Anda di halaman 1dari 16

MORFOLOGI ANGGREK

Oleh :
Eliya Agustin B1J014021
Ira Oktaviani B1J014054
Ryan Bagus Saputra B1J014134
Tuti Alawiyah B1K014003
Kirana Pangestuti B1A015106
Rombongan :I
Kelompok :4
Asisten : Firman Nur Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM ORCHIDOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya


adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis spesies anggrek tersebar di wilayah
Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang
memiliki nilai komersial tinggi (Wardani et al., 2013). Anggrek termasuk famili
Orchidaceae, dalam bahasa Yunani, kata orchid berasal dari orchis yang berarti
testicle atau buah. Anggrek merupakan tanaman yang sangat banyak jenisnya,
terutama keindahan bunganya. Bentuk, ukuran variasi warna, dan corak bunga
anggrek memiliki keindahan yang sangat mempesona. Warnanya beraneka ragam
dari putih, kuning, jingga, merah nyala, merah tua, pink dan two-ione (dua warna).
Susunan bunganya pun sangat bagus (Hendaryono, 2007).
Menurut pendapat Hasanuddin (2011), bahwa anggrek adalah kelompok
tanaman alam berbunga yang paling luar biasa terdistribusi ke seluruh dunia dari
daerah tropis hingga pegunungan tinggi. Anggrek merupakan tanaman hias yang
mempunyai nilai estetika tinggi karena berbunga indah dengan warna-warna yang
menarik. Menurut Pant (2013), menyatakan bahwa manfaat anggrek secara medis
dan juga dianggap sebagai indikator ekologi. Beberapa spesies anggrek yang
dibudidayakan untuk berbagai keperluan ekonomi terutama di florikultura.
Menurut Ginting (1990), bahwa selain sebagai tanaman pot berbunga indah
anggrek juga dikenal sebagai tanaman bunga potong yang mempunyai arti penting
dalam dunia perdagangan bunga, sehingga bunga anggrek merupakan sumber devisa
potensial bagi negara dan sumber penghasilan bagi masyarakat yang
membudidayakannya. Beberapa spesies anggrek juga memiliki fungsi lain seperti
bahan makanan, obat-obatan, perekat, dan tenunan. Tanaman anggrek merupakan
famili yang memiliki jumlah keragaman yang sangat besar yang tersebar di seluruh
dunia (Puspitaningtyas dan Mursidawati, 1999). Contoh dari genus anggrek yaitu
Phalaenopsis, Dendrobium, Cattleya, Vanda, Paphiopedilum, Renanthera, dan
masih terdapat banyak genus yang lain. Anggrek secara umum hidup secara epifit di
batang-batang pohon di hutan tropis namun ada juga yang hidup secara terestrial di
atas permukaan tanah, saprofit atau litofit (di permukaan batu).
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum morfologi anggrek adalah untuk mengetahui morfologi


organ vegetatif anggrek dan dapat membedakan akar, batang, dan daun anggrek yang
berkaitan dengan cara hidupnya.
II. TELAAH PUSTAKA

Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman berbunga yang banyak


disukai oleh konsumen. Bunga tanaman anggrek sangat menarik karena sangat
bervariasi dalam bentuk, warna, dan corak bunganya. Disamping itu bunga anggrek
mempunyai keistimewaan dibandingkan bunga potong lainnya, karena dapat
bertahan segar lama sebagai bunga rangkaian. Sebagai bunga dalam pot, bunga
anggrek juga cukup lama bertahan tidak cepat layu, bahkan ada beberapa spesies
tanaman yang dapat bertahan segar sampai satu bulan. Anggrek secara komersil
merupakan tanaman yang ditanam sebagai bunga potong dengan tingkat pemasaran
dan harga jual yang tinggi yaitu 8% di dunia. Anggrek memiliki warna, bentuk, dan
panjang waktu berbunga yang berbeda. Anggrek seperti dendrobium banyak di
perbanyak dengan cara bibit (Asghaar et al., 2011).
Anggrek merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam divisi
Magniliophyta, kelas Liliopsida, ordo Orchidales dan famili Orchidaceae. Mattjik
(2010) menyatakan bahwa tanaman anggrek merupakan salah satu tumbuhan
berbunga dengan jenis terbanyak. Beberapa jenis anggrek diantaranya
Dendrobium, Phalaenopsis, Cymbidium, Paphiopedilium, dan Phragmepidium.
Tanaman tersebut memiliki banyak variasi terutama pada warna dan aroma
bunganya. Kebanyakan tanaman anggrek hidup sebagai epifit terutama untuk jenis-
jenis yang berasal dari daerah tropis. Jenis anggrek Dendrobium sp. dan
Phalaenopsis sp. adalah jenis anggrek yang hidup secara epifit, sedangkan
Cymbidium, Paphiopedilium, dan Phragmepidium adalah jenis anggrek terrestrial.
Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae yang
banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat
digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan taman
(Mahyar dan Sadili, 2003).
Dendrobium adalah salah satu marga anggrek epifit yang biasa digunakan
sebagai tanaman hias ruang atau taman. Bunganya sangat bervariasi dan indah.
Dendrobium relatif mudah dipelihara dan berbunga. Tanaman anggrek Dendrobium
merupakan tanaman anggrek yang cukup baik untuk dikembangkan pada dataran
rendah sampai menengah (0-600 m dpl). Bibit anggrek Dendrobium bisa didapatkan
dengan cara vegetatif dengan cara pemisahan bulb atau kultur jaringan. Di Indonesia
jenis anggrek Dendrobium ini sangat banyak diusahakan, karena disamping dapat
tumbuh pada dataran rendah, juga pemeliharaannya tidak terlalu sulit (Iswanto,
2002).
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) asli Indonesia terdiri atas banyak jenis
atau spesies. Jumlah spesies anggrek bulan di dunia sekitar 46-60, 22 spesies
diantaranya terdapat secara alami di wilayah Indonesia, terutama di habitat hutan.
Tanaman anggrek bulan bersifat epifit. Susunan tubuh tanaman anggrek bulan terdiri
dari akar yang terdiri dari dua macam, akar lekat dan akar udara. Akar lekat
berfungsi untuk melekat dan menahan tanaman agar tetap pada posisinya, sedangkan
akar udara berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Batang
anggrek bulan berukuran pendek tergolong dalam tipe monopodial. Bunga tersusun
dalam rangkaian yang berbentuk tandan bercabang, tangkai bunga berukuran panjang
antara 15 cm-100cm. Ciri khas anggrek bulan adalah memiliki 3 sepal, 3 petal, dan
satu gymnostenium. Sepal berbentuk lanset dengan ujung agak sedikit runcing. Daun
mahkota berbentuk bundar melebar. Satu helaian mahkota, berubah bentuk dan
fungsi menjadi bibir bunga (Waston, 2004).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum morfologi anggrek adalah lembar kerja,
alat tulis, dan kamera.
Bahan yang digunakan antara lain anggrek Phalaenopsis sp. dan Dendrobium
sp.

B. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah :


1. Tanaman anggrek disiapkan.
2. Lembar kerja dan alat tulis disiapkan.
3. Tanaman anggrek digambar dan diberi keterangan, dideskripsikan, serta
klasifikasinya dituliskan.
4. Didokumentasikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Anggrek Gambar 3.2 Anggrek


Dendrobium sp. Phalaenopsis sp.
B. Pembahasan

Anggrek yang digunakan pada praktikum morfologi anggrek yaitu


Phalaenopsis sp. dan Dendrobium sp. Kedua anggrek tersebut memiliki morfologi
yang berbeda. Berikut penjelasan mengenai kedua macam anggrek. Dendrobium sp.
merupakan anggrek yang tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia, Filipina,
Thailand, Vietnam dan Malaysia. Umumnya jenis-jenis Dendrobium termasuk
anggrek simpodial yaitu anggrek yang membentuk cabang-cabang pada batangnya,
dan batang utama tidak bisa dibedakan dengan cabangnya. Batang Dendrobium
merupakan batang semu (pseudobulb) berbentuk silindris yang menggelembung dan
berukuran cukup panjang, sedangkan bunga biasanya muncul pada bagian ujung
pseudobulb (Hartika et al., 2011). Daun terdapat diujung batang dengan ujung daun
yang melancip, tersusun berseling, berbentuk lonjong dan tepi daunnya rata. Tipe
pembungaannya tandan dengan sepal dorsal dan lateral yang berbentuk oblong atau
lonjong (Sulistiarini dan Tutie, 2009).
Menurut Chase (2009), dalam sistem APG III klasifikasi anggrek Dendrobium
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium sp.
Anggrek Phalaenopsis yang biasa dikenal dengan anggrek bulan memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan dengan anggrek jenis lain baik dari bentuk, ukuran,
dan warna bunga yang beragam. Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh bahwa
Phalaenopsis sp. merupakan salah satu anggrek epifit dengan tipe petumbuhan
batang monopodial. Daun bertunggangan, bungannya muncul dari ketiak daun
(pleurant), dan memiliki labellum bentuk sepatu. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan yang dijelaskan pustaka diatas (Soeryowinoto, 1987). Phalaenopsis sp.
merupakan salah satu anggrek epifit dengan tipe pertumbuhan batang monopodial,
dengan pertumbuhan tak terbatas, dan tipe daunnya bertunggangan. Phalaenopsis
memiliki tipe pertumbuhan monopodial, batangnya kurang dapat dilihat secara
sepintas karena tertutup daun dan akarnya. Jumlah dan bentuk daun bervariasi antar
spesies Phalaenopsis. Akar Phalaenopsis berbentuk pipih dan panjang, akar berupa
akar udara dan akar lekat karena anggrek jenis ini termasuk dalam golongan epifit.
Bunga Phalaenopsis dapat berukuran lebih besar daripada jenis anggrek
Dendrobium. Bunganya berbentuk khas dan tersusun majemuk, muncul dari tangkai
bunga yang memanjang, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral.
Tangkai bunga muncul dari pangkal batang atau titik tumbuh tanaman dan bunga
dapat bertahan 24-29 hari. Intensitas pembungaannya dalam satu tahun dua kali
berbunga (Gardiner et al., 2013). Klasifikasi Anggrek Bulan menurut APG III
adalah:
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Spesies : Palaenopsis sp.
Helaian Kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota
bunga (sehingga disebut tepal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk
semacam "lidah" yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang
sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari
berbentuk cakram kecil (disebut "pollonia") dan terlindung oleh struktur kecil yang
harus dibuka oleh serangga penyerbuk dan membawa serbuk sari ke mulut putik.
Bunga dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih. Buah anggrek bulan
(Phalaenopsis sp.) berbentuk kapsul yang berwarna hijau dan jika masak mengering
dan terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa
angin. Biji anggrek ini sama dengan anggrek-anggrek yang lain yaitu tidak memiliki
jaringan penyimpan cadangan makanan bahkan embrionya belum mencapai
kematangan sempurna. Perkecambahan baru terjadi jika biji jatuh pada medium yang
sesuai dan melanjutkan perkembangannya hingga kemasakan (Darmono, 2003)
Anggrek berdasarkan cara hidupnya ada lima macam menurut Soeryowinoto
(1987) yaitu:
1. Anggrek Terestrik
Anggrek terestrik adalah anggrek yang hidup dipermukaan tanah dan menyerap
makanan dari tanah. Contohnya Sphatoglotis sp. dan Paphiopedillum sp.
2. Anggrek Epifit
Anggrek epifit adalah anggrek yang biasa hidup menempel diatas batang, dahan,
atau ranting-ranting tanaman yang masih hidup atau yang telah roboh dan sudah
mati. Contohnya Vanda sp., Phalaenopsis sp., dan Dendrobium sp.
3. Anggrek Saprofit
Anggrek saprofit adalah anggrek yang sudah menyesuaikan hidupnya diatas
humus atau hidup terutama diatas bahan-bahan organik. Contohnya Galeola sp.
4. Anggrek Amoebofit
Anggrek amoebofit yaitu jenis-janis anggrek yang pada suatu ketika dijumpai atau
hidup di tempat becek atau rawa-rawa. Contohnya Nervillia sp.
5. Anggrek Air
Anggrek air adalah anggrek yang hidup betul-betul mutlak di dalam permukaan
air. Contohnya Spiranthes sp.
Stuktur atau bagian-bagian dari tanaman anggrek terdiri dari akar, batang, daun
dan bunga. Sifat-sifat khas tanaman dari family Orchidaceae terlihat pada karakter
akar, batang, daun, bunga, buah dan bijinya. Menurut Rentoul (2003) yaitu sebagai
berikut:
1. Akar
Akar anggrek berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah dengan
ujung akar yang meruncing licin dan sedikit lengket, dalam keadaan kering akar akan
tampak berwarna putih keperak-perakan pada bagian luarnya dan hanya pada bagian
ujung akar saja yang berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang telah tua
menjadi coklat dan kering, kemudian akan digantikan oleh akar yang baru. Akar
pada anggrek berfungsi untuk mengambil, menyerap, dan mengantarkan zat hara ke
seluruh bagian tanaman. Fungsi lain dari akar adalah menempelkan dirinya pada
tempat atau media tumbuh. Tanaman dikatakan sehat atau tidaknya dapat dilihat dari
akarnya. Akar udara terdapat lapisan velamen yang berongga dan berfungsi untuk
menyerap air dan udara. Akar ini juga dapat berfotosintesis karena megandung
butiran hijau daun (klorofil). Lapisan felamen terdapat Mycorhiza (myco artinya
cendawan dan rhizome artinya akar) atau cendawan yang hidup dalam akar
tumbuhan. Mycorhiza hidup secara simbiosis yaitu dengan memfiksasi fosfat untuk
ditukarkan dengan hidrat dari tumbuhan.
2. Batang
Batang anggrek yang menebal merupakan batang semu yang dikenal dengan
istilah pseudobulb (pseudo=semu, bulb=batang yang menggembung), berfungsi
sebagai penyimpan air dan makanan untuk bertahan saat keadaan kering. Batang
Anggrek ada dua tipe yang dipengaruhi oleh titik tumbuhnya yaitu:
a. Monopodial
Anggrek tipe monopodial hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh.
Batang utama terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya. Bentuk batangnya
ramping dan tidak berumbi. Tangkai bunga akan keluar di antara dua ketiak
daun. Anggrek jenis ini dapat diperbanyak dengan cara stek batang dan biji.
Kelompok anggrek monopodial yaitu genus Aerides, Arachnis, Phalaenopsis,
Renanthera, Aranthera, Vanda dan lain-lain
b. Simpodial
Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang memiliki batang utama yang
tersusun oleh ruas-ruas tahunan. Angrek tipe simpodial mempunyai batang yang
berumbi semu (pseudobulb) yang juga berfusngsi sebagai cadangan makanan.
Masing-masing ruas dimulai dengan daun sisik dan berakhir dengan setangkai
perbungaan. Pertumbuhan ujung-ujung batangnya terbatas, pertumbuhan batang
akan terhenti bila pertumbuhan ke atas telah maksimal. Batang utama baru
muncul dari dasar batang utama, pada anggrek simpodial terdapat suatu
penghubung dari tunas satu ke tunas lainnya yang disebut rhizome. Anggrek
jenis ini dapat diperbanyak dengan cara split, pemisahan keiki, stek batang dan
biji. Kelompok anggrek sympodial yaitu genus Cattleya, Coelogyne,
Dendrobium, Grammatophyllum, Oncidium dan lain-lain.
3. Daun
Helaian daun anggrek berdaging berwarna hijau tua, tetapi ada juga yang tipis
biasanya pada anggrek yang hidup di tanah atau terestrial. Permukaan daun dilapisi
kutikula (lapisan lilin) yang dapat melindungi dari serangan hama dan penyakit.
Kedudukan daun tersusun secara berjajar berselingan. Daun anggrek memiliki ciri
khas bertulang daun sejajar. Sedangkan bentuknya berbeda-beda, ada yang
memanjang dan ada yang membulat tergantung pada spesies masing-masing. Tipe
daun menunjukkan keadaan habitat anggrek. Menurut pertumbuhan daunnya anggrek
digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Kelompok Evergren (tipe daun tetap segar / hijau), yaitu anggrek yang helaian-
helaian daun nya tidak gugur serentak.
b. Kelompok Decidous (tipe gugur), yaitu semua helaian-helaian daun gugur
serentak dan tanaman mengalami masa istirahat, kemudian diganti tempatnya
dengan munculnya bunga.
4. Bunga
Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki keragaman warna
dan bentuk bunga, meski demikian anggrek memiliki struktur bunga yang sama dan
khas. Bunga anggrek terdiri dari:
a. Kelopak (sepal)
b. Mahkota (petal)
c. Lidah (Labellum)
d. Bakal buah, dibentuk oleh penyatuan putik dan benangsari
Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan si sela-sela sepal terdapat dua
helai petal, sedangkan labellum atau lidah bunga merupakan modifikasi dari petal.
5. Buah
Bentuk buah anggrek merupakan lentera atau capsular yang memiliki 6 rusuk.
Tiga diantaranya merupakan rusuk sejati dan tiga yang lain adalah tempat
melekatnya dua tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi buah tadi,
dalam satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan jutaan biji
anggrek yang sangat lembut dalam ukuran yang sangat kecil. Biji-biji anggrek ini
tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan, sehingga untuk
perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi membantu pertumbuhan biji.
Perkecambahan di alam sangat sulit jika tanpa bantuan fungi (jamur) yang disebut
mikoriza yang bersimbiosis dengan biji-biji anggrek tersebut.
6. Biji
Biji-biji anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan,
sehingga untuk perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi untuk
membantu pertumbuhan biji. Perkecambahan di alam sangat sulit jika tanpa bantuan
fungi (jamur) yang disebut mikoriza yang bersimbiosis dengan biji-biji anggrek
tersebut, dalam kondisi lingkungan yang sesuai, hifa atau benang dari mikoriza akan
menembus embrio anggrek melalui sel-sel suspensor. Kemudian fungi tersebut
dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai bahan energi yang digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan biji-biji anggrek.
Identifikasi anggrek dilakukan dengan melihat karakter morfologi anggrek
yaitu daun, batang, pseudobul, akar dan bunga. Karakter lain yang diamati adalah
warna akar, sifat akar, warna pseudobulb, sifat ruas pseudobulb, bentuk batang, sifat
pertumbuhan batang, sifat-sifat daun meliputi warna daun, bentuk (bangun) daun,
bentuk tepian daun, bentuk ujung daun, bentuk permukaan daun, daging daun dan
letak daun. Warna bunga meliputi warna sepal, petal dan labellum. Identifikasi
dilakukan sampai tingkat spesies (Amalia et al., 2015).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Bagian vegetatif tanaman anggrek terdiri dari akar, batang, dan daun.
2. Berdasarkan tempat hidupnya anggrek Phalaenopsis sp. dan Dendrobium sp.
termasuk anggrek epifit memiliki akar yang berfungsi untuk menempel pada
substrat dan meyerap unsur hara, daunnya tebal, serta memiliki batang simpodial
dan monopodial.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini yakni sebaiknya praktikan lebih cermat lagi
ketika menggambar morfologi anggrek agar hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan
keadaan anggrek.
DAFTAR REFERENSI

Asghaar, S., Ahmad,T., Hafiz I. A, & Mehwish Y. 2011. vitro propagation of orchid
(Dendrobium nobile) var.Emma white. African Journal of Biotechnology.
10(16), 3097-3103.

Chase M. W. 2009. An update of the Angiosperm Phylogeny Groupclassification for


the orders and families of floweringplants: APG III. Botanical Journal of the
Linnean Society. 161, pp. 105121.

Darmono. 2003. Merawat Cattleya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ginting, R. 1990. Tanaman Budidaya Anggrek (Orchidaceae). Medan: Gloria


Medan.

Hartika M., Nery S., & Dyah I. 2011. Analisis Kekerabatan Dendrobium sp.
Menggunakan Maximum Parsimony Berdasarkan Karakter Morfologi di
Pekanbaru. Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya.

Hasanuddin. 2011. Jenis Tumbuhan Anggrek Epifit di Kawasan Cagar Alam Jantho
Kabupaten Aceh Besar. Banda Aceh: Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Unsyiah.

Mahyar, U. W. & A. Sadili. 2003. Jenis-jenis Anggrek Taman Nasional Gunung


Halimun. Bogor: Biodiversity Conservation Project LIPI-JICA-PHKA.

Mattjik, N. A. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor: IPB
Press.

Pant, B. 2013. Medicinal Orchids and Their Uses: Tissue Culture a Potential
Alternative for Conservation. African Journal of Plant Science. 7(10), pp.
448-467.

Puspitaningtyas D. M. & S. Mursidawati. 1999. Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor.


Bogor: UPT Balai Pengembangan Kebun Raya- LIPI.

Amalia, R., Irwan L., & Riza L. 2015. Kekayaan Jenis Anggrek Di Hutan Alam Desa
Beginjan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau. Jurnal Protobiont,
4(1), pp. 170-177.

Gardiner, L. M., Alexander, K., Martin, M., David, L. R., & Brent, C. E. 2013.
Molecular Phylogenetics of Vanda and Related Genera (Orchidaceae).
Botanical Journal of the Linnean Society, 173(1), pp. 549572.

Hendaryono, D. P. S. 2007. Pembibitan Anggrek dalam Botol.. Yogyakarta:


Kanisius.

Iswanto, H. 2002. Petuijuk Perawatan Anggrek. Depok: Agromedia Pustaka.


Rentoul, J. N. 2003. Growing Orchid, Complete and Unhibridged. Singapore:
Publishing Solutions.

Soeryowinoto, M. 1987. Mengenal Anggrek Alam Indonesia. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Sulistiarini, D., & Tutie, D. 2009. Keanekaragaman Jenis-Jenis Anggrek Kepulauan


Karimunjawa. Peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jurnal Teknologi Lingkungan, 10(2), pp. 167 172.

Wardani, S., Hot, S., & Syarifuddin, I. 2013. Pengaruh Media Tanamdan Pupuk
Daun terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp). Medan:
Fakultas Pertanian USU.

Waston, J. B. 2004. Dendrobium cuthbertsoii. Journal Orchids, 73(1), pp. 5053.

Anda mungkin juga menyukai