PNEUMONIA ASPIRASI
Disusun Oleh :
Mitha Faramita
030.11.191
Pembimbing :
dr. Tjahaya B, Sp.A
Pneumonia Aspirasi
Disusun oleh :
Mitha Faramita
030.11.191
Selaku dokter pembimbing Departemen Ilmu Penyakit Anak RSUD Budhi Asih
Mengetahui,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
"Pneumonia Aspirasi" dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan kepaniteraan klinik ilmu penyakit anak di RSUD
Budhi Asih.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Tjahaya B, Sp. A sebagai
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada keluarga dan rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dukungan, saran, dan kritik
yang membangun. Keberhasilan penyusunan laporan kasus ini tidak akan tercapai tanpa adanya
bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak-pihak tersebut.
Mitha Faramita
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
5
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di
Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama moriditas dan mortalitas anak
berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh
dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar
terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Survei kesehatan Nasional (SKN) 200, 27,6%
kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan system respiratori, terutama
pneumonia.
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh
mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebgaian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi,
dll). Pneumonia seringkali dipercaya diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami
komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak sulit memedakan pneumonia bacterial dengan
pneumonia virus. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Namun sebagai pedoman disebutkan bahwa pneumonia bacterial
awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada
pemeriksaan radiologis.
Pneumonia Aspirasi (Aspiration pneumonia) adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh
terhirupnya bahan-bahan ke dalam saluran pernafasan. Partikel kecil dari mulut sering masuk ke
dalam saluran pernafasan, tetapi biasanya sebelum masuk ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan
oleh mekanisme pertahanan normal atau menyebabkan peradangan maupun infeksi. Jika partikel
tersebut tidak dapat dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia.
Pada makalah ini akan disajikan salah satu contoh kasus aspirasi pneumonia pada anak umur
2 bulan.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Umur : 2 bulan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum
7
ORANG TUA/ WALI
Ayah Ibu
Nama : Tn. I Nama : Ny. M
Umur : 25 thn Umur : 26 thn
Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat ` : Pondok Kopi RT07/ Alamat : Pondok Kopi
RW07 Duren Sawit RT07/RW07
Jakarta Timur Timur Duren Sawit
Jakarta Timur
Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung.
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien di bangsal Dahlia Timur pada tanggal 14
November 2017
Keluhan utama : Batuk sejak 2 hari SMRS
8
Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih dibawa orangtuanya dengan keluhan batuk sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit.
Batuk berdahak dan berwarna kuning kehijauan tanpa disertai darah. Keluhan batuk disertai
dengan sesak napas yang makin lama dirasa makin berat hingga orangtua pasien
mengeluhkan bahwa OS sampai seolah-olah mengalami henti napas yang singkat dengan
durasi kurang dari 1 menit. Orangtua pasien mengaku batuk disertai demam, satu hari
sebelumnya, OS muntah sebanyak dua kali, berisi makanan (ASI) yang baru saja diminum,
tidak terdapat lendir dan darah pada muntahan, dan tidak bersifat proyektil. Saat masuk RS,
muntah sudah tidak ada. Orangtua OS menyatakan bahwa OS sering tersedak bila sedang
menyusu. Ibu pasien mengaku sering menyusui sambil berbaring. Ibu pasien juga mengaku
pasien tidak mendapat ASI ekslusif karena ibu melahirkan bayi kembar dan ASI ibu sedikit
sehingga terkadang diberikan susu formula. Tidak ada gangguan buang air kecil dan buang
air besar, serta tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Ibu pasien juga mengaku bahwa ayah
pasien merokok, tapi tidak pernah merokok didalam rumah ataupun bila berada didekat
pasien.
Sebelumnya pasien dibawa ke mantri dan diberi obat penurun panas, karena keadaan pasien
belum juga membaik akhirnya ibu pasien memutuskan membawa pasien ke RSUD Budhi
Asih. Pasien diperiksa dan didapatkan suhu pasien 390C pasien rewel dan gelisah. Pasien
diberikan tatalaksana oleh dokter dan perawat. Demam menurun dan sesak pada pasien
berkurang.
9
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit ginjal (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit jantung (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Lain-lain (batuk
Parotitis (-) Operasi (-) (-)
pilek)
Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Pasien tidak pernah mengalami
penyakit serupa sebelumnya
10
Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan: Pasien lahir NKB, SMK, dengan
persalinan normal dengan BBLR
D. Riwayat Perkembangan
- Pertumbuhan gigi I : Belum ada (Normal: 5-9 bulan)
- Psikomotor :
Tengkurap : Belum mampu (Normal: 3-4 bulan)
- Perkembangan pubertas :-
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Tidak terdapat keterlambatan
perkembangan pasien, baik sesuai usia .
E. Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
02 ASI/PASI - - -
24 - - - -
46 - - - -
68 - - - -
8 10 - - - -
10 -12 - - - -
Kesimpulan Riwayat Makanan :Pasien tidak mendapat ASI eksklusif karena dicampur
dengan pendamping asi atau susu formula.
11
F. Riwayat Imunisasi
G. Riwayat Keluarga
a. Corak Reproduksi
Tanggal
Jenis Lahir Mati Keterangan
No lahir Hidup Abortus
kelamin mati (sebab) kesehatan
/Usia
Kesimpulan corak reproduksi : Pasien merupakan anak pertama. Bayi lahir kembar, anak
kedua berusia 2 bulan. Tidak ada riwayat penyakit yang sama ataupun diturunkan pada
pasien.
b. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Perkawinan ke- 1 1
12
Pendidikan terakhir SMA SMK
Kosanguinitas - -
A. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal dirumah sendiri dengan lingkungan yang padat. Ventilasi ada dan
pencahayaan cukup baik.
Kesimpulan Riwayat lingkungan pasien:
Keadaan ingkungan pasien baik
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta di perusahan baja dengan penghasilan sekitar
Rp.2.500.000 3.000.000,-/bulan. Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien,
penghasilan dari suaminya cukup untuk memnuhi kebutuhan keluarga.
Kesimpulan ekonomi dan sosial :Cukup baik.
13
STATUS GENERALISATA
KEADAAN UMUM
Kesan Sakit : Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolen
Kesan Gizi : Gizi Baik
DATA ANTROPOMETRI
Berat Badan sekarang : 4200 Gr
Berat Badan sebelum sakit : Tidak diketahui
Panjang Badan : 46 cm
STATUS GIZI
- BB/U = 4200/4900 x 100% = 85,7 %
- TB/U = 49/54 x 100% = 90,6%
- BB/TB = 4200/5000x 100% =84 %
Kesimpulan status gizi :Dari ketiga parameter yang digunakan diatas didapatkan kesan gizi
baik
TANDA VITAL
Nadi : 160 x/ menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Pernapasan : 60 x/ menit
Suhu : 38,2o C
WAJAH : Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut
MATA :
14
Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjungtiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Enophtalmus : -/- Strabismus : -/-
Lensa jernih : +/+ Nistagmus : -/-
Refleks konvergensi : tidak dilakukan Pupil : 3mm/3mm, bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+
tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/- Ruam merah : -/-
HIDUNG :
Bentuk : Simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : -/- Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi : -/-
BIBIR : Mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-), pucat (-)
MULUT :
Trismus (-), oral hygiene baik, halitosis (-), mukosa gusi berwarna merah muda, mukosa
pipi berwarna merah muda, arcus palatum simetris dengan mukosa palatum berwarna
merah muda, ulkus (-), halitosis (-).
- Lidah : Normoglosia, pucat (-), ulkus (-), hiperemis (-) massa (-), atrofi papil (-), coated
tongue (-).
TENGGOROKAN:
Dinding posterior faring tidak hiperemis, uvula terletak di tengah, ukuran tonsil T1/T1
tidak hiperemis, kripta tidak melebar, tidak ada detritus.
LEHER :
15
- Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak
tampak deviasi trakea.
- Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid.
- Tidak teraba pembesaran KGB submandibula, konsistensi kenyal, tidak nyeri tekan.
- Trakea teraba di tengah.
THORAKS :
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
PARU
Inspeksi
Retraksi substernal (-), subcostal (-), intercostall (-),bentuk thoraks simetris pada saat
statis dan dinamis, tidak ada pernafasan yang tertinggal.
Palpasi
Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal fremitus teraba
simetris pada kedua hemithoraks.
Perkusi
Redup dikedua lapang paru.
Batas paru-lambung : ICS VII linea axillaris anterior
Batas paru-hepar : ICS VI linea midklavikularis dextra
Auskultasi
Suara napas vesikuler, ronkhi (+/-) di bagian depan atas paru, wheezing (-),stridor (-)
ABDOMEN :
Inspeksi
Warna kulit sawo matang, ruam (-), kulit keriput (-), umbilikus normal, gerak dinding perut
saat pernapasan simetris, gerakan peristaltik (-)
16
Auskultasi
Bising usus (+) 3x/menit.
Perkusi
Timpani pada seluruh regio abdomen. Shifting dullness (-).
Palpasi
Supel, nyeri tekan epigastrium (-), turgor kulit baik.
Hepar :
Tepi tajam, permukaan halus, konsistensi kenyal, tidak terdapat pembesaran.
Lien : Tidak teraba membesar.
Ginjal : Ballotement -/-
ANOGENITALIA:
Jenis kelamin Perempuan
KGB :
Preaurikuler : Tidak teraba membesar
Postaurikuler : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Supraclavicula : Tidak teraba membesar
Axilla : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar
EKSTREMITAS :
Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki, serta sikap
badan, tidak terdapat keterbatasan gerak sendi, akral hangat pada keempat ekstremitas,
sianosis (-), edema (-), capillary refill time<2 detik.
17
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain Edema (-) Edema (-)
Ruam (-) Ruam (-)
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
18
Kalium (K) 4.7 3.6-6.6 mmol/L
Klorida (Cl) 109 98-109 mmol/L
Analisa Gas Darah
pH 7.43 73.5-74.5
pCO2 36 26-41 mmHg
pO2 70 80-100 mmHg
Bikarbonat (HCO3) 24 21-28 mmol/L
Total CO2 25 23-27 mmol/L
Saturasi O2 94 95-100 %
Kelebihan Basa (BE) 0.4 -2.5-2.5 meq/L
RADIOLOGI
FOTO THORAKS AP (13 November 2017)
19
H*
H
*H*d.2
*
*H*d.
4 H*
*H*d.6
H*
*H*d
.8 H*
RESUME
OS, 2 bulan, perempuan, datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 hari SMRS. Batuk
berdahak dan berwarna kuning kehijauan tanpa disertai darah. Keluhan batuk disertai
dengan sesak napas yang makin lama dirasa makin berat hingga orangtua pasien
mengeluhkan bahwa OS sampai seolah-olah mengalami henti napas yang singkat dengan
durasi kurang dari 1 menit. Orangtua pasien mengaku batuk disertai demam, satu hari
sebelumnya, OS muntah sebanyak dua kali, berisi makanan (ASI) yang baru saja diminum,
tidak terdapat lendir dan darah pada muntahan, dan tidak bersifat proyektil. Saat masuk RS,
muntah sudah tidak ada. Orangtua OS menyatakan bahwa OS sering tersedak bila sedang
menyusu. Ibu pasien mengaku sering menyusui sambil berbaring. Ibu pasien juga mengaku
pasien tidak mendapat ASI ekslusif karena ibu melahirkan bayi kembar dan ASI ibu sedikit
sehingga terkadang diberikan susu formula. Tidak ada gangguan buang air kecil dan buang
air besar, serta tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Ibu pasien juga mengaku bahwa ayah
pasien merokok, tapi tidak pernah merokok didalam rumah ataupun bila berada didekat
pasien.
20
Sebelumnya pasien dibawa ke mantri dan diberi obat penurun panas, karena keadaan pasien
belum juga membaik akhirnya ibu pasien memutuskan membawa pasien ke RSUD Budhi
Asih.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan sakit berat dan kesadaran
somnolen, nadi 160 kali/menit, suhu 38,2C, dan laju napas 60 kali/menit (takipneu). Pada
pemeriksaan auskultasi paru ditemukan ronkhi basah halus (+) pada hemithoraks kanan.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis yang merupakan tanda
infeksi.
Pada pemeriksaan radiologi dengan foto thoraks posisi AP, ditemukan adanya infiltrasi pada
hemithoraks kanan.
L. DIAGNOSIS BANDING
- Pneumonia Aspirasi
- Bronkopneumonia
M. DIAGNOSIS KERJA
- Pneumonia Aspirasi
N. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Cek CRP
- Kultur sekret bronkus
O. TATALAKSANA
Medikamentosa
Non medikamentosa
02 nasal kanul lpm
NGT no 8
IVFD Asering 500ml 2cc/kgBB/jam
IVFD K 1B 500ml 3cc/kg/BB/jam
Inj. Dexamethasone 0,5mg
21
Rawat Inap
Edukasi :
Edukasi orang tua mengenai penyakit pasien
P. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Q. FOLLOW UP
Hari Tanggal Keterangan
ke-
1 13/11/2017 S. Sesak (+) demam (+)
O. KU: sakit berat, K: somnolen,
Tanda vital : Suhu= 37.8C, Nafas= 38x/menit, Nadi = 140x/menit
22
Mata: Sklera Ikterik -/-
Thoraks : suara napas vesikuler+/+ ronkhi+/- wheezing -/-
BJ I II reguler
Abdomen: Nyeri tekan (-) supel
Ekstremitas : akral hangat (+) CRT<2
Laboratorium :
23
Mata: Sklera Ikterik -/-
Thoraks : suara napas vesikuler+/+ ronkhi+/- wheezing -/-
BJ I II reguler
Abdomen: Nyeri tekan (-) supel
Ekstremitas : akral hangat (+) CRT<2
A Pneumonia Aspirasi
ISPA
P O2 1-2 lpm
IVFD Kaen 1B 3cc/kgBB/jam
Inj cefotaxim 3 x 100mg
3 15/11/2017 S. Demam (-) muntah (-) batuk dahak (+) sesak (-)
O. KU: sakit sedang, K: compos mentis,
Tanda vital : Suhu= 37C, Nafas= 36x/menit, Nadi = 128x/menit
Mata: Sklera Ikterik -/-
Thoraks : suara napas vesikuler+/+ ronkhi-/- wheezing -/-
BJ I II reguler
Abdomen: Nyeri tekan (-) supel
Ekstremitas : akral hangat (+) CRT<2
A. Pneumonia Aspirasi
ISPA
P O2 1-2 lpm
IVFD Kaen 1B 3cc/kgBB/jam
Inj cefotaxim 3 x 100mg
24
Mata: Sklera Ikterik -/-
Thoraks : suara napas vesikuler+/+ ronkhi-/- wheezing -/-
BJ I II reguler
Abdomen: Nyeri tekan (-) supel
Ekstremitas : akral hangat (+) CRT<2
A. Pneumonia Aspirasi
P. Boleh Pulang
Amoxilin 3x1,5 po
Rawat jalan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bermacam
etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi
dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion
mismatch).
25
Bayi dan anak-anak dengan refleks batuk dan menelan yang belum sempurna
menyebabkan terjadinya aspirasi benda asing, maupun makanan ke dalam paru, sehingga dapat
menimbulkan gejala mendadak batuk dan sesak nafas setelah makan atau minum.
EPIDEMIOLOGI
Pada kelahiran yang lama dan persalinan yang sukar, bayi sering memulai gerakan
pernapasan yang kuat di dalam uterus akibat terganggunya suplai oksigen melalui plasenta. Pada
keadaan demikian bayi dapat mengaspirasi cairan amnion yang mengandung verniks kaseosa, sel
epitel, mekonium, atau benda-benda dari saluran lahir, yang dapat memblokade jalan napas yang
paling kecil serta mengganggu pertukaran oksigen dan karbondioksida. Bakteri patogen
ditemukan benda-benda yang teraspirasi, dan dapat terjadi pneumonia.
Aspirasi pulmonal dapat terjadi pada bayi-bayi yang baru lahir, sebagai akibat dari fistula
tracheoesophageal, obstruksi esofagus dan duodenum, gastroesofageal reflux, cara pemeberian
makan yang salah, dan penggunaan obat-obatan depressant.
Resiko terjadinya aspirasi berkaitan secara tidak langsung dengan tingkat kesadaran
pasien (penurunan GCS berkaitan dengan tingginya resiko terjadi aspirasi), peningkatan tekanan
atau volume intragastrik, dan gangguan pada saluran gastroesofageal.
Pada aspirasi pneumonia, komponen dari isi lambung akan teraspirasi kedalam paru-paru
(isi cairan steril selama terdapat asam lambung), akibatnya terjadi respon inflamasi. Pneumonia
terjadi karena flora yang terdapat pada orofaringeal juga dapat teraspirasi bersamaan dengan
kejadian ini sehingga, sehingga terjadi infeksi bakteri. Cairan lambung yang teraspirasi secara
masif, disebut dengan sindrom Mendelson, dapat menghasilkan acute respiratory distress dalam
1 jam.
Karakteristik n %
Total 65 100
Lai-laki 32 49,2
Perempuan 33 50,8
Umur
26
1-5 tahun 14 21,5
Sembuh 41 63,1
PATOFISIOLOGI
Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomi dan
mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan reflek
epiglotis, eksplusi benda asing melalui reflek batuk, pembersihan ke arah kranial oleh lapisan
mukosilier. Sistem pertahanan tubuh yang terlibat baik sekresi lokal imunoglobulin A maupun
respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, alveolar makrofag
dan cell mediated immunity. Pada aspirasi pneumonia terjadi gangguan dalam reflek epiglotis,
dan reflek batuk.
Saat terjadi inhalasi atau aspirasi patogen, bakteri dapat mencapai alveoli maka beberapa
mekanisme pertahanan tubuh akan dikerahkan. Saat terjadi kontak antara bakteri dengan dinding
alveoli maka akan ditangkap oleh lapisan cairan epitelial yang mengandung opsonin dan
tergantung pada respon imunologis penjamu akan terbentuk imunoglobulin G spesifik.
Kemudian terjadi fagositosis oleh makrofag alveolar, dan akan dilisis dengan perantaraan
komplemen. Sebagian kuman yang tidak terlisis, leukosit PMN dengan aktifitas fagositosisnya
akan direkrut dengan perantaraan sitokin sehingga terjadi respon inflamasi. Sehingga terjadi
kongesti vaskular dan dan edema. Kuman akan dilapisi cairan edematus yang berasal dari
alveolus, dan area edematus membesar secara sentrifugal dan membentuk area sentral yang
terdiri dari eritrosit, eksudat purulen, dan bakteri. Fase ini secara histopatologi dinamakan red
hepatization (hepatisasi merah).
27
Tahap sealnjutnya disebut hepatisasi kelabu yang ditandai fagositosis oleh lekosit PMN.
Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui degradasi enzimatik
meningkatkan respon inflamasi pada sel-sel paru.
Resolusi konsolidasi pneumonia terjadi ketika antibodi dan lekosit PMN meneruskan
aktifitas fagositosisnya, sel-sel monosit akan membersihkan debris.
Efek patologis yang dihasilkan aspirasi cairan lambung tergantung dari pH dan volume
cairan. Perburukan klinis terjadi bila volume cairan yang teraspirasi lebih dari 0,8 mg/kg dan
atau pH kurang dari 2,5. Hipoksemia, hemoragik pneumonitis, atelektasis, dan edema pulmonal
akan muncul dengan cepat pada apsirasi yang masif. Secara klinis akan terlihat dalam 1-2 jam
setelah aspirasi. Lebih dari 24-48 hari terdapat peningkatan infiltrasi neutrofil, pengelupasan
mukosa, pada parenkim paru, dan konsolidasi alveolar.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar
mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti
hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang.
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital yang dapat ditemukan adalah hipotensi (syok septik), suhu 39 0 C.5
Pada pemeriksaan toraks didapatkan dispnea : inspiratory effort ditandai dengan takipnea,
retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat
berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Perkusi toraks tidak bernilai
diagnostik, karena umumnya kelainan patologinya menyebar. Suara redup pada perkusi biasanya
karena adanya efusi pleura.
Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah,
seringkali ditemukan bila ada proses peradangan subpleura atau mengeras (suara bronkial) bila
ada proses konsolidasi. Suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di lapangan paru yang
terkena khas pada pasien anak yang lebih besar, mungkin tidak akan terdengar pada bayi. Pada
28
bayi dan balita kecil karena kecilnya volume toraks biasanya suara nafas saling berbaur dan sulit
diidentifikasi.
29
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Pemeriksaan foto polos dada perlu dibuat untuk menunjang diagnosis, disamping untuk
melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat. Posisi anteroposterior (AP) dan lateral (L),
diperlukan untuk menentukan luasnya lokasi anatomik dalam paru, luasnya kelainan dan
kemungkinan adanya komplikasi penebalan pleura pada pleuritis, atelektasis, efusi pleura,
pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel. Akan terlihat infiltrat pada lobus
superior kanan pada bayi, tetapi pada anak yang lebih besar akan tampak di bagian posterior atau
basal paru. Lobus tengah dan bawah paru kanan merupakan lokasi tersering ditemukan infiltrat,
disebabkan karena posisi bronkus kanan yang lebih vertikal.
30
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
- Pada pemeriksaan darah lengkap sering ditemukan lekositosis >15.000/UL, tanda adanya
infeksi.
- Pemeriksaan hitung jenis dengan dominsai neutrofil atau adanya pergeseran ke kiri
menunjukkan bakterial pneumonia.
Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada
kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal. Kultur darah
direkomendasikan pada kasus pneumonia yang berat dan pada bayi kurang dari 3 bulan.
Pemeriksaan analisa gas darah termasuk PaO2, PaCO2 , dan saturasi oksigen. Menunjukkan
adanya hipoksemia. Kadar PaCO2 dapat rendah. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis
metabolik.
Tabel 3.
AGD PaO2
Hipoksemia Total %
31
Positive (PaO2 < 80 mmHg) 20 30.8
Negative (PaO2 >80 mmHg) 45 69.2
Total 65 100
Saturasi oksigen
Abnormal (<90 %) Normal (>90%) Total
PENATALAKSANAAN
- Penghisapan jalan nafas
- Pemberian oksigen
32
- Pemberian cairan dan nutrisi. Cairan rumatan diberikan mengandung gula dan elektrolit,
disesuaikan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Pasien yang sesak dapat
dipuasakan, bila sesak berkurang dapat diberikan asupan oral melalui NGT.
- Intubasi endotracheal dengan pengisapan dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak
dapat mempertahankan jalan nafasnya.
- Ventilasi mekanik pada kasus yang berat (gagal nafas)
- Antibiotik. Sesuai dengan kuman penyebab, namun karena kendala diagnostik etiologi,
diberikan antibiotik secara empiris. Golongan beta laktam (Penisilin, sefalosporin,
karbapenem, dan monobaktam), biasanya digunakan untuk terapi pneumonia yang
disebabkan bakteri Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, dan
Staphylococcus aureus. Pada kasus berat diberi golongan sefalosporin sebagai pilihan,
terutama bila penyebabnya belum diketahui. Pada kasus yang ringan sedang, dipilih
golongan penisilin. Pada bayi kurang dari 2 bulan, WHO merekomendasikan pemberian
penisilin dan gentamisin.
Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan klinis
dilakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama
pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis penderita, hasil laboratoris, foto toraks
dan jenis kuman penyebab.
33
Cefixim 5 mg po, 2x/hari
34
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien, 2 bulan, perempuan, datang diantar oleh orangtuanya dengan keluhan batuk dan
sesak.
Diagnosis banding anak usia 2 bulan - 5tahun yang datang dengan batuk dan atau kesulitan bernapas1
35
Pertumbuhan buruk/kurus atau berat
badan menurun
Demam (2 minggu) tanpa sebab yang
jelas
Batuk kronis (3 minggu)
Pembengkakan kelenjar getah bening
leher, aksila, inguinal yang
spesifik
Pertusis Batuk paroksismal yang diikuti dengan
whoop, muntah, sianosis atau apnu
Bisa tanpa demam
Imunisasi DPT tidak ada atau tidak
lengkap
Klinis baik diantara episode batuk
Benda asing Riwayat tiba-tiba tersedak
Stridor atau distress pernapasan tiba-tiba
Wheeze atau suara pernapasan menurun
yang bersifat fokal
Pneumotoraks Onset tiba-tiba
Hipersonor pada perkusi di satu sisi dada
Pergeseran mediastinum
Dengan diagnosa banding di atas, maka diperlukan anamnesis lanjut mengenai keluhan
pasien untuk menyingkirkan diagnosa banding. Perlu diketahui berapa lama batuk
berlangsung atau kambuh. Sifat batuk, apakah bersifat kering, atau produktif. Diteliti pula
sifat dahaknya : kekentalan, warna, bau, serta adanya darah pada dahak. Keluhan lain yang
menyertai batuk penting diketahui : sesak napas, mengi, keringat malam, sianosis, berat
badan turun, apakah pasien memerlukan perubahan posisi, muntah, riwayat tersedak, riwayat
imunisasi, riwayat atopi, mengi, dan sebagainya. Terdapat orang disekitar pasien yang juga
menderita batuk mungkin dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis.
36
Pada pemeriksaan fisik, pada pasien ini ditemukan :
Umum
o Keadaan umum gelisah
o Suhu febris (39C)
Dada
o Frekuensi napas 60 kali/menit (tachypnoe)
o Pada auskultasi ditemukan : ronkhi basah halus di hemithoraks kanan atas
Maka, dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis banding pada pasien ini dapat
dipersempit menjadi :
37
B. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Radiologi
Pneumonia Aspirasi
Leukositosis
Foto thoraks : Konsolidasi lobar dan air bronchogram
C. Diagnosis
Maka, dari analisa menyeluruh anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan, dapat ditegakkan diagnosis Pneumonia Aspirasi pada pasien ini. Pneumonia
aspirasi adalah suatu radang jaringan parenkim paru yang disebabkan oleh teraspirasinya
benda asing ataupun flora normal dari orofaring.
38
D. Penatalaksanaan
Puasakan anak untuk sementara untuk mencegah aspirasi lebih lanjut, pasang NGT.
Terapi Oksigen
Terapi Obat
Antibiotika spektrum luas dengan pilihan Cefotaxim, Ampicillin, Amikasin, Ceftriaxone.
Dipantau selama 24- 72 jam, bila respon baik, dilanjutkan hingga 5 hari. Selanjutnya
terapi dilanjutkan dengan per oral untuk 5 hari berikutnya.
Antipiretik, bila terdapat demam
Bila terdapat sekret kental, dapat dilakukan penghisapan lendir secara perlahan.
E. Prognosis
Secara umum, prognosis adalah baik karena jarang ditemukan adanya gangguan fungsi
pulmonal jangka panjang. Meskipun begitu, pneumonia yang disebabkan oleh kelainan
anatomis berisiko tinggi untuk terulang kembali apabila kelaianan tersebut tidak diperbaiki.
39
BAB V
KESIMPULAN
40
DAFTAR PUSTAKA
2. Gross, Ian. Oskis Pediatrics Principles and Practice. 13 th Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins, 1999: 259 264.
3. Marrie, Thomas J. Harrisons Principles of Internal Medicine, volume II. 16th Edition. New
York: McGraw-Hill. 2005: 1528-1541.
4. Setyoningrum, Retno Asih. Naskah Lengkap Kuliah Pneumonia. Divisi Respirologi Bagian
Ilmu Kesehatan Anak, FK Unair RSU Dr. Soetomo. Surabaya. 2006.
6. Landia Setiawati, Makmuri M.S., Retno Asih S. Pneumonia. SMF Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran UNAIR. Surabaya. 2006. www.pediatrik.com
7. Pedoman pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit rujukan tingkat pertama di Kabupaten/
WHO; alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia. Jakarta : WHO Indonesia; 2008
8. Matondang, CS. Diagnosis Fisik pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto; 2003
9. Bennet NJ. Pneumonia. January 12, 2009 (cited November 25, 2009). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/967822-treatment
10. Denikola LK. Bronchiolitis. October 28, 2009 (cited November 25, 2009). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/961963-media
41
11. Hay WW, Levin MJ. Current Diagnosis and Treatment in Pediatrics. 18th Edition. New
42
43