Anda di halaman 1dari 10

Analisis Stakeholder Pengelolaan Kawasan Hutan ....

Abd. Kadir Wakka

ANALISIS STAKEHOLDERS PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN


KHUSUS (KHDTK) MENGKENDEK, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI
SULAWESI SELATAN

(Stakeholders Analysis of the Management Mengekendek Forest for Special


Purpose (KHDTK Mengkendek), Tana Toraja District, South Sulawesi Province)

Abd. Kadir Wakka

Balai Penelitian Kehutanan Makassar,


Jl. Perintis Kemerdekaan Km 16. Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, Kode Pos 90243
Telp. (0411) 554049, Fax. (0411) 554058
Email : abdkadirw@yahoo.com

Diterima 12 Juli 2013; revisi terakhir 8 April 2013; disetujui 10 April 2014

ABSTRAK

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Mengekendek yang berbatasan langsung dengan kawasan
pemukiman penduduk sangat rentan terhadap terjadinya perambahan hutan, pencurian kayu, penggembalaan liar
dan kebakaran hutan. Diperlukan keterlibatan berbagai pihak dalam membantu mengatasi berbagai permasalahan
yang ada sehingga tujuan pengelolaan KHDTK dapat terwujud. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi,
memetakan dan merumuskan peran stakeholders dalam pengelolaan KHDTK Mengkendek. Pengumpulan data
dilakukan melalui kegiatan wawancara dan Focus Group Discussion (FGD) untuk kemudian dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam stakeholders dalam pengelolaan KHDTK
Mengkendek. Balai Penelitian Kehutanan Makassar (BPK Makassar), Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tana
Toraja, pemerintah kelurahan/lembang dan lembaga adat (tongkonan) merupakan key players dalam pengelolaan
KHDTK Mengkendek. Komunikasi dan koordinasi dengan stakeholders tersebut harus dapat dilakukan dengan
baik sehingga tujuan pengelolaan KHDTK Mengkendek dapat terwujud.

Kata Kunci : KHDTK Mengkendek, analisis stakeholders, pemetaan stakeholders

ABSTRACT

Forest for special purpose of Mengkendek (KHDTK Mengekendek) which directly adjacent to settlement is
vulnerable to encroachment, illegal logging, illegal grazing, and forest fires. Requiring the involvement of
stakeholders in helping to overcome the existing problems so that the objectives of KHDTK Mengkendek can be
realized. This study aims to identify, mapping and formulate the role of stakeholders in the management KHDTK
Mengkendek. The data was collected through interviews and focus group discussions then analyzed in descriptive
qualitative. The results showed that there are six stakheholders in the management KHDTK Mengkendek. Forestry
Research Institute of Makassar, Forestry Office of Tana Toraja, government village/lembang, and traditional
institutions (tongkonan) are key players in the management KHDTK Mengkendek. Communication and coordination
with the stakeholders must be done well so that the objectives of KHDTK Mengkendek management can be realized.

Keywords : KHDTK Mengkendek, stakeholders analysis, mapping stakeholders

I. PENDAHULUAN langsung dengan kawasan pemukiman penduduk


yang merupakan pusat pengembangan kota
A. Latar Belakang
Getengan Kecamatan Mengkendek sehingga
Balai Penelitian Kehutanan Makassar mengundang berbagai pihak (stakeholders) untuk
(BPK Makassar) berdasarkan Surat Keputusan memanfaatkannya. Pemanfaatan KHDTK
Menteri Kehutanan No. 367/Menhut-II/2004 Mengkendek oleh stakeholders terkadang
mengelola tiga Kawasan Hutan dengan Tujuan bertentangan dengan tujuan pengelolaan KHDTK
Khusus (KHDTK) di antaranya KHDTK Mengkendek sebagai areal hutan penelitian BPK
Mengkendek yang terletak di Kabupaten Tana Makassar.
Toraja. Areal KHDTK Mengkendek berbatasan

47
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 3 No.1, April 2014 : 47 - 55

Beberapa bentuk kegiatan pemanfaatan yang dimulai pada Bulan Agustus s/d November
areal KHDTK Mengkendek yang bertentangan 2009.
dengan tujuan pengelolaan KHDTK tersebut
B. Pengumpulan Data
adalah okupasi lahan/perambahan lahan
(untuk berkebun, kavling perumahan dan Pengumpulan data dilakukan melalui
sertifikasi lahan), penebangan kayu secara kegiatan wawancara dengan sejumlah informan
ilegal (illegal logging), dan penggembalaan kunci seperti aparat Kelurahan Rante Kalua (1
ternak. (Kadir, et al., 2008). Kegiatan-kegiatan orang), staf penyuluh kehutanan Tana Toraja (1
tersebut di atas dapat menghambat orang), staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan
pelaksanaan kegiatan penelitian BPK Makasar Tana Toraja (2 orang), petani penggarap lahan di
serta menyebabkan rusaknya ekosistem hutan KHDTK Mengkendek (5 orang) dan tokoh
yang ada. Dampak dari kerusakan ekosistem masyarakat (2 orang). Kegiatan wawancara ini
hutan di KHDTK Mengkendek (terjadinya dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
banjir dan longsor) tidak hanya dirasakan oleh mengenai pihak-pihak (stakeholder) yang dapat
BPK Makassar selaku pengelola KHDTK tetapi terlibat dalam pengelolaan KHDTK Mengkendek
juga akan dirasakan oleh masyarakat sekitar berbasis masyarakat.
KHDTK serta pihak lain yang terkait dengan
Selain melakukan wawancara dengan
pengelolaan hutan di Kabupaten Tana Toraja.
sejumlah informan kunci, pengumpulan data juga
Sangat penting untuk menganalisis dilakukan melalui kegiatan Focus Group Discussion
stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan (FGD) yang diikuti oleh petani penggarap lahan di
KHDTK Mengkendek. Melalui analisis KHDTK Mengkendek (25 orang), koordinator
stakeholders akan tergambar kepentingan penyuluh kehutanan Tana Toraja (1 orang), staf
setiap stakeholders apakah berdampak positif Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tana Toraja (1
atau negatif terhadap pengelolaan KHDTK, orang), aparat Kelurahan Rante Kalua (1 orang),
stakeholders yang berpengaruh dalam dan tokoh masyarakat (2 orang). Kegiatan FGD ini
pengambilan keputusan serta peran dimaksudkan memetakan stakeholders
stakeholders dalam mengatasi dan mencegah berdasarkan pengaruh (power) dan
terjadinya kerusakan areal KHDTK kepentingannya (interest), serta merumuskan
Mengkendek yang lebih parah di masa peran-peran yang dapat dilakukan dalam
mendatang. Analisis stakeholders juga dapat mendukung tujuan pengelolaan KHDTK
membantu dalam memobilisasi sumberdaya Mengkendek.
lokal (Rastogi, et al., 2010) serta dapat
C. Analisis Data
membantu dalam memahami konflik
penggunaan sumberdaya lahan yang terjadi Data yang dikumpulkan dianalisis dengan
(Mushove and Vogel, 2005). teknik analisis stakeholders secara kualitatif
(Bracke, et al, 2005; Reed et al, 2009; dan Meyers,
B. Tujuan Penelitian
2005). Analisis stakeholders secara kualitatif
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi digunakan untuk menjelaskan stakeholders yang
dan memetakan stakeholders berdasarkan terlibat dalam pengelolaan KHDTK Mengkendek,
pengaruh (power) dan kepentingannya kepentingan (interest) dan pengaruh (power)
(interest), serta menguraikan peran yang dapat setiap stakeholders serta untuk menjelaskan peran
dilakukan dalam pengelolaan KHDTK stakeholders dalam mendukung tujuan
Mengkendek. Penelitian ini diharapkan pengelolaan KHDTK Mengkendek.
menjadi bahan pertimbangan bagi BPK
Makassar dalam mengelola KHDTK
Mengkendek sehingga tujuan yang ingin III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dicapai dapat terwujud.
A. Gambaran Umum KHDTK Mengkendek
Luas KHDTK Mengkendek berdasarkan SK
II. METODE PENELITIAN
Menhut No. 275/Kpts-1/1994 adalah 100 ha.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi KHDTK Mengkendek terletak di Kelurahan
Rante Kalua, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten
Penelitian ini dilaksanakan pada KHDTK
Tana Toraja. Lokasi KHDTK Mengkendek secara
Mengkendek yang terletak di Kelurahan Rante
administrasi termasuk ke dalam wilayah Dinas
Kalua, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten
Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun)
Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Tana Toraja (BPPKS, 2006).
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan

48
Analisis Stakeholder Pengelolaan Kawasan Hutan ....
Abd. Kadir Wakka

Lokasi KHDTK Mengkendek yang pembangunan bandara udara di sekitar lokasi


berbatasan langsung dengan areal pemukiman KHDTK Mengekendek.
penduduk dan sangat dekat dengan Getengan
c. Keterbatasan lahan garapan untuk berkebun.
yang merupakan ibukota Kelurahan Rante
Sebagian masyarakat di sekitar KHDTK
Kalua menyebabkan areal KHDTK sangat
Mengkendek tidak memiliki lahan untuk
rentan untuk dirambah. Beberapa alasan
berkebun sehingga melakukan kegiatan
mengapa masyarakat mulai aktif berkebun dan
perambahan lahan di areal KHDTK.
mengkaveling lahan di KHDTK Mengkendek
pada tahun 2000-an, di antaranya (Kadir dan Berdasarkan peta penggunaan lahan yang
Hapsari, 2011) : dibuat pada tahun 1999, luas areal hutan yang
didominasi oleh tanaman pinus mencapai 38 ha.
a. Masyarakat mengklaim bahwa areal KHDTK
Sedangkan luar areal kebun campuran mencapai
Mengkendek merupakan tanah adat yang
12 ha dan semak belukar sebesar 50 ha.
ditandai oleh adanya kuburan batu dan
Sementara pengukuran yang dilakukan pada
bekas lokasi penyelenggaraan pesta adat
tahun 2008 menunjukkan bahwa luas areal hutan
masyarakat Tampo.
di KHDTK Mengkendek mengalami penyusutan
b. Untuk membendung masuknya orang luar sebanyak 11 ha dalam kurung waktu 9 tahun atau
yang akan mengusai tanah-tanah yang ada rata-rata 1,22 ha/tahun. Areal hutan yang
di sekitar hutan seiring meningkatnya harga mengalami penyusutan berubah menjadi kebun
tanah karena perkembangan kota Getengan campuran seluas 9,5 ha dan semak belukar seluas
yang pesat serta adanya isu rencana 1,5 ha. Kondisi luas penutupan lahan di KHDTK
Mengkendek diuraikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kondisi Luas Penutupan Lahan di KHDTK Mengkendek


Table 1. Land cover conditions in KHDTK Mengkendek
Jenis Penutupan Lahan Luas pada Tahun Luas pada Tahun Perubahan
(types of land cover) 1999 2008 (change)
(Site in 1999) (Site in 2008) (Ha)
(Ha) (Ha)
Hutan (Forest) 38,00 27,00 - 11,00
Kebun Campuran (mixed farms) 12,00 21,50 + 9,50
Semak Belukar (bush) 50,00 51,50 + 1,50
Sumber : Kadir et al., 2008
Source : Kadir et al., 2008
Jenis utama penyusun tegakan hutan di pada umumnya digarap oleh masyarakat yang
KHDTK Mengkendek adalah pinus (Pinus tidak memiliki lahan garapan di luar KHDTK
merkusii). Namun demikian juga terdapat jenis Mengkendek. Komoditi perkebunan yang banyak
tanaman lain seperti cemara gunung dikembangkan oleh masyarakat dalam KHDTK di
(Casuarina junghuniana), suren (Toona sureni), antaranya cengkeh (Syzygium aromaticum), kopi
uru/cempaka (Michelia sp), agathis (Agathis (Coffea sp), kakao (Theobroma cacao), pisang
sp), sengon (Paraserianthes falcataria), dan (Musa paradisiaca), nangka (Artocarpus
akasia (Acacia mangiun). Tegakan pinus yang heterophyllus), dan durian (Durio zibethinus).
ada merupakan hasil kegiatan penghijauan Sementara kebun yang tidak terawat umumnya
yang dilaksanakan sekitar tahun 1970-an dan hanya dipagari dengan kawat atau dengan bambu
hasil permudaan alami. Kondisi tegakan pinus untuk menandai lokasi garapannya. Areal semak
yang ada sebagian masih cukup bagus dan belukar yang ada umumnya digunakan oleh
sebagian lagi mengalami kerusakan. Kerusakan masyarakat untuk menggembalakan ternak
tegakan pinus disebabkan oleh kegiatan kerbau.
perambahan yang dilakukan masyarakat
sekitar dan kebakaran hutan yang sering B. Identifikasi Stakeholders
terjadi di lokasi KHDTK tersebut.
Stakeholders didefinisikan sebagai pihak-
Kondisi kebun campuran yang digarap pihak yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi
oleh masyarakat sebagian terawat dengan baik (menerima dampak) oleh keputusan yang diambil
dan sebagian lagi kondisinya tidak terawat. (Freeman, 1984) atau dapat pula didefinisikan
Kebun campuran yang terawat dengan baik sebagai orang, kelompok atau lembaga yang

49
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 3 No.1, April 2014 : 47 - 55

memiliki perhatian dan/atau dapat sumberdaya lahan dalam memenuhi kebutuhan


mempengaruhi hasil suatu kegiatan (Salam hidupnya.
dan Noguchi, 2006; Kusumedi dan Bisjoe,
Adapun stakeholders sekunder dalam
2010). Dengan demikian dapat disimpulkan
pengelolaan KHDTK Mengekendek terdiri dari :
bahwa stakeholders adalah semua pihak baik
secara individu maupun kelompok yang dapat 1. Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun)
dipengaruhi dan/atau memengaruhi Tana Toraja. Dishutbun Tana Toraja sangat
pengambilan keputusan serta pencapaian berkepentingan terhadap kelestarian hutan
tujuan suatu kegiatan. yang ada di wilayah kerjanya termasuk KHDTK
Mengkendek karena merupakan salah satu
Berdasarkan keterkaitannya terhadap
tolok ukur keberhasilan pembangunan
suatu keputusan atau suatu kegiatan, Townsley
kehutanan di Kabupaten Tana Toraja. Untuk
(1998) kemudian membedakan stakeholders
mewujudkan keberhasilan pembangunan
menjadi dua yaitu stakeholders primer dan
kehutanan di Kabupaten Tana Toraja, Dinas
stakeholders sekunder. Stakeholders primer
Kehutanan dan Perkebunan Tana Toraja
adalah pihak yang memiliki kepentingan
dibekali dengan mandat dari pemerintah pusat
langsung terhadap suatu sumberdaya, baik
(Menteri Kehutanan) dan bupati serta
sebagai mata pencaharian ataupun terlibat
ditunjang oleh potensi sumberdaya manusia
langsung dalam eksploitasi. Stakeholders ini
dan sumberdana yang memadai dalam
oleh Yang, et al., (2010) disebut juga sebagai
melaksanakan tupoksinya.
stakeholders kunci (key stakeholders).
Stakeholders sekunder adalah pihak yang 2. Pemerintah Kelurahan Rante Kalua/Lembang.
memiliki minat/kepentingan secara tidak Pemerintah Kelurahan Rante Kalua
langsung, atau pihak yang tergantung pada berkepentingan terhadap peningkatan
sebagian kekayaan atau bisnis yang dihasilkan kesejahteraan masyarakat khususnya
oleh sumber daya. masyarakat yang menggantungkan hidupnya
dari menggarap lahan dalam KHDTK
Hasil wawancara yang dilakukan
Mengkendek. Institusi kelurahan/lembang
terhadap sejumlah informan kunci diketahui
sangat besar peranannya dalam memengaruhi
bahwa terdapat enam stakeholders yang dapat
masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam
terlibat dalam pengelolaan KHDTK
pengelolaan hutan yang ada di wilayahnya.
Mengkendek. Keenam stakeholders tersebut
terdiri dari pemerintah pusat (BPK Makassar), 3. Lembaga adat (Tongkonan). Tongkonan
pemerintah daerah (Dinas Kehutanan dan berkepentingan dalam hal peningkatan
Perkebunan Kabupaten Tana Toraja), kesejahteraan rumpun anggota keluarganya
pemerintah kelurahan/lembang, lembaga adat khususnya yang menggantungkan hidupnya
(Tongkonan), masyarakat penggarap dari areal KHDTK serta berkepentingan dalam
lahan/kelompok tani, dan LSM setempat. mempertahankan klaim bahwa areal KHDTK
Mengkendek merupakan tanah adat (tanah
Berdasarkan klasifikasi stakeholders
milik tongkonan) mereka.
sebagaimana dikemukakan oleh Townsley
(1998) maka stakeholders primer dalam 4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
pengelolaan KHDTK Mengekendek terdiri dari : Stakeholder ini berkepentingan dalam hal
peningkatan kapasitas masyarakat
1. BPK Makassar. BPK Makassar merupakan
(peningkatan pengetahuan dan keterampilan)
salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
khususnya dalam hal pengelolaan sumberdaya
Kementerian Kehutanan yang diserahkan
lahan secara lestari yang diharapkan akan
tugas untuk mengelola KHDTK Mengkendek
berdampak kepada kelestarian areal KHDTK
berdasarkan SK Menhut No. 367/Menhut-
Mengekendek.
II/2004 sehingga sangat berkepentingan
terhadap kelestarian kawasan hutan yang
BPK Makassar yang diberikan mandat selaku
ada di KHDTK tersebut.
pengelola KHDTK Mengkendek harus dapat
2. Masyarakat penggarap lahan/kelompok tani. bekerja sama dengan stakeholders tersebut di atas
Masyarakat sekitar KHTDK Mengkendek dalam mencapai tujuan pengelolaannya. Setiap
berkepentingan dalam hal pemanfaatan dan stakeholders memiliki kepentingan, kebutuhan,
pengelolaan sumberdaya alam yang dan sudut pandang yang berbeda dan harus dapat
terdapat di KHDTK Mengkendek khususnya dikelola dengan baik sehingga tujuan yang ingin
dicapai dapat terwujud (Friedman and Miles,

50
Analisis Stakeholder Pengelolaan Kawasan Hutan ....
Abd. Kadir Wakka

2006; Nielsen dan Mathiesen, 2006). The 1. Stakeholder dengan tingkat kepentingan
Clarkson Center for Business Ethics (1999) (interest) yang tinggi tetapi memiliki pengaruh
dalam Friedman and Miles (2006) (power) yang rendah diklasifikasikan sebagai
mengemukakan tujuh prinsip dalam mengelola Subyek (Subjects). Stakeholders ini memiliki
stakeholders yaitu: (1) mengakui dan kapasitas yang rendah dalam pencapaian
memperhatikan kepentingan stakeholders tujuan, akan tetapi dapat menjadi berpengaruh
dalam pengambilan keputusan, (2) menjalin dengan membentuk aliansi dengan stakeholders
komunikasi secara terbuka terkait kepentingan lainnya. Stakeholder ini sering bisa sangat
stakeholders, serta menganalisis resiko yang membantu sehingga hubungan dengan
mungkin terjadi akibat keterlibatannya, (3) stakeholders ini harus tetap dijaga dengan baik.
mengadopsi cara berperilaku dan kemampuan
2. Stakeholders dengan tingkat kepentingan
masing-masing stakeholders, (4) mengakui
(interest) dan pengaruh (power) yang tinggi
saling ketergantungan dan berusaha untuk
diklasifikasikan sebagai Pemain Kunci (Key
mencapai distribusi yang adil atas manfaat dan
Players). Stakeholders ini harus lebih aktif
beban di antara stakeholders, dengan
dilibatkan secara penuh termasuk dalam
mempertimbangkan risiko dan kerentanan
mengevaluasi strategi baru.
masing-masing, (5) bekerja sama dengan
entitas lain untuk memastikan bahwa risiko 3. Stakeholders dengan tingkat kepentingan
dan bahaya yang timbul dapat diminimalkan, (interest) dan pengaruh (power) yang rendah
(6) menghindari kegiatan yang membahayakan diklasifikasikan sebagai Pengikut Lain
hak asasi manusia (misalnya hak untuk hidup) (Crowd). Diperlukan sedikit pertimbangan
atau menimbulkan risiko yang tidak dapat untuk melibatkan stakeholders ini lebih jauh
diterima stakeholders, dan (7) mengakui karena kepentingan dan pengaruh yang
potensi konflik akibat adanya peran dan dimiliki biasanya berubah seiring berjalannya
tanggungjawab stakeholders, dan waktu. Stakeholders ini harus tetap dimonitor
mengatasinya melalui komunikasi yang dan dijalin komunikasi dengan baik.
terbuka, dan bila perlu melibatkan pihak ketiga.
4. Stakeholders dengan tingkat kepentingan
Dialog antar stakeholders menjadi kunci dalam
(interest) yang rendah tetapi memiliki
mengatasi perbedaan yang ada (Flak et al.,
pengaruh (power) yang tinggi diklasifikasikan
2008) khususnya dalam pengelolaan
sebagai Pendukung (Contest setters).
sumberdaya hutan yang terdapat di KHDTK
Stakeholders ini dapat mendatangkan resiko
Mengkendek.
sehingga keberadaannya perlu dipantau dan
C. Pemetaan Stakeholders KHDTK dikelola dengan baik. Stakeholders ini dapat
Mengkendek berubah menjadi key palyers karena suatu
peristiwa. Hubungan baik dengan stakeholder
Stakeholders dalam pengelolaan KHDTK
ini terus dibina. Untuk itu segala informasi yang
Mengkendek memiliki kepentingan (interest)
dibutuhkan harus tetap diberikan sehingga
serta pengaruh (power) yang beragam, ada
mereka dapat terus berperan aktif dalam
yang bersifat positif dan sejalan dengan tujuan
pencapaian tujuan.
pengelolaan KHDTK Mengkendek, adapula
yang bersifat negatif dan bertentangan dengan
Hasil FGD yang melibatkan sejumlah
tujuan yang akan dicapai. Kepentingan
stakeholders diketahui bahwa berdasarkan
(interest) dan pengaruh (power) dari
pengaruh (power) dan kepentingannya (interest),
stakeholders dalam pengelolaan KHDTK
maka stakeholders dalam pengelolaan KHDTK
Mengkendek yang beragam perlu dipetakan
Mengkendek dapat dikategorikan menjadi dua
dengan jelas. Pemetaan stakeholders akan
yaitu key players dan Crowd. Stakeholders yang
membantu pengelola bagaimana melibatkan
termasuk dalam kategori key players adalah BPK
stakeholders tersebut dalam pencapaian tujuan
Makassar, Dishutbun Tana Toraja, lembaga
(Reed et al., 2009).
adat/tongkonan, dan Pemerintah Kelurahan Rante
Berdasarkan pengaruh (power) dan Kalua. Stakeholders yang termasuk dalam kategori
kepentingan (interest) yang dimiliki oleh setiap crowd adalah masyarakat penggarap/kelompok
stakeholders maka stakeholders dapat tani dan LSM setempat. Peta stakeholders dalam
dikategorikan menjadi empat jenis yaitu (Reed pengelolaan KHDTK Mengkendek disajikan pada
et al., 2009; Thompson, 2011; Gardner et al., Gambar 1.
1986) :
Masyarakat penggarap lahan di KHDTK
Mengkendek meskipun tergolong sebagai

51
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 3 No.1, April 2014 : 47 - 55

stakeholder primer karena berkepentingan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jalan


secara langsung terhadap sumberdaya yang berkebun. Aktivitas masyarakat tersebut masih
terdapat di KHDTK Mengkendek akan tetapi dapat mendukung pengelolaan KHDTK
termasuk dalam kategori crowd berdasarkan Mengkendek melalui pemberian bimbingan pola
kepentingan (interest) dan pengaruhnya pemanfaatan lahan secara lestari (teknik
(power) terhadap pengelolaan KHDTK agroforestry). Hal yang perlu diperhatikan dan
Mengkendek. Kepentingan (interest) dijaga adalah mencegah terjadinya perubahan
masyarakat sekitar KHDTK pada umumnya kepentingan dari berkebun menjadi kepentingan
khususnya masyarakat yang aktif menggarap untuk menguasai dan memiliki lahan (sertifikasi)
lahan di KHDTK Mengkendek hanya ingin karena hal ini akan berdampak buruk pada
memanfaatkan lahan tersebut untuk pencapaian tujuan pengelolaan KHDTK tersebut.

Besar
A. Subyek B. Pemain Kunci
(Subjects) (Key Players)

- BPK Makassar
- Dishutbun Tana Toraja
- Tongkonan
- Kelurahan/Lembang

D. Pengikut Lain C. Pendukung


(Crowd) (Contest setter)

- Masyarakat /Klp Tani


- LSM setempat

Kecil Besar

Gambar 1. Pemetaan Stakeholders Berdasarkan Pengaruh (Power) dan Kepentingannya


(Interest) dalam Pengelolaan Hutan di KHDTK Mengkendek.
Figure 1. Mapping Stakeholders Based on Power and Interests in KHDTK Mengkendek
Management.

Pengaruh (power) masyarakat dalam kepentingannya dalam bentuk pengerahan massa


pengambilan keputusan dalam pengelolaan karena dampak yang ditimbulkannya lebih
KHDTK Mengkendek tergolong rendah. Hal ini cenderung merusak.
dapat di lihat dari rendahnya kapasitas
BPK Makassar selaku pengelola KHDTK
masyarakat (pengetahuann dan kerterampilan
Mengkendek sekaligus sebagai salah satu pemain
serta finansial terbatas). Disamping itu,
kunci (key player) sebagaimana ditunjukkan pada
kekompakan masyarakat sekitar dalam
Gambar 1, harus dapat melibatkan secara penuh
menyuarakan kepentingannya masih sangat
key players lainnya dalam merumuskan dan
rendah. Masyarakat cenderung mengamankan
mengevaluasi strategi pengelolaan KHDTK
kepentingannya masing-masing. Hal yang
Mengkendek. Selain harus melibatkan key players
perlu diperhatikan adalah jangan sampai
secara penuh, BPK Makassar juga harus menjalin
masyarakat sekitar KHDTK menyuarakan
komunikasi dengan baik dan selalu memonitor

52
Analisis Stakeholder Pengelolaan Kawasan Hutan ....
Abd. Kadir Wakka

keberadaan stakeholders yang dikategorikan berperanan dalam memengaruhi


sebagai crowd (masyarakat penggarap dan masyarakatnya untuk berpartisipasi dalam
LSM setempat) karena kepentingan dan pengelolaan KHDTK.
pengaruhnya bisa berubah seiring berjalannya
4. Tongkonan dapat berperan menumbuhkan
waktu.
semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang
diperlukan dalam mendukung keberhasilan
D. Peran Stakeholders dalam Pengelolaan
pengelolaan hutan di KHDTK Mengkendek.
KHDTK Mengkendek
5. Masyarakat penggarap/kelompok Tani dapat
Sebagaimana telah dijelaskan
berperan dalam pemanfaatan kawasan secara
sebelumnya bahwa lokasi KHDTK Mengkendek
lestari, mendukung pelaksanaan kegiatan
yang strategis dan berbatasan langsung
penelitian yang dilakukan oleh BPK Makassar
dengan kawasan pemukiman penduduk
serta menjaga keamanan KHDTK Mengkendek
menyebabkan ekosistem hutan dalam kawasan
dari pihak-pihak yang akan melakukan
ini sangat rentan mengalami kerusakan.
pengrusakan kawasan tersebut.
Perambahan lahan, pencurian kayu (illegal
logging), penggembalaan liar dan kebakaran 6. LSM setempat berperan dalam meningkatkan
hutan merupakan permasalahan yang muncul kapasitas kelembagaan masyarakat melalui
akibat lokasi KHDTK yang strategis tersebut. kegiatan pendampingan sehingga lebih mandiri,
pemberian bimbingan teknis seperti
Menghadapi permasalahan tersebut di
pembuatan kompos atau bokasi, dan
atas, diperlukan keterlibatan sejumlah
pembuatan biogas sebagai sumber energi/
stakeholders sebagaimana telah dijelaskan
bahan bakar bagi masyarakat sekitar KHDTK
sebelumnya dengan segala potensi yang
Mengkendek.
dimiliki dan peran yang dapat dilakukannya
Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh
Keberadaan stakeholders dengan segala
setiap stakeholders dalam pengelolaan KHDTK
potensi dan peran yang dapat dilakukan menjadi
Menkendek di antaranya :
modal tersendiri bagi BPK Makassar selaku
1. BPK Makassar berdasarkan SK Menhut No. pengelola KHDTK Mengekendek. Kolaborasi
367/Menhut-II/2004 diberikan mandat dengan stakeholders tersebut di atas dapat
untuk mengelola KHDTK Mengkendek menjadi kunci sukses dalam mengatasi
sebagai hutan penelitian. Selaku pengelola permasalahan yang ada. Dengan berkolaborasi
KHDTK, BPK Makassar berperan dalam maka keterbatasan yang dimiliki oleh BPK
menyusun rencana dan strategi pengelolaan Makassar seperti keterbatasan dana, sarana dan
KHDTK Mengendek dengan melibatkan prasarana, serta keterbatasan sumberdaya
seluruh stakeholders terkait. BPK Makassar manusia dapat teratasi. Keterlibatan stakeholders
harus dapat melakukan komunikasi dan dalam proses kolaborasi diharapkan dapat
koordinasi dengan stakeholders lainnya membuat kebijakan yang diambil lebih efektif dan
sehingga tercipta kesamaan persepsi dan bertahan lama (Reed, 2008).
pembagian peran dalam mewujudkan
tujuan pengelolaan KHDTK Mengkendek. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
2. Dishutbun Tana Toraja dapat berperan A. Kesimpulan
dalam pengamanan areal KHDTK dan
Stakeholders yang dapat terlibat dalam
membantu dalam merehabilitasi KHDTK
pengelolaan KHDTK Mengkendek terdiri dari BPK
Mengkendek melalui program Gerakan
Makassar, Dishutbun Tana Toraja, pemerintah
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
kelurahan/lembang, lembaga adat (tongkonan),
(GNRHL). Selain itu Dishutbun Tana Toraja
masyarakat penggarap lahan KHDTK dan LSM
juga dapat berperan dalam mengurangi
setempat. BPK Makassar dan masyarakat
tingkat ketergantungan masyarakat
penggarap lahan KHDTK dikategorikan sebagai
terhadap KHDTK Mengkendek melalui
stakeholders primer, sementara Dishutbun Tana
program pengembangan hutan rakyat (HR).
Toraja, pemerintah kelurahan/lembang, lembaga
3. Pemerintah kelurahan/lembang dapat adat (tongkonan) dan LSM setempat tergolong
berperan dalam pengawasan/kontrol dan sebagai stakeholders sekunder.
pengamanan dari kegiatan pengrusakan
BPK Makassar bersama-sama dengan
areal KHDTK Mengkendek. Di samping itu,
Dishutbun Tana Toraja, pemerintah
pemerintah kelurahan/lembang dapat
kelurahan/lembang, lembaga adat (tongkonan)

53
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 3 No.1, April 2014 : 47 - 55

merupakan stakeholders kunci (key players) and Dialectic Process Theory. e-Service Journal,
dalam pengelolaan KHDTK Mengkendek. 6(2), 3-23.
Stakeholders tersebut memiliki peran yang Freeman, R. E. (1984). Strategic Management. A
berbeda dalam pengelolaan KHDTK Stakeholder Approach. University of Minnesota.
Mengkendek seperti BPK Makassar berperan Massachusetts. Pitman Publishing Inc.
dalam merumuskan arah dan strategi
Friedman, A.L. and Miles, S. (2006). Stakeholders. Theory
pengelolaan KHDTK Mengkendek, Dishutbun and Practice. Oxford UK: OXFORD University Press.
Tana Toraja berperan dalam pengamanan dan
rehabilitasi kawasan, pemerintah kelurahan Gardner, J. R., Rachlin, R. and Sweeny, H.W.A. (1986).
berperan dalam pengawasan dan pengamanan Handbook of Strategic Planning.
http://www.12manage.com/methods_stakeholde
kawasan, Tongkonan berperan dalam
r_mapping. html. Akses Tgl. 23 Juli 2011.
menumbuhkan semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, masyarakat berperan dalam Kadir W., Abd., Kusumedi, P., Hapsari, E., Ruru, A. dan
pengamanan dan pemanfaatan kawasan secara Hamndan. (2008). Teknologi dan Kelembagaan
lestari, sementara LSM setempat berperan Social Forestry di KHDTK Mengkendek. Kajaian
Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
dalam peningkatan kapasitas (pengetahuan
Serta Potensi Sumberdaya Hutan di KHDTK
dan keterampilan) masyarakat sekitar KHDTK Mengkendek (Laporan Hasil Penelitian). Makassar:
Mengkendek. Balai Penelitian Kehutanan Makassar. (Tidak
B. Saran Dipublikasikan).
Kadir W., Abd. dan Hapsari, E. (2011). Kondisi Sosial
BPK Makassar selaku pengelola KHDTK
Ekonomi Masyarakat di KHDTK Mengkendek
Mengkendek harus dapat mengelola segala Kabupaten Tana Toraja. Prosiding Ekspose Hasil
potensi dan peran yang dapat dilakukan oleh Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Makassar.
setiap stakheolders. Komunikasi dan Tanggal 27 Oktober 2011. Bogor: Pusat Penelitian
koordinasi harus dapat dilakukan dengan baik dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi.
sehingga tercipta kesamaan persepsi dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
pembagian peran di antara stakeholders yang Kusumedi, P dan Bisjoe, A.R.H. (2010). Analisis
ada dalam mewujudkan tujuan pengelolaan Stakeholder dan Kebijakan Pembangunan KPH
KHDTK Mengkendek. Model Maros di Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan, 7(3), 179-193.
UCAPAN TERIMA KASIH Meyers, J. (2005). Analisis Kekuatan Stakeholder dalam
Manajemen Kolaborasi: Memahami Pluralisme
Ucapan terima kasih yang sebesar- Membangun Konsensus. Editor: Suporahardjo.
besarnya disampaikan kepada tim peneliti dan Bogor: Pustaka Latin.
teknisi BPK Makassar: Bapak Priyo Kusumedi,
Mushove, P. and Vogel, C. (2005). Heads or Tails?
Ibu Evita Hapsari, Andarias Ruru, dan Hamdan,
Stakeholder Analysis as a Tool for Conservation
serta masyarakat sekitar KHDTK Mengkendek Area Management. Global Environmental Change,
yang telah membantu dalam proses 15, 184198.
pengumpulan data penelitian ini.
Rastogi, A., Badola, R., Hussain, S. A., and Hickey, G. M.
(2010). Assessing the Utility of Stakeholder
Analysis to Protected Areas Management: The
DAFTAR PUSTAKA Case of Corbett National Park, India. Biological
BPPKS. (2006). Rencana Pengelolaan Kawasan Conservation 143, 29562964.
Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Nielsen, J. R. dan Mathiesen, C. (2006). Stakeholder
Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Preferences for Danish Fisheries Management of
Pengembangan Kehutanan. Makassar: Balai Sand Eel and Norway Pout. Fisheries Research, 77,
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 92101.
Sulawesi (BPPKS).
Reed, M.S. (2008). Stakeholder Participation for
Bracke, M.B.M., De Greef, K.H. and Hopster, H. Environmental Management: A Literature Review.
(2005). Qualitative Stakeholder Analysis For Biological Conservation, 141, 2417-2431.
The Development Of Sustainable Monitoring
Systems For Farm Animal Welfare. Journal of Reed, M.S, Graves, A., Dandy, N., Posthumus, H., Hubacek,
Agricultural and Environmental Ethics, 18, 27 K., Morris, J., Prell, C., Quinn, C.H., and Stringer, L.C.
56. (2009). Whos In And Why? A Typology Of
Stakeholder Analysis Methods For Natural
Flak, L. S., Nordheim, S. and Munkvold, B. E. (2008). Resource Management. Journal of Environmental
Analyzing Stakeholder Diversity in G2G Efforts: Management, 90, 19331949.
Combining Descriptive Stakeholder Theory

54
Analisis Stakeholder Pengelolaan Kawasan Hutan ....
Abd. Kadir Wakka

Salam Md., Abdus and Noguchi, T. (2006). Townsley, P. (1998). Social Issues in Fisheries. FAO
Evaluating Capacity Development for Fisheries Technical Paper. No. 375. Rome, FAO.
Participatory Forest Management in 1998. 39p. FAO CORPORATE DOCUMENT
Bangladeshs Sal Forests Based on 4Rs REPOSITORY.
Stakeholder Analysis. Forest Policy and http://www.fao.org/DOCREP/003/W8623E/w86
Economics, 8, 785796. 23e05. htm. Akses Tanggal 23 Juli 2011.
Thompson, R. (2011). Stakeholder Analysis. Winning Yang, Z., Ju, M., Zhou, Y., Wang, Q., and Ma, N. (2010). An
Support for Your Projects. Analysis of Greenhouse Gas Emiision Trading
http://www.mindtools.com/pages/article/ne System fron the Perspective of Stakeholders.
wPPM_07.htm. Akses Tanggal 20 Pebruari Procedia Environmental Sciences, 2, 8291.
2011.

55
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 3 No.1, April 2014 : 47 - 55

56

Anda mungkin juga menyukai