Anda di halaman 1dari 16

KASUS GAGAL JANTUNG

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah KMB 1

Dosen pengampu: Ns. Gad Datak, M.Kep.,Sp.MB

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

Akhmad Rivai
(PO.62.20.1.15.111)
Chandra Hanggara P.P
(PO.62.20.1.15.116)
Eristamiani
(PO.62.20.1.15.122)
Joni Triliwijaya
(PO.62.20.1.15.128)
Ni Kadek Ayu Dwi Lestari
(PO.62.20.1.15.133)
Yuanando
(PO.62.20.1.15.147)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN REGULER II
2016
Modul 1.3

Topik Perkuliahan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gagal Jantung


Hari/Tgl/Pkl
Sesi Tutorial/Small Group Discussion (SGD)
Pengajar/Fasilitator Ns. Gad Datak, M.Kep.,Sp.MB
Pengetahuan yang harus Anatomi & Fisiologi
diketahui/tugas baca Farmakologi
Konsep Dasar Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan
Promosi Kesehatan
Referensi :
1. Doenges, M, et al. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan;Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien,alih bahasa Kariasa
Made I, et al. Jakarta : EGC.
2. Guyton, A.,A. (1996). Fisiologi manusia dan mekanisme
penyakit. Alih bahasa Petrus Andrianto. Jakarta:EGC.
3. Lewis, S. M., Heitkemper, M.M., Dirksen, S.R. (2004).
medical surgical nursing: assesment & management of clinical
problems, volume 2, 6 th edition,. St.Louis,Missouri:Mosby.
4. Potter., & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses dan praktik vol I,alih bahasa Asih Yasmin, et al.
Jakarta: EGC.
5. Price,SA & Wilson,LM. (2006). Patofisiologi:Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, alih bahasa Peter Anugerah,. Jakarta :
EGC.
6. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar buku
keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth vol 1, edisi 8.
Alih bahasa Agung Waluyo, et al. Jakarta : EGC.
7. Sudoyo, AW, Setiyo Hadi Alwi I, Simadibrata, M.etiasi.(2006).
Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1,2 & 3. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
8. Wilkinson, J,M. (2005). Nursing diagnosis handbook with NIC
interventions and NOC outcomes. New Jersey : Pearson
Prentice Hall.
9. Farmakologi, Jurnal/artikel keperawatan atau kesehatan, situs
internet, dll
Kegiatan Pembelajaran 1. 1. Bacalah kasus berikut :

Kasus Gagal Jantung

Tn. A, usia 50 tahun, seorang sopir, masuk ke ICCU dengan keluhan


utama sesak napas dan berkurang jika posisi setengah duduk atau tidur
menggunakan 2 bantal atau lebih, sesak napas terkadang dirasakan
pada malam hari batuk kadang-kadang. Pasien didiagnosa :
Decompensasi cordis

Tn. A mempunyai kebiasaan merokok. 5 Tahun yang lalu Tn.A


didiagnosa hipertensi, tetapi pernah memeriksakan diri secara teratur.
Orang tua Tn.A (ayah) menderita hipertensi & DM.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan : tanda vital 140/90 mm Hg, HR
100 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu : 36C, TB : 160 cm, BB = 75 kg,
bunyi jantung S1 & S2 normal, murmur (-), gallop (+), JVP
meningkat, suara napas , wheezing -/-, ronchi +/+, akral dingin, CRT
>2 detik, edema pedis(2+/2+),

Hasil laboratorium : Hb 11,9 gr%; leukosit 5.200/mm, GDS 100


mg/dl, kolesterol 235 mg/dl, Trigliserida 251 mg/dl, HDL : 49 mg/dl,
LDL 150 mg/dl, SGOT 32 U/L, SGPT 31 U/L. Natrium 144 mmol/L,
Kalium 3.9 mmol/L, Klorida 101 mmol/L.

Analisa gas darah (AGD) : pH7.437, PCO2 33.9, PO2 102, HCO3
22.8, O2 Sat 97.7, BE -0.3 ,Total CO2 23.9,

Hasil ECG : gelombang QRS membesar


Hasil foto thorax : 75%.
Hasil USG Jantung: LV dilatasi, mitral stenosis, aorta stenosis/aorta
insufisiesi.

Terapi : Oksigen 3 ltr/menit, Infus D5% : 15 tts/mnt, inhalasi


ventolin:bisolvon:NaCl 0,9% (1:1:1), Digoxin 1 x 1 tab, furosemid 1 x
40 mg, captopril 2 x 12,5 mg, Simvastatin 10 mg 1 x 1, Antasida
syrup 3 x 1.

2. Mendiskusikan pengkajian pada Tn. A!


a. Bagaimana proses munculnya sesak napas
(pathofisiologi) rasa nyeri yang dikeluhkan oleh Tn. A
tersebut?
Jawab :
1. Oksigenasi jaringan berkurang
Penyakit yang menyebabkan kecepatan pengiriman
oksigen ke jaringan berkurang seperti perdarahan
2. Kebutuhan oksigen meningkat
Peningkatan kebutuhan oksigen secara tiba-tiba
akan memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk
proses metabolisme
3. Kerja pernapasan meningkat
Otot pernapasan dipaksa bekerja lebih kuat karena
adanya penyempitan saluran pernapasan
4. Rangsangan pada sistem syaraf pusat penyakit-
penyakit menyerang sistem syaraf pusat
5. Penyakit nonmuskuler
Penyakit yang menerang diafragma

b. Identifikasi faktor resiko yang perlu dikaji pada Tn. A!


Jawab :
Faktor resiko yang perlu dikaji pada Tn. A yaitu
Hipertensi
3. Mendiskusikan terapi dan pemeriksaan diagnostik pada
Tn.A!
a. Implikasi keperawatan dari masing-masing terapi obat yang
diberikan!
- Digoxin :
Jawab :
Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-
daunan yang dipakai sebagai obat memperkuat jantung).
Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat dan
dengan irama yang lebih teratur.
Komposisi :
Tiap tablet mengandung digoksin 0,25 mg.

Kemasan :
Botol berisi 100 tablet
Kotak berisi 10 strip @ 10 tablet

Mekanisme Kerja Obat :


Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang
berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme kerja digoksin
melalui 2 cara, yaitu efek langsung dan tidak langsung. Efek
langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan
penghambatan enzim Na+, K+ -ATP asedan peningkatan
arus masuk ionkalsium keintra sel. Efektidak langsung yaitu
pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan
sensitivitas jantung terhadap neurotransmite
Indikasi :
Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia
atrium proksimal dan flutter atrium.
Kontra indikasi :
BlokAVtingkat 2 dan blok AVtotal.
Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff
- Parkinson
- White.
Fibrilasi ventrikel.
Hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan
riwayat intoleransi terhadap preparat digitalis.

Dosis :
Dewasa:
Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis
terbagi.
Untuk digitalisasi cepat dimulai2 - 3 tablet, diikuti 1 -2
tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai digitalisasi penuh. Untuk
digitalisasi lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet
sehari (1/2 - 1 tablet pada usia lanjut), tergantung pada
berat badan dan kecepatan bersihan kreatinin.
Dosis harusdikurangi pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun :
0.025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggalatau terbagi.
Peringatan dan Perhatian :
Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan
rendah.usia lanjut, hipokalemia dan hipotiroid. Setelah
pemberian selama 14 hari, dosis hams diturunkan dan
disesuaikan dengan respon pasien. Hati-hati pemberian
pada ibu hamil dan menyusui.
Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang
menyertai glomerulonefritis akut, karditis berat,
gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat,
hipokalsemia, hipomagnesemia, aritmia atrium yang
disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA,
Sindroma Wolff - Parkinson - White, perikarditis
konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur.
Blok AV tidak lengkap pada pasien dengan serangan
Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV
lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau
takikardia sinus, kecuali jika disertai gagal jantung.
Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang
positif semu pada EKG selama testlatihan. Anoreksia,
mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala
penyerta gagal jantung atau gejala-gejala keracunan
digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian
obat digitalis dandiuretik dihentikan.

Efek Samping :
Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakitkepala.
Gejala toksik pada jantung : kontraksi ventrikel prematur
multiform atau unifocal,takikardia ventrikular, desosiasi
AV, aritmia sinus, takikardia atrium dengan berbagai derajat
blokAV.
Gejala neurologik : depresi, ngantuk, rasa lemah, letargi,
gelisah, vertigo, bingung
dan halusinasi visual.
Gangguan pada mata: midriasis, fotofobia, dan berbagai
gangguan visus.
Ginekomastia, ruam kulit makulopopularatau reaksikulit
yang lain.

Interaksi Obat :
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat
meningkatkan kadar digitalis. Diuretik, kortikosteroid, dapat
menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi
intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi
digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian
bawah. Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi
digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina,
kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi
digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia.
Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam
penghambatan konduksiAV.

Cara Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, dalam wadah tertutup
rapat.
- Furosemid :
Jawab :
Indikasi :
Furosemida efektif untuk pengobatan berbagai edema
seperti:
Edema karena gangguan jantung.
Edema yang berhubungan dengan ganguan ginjal dan sirosis
hati.
Supportive measures pada edema otak.
Edema yang disebabkan luka bakar.
Untuk pengobatan hipertensi ringan dan sedang.
Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.

Komposisi :
Tiap tablet mengandung furosemida 40 mg
Tiap ml injeksi mengandung furosemida 10 mg

Cara Kerja Obat :


Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang
efektif sebagai diuretik. Mekanisme kerja furosemida adalah
menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli
ginjal.
Furosemida meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida,
kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang
normal.

Dosis :
Tablet
Edema dan hipertensi pada orang dewasa dan anak anak :
Dewasa :
sehari 1 2 kali, 1 2 tablet.
Dosis maksimum adalah 5 tablet sehari.
Dosis pemeliharaan adalah 1 tablet selang 1 hari.
Anak anak:
Sehari 1 3 mg per kg bb/hari, maksimum 40 mg/hari.

Injeksi
Dewasa atau > dari 15 tahun : dosis awal : 20 40 mg i.v.
atau i.m.
Bila hasilnya belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan
20 mg tiap interval waktu 2 jam sampai diperoleh hasil yang
memuaskan.
Dosis individual : 20 mg, 1 - 2 kali sehari.
Edema paru paru akut
Dosis awal : 40 mg i.v.
Bila diperlukan dapat diberikan dosis lanjutan 20 40 mg
setelah 20 menit.
Forced diuresis (diuresis yang dipaksakan)
20 40 mg furosemida diberikan sebagai tambahan dalam
infus elektrolit.
Selanjutnya tergantung pada eliminasi urin, termasuk
penggantian cairan dan elektrolit yang hilang.
Pada keracunan karena asam atau basa, kecepatan eliminasi
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keasaman atau
kebasaan urin.
Bayi dan Anak anak < 15 tahun
Pemakaian parenteral hanya diberikan pada kondisi yang
mengancam jiwa.
i.v. atau i.m. : sehari 1 mg/kg bb, maksimum 20 mg sehari.
Selanjutnya terapi parenteral harus secepatnya diganti
secara oral.

Peringatan dan Perhatian :


Pemberian furosemida pada pasien diabetes melitus, gula
darah dan urin harus diperiksa secara teratur.
Pemberian perlu pengawasan ketat dan dosis harus
disesuaikan dengan kebutuhan.
Dianjurkan untuk memulai dosis kecil.
Perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap susunan
elektrolit untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
ketidakseimbangan.
Pasien diharuskan melapor bila terjadi gejala penurunan
level serum kalium (diare, muntah, anoreksia).
Penderita yang diketahui sensitif terhadap sulfonamida
dapat menunjukkan reaksi alergi dengan furosemida.
Hindari penggunaan pada penderita edema paru paru dan
tekanan darah menurun sebagai akibat dari infark miokard,
diuresis berlebih karena dapat menimbulkan shock.

Efek Samping :
Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual,
muntah, diare, ruam kulit, pruritus dan penglihatan kabr,
pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian
dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan
terganggunya keseimbangan elektrolit.
Hiperglikemia.
Reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema
multiforma.
Gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia,
trombositopenia.

Kontraindikasi :
Pasien dengan gangguan defisiensi kalium,
glomerolunefritis akut, insufisiensi ginjal akut, wanita hamil
dan pasien yang hipersensitif terhadap furosemida.
Anuria.
Ibu menyusui.

- Captopril :
Jawab :
Farmakologi :
Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap
enzim pengubah angiotensin-I menjadi angiotensin-II /
angiotensin converting enzyme (ACE). Captopril mencegah
terjadinya perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensin
II, salah satu senyawa yang dapat menaikkan tekanan darah.
Captopril dan metabolitnya diekskresi terutama melalui
urin. Eliminasi waktu paruh Captopril meningkat dengan
menurunnya fungsi ginjal dimana kecepatan eliminasi
berhubungan dengan bersihan kreatinin.
Indikasi :
Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada
hipertensi berat digunakan bila terapi standar tidak
efektif atau tidak dapat digunakan.
Pengobatan gagal jantung kongestif, digunakan
bersama dengan diuretik dan bila mungkin dengan
digitalis.

Kontra Indikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau
penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami
angioedema selama pengobatan dengan penghambat
ACE lainnya).
Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.
Wanita menyusui.
Gagal ginjal.
Stenosis aorta.

Dosis :
Hipertensi ringan sampai sedang.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan
25 mg, 2 kali sehari, yang dapat ditingkatkan selang 2
4 minggu, hingga diperoleh respon yang memuaskan.
Dosis maksimum 50 mg, 2 kali sehari.
Diuretik tiazida dapt ditambahkan jika belum diperoleh
respon yang memuaskan. Dosis diuretik dapat
ditingkatkan selang 12 minggu hingga diperoleh
respon optimum atau dosis maksimum dicapai.
Hipertensi berat.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg , 3
kali sehari.
Captopril harus digunakan bersama obat anti hipertensi
lain dengan dilakukan penyesuaian dosis. Dosis
Captopril jangan melebihi 150 mg sehari.
Gagal jantung.
Captoril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak
memadai untuk mengontrol gejala-gejala.
Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat meminimalkan
efek hipotensif sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg,
23 kali sehari, dapat ditingkatkan bertahap dengan
selang paling sedikit 2 minggu. Dosis maksimum 150
mg sehari.
Usia lanjut
Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah,
mengingat kemungkinan menurunnya fungsi ginjal
atau organ lain pada penderita usia lanjut.
Anak-anak
Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6
mg/kg berat badan perhari dalam 23 dosis, tergantung
respon.

Efek Samping :
Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.
Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus.
Neutropenia, anemia, trombositopenia.
Hipotensi.

Interaksi Obat :
Obat-obat imunosupresan dapat menyebabkan diskrasia
darah pada pengguna Captopril dengan gagal ginjal.
Suplemen potassium atau obat diuretik yang
mengandung potassium, dapat terjadi peningkatan yang
berarti pada serum potassium.
Probenesid, dapat mengurangi bersihan ginjal dari
Captopril.
Obat antiinflamasi non steroid, dapat mengurangi
efektivitas antihipertensi.
Obat diuretik meningkatkan efek antihipertensi
Captopril.
Captopril dilaporkan bekerja sinergis dengan
vasodilator perifer seperti minoxidil.

- Simvastatin :
Jawab :
Farmakologi :
Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar
kolesterol (hipolidemik) dan merupakan hasil sintesa dari
hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo
simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif.
Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan
cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim
A reduktase (HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini
mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam
mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa
kolesterol.

Indikasi :
Terapi dengan lipid-altering agents dapat
dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang
mengalami peningkatan resiko artherosclerosis
vaskuler yang disebabkan oleh hiperkolesterolemia.
Terapi dengan lipid-altering agents merupakan
penunjang pada diet ketat, bila respon terhadap diet dan
pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak
memadai.
Penyakit jantung koroner.

Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.
Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase
serum yang menetap yang tidak jelas penyebabnya.
Wanita hamil dan menyusui.

Dosis :
Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol
sebelum dan selama pengobatan dengan simvastatin.
Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai
dosis tunggal pada malam hari. Dosis awal untuk
pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai
sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum
40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam hari.
Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan
respon penderita.
Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama
HMG Co-A reduktase inhibitor, agar diberikan dosis
simvastatin terendah yang dianjurkan.
Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl
(1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma turun
dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu
dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan
penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak
diekskresikan melalui ginjal secara bermakna.
Walaupun demikian, hati-hati pemberian pada
insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan
harus dipantau ketat.
Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan
dalam bentuk tunggal atau bersamaan dengan bile-
acid sequestrants.

Efek Samping :
Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit
kepala, miopati, rabdomiolisis. Pada kasus tertentu
terjadi angioneurotik edema.
Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada
golongan obat ini :
Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor,
pusing, vertigo, hilang ingatan, parestesia, neuropati
perifer, kelumpuhan saraf periferal.
Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema,
trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik.
Gastrointestinal : anoreksia, muntah.
Kulit : alopecia, pruritus.
Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido,
disfungsi ereksi.
Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia.

Peringatan dan Perhatian :


Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan
pemeriksaan kolesterol secara periodik. Pada pasien
yang mengalami peningkatan kadar serum
transaminase, perhatian khusus berupa pengukuran
kadar serum transaminase harus dilakukan jika terjadi
peningkatan yang menetap (hingga 3 kali batas normal
atas) pengobatan segera dihentikan.
Dianjurkan melakukan tes fungsi hati sebelum
pengobatan dimulai, 6 dan 12 minggu setelah
pengobatan pertama, dan berikutnya secara periodik
(misalnya secara semianual).
Hati-hati penggunaan pada pasien alkoholism dan /
atau yang mempunyai riwayat penyakit hati.
Pada penggunaan jangka panjang dianjurkan
melakukan tes laboratorium secara periodik tiap 3
bulan untuk menentukan pengobatan selanjutnya.
Terapi dengan simvastatin harus dihentikan sementara
atau tidak dilanjutkan pada penderita dengan miopati
akut dan parah atau pada penderita dengan resiko
kegagalan ginjal sekunder karena rabdomiolisis atau
terjadi kenaikan creatinin phosphokinase (CPK).
Penderita agar segera memberitahukan kepada dokter
apabila terjadi nyeri otot yang tidak jelas, otot terasa
lemas dan lemah.
Simvastatin tidak diindikasikan dimana
hipertrigliseridemia merupakan kelainan utama
(misalnya hiperlipidemia tipe I, IV dan V).
Keamanan dan efektivitas pada anak-anak dan remaja
belum pasti.

Interaksi Obat :
Pemakaian bersama-sama dengan immunosupresan,
itrakonazol, gemfibrozil, niasin dan eritromisin dapat
menyebabkan peningkatan pada gangguan otot skelet
(rabdomiolisis dan miopati).
Dengan antikoagulan kumarin dapat memperpanjang
waktu protrombin.
Antipirin, propanolol, digoksin

- Antasida :
Jawab :
Antasid adalah zat yang berfungsi untuk menetralisir asam
lambung.
Antasid digunakan untuk membantu menyembuhkan
gangguan pencernaan yaitu maag. Maag bisa disebakan jika
makan terlalu banyak atau jika makan terlalu cepat.
Seseorang yang menderita maag, cairan dalam lambungnya
akan menjadi lebih asam.
Reaksi yang terjadi disebut netralisasi. Hal ini karena tablet
adalah basa dan cairan dalam perut yang asam.
Antasida digunakan untuk meredakan rasa perih akibat
kandungan asam yang berlebihan pada lambung seperti
yanng terjadi pada penderita tukak lambung.
Cara kerja
Antasida secara langsung akan menetralisir keasaman,
peningkatan pH, atau secara reversibel mengurangi atau
menghalangi sekresi asam lambung oleh sel untuk
mengurangi keasaman di perut.
Rasa pedih terasa ketika asam klorida lambung mencapai
saraf di mukosa saluran cerna. Lalu saraf tersebut mengirim
sinyal rasa sakit ke sistem saraf pusat. Hal ini terjadi pada
bagian saraf yang terkena asam.
Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala
utama penyakit gastroesophageal refluks, ataupun gangguan
asam pencernaan. Pengobatan dengan antasida dan hanya
ditujukan untuk gejala ringan saja. Pengobatan ulkus akibat
keasaman yang berlebihan mungkin memerlukan antagonis
reseptor H2 atau pompa proton untuk menghambat asam,
dan mengurangi H. pylori.
Efek samping
Efek samping yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi.
Efek samping yang umumnya terjadi adalah sembelit, diare,
dan kentut terus-menerus.
Berkurangnya keasaman perut dapat menyebabkan
mengurangi kemampuan untuk mencerna dan menyerap
nutrisi tertentu, seperti zat besi dan vitamin B. Kadar pH
yang rendah di perut biasanya membunuh bakteri yang
tertelan, tetapi antasida meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi karena kadar pHnya naik. Hal ini juga bisa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan biologis dari
beberapa obat. Misalnya, ketersediaan hayati ketokonazol
(antijamur) berkurang pada pH lambung yang tinggi
(kandungan asam rendah).
Peningkatan pH dapat mengubah kemampuan biologis obat
lain, seperti tetrasiklin dan amfetamin. Ekskresi obat-obatan
tertentu juga dapat terpengaruh. Perpaduan tetracycline
dengan aluminium hidroksida dapat menyebabkan mual,
muntah, dan ekskresi fosfat, sehingga kekurangan fosfat.
Merek antasid
Alka-Seltzer - NaHCO3 dan / atau KHCO3
Andrews antacid - CaCO3 MgCO3
Brioschi - NaHCO3
Equate - Al (OH) 3 dan Mg (OH) 2
Gaviscon - Al (OH) 3
Maalox (cair) - Al (OH) 3 dan Mg (OH) 2
Maalox (tablet) - CaCO3
Milk of Magnesia - Mg (OH) 2
Pepto-Bismol (Dewasa)- C7H5BiO4
Pepto-Bismol (Anak-anak) - CaCO3
Rennie (tablet) - CaCO3 MgCO3
Rolaids - CaCO3 dan Mg (OH) 2
Tums - CaCO3
Mylanta - berisi Al (OH) 3
Eno - NaHCO3, asam sitrat, Na2CO3
Gelusil (tersedia dalam bentuk tablet dan sirup)

- Inhalasi (ventolin :bisolvon;NaCl 0,9%) :


Jawab :
Komposisi: salbutamol sulfate
Indikasi: penanganan dan pencegahan serangan asma.
Penanganan rutin bronkospasme kronik yang tidak
memberi respon terhadap terapi konpensional: asma
berat akut(status asmatikus)
Dosis: dewasa dan anak:awal 2.5 mg, lalu dapat
ditingkatkan sampai 5mg. Dapat diulangi 4 kali sehari
nebulizer. Obstruksi saluran napas berat umtuk dewasa
dapat diberikan sampai 40mg/hari.
Kontra indikasi: abortus yang mengancam selama
kehamilan trisemester 1 dan 2. Penanganan persalinan
prematur seperti plasenta previa pendarahan
antepartum atau toksemia gravidarum.
Perhatian: tirotoksikosis, glaukoma sudut tertutup akut,
asma berat akut pada penggunaan bersamadengan
derivatxantin, steroit dan diuretik. Monitor kadar K
serum pada kasus hipokalemia. Hindari mata terhadap
kontak dengan larutan atau uap. Hamil dan laktasi.
Efek samping: tremur, sakit kepala, takikardi, irirtasi
mulut dan tenggorokan, keram otot.
Interaksi obat: penyekat beta nonselektif, seperti
propanolol. Efek hipokalemia ditingkatkan oleh
derivatsantin, steroid dan diuretik.

Nacl
Mengencerkan dahak. Pada asma berat, setelah terapi ihalasi
dengan bronodilator dapat di lanjutkan dengan cairan NaCl
0,9% memakai nebulizer selama 20-30 menit, 3-4kali
sehari.

b. Apa makna dari hasil pemeriksaan Laboratorium/diagnostik :


- Foto rontgen : CTR 75%
Jawab :
Hasil foto rontgen:
LVH (CTR 57%)
Hasil EKG:
sinus bradikardi (irama jantung normal, namun lambat)
left ventricular hypertrophy
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan pertambahan massa
pada ventrikel (bilik) kiri jantung, hal ini merupakan
respon sel miosit terhadap stimulus yang menyertai
peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit terjadi
sebagai mekanisme kompensasi peningkatan
tekananafterload. Stimulus mekanis dan neurohormonal
yang menyertai hipertensi akan mengaktivasi
pertumbuhan sel miokard, ekspresi gen dan berujung
kepada hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu aktivasi sistem
renin-angiotensin akan menyebabkan pertumbuhan
intestitium dan komponen sel matriks.
non specific ST abnormality

Hasil Echocardiography:
CAD disfungsi diastolic ringan
disfungsi/gangguan relaksasi diastolik atau pengisian
ventrikel, biasanya dikaitkan dengan kekakuan dinding
ventrikel/cardiac remodelling. Akibatnya pengisian
diastolik menjadi tidak optimal dan volume sekuncup
yang tidak adekuat.Dapat mengakibatkan disfungsi
sistolik.

- EKG : gelombang QRS membesar


Jawab :
Sejumlah kompleks QRS beserta tatanamanya.
Lihat juga: Sistem konduksi listrik jantung
Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan
dengan depolarisasi ventrikel. Karena ventrikel
mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium,
kompleks QRS lebih besar daripada gelombang P. Di
samping itu, karena sistem His/Purkinje
mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS
cenderung memandang "tegak" daripada membundar
karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS
yang normal berdurasi 0,06-0.10 s (60-100 ms) yang
ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun
setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan
menyebabkan perluasan kompleks QRS.
Tak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q,
gelombang R, dan gelombang S. Menurut aturan, setiap
kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut
sebagai kompleks QRS. Namun, penafsiran sesungguhnya
pada EKG yang sulit memerlukan penamaan yang pasti
pada sejumlah gelombang. Beberapa penulis
menggunakan huruf kecil dan besar, bergantung pada
ukuran relatif setiap gelombang. Sebagai contoh, sebuah
kompleks Rs akan menunjukkan defleksi positif,
sedangkan kompleks rS akan menunjukkan defleksi
negatif. Jika kedua kompleks itu dinamai RS, takkan
mungkin untuk menilai perbedaan ini tanpa melihat EKG
yang sesungguhnya.
Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS
berguna untuk mendiagnosis aritmia jantung,
abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark
otot jantung, gangguan elektrolit, dan keadaan sakit
lainnya.
Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis.
Bila ada, gelombang Q yang normal menggambarkan
depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini,
ini dapat disebut sebagai gelombang Q septum dan
dapat dinilai di sadapan lateral I, aVL, V5 dan V6.
Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi
gelombang R, berdurasi lebih besar daripada 0,04 s
(40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap
tidak normal, dan mungkin menggambarkan infark
miokardium.
AGD adalah Pengambilan darah arteri melalui fungsi
untuk memeriksa gas-gas dalam darah yang
berhubungan dengan fungsi respirasi dan
metabolisma.

- Mengapa perlu diperiksa AGD pada Tn. A?


Jawab :
1. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
2. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
3. Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2.
4. Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri.
4. Susunlah diagnosa & rencana keperawatan pada Tn. A!
Jawab :
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA
KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


penurunan reflek batuk, penumpukan secret yang ditandai dengan
Tn.A mengeluh sesak nafas dan berkurang jika posisi setengah
duduk atau tidur menggunakan 2 bantal atau lebih.
Rencana keperawatn :
a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, missal
mengi, krekels, ronki.
R : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat/ tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas
adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronchitis) ; bunyi
nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tak nya bunyi
nafas (asma berat).
b.Pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
R :Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama distress.
c.Diskusikan dengan pasien untuk posisi yang nyaman misal
peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
R:Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi .
d.Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R:Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea.
e. Memberikan air hangat.
R :Hidrasi air membantu menurunkan kekentalan secret,
mempermudah pengeluaran.
2.Gangguan pola nafas berhubungan dengan sesak nafas yang
ditandai Tn.A mengeluh sesak napas dan berkurang jika posisi
setengah duduk atau tidur menggunakan 2 bantal atau lebih.
Rencana keperawatan :
a.Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
R:Mengetahui pergerakan dada simetris atau tidak.pergerakan
dada tidak simetris mengindikasikan terjadinya gangguan pola
nafas.
b.Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
R:Penggunaan otot bantu nafas mengindikasikan bahwa suplai O2
tidak adekuat.
c.Kolaborasi pemberian Oksigen dan px GDA
R:Pasien dengan gangguan nafas membutuhkan oksigen yang
adekuat.GDA untuk mengetahui konsentrasi O2 dalam darah.
d.Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan).
R:Tanda vital menunjukan keadaan umum pasien. Pada pasien
dengan gangguan pernafasan TTV meningkat maka perlu
dilakukan tindakan segera.
3.Sindrom perawatan diri berhubungan dengan sesak nafasyang
ditandai Tn.A mengeluh sesak napas dan berkurang jika posisi
setengah duduk atau tidur menggunakan 2 bantal atau lebih.
Rencana keperawatan :
a.Observasi kemampuan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
R:Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
kebutuhan secara individual.
b.Pertahankan dukungan,sikap yang tegas. Beri pasien waktu yang
cukup untuk mengerjakan tugasnya.
R:Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui
pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten.
c.Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukan atau keberhasilannya.
R:Meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian,
dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontinu

5.

Anda mungkin juga menyukai