Oleh :
NIM : 115040201111169
Kelas :A
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2015
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tanaman yang merupakan tanaman yang merugikan apabila
tumbuh di sekitar tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma tergolong pertumbuhan
yang cepat dan dapat menghasilkan biji gulma hingga ribuan jumlahnya. Oleh
karena itu, penanggulangan keberadaan gulma haruslah tepat sehingga gulma
gulma itu tadi tidak melebihi ambang ekonomi yang dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman budidaya. Terdapat banyak cara untuk
mengatasi keberadaan gulma, antara lain: penanggulangan secara mekanik,
penanggulangan secara kimiawi, dan sebagainya. Penanggulangan secara mekanik
yaitu secara manual dengan cara dicabut. Penanggulangan secara mekanik ini
haruslah memperhatikan periode kritis gulma sebelum akar gulma dengan kuat
berada di tanah. Sedangkan, penanggulangan secara kimiawi yaitu menggunakan
herbisida sintetik. Penanggulangan secara kimiawi ini juga harus memperhatikan
periode kritis gulma dimana gulma tersebut sangat peka terhadap herbisida.
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian
untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil
yang disebabkan oleh gulma. Dalam menggunakan herbisida haruslah
memperhatikan dosis yang akan diaplikasikan. Hal ini dikarenakan apabila tidak
tepat penggunaan herbisida akan meracuni tanaman budidaya juga dan tanah pun
tercemar zat zat kimia yang terkandung dalam pertisida tersebut
Dalam laporan Teknologi Pengendalian Gulma ini akan membahas mengenai
efektivitas herbisida, kerugian dan keuntungan herbisida, dan macam macam
herbisida.
1.2 Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang yang telah tertulis di atas dapat disimpulkan
tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui efektivitas herbisida yang
diaplikasikan pada gulma.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Herbisida
Menurut Sembodo (2010), pengertian Herbisida adalah bahan kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida
mempengaruhi proses pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan
klorofil, respirasi, fotosintesis, metabolisme, nitrogen, aktivitas enzim dan
sebagainya. Herbisida sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Herbisida berasal dari senyawa kimia organik maupun anorganik atau berasal
dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu organisme. Herbisida bersifat racun
terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu, juga terhadap tanaman. Herbisida
yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian tumbuhan.
Namun pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan
tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya.
2.2 Macam Macam Herbisida
Menurut Fryer (1977), berdasarkan sifat kerjanya herbisida digolongkan
menjadi beberapa jenis yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik.
a. Herbisida kontak merupakan herbisida yang membasmi gulma terbatas pada
bagian gulma yang terkena herbisida tersebut. Pada perlakuan herbisida
gramoxone yang termasuk herbisida kontak, memiliki reaksi yang cepat
sehingga gejala yang ditimbulkan tampak pada waktu yang cepat. Bagian
bagian gulma yang terkena herbisida ini secara langsung akan mengalami
kerusakan atau kematian. Namun hanya terjadi pada gulma yang terkena
herbisida ini.
b. Herbisida sistemik merupak herbisida yang dapat merusak atau mematikan
seluruh bagian tubuh gulma walaupun tidak mengalami kontak secara
langsungdengan herbisida. Pada perlakuan penyemprotan herbisidaround up
dan maron yang termasuk herbisida sitemik, reaksi atau hasilnya terlihat pada
waktu yang lebih lama disbanding dengan herbisida kontak. Gulma yang
terkena herbisida ini mulanya akan mengalami layu, mongering dan pada
akhirnya akan mati.
2.3 Selektivitas Herbisida
Menurut Sutanto (2005), herbisida ada yang selektif dan tidak selektif.
1. Herbisida selektif hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Contoh :
Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita.
Herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun lebar dan teki.
2. Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma
sekaligus tanamannya.
Contoh : Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan tanaman yang
mengandung butir hijau daun.
Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang digunakan.
Semakin tinggi takaran yang digunakan, akan semakin berkurang selektivitasnya.
Lakukan pengamatan pada semua spesies yang terkena herbisida selama 2 minggu
dengan interval 2 hari
skor keracunan :
0 : tidak berpengaruh
Ke 2
0 : tidak berpengaruh
Ke 3
0 : tidak berpengaruh
Ke 4
Ke 5
6 : terbunuh 50%
Ke 6
6 : terbunuh 50%
Ke 7
6 : terbunuh 50%
4.1.2 Aplikasi Herbisida 20 ml
Ke 2
1 : sedikit terpengaruh
Ke-4
2 : cukup terpengaruh
Ke-6
3 : terpengaruh berat, tidak mati
Ke-8
5 : terbunuh 25%
Ke-10
6 : terbunuh 50%
Ke-12
6 : terbunuh 50%
Ke-14
7 : terbunuh 100%
4.1.3 Aplikasi Herbisida 30 ml
Hari Dokumentasi pengamatan Skoring
Saat
aplikasi
0 : tidak terpengaruh
Ke 2
1 : sedikit terpengaruh
Ke-3
2 : cukup terpengaruh
Ke-4
Ke-8
5 : terbunuh 25%
Ke-11
6 : terbunuh 50%
Ke-13
6 : terbunuh 50%
Ke-14
7 : terbunuh 75%
4.1.4 Aplikasi Herbisida 40 ml
Hari Dokumentasi Scoring
Saat
aplikasi
0 : tidak berpengaruh
Ke 1
2 : cukup terpengaruh
Ke 2
Ke 3
5 : terbunuh 25%
Ke 4
6 : terbunuh 50%
Ke 5
6 : terbunuh 50%
Ke 6
6 : terbunuh 50%
Ke 7
6 : terbunuh 50%
4.1.5 Aplikasi Herbisida 50 ml
Ke 2
0 : tidak terpengaruh
Ke-4
2 : cukup terpengaruh
Ke-6
7 : terbunuh 100%
Ke-8
7 : terbunuh 100%
Ke-10
7 : terbunuh 100%
Ke-12
7 : terbunuh 100%
Ke-14
7 : terbunuh 100%
4.2 Pembahasan
Dari praktikum efektivitas herbisida ini dilakukan dengan perlakuan
penyemprotan dengan volume 10, 20, 30, 40, dan 50 ml dengan menggunakan
herbisida roundup. Aplikasi dilakukan dengan sprayer pada petak yang telah
dibuat dan diletakkan pada lahan yang bergulma. Pengamatan dilakukan selama
dua minggu dengan interval waktu dua hari sekali. Akan tetapi pada hasil
praktikum ditemukan dua data pengamatan yang tidak diamati selama dua minggu
yaitu pada volume 10 ml dan 40 ml hanya diamati selama satu minggu. Sehingga
pada praktikum ini yang dapat dibandingkan hanya pada volume herbisida 20, 30,
dan 50 ml.
Dari hasil praktikum di lapang maka dapat diketahui bila semakin tinggi
volume herbisida yang diberikan akan menunjukkan pengaruh yang lebih cepat
membunuh gulma dan pada petak pengamatan dapat terlihat pada hasil praktikum
yang volume herbisida 50 ml menunjukkan respon herbisida paling cepat
dibanding dengan perlakuan herbisida lainnya. Menurut Sutanto (2005), aplikasi
herbisida dengan dosis dan konsentrasi yang lebih tinggi memberikan pengaruh
lebih baik dalam menekan pertumbuhan gulma. Konsentrasi dan dosis herbisida
yang terlalu rendah menyebabkan rendahnya efektivitas herbisida dalam
membunuh gulma. Karena pada volume herbisida yang 50 ml sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan gulma sehingga dari volume 50 ml herbisida gulma bisa
terbunuh hingga 100%.
5. KESIMPULAN