa
merupakan ibadah yang mulia. Doa merupakan ibadah yang mulia. Doa merupakan
sesuatu yang sangat mulia di sisi Allah.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,


Tidak ada yang paling mulia di sisi Allah SWT daripada Doa[5]

3. Berdoa dalam Keadaan Suci


Tidak ada salahnya jika seseorang berdoa dalam keadaan tidak berwudhu.
Akan tetapi akan lebih afdhol jika ia dalam keadaan bersuci.
4. Mengadahkan Bagian dalam Telapak Tangan
Rasuluullah SAW bersabda,

Jika kamu meminta kepada Allah SWT maka mintalah dengan menengadahkan
bagian dalam telapak tangan. Janganlah kamu memintanya dengan menengadahkan
punggung telapak tangan.[6]
Cara seperti ini tepat untuk menunjukan kebutuhan kita dan sebagai
penantian pengabulan doa. Seolah-olah peminta menggulurkan tangan dan
mengarahkan telapak tangannya ke atas untuk menunggu apa yng akan
diberikanNya.[7]
5. Memulai dengan Mengucapkan Hamdalah dan Puji-pujian kepada Allah
SWT

12
Setiap hamba hendaknya memulai semua urusannya dengan memuji Allah
SWT. Demikian juga, hendaklah ia memuji Allah SWT dengan puji-pujian yang
pantas baginya. Cara seperti ini lebih dekat kepadapengabulan doa. Bahkan,
sesungguhnya Rasulullah SAW sujud di sisi Arsy pada hari kiamat, lalu beliau
mengucapkan Hamdalah dan memanjatan puja-puji kepada Allah, hingga Allah
mengizinkan baginya untuk meminta.[8]
Dari Anas r.a bahwasanya Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW
! . . .

Ya Muhammad, angkatlah kepalamu! Katakanlah, niscaya akan didengarkan
(kata-katamu). Memintalah, niscaya akan diberi (apa yang kamu minta). Berilah
syafaat, niscaya akan diizinkan (member syafaat).[9]
6. Bershalawat kepada Nabi SAW
Jika ia meninggalkan shalawat kepada Nabinya, niscaya pengabulan doanya
bisa terhalang.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,




Semua doa terhalang hingga diucapkan shalawat kepada Nabi SAW.[10]
7. Memulai Berdoa untuk dirinya Terlebih Dahulu
Di dalam Al-Quran, terdapat ayat berdoa untuk diri sendiri.
Allah SWT berfirman,
. . .
Artinya: Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku . . .( QS. Nuh: 28 )
Allah SWT juga berfirman,
. . .
Artinya: Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku . . . ( QS. Al-
Araf: 151 )

Demikianlah yang dilakukan Nabi SAW. Sebab, apabila menjenguk seseorang dan
mendoakannya, beliau memulainya untuk dirinya sendiri terlebih dahulu.[11]
8. Sungguh-sungguh dalam Meminta

13
Jangan seseorang ragu dalam berdoa atau ia mengucapkan pengecualian
dengan mengucapkan: jika engkau berkehendak, ya Allah. Namun, hendaklah ia
bersungguh-sungguh di dalam meminta.
Rasulullah SAW bersabda:
. :


Janganlah salah seorang dari kamu mengatakan: Ya Allah, ampunilah aku jika
engkau mau, Ya Allah, berilah aku rezeki jika engkau mau. Hendaklah ia
bersungguh-sungguh ketika meminta karena Allah kuasa untuk melakukan apa yang
dia kehendaki, tidak ada yang dapat memaksakan sesuatu kepada Allah SWT.[12]
Sudah Selayaknyalah kita seorang hamba hamba bersungguh-sungguh dalam
berdoa. Doa adalah ibadah , maka itu harus dilakukan degan sungguh-sungguh dan
benar. Adapun cara seperti ini lebih dekat kepada pengabulan doa.

9. Menghadirkan Hati dalam Berdoa


Seseorang hendaklah menghadirkan hati dan memusatkan pikirannya di
dalam berdoa, dan janganlah dia berdoa dengan perantara lisannya saja, sementara
hatinya hatinya entah kemana. Sebab doa itu tidak akan dikabulkan dengan cara
seperti itu.
Rasulullah SAW bersabda,

.

Berdoalah kamu kepada Allah sedang kamu yakin akan terkabul (doamu tersebut),
dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan
tidak serius.
Wajib bagi seorang hamba apabila berdoa dan momohon kepada apa yang
diingginkan terhadap Allah SWT untuk menghadirkan hati dan memusatkan
pikirannya. Selalin itu mentadabburi apa yang diucapkannya. Hendaklah juga doa itu
keluar dari hatinya sebelum keluar dari lisannya.
10. Yakin Doanya dikabulkan
Seorang hamba hendaklah yakin doanya akan dikabulkan karena Allah SWT
telah menjanjikan hal tersebut dalam firmannya yakni,

14


Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,. . . ( QS. Al-Baqarah: 186 )

Wajib bagi seorang hamba membenarkan apa yang telah dijanjikan Allah
SWT, karena Dia tidak akan mengingkari janjiNya, dan wajib kita ketahui juga
sebagai seorang Mukmin bahwasanya tidaklah kita mendapatkan dari doa kita
melainkan satu hal yakni sebuah kebaikan.

11. Tidak Berlebihan atau Melampaui Batas dalam Berdoa


Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Allah SWT berfirman,


Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ( QS. Al-
Araf: 55 )
Bentuk berlebih-lebihan seseorang dalam berdoa adalah berdoa dengan
menyebut perkara-perkara yang tidak mungkin terjadi atau memaksakan sesuatu
kepada Allah.[13]
12. Menampakkan Kebutuhan dan Ketergantungan kepada Allah SWT
Seorang hamba haruslah menunjukan sikap bahwa dia membutuhkan Allah
tempat dia bergantung dan memohon pertolongan karena tidak ada daya dan upaya
kecuali dengan dengan bantuan Allah SWT. Serta tidak ada kuasa baginya untuk
mendatangkan manfaat dan menolak daripada bahaya yang dating kepadanya kecuali
dengan bantuan Allah SWT semata.
Apabila Allah SWT menyerahkan segala urusan keapada dirinya, niscaya ia
akan sesat dan lagi menyesatkan sebab dia tidak berkuasa atas sesuatu apapun, baik
dalam urusan dunia yang terlihat sepele da maupun urusan-urusan akhiratnya.[14]
13. Berdoa dengan kata-kata singkat dan Padat serta Doa-doa yang Matsur

15
Berdoa dengan doa yang Matsur maksudnya adalah berdoa dengan doa-doa
yang berasal dari Nabi SAW, yaitu doa-doa yang di dalamnya terkumpul kebaikan
dunia dan akhirat. Karena nabi menyukai kata-kat yang singkat dan padat di dalam
berdoa, serta meninggalkan doa-doa selain itu.[15]

14. Memperbanyak Ucapan Ya Dzal Jalaali wal Ikram (Pemilik keagungan dan
Kemuliaan).
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:


Ulang-ulangilah ucapan: Ya Dzal Jalaali wal Ikram.[16]
Ulang-ulangilah selalu maksudnya mengucapkan dan memperbanyaknya
dalam doa-doa kalian. Sebab, ucapan itu merupakan kata-kata pujian yang sangat
tinggi dansangat agung kepada Allah SWT. Oleh karena itu, memperbanyaknya akan
membantu kita dalam pengabulan doa dari Allah SWT.[17]
15. Berdoa dangan Menyebut Nama Allah yang Mahaagung
Berdoa dengan menyebut nama Allah juga merupakan salah satu sebab
terkabulnya doa. Rasulullah SAW pernah mendengar seorang laki-laki berdoa: Ya
Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu,bahwasanya engkau adalah Allah yag
Maha Esa, tempat bergantung segala sesuatu, tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak seorang pun yang setara dengan-Nya.[18]
Rasulullah SAW berdabda,



Sungguh, ia telah meminta kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang sangat
agung, yang jika ia meminta dengannya, pasti Allah akan member dan jika dia
bedoa dengannya, pasti Allah akan mengabulakn-Nya.[19]
16. Meminta Kepada Allah SAW untuk Urusan Dunia dan Akhiratnya
Janganlah sekali-kali dia merasa keberatan meminta kepada Rabbnya dalam
urusan dunianya meskipun dalam urusan yang sepele. Sebab, permintaan itu bukti
ketergantunggan dan kebutuhan kita kepada Allah SAW dalam semua urusan.
Rasulullah SAW bersabda,

16


Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, Niscaya Dia akan
marah kepadanya.[20]
17. Mencari Waktu-waktu yang Mustajab dan Tempat-tempat yang Utama
Ada beberapa waktu dan temapat utama yang telah disebutkan di dalam nash-
nashnya bahwasanya barang siapa yang berdoa pada waktu itu maka akan mustajab.
Di antara waktu dan tempat tersebut adalah antara adzan dan iqamah, sehabis shalat,
di sore hari, ketika berpuasa, sesaaat pada hari jumat atau sesaat terkhir hari jumat,
hari-hari di bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama di bula Dzulhijjah, hari Arafah,
ketika mengerjakan haji, di sisi Kabah dan lain-lainya seperti yang disebutkan di
dalam atsar.
18. Tidak Terburu-buru dalam Meminta Pengabulan Doa
Terburu-buru meminta pengabulan doa dilarang, bahkan hal itu dapat
menghalngi terkabulnya doa seseorang.
Sikap terburu-buru dapat digolongkan dalam bentuk pendustaan terhadap
janji Allah SWT karena Dia telah menjanjikan kepada pengabulan sebuah doa.[21]
Rasulullah SAW bersabda,
:

Senantiasa akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama dia tidak
terburu-buru, yakni ia berkata: Aku sudah berdoa, namun tidak dikabulkan
bagiku.[22]
Dengan demikian, jelas lah bagi kita seorang hamba apabila tidak terwujud
apa yang kita ingginkan selalu sabar dan tidak berburuk sangka kepada-Nya, bisa
jadi Allah memberikan apa yang kita minta namun kita tidak menyadarinya karena
kurangnya rasa bersyukur yang kita miliki.
19. Memperbanyak Doa di Saat-saat Lapang
Hendaknya seorang hamba memperbanyak doanya pada saat-saat lapang agar
Allah juga mengabulkan doanya di kala dalam keadaan sempit. Termasuk hikmah
Allah di dalam mentakdirkan suatu musibah terhadap hambanya agar hambanya
tersebut dapat mengambil pelajaran yang ada di dalamnya. Karena Allah suka
mendengar rintihan hamba-hamba-Nya kepada-Nya. Demikian pula Allah suka
melihat hambanya kembali kepada-Nya pada saat-saat sempit dan mencekam.

17
Sebagaimana Allah SAW berfirman,
. . .

Artinya: . . .Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan
dir . ( QS. Al-An am: 42 )
Maka dari itu apabila seorang hamba memohon dalam keadaan merendahkan
dirinya keapada Allah pada saat-saat lapang, niscaya permintaan-permintaannya
akan segera terkabulkan.
20. Menghindari Berdoa dengan Meminta Perkara-Perkara yang Mustahil
Sebagai seorang hamba sebaiknyalah kita menghindari dari hal di dalam
berdoa yakni hal dalam permintaan perkara-perkara yang mustahil. Seperti berdoa
agar dapat melihat Malaikat dala keadaan terjaga atau bahkan berdoa agar di jadikan
seorang Nabi, atau meminta kepada kekuatan yang bisa membuatnya mengangkat
gunung. Semua permintaan yang di atas tidak mungkin akan dikabulkan oleh Allah
SWT. Dan hal ini juga termasuk dari berlebihan dalam berdoa.
Dari adab-adab tersebut yang dudah di uraikan agar dapat menjadi perhatian
kita sewaktu kita berdoa. Karena barang siapa yang mengamalkannya ketika berdoa
niscaya doanya isya Allah di ijabahi oleh Allah SAW dan tidak tertolak. Wa Allahu
Alam bi Showab

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah selesai membahas masalah adab-adab shalat dan berdoa ini penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwasanya, selain kita harus mengetahui bahwa shalat dan
doa itu wajib kita juga harus memperhatikan adab-adab dalam melakukannya supaya
amalan yang kta kerjakan menjadi lebih sempurna. Shalat adalah amalan yang paling
utama dari amalan-amalan yang lain dengan kata lain jika shalatnya sempurna maka

18
kemungkinan besar amalan yang lainnya juga ikut sempurna begitu juga sebaliknya
jika shalat kita tidak sempurna maka amalan yang lainnya juga tidak akan sempurna.
Setiap amalan yang kita kerjakan hendaknya juga diiringi oleh doa karena amalan
yang kita kerjakan belum tentu diterimah disisi Allah swt.
2. Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan. Seiringnya
dengan selesainya makalah ini penulis juga tak lupa mengharapkan bimbingan dari
para dosen dalam meningkatkan adab-adab kami yang bulum sesuai dengan syariat
atau bisa dikatakan belum sempurna.
Setelah kita mengetahui mengetahui adab-adab ini hendaknya kitaa bisa membenari
amalan-amalan kita yang selama ini mungkin kurang sempurna atau bahkan masih
jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

al-Qathani, Said bin Ali bin Wafh, Syuruth ad-Dua wa Mawani al-Ijabah Fi Dhau
al-Kitab wa as- Sunnah, Terj. Jakarta : Darul Haq, 2012.
Kasimun (ed.), mukjizat kesembuhan dalam gerakan shalat, terj, jogjakarta: hikma
pustaka, 2008.
Ritonga,Rahman dan Zainudin, Fiqih Ibadah, gaya media pratama, Ciputat: 1997.

19
Tim Pustaka Imam asy-SyafiI (Ed.), Adab Ad-Duaa, Ensiklopedi Adab Islam,
Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2007, Jilid I

[1] Rahman Ritonga, dan Zainudin, Fiqih Ibadah, gaya media pratama, Ciputat:
1997, hlm. 87
[2] Kasimun (ed.), mukjizat kesembuhan dalam gerakan shalat, terj, jogjakarta:
hikma pustaka, 2008, hlm. 27
[3] Said bin Ali bin Wafh al-Qathani, Syuruth ad-Dua wa Mawani al-Ijabah Fi
Dhau al-Kitab wa as-Sunnah, Terj. Jakarta : Darul Haq, 2012, hlm. 25.
[4] Tim Pustaka Imam asy-SyafiI (Ed.), Adab Ad-Duaa, Ensiklopedi Adab
Islam, Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2007, Jilid I, hlm 366.
[5] HR. Ahmad, 2/362 Shahihul Jaami
[6] HR. Abu Dawud no. 1486 Shahih Abi Dawud
[7] Tim Pustaka Imam asy-SyafiI (Ed.), Adab Ad-Duaa, Ensiklopedi Adab
Islam, Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2007, Jilid I, hlm 368.
[8] Ibid.,
[9] HR. al-Bukhari (7510) dan Muslim (193)
[10] HR. Ad-Dailami dalam musnad firdaus 3/4791 dari Ali r.a
[11] Tim Pustaka Imam asy-SyafiI (Ed.), Adab Ad-Duaa, Ensiklopedi Adab
Islam, Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2007, Jilid I, hlm 370
[12] HR. al-Bukhari 6339 dan muslim 2679 dari Abu Hurairah r.a
[13] Tim Pustaka Imam asy-SyafiI (Ed.), Adab Ad-Duaa, Ensiklopedi Adab
Islam, Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2007, Jilid I, hlm 373
[14] Ibid., hlm 374
[15] Ibid., hlm 375
[16] HR. at-Tirmidzi 3525 Shahih at-Tirmidzi 2797
[17] Tim Pustaka Imam asy-SyafiI (Ed.), Adab Ad-Duaa, Ensiklopedi Adab
Islam, Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2007, Jilid I, hlm 376.

20
[18] Ibid
[19] HR. Abu DAwud 1493, Ibnu Majah 3857 Shahih Abi DAwud 1324
[20] HR. at-Tirmidzi 3373 dan Ibnu Majah 3727 Shahi at-Tirmidzi 2686
[21] Tim Pustaka Imam asy-SyafiI (Ed.), Adab Ad-Duaa, Ensiklopedi Adab
Islam, Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2007, Jilid I, hlm 378.
[22] HR. al-Bukhari 6340 dan Muslim 2735

21

Anda mungkin juga menyukai