DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Akhmad Rivai
(PO.62.20.1.15.111)
Chandra Hanggara P.P
(PO.62.20.1.15.116)
Eristamiani
(PO.62.20.1.15.122)
Joni Triliwijaya
(PO.62.20.1.15.128)
Ni Kadek Ayu Dwi Lestari
(PO.62.20.1.15.133)
Yuanando
(PO.62.20.1.15.147)
Analisa gas darah (AGD) : pH7.437, PCO2 33.9, PO2 102, HCO3
22.8, O2 Sat 97.7, BE -0.3 ,Total CO2 23.9,
Kemasan :
Botol berisi 100 tablet
Kotak berisi 10 strip @ 10 tablet
Dosis :
Dewasa:
Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis
terbagi.
Untuk digitalisasi cepat dimulai2 - 3 tablet, diikuti 1 -2
tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai digitalisasi penuh. Untuk
digitalisasi lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet
sehari (1/2 - 1 tablet pada usia lanjut), tergantung pada
berat badan dan kecepatan bersihan kreatinin.
Dosis harusdikurangi pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun :
0.025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggalatau terbagi.
Peringatan dan Perhatian :
Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan
rendah.usia lanjut, hipokalemia dan hipotiroid. Setelah
pemberian selama 14 hari, dosis hams diturunkan dan
disesuaikan dengan respon pasien. Hati-hati pemberian
pada ibu hamil dan menyusui.
Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang
menyertai glomerulonefritis akut, karditis berat,
gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat,
hipokalsemia, hipomagnesemia, aritmia atrium yang
disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA,
Sindroma Wolff - Parkinson - White, perikarditis
konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur.
Blok AV tidak lengkap pada pasien dengan serangan
Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV
lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau
takikardia sinus, kecuali jika disertai gagal jantung.
Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang
positif semu pada EKG selama testlatihan. Anoreksia,
mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala
penyerta gagal jantung atau gejala-gejala keracunan
digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian
obat digitalis dandiuretik dihentikan.
Efek Samping :
Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakitkepala.
Gejala toksik pada jantung : kontraksi ventrikel prematur
multiform atau unifocal,takikardia ventrikular, desosiasi
AV, aritmia sinus, takikardia atrium dengan berbagai derajat
blokAV.
Gejala neurologik : depresi, ngantuk, rasa lemah, letargi,
gelisah, vertigo, bingung
dan halusinasi visual.
Gangguan pada mata: midriasis, fotofobia, dan berbagai
gangguan visus.
Ginekomastia, ruam kulit makulopopularatau reaksikulit
yang lain.
Interaksi Obat :
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat
meningkatkan kadar digitalis. Diuretik, kortikosteroid, dapat
menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi
intoksikasi digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi
digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian
bawah. Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi
digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina,
kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi
digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia.
Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam
penghambatan konduksiAV.
Cara Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering, dalam wadah tertutup
rapat.
- Furosemid :
Jawab :
Indikasi :
Furosemida efektif untuk pengobatan berbagai edema
seperti:
Edema karena gangguan jantung.
Edema yang berhubungan dengan ganguan ginjal dan sirosis
hati.
Supportive measures pada edema otak.
Edema yang disebabkan luka bakar.
Untuk pengobatan hipertensi ringan dan sedang.
Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.
Komposisi :
Tiap tablet mengandung furosemida 40 mg
Tiap ml injeksi mengandung furosemida 10 mg
Dosis :
Tablet
Edema dan hipertensi pada orang dewasa dan anak anak :
Dewasa :
sehari 1 2 kali, 1 2 tablet.
Dosis maksimum adalah 5 tablet sehari.
Dosis pemeliharaan adalah 1 tablet selang 1 hari.
Anak anak:
Sehari 1 3 mg per kg bb/hari, maksimum 40 mg/hari.
Injeksi
Dewasa atau > dari 15 tahun : dosis awal : 20 40 mg i.v.
atau i.m.
Bila hasilnya belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan
20 mg tiap interval waktu 2 jam sampai diperoleh hasil yang
memuaskan.
Dosis individual : 20 mg, 1 - 2 kali sehari.
Edema paru paru akut
Dosis awal : 40 mg i.v.
Bila diperlukan dapat diberikan dosis lanjutan 20 40 mg
setelah 20 menit.
Forced diuresis (diuresis yang dipaksakan)
20 40 mg furosemida diberikan sebagai tambahan dalam
infus elektrolit.
Selanjutnya tergantung pada eliminasi urin, termasuk
penggantian cairan dan elektrolit yang hilang.
Pada keracunan karena asam atau basa, kecepatan eliminasi
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keasaman atau
kebasaan urin.
Bayi dan Anak anak < 15 tahun
Pemakaian parenteral hanya diberikan pada kondisi yang
mengancam jiwa.
i.v. atau i.m. : sehari 1 mg/kg bb, maksimum 20 mg sehari.
Selanjutnya terapi parenteral harus secepatnya diganti
secara oral.
Efek Samping :
Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual,
muntah, diare, ruam kulit, pruritus dan penglihatan kabr,
pemakaian furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian
dengan jangka waktu lama dapat menyebabkan
terganggunya keseimbangan elektrolit.
Hiperglikemia.
Reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema
multiforma.
Gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia,
trombositopenia.
Kontraindikasi :
Pasien dengan gangguan defisiensi kalium,
glomerolunefritis akut, insufisiensi ginjal akut, wanita hamil
dan pasien yang hipersensitif terhadap furosemida.
Anuria.
Ibu menyusui.
- Captopril :
Jawab :
Farmakologi :
Captopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap
enzim pengubah angiotensin-I menjadi angiotensin-II /
angiotensin converting enzyme (ACE). Captopril mencegah
terjadinya perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensin
II, salah satu senyawa yang dapat menaikkan tekanan darah.
Captopril dan metabolitnya diekskresi terutama melalui
urin. Eliminasi waktu paruh Captopril meningkat dengan
menurunnya fungsi ginjal dimana kecepatan eliminasi
berhubungan dengan bersihan kreatinin.
Indikasi :
Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pada
hipertensi berat digunakan bila terapi standar tidak
efektif atau tidak dapat digunakan.
Pengobatan gagal jantung kongestif, digunakan
bersama dengan diuretik dan bila mungkin dengan
digitalis.
Kontra Indikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap Captopril atau
penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami
angioedema selama pengobatan dengan penghambat
ACE lainnya).
Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.
Wanita menyusui.
Gagal ginjal.
Stenosis aorta.
Dosis :
Hipertensi ringan sampai sedang.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis pemeliharaan
25 mg, 2 kali sehari, yang dapat ditingkatkan selang 2
4 minggu, hingga diperoleh respon yang memuaskan.
Dosis maksimum 50 mg, 2 kali sehari.
Diuretik tiazida dapt ditambahkan jika belum diperoleh
respon yang memuaskan. Dosis diuretik dapat
ditingkatkan selang 12 minggu hingga diperoleh
respon optimum atau dosis maksimum dicapai.
Hipertensi berat.
Dosis awal 12,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg , 3
kali sehari.
Captopril harus digunakan bersama obat anti hipertensi
lain dengan dilakukan penyesuaian dosis. Dosis
Captopril jangan melebihi 150 mg sehari.
Gagal jantung.
Captoril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak
memadai untuk mengontrol gejala-gejala.
Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat meminimalkan
efek hipotensif sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg,
23 kali sehari, dapat ditingkatkan bertahap dengan
selang paling sedikit 2 minggu. Dosis maksimum 150
mg sehari.
Usia lanjut
Dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah,
mengingat kemungkinan menurunnya fungsi ginjal
atau organ lain pada penderita usia lanjut.
Anak-anak
Dosis awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6
mg/kg berat badan perhari dalam 23 dosis, tergantung
respon.
Efek Samping :
Proteinuria, peningkatan ureum darah dan kreatinin.
Idiosinkrasi, rash, terutama pruritus.
Neutropenia, anemia, trombositopenia.
Hipotensi.
Interaksi Obat :
Obat-obat imunosupresan dapat menyebabkan diskrasia
darah pada pengguna Captopril dengan gagal ginjal.
Suplemen potassium atau obat diuretik yang
mengandung potassium, dapat terjadi peningkatan yang
berarti pada serum potassium.
Probenesid, dapat mengurangi bersihan ginjal dari
Captopril.
Obat antiinflamasi non steroid, dapat mengurangi
efektivitas antihipertensi.
Obat diuretik meningkatkan efek antihipertensi
Captopril.
Captopril dilaporkan bekerja sinergis dengan
vasodilator perifer seperti minoxidil.
- Simvastatin :
Jawab :
Farmakologi :
Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar
kolesterol (hipolidemik) dan merupakan hasil sintesa dari
hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo
simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif.
Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan
cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim
A reduktase (HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini
mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam
mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa
kolesterol.
Indikasi :
Terapi dengan lipid-altering agents dapat
dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang
mengalami peningkatan resiko artherosclerosis
vaskuler yang disebabkan oleh hiperkolesterolemia.
Terapi dengan lipid-altering agents merupakan
penunjang pada diet ketat, bila respon terhadap diet dan
pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak
memadai.
Penyakit jantung koroner.
Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.
Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase
serum yang menetap yang tidak jelas penyebabnya.
Wanita hamil dan menyusui.
Dosis :
Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol
sebelum dan selama pengobatan dengan simvastatin.
Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai
dosis tunggal pada malam hari. Dosis awal untuk
pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai
sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum
40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam hari.
Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan
respon penderita.
Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama
HMG Co-A reduktase inhibitor, agar diberikan dosis
simvastatin terendah yang dianjurkan.
Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl
(1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma turun
dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu
dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan
penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak
diekskresikan melalui ginjal secara bermakna.
Walaupun demikian, hati-hati pemberian pada
insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan
harus dipantau ketat.
Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan
dalam bentuk tunggal atau bersamaan dengan bile-
acid sequestrants.
Efek Samping :
Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit
kepala, miopati, rabdomiolisis. Pada kasus tertentu
terjadi angioneurotik edema.
Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada
golongan obat ini :
Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor,
pusing, vertigo, hilang ingatan, parestesia, neuropati
perifer, kelumpuhan saraf periferal.
Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema,
trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik.
Gastrointestinal : anoreksia, muntah.
Kulit : alopecia, pruritus.
Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido,
disfungsi ereksi.
Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia.
Interaksi Obat :
Pemakaian bersama-sama dengan immunosupresan,
itrakonazol, gemfibrozil, niasin dan eritromisin dapat
menyebabkan peningkatan pada gangguan otot skelet
(rabdomiolisis dan miopati).
Dengan antikoagulan kumarin dapat memperpanjang
waktu protrombin.
Antipirin, propanolol, digoksin
- Antasida :
Jawab :
Antasid adalah zat yang berfungsi untuk menetralisir asam
lambung.
Antasid digunakan untuk membantu menyembuhkan
gangguan pencernaan yaitu maag. Maag bisa disebakan jika
makan terlalu banyak atau jika makan terlalu cepat.
Seseorang yang menderita maag, cairan dalam lambungnya
akan menjadi lebih asam.
Reaksi yang terjadi disebut netralisasi. Hal ini karena tablet
adalah basa dan cairan dalam perut yang asam.
Antasida digunakan untuk meredakan rasa perih akibat
kandungan asam yang berlebihan pada lambung seperti
yanng terjadi pada penderita tukak lambung.
Cara kerja
Antasida secara langsung akan menetralisir keasaman,
peningkatan pH, atau secara reversibel mengurangi atau
menghalangi sekresi asam lambung oleh sel untuk
mengurangi keasaman di perut.
Rasa pedih terasa ketika asam klorida lambung mencapai
saraf di mukosa saluran cerna. Lalu saraf tersebut mengirim
sinyal rasa sakit ke sistem saraf pusat. Hal ini terjadi pada
bagian saraf yang terkena asam.
Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala
utama penyakit gastroesophageal refluks, ataupun gangguan
asam pencernaan. Pengobatan dengan antasida dan hanya
ditujukan untuk gejala ringan saja. Pengobatan ulkus akibat
keasaman yang berlebihan mungkin memerlukan antagonis
reseptor H2 atau pompa proton untuk menghambat asam,
dan mengurangi H. pylori.
Efek samping
Efek samping yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi.
Efek samping yang umumnya terjadi adalah sembelit, diare,
dan kentut terus-menerus.
Berkurangnya keasaman perut dapat menyebabkan
mengurangi kemampuan untuk mencerna dan menyerap
nutrisi tertentu, seperti zat besi dan vitamin B. Kadar pH
yang rendah di perut biasanya membunuh bakteri yang
tertelan, tetapi antasida meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi karena kadar pHnya naik. Hal ini juga bisa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan biologis dari
beberapa obat. Misalnya, ketersediaan hayati ketokonazol
(antijamur) berkurang pada pH lambung yang tinggi
(kandungan asam rendah).
Peningkatan pH dapat mengubah kemampuan biologis obat
lain, seperti tetrasiklin dan amfetamin. Ekskresi obat-obatan
tertentu juga dapat terpengaruh. Perpaduan tetracycline
dengan aluminium hidroksida dapat menyebabkan mual,
muntah, dan ekskresi fosfat, sehingga kekurangan fosfat.
Merek antasid
Alka-Seltzer - NaHCO3 dan / atau KHCO3
Andrews antacid - CaCO3 MgCO3
Brioschi - NaHCO3
Equate - Al (OH) 3 dan Mg (OH) 2
Gaviscon - Al (OH) 3
Maalox (cair) - Al (OH) 3 dan Mg (OH) 2
Maalox (tablet) - CaCO3
Milk of Magnesia - Mg (OH) 2
Pepto-Bismol (Dewasa)- C7H5BiO4
Pepto-Bismol (Anak-anak) - CaCO3
Rennie (tablet) - CaCO3 MgCO3
Rolaids - CaCO3 dan Mg (OH) 2
Tums - CaCO3
Mylanta - berisi Al (OH) 3
Eno - NaHCO3, asam sitrat, Na2CO3
Gelusil (tersedia dalam bentuk tablet dan sirup)
Nacl
Mengencerkan dahak. Pada asma berat, setelah terapi ihalasi
dengan bronodilator dapat di lanjutkan dengan cairan NaCl
0,9% memakai nebulizer selama 20-30 menit, 3-4kali
sehari.
Hasil Echocardiography:
CAD disfungsi diastolic ringan
disfungsi/gangguan relaksasi diastolik atau pengisian
ventrikel, biasanya dikaitkan dengan kekakuan dinding
ventrikel/cardiac remodelling. Akibatnya pengisian
diastolik menjadi tidak optimal dan volume sekuncup
yang tidak adekuat.Dapat mengakibatkan disfungsi
sistolik.
5.