Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Aronaff (1989) SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada

kerja komputer yang memasukkan,mengelola, memanipulasi dan menganalisa

data serta memberi uraian. Sumber informasi geografi selalu mengalami

perubahan dari waktu ke waktu (bersifat dinamis), sejalan dengan perubahan

gejala alam dan gejala sosial. Dalam geografi, informasi yang diperlukan harus

memiliki ciri-ciri yang dimiliki ilmu lain, yaitu:

1. Merupakan pengetahuan (knowledge) hasil pengalaman.

2. Tersusun secara sistematis, artinya merupakan satu kesatuan yang tersusun

secara

berurut dan teratur.

3. Logis, artinya masuk akal dan menunjukkan sebab akibat.

4. Objektif, artinya berlaku umum dan mempunyai sasaran yang jelas dan

teruji.

Selain memiliki ciri-ciri tersebut di atas, geografi juga harus menunjukkan ciri

spasial (keruangan) dan regional (kewilayahan). Aspek spasial dan regional

merupakan ciri khas geografi, yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain.

Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsure, baik manusia

sebagai ahli dan sekaligus operator, perangakat alat (lunak/keras) maupun objek
permasalahan. SIG adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi

digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat

keras dan lunak computer untuk melakukan pengelolaan data seperti:

a. Perolehan dan verifikasi

b. Kompilasi

c. Penyimpanan

d. Pembaruan dan perubahan

e. Manajemen dan pertukaran

f. Manipulasi

g. Penyajian

h. Analisis (Tor Bernhardsen, 1992).

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pemanfaatan sistem informasi geografis dalam bidang

pertanian.

2. Untuk mengetahui macam-macam proyeksi yang digunakan dalam sistem

informasi geografis.

3. Untuk mengetahui jenis- jenis peta yang digunakan dalam sistem informasi

geografis.
II. PEMBAHASAN

Di bidang pertanian, produk SIG sangat berguna untuk memprediksi luas

area dan produksi komoditas pertanian, penetapan centra pertanian, pemetaan

potensi sumberdaya lahan, pengembangan agroindustri, dan agropolitan, serta

prediksi sebaran hama dan penyakit tanaman. Produk SIG yang dibuat pada skala

besar (detil) dan menggunakan data masukan beresolusi tinggi memberikan

keakuratan hasil (produk) yang tinggi, namun daerah cakupan produk SIG

umumnya tidak terlalu luas. Produk SIG yang dibuat dengan skala kecil serta

menggunakan data masukan beresolusi rendah umumnya mempunyai tingkat

keakuratan hasil yang rendah, namun mencakup daerah pemetaan yang luas.

Pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian sekarang ini banyak didukung oleh

kemajuan teknologi kedirgantaan yang menghasilkan berbagai citra muka bumi

dengan resolusi yang sangat tinggi serta mudah diakses oleh setiap orang, seperti

foto udara dan citra satelit yang mampu menampilkan secara detil vegetasi

penutup tanah.

Gambaran kajian yang mendukung optimalisasi lahan dalam bidang

pertanian melalui analisis sistem informasi geografi :

1. Kajian Erosi Tanah, Kajian erosi tanah diperlukan data-data yang berkaitan

dengan faktor-faktor penyebab erosi, seperti : data curah hujan harian selama 5

sampai 10 tahun terakhir, data sifat dan karakteristik tanah untuk menghitung

besarnya erodibiltas tanah, data panjang dan derajad lereng, data vegetasi dan

pertanaman yang diusahakan dan data tindakan konservasi tanah yang sudah atau

sedang dikerjakan pada bidang lahan yang dikaji.


2. Kajian Serangan Hama Penyakit Tanaman, Kajian serangan hama penyakit

tanaman data geospasial yang diperlukan antara lain data fisiografi wilayah,

seperti bentuk lahan (landform), kelerengan, jenis tanah, dan sebaran vegetasi/

tanaman,data iklim, terutama curah hujan, intensitas penyinaran matahari, dan

arah angin,data pola penggunaan lahan dan data sosial penduduk, yang meliputi

adat istiadat/ perilaku masyarakat, mata pencaharian, tingkat perekonomian, dan

tingkat pendidikan penduduk.

3. Pembuatan Sarana Pengairan Dan Jaringan Irigasi, Pembuatan sarana

pengairan dan jaringan irigasi diperlukan data geospasial berupa data bentuk lahan

makro, kelerengan dan lithologi, data penggunaan lahan, data sebaran penduduk

dan kepemilikan lahan dan data sumber-sumber air alami, terutama jenis sumber

air, lokasi, dan debit air.

Sejalan dengan kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi,

pemanfaatan SIG dalam bidang pertanian pada saat ini telah mengalami banyak

kemajuan, diantaranya adalah :

1. Untuk perumusan/ penetapan rencana strategi pengembangan pertanian;

2. Prediksi luas panen dan produksi pertanian;

3. Monitoring perubahan tataguna lahan pertanian;

4. Penetapan daerah centra komoditas pertanian unggulan;

5. Evaluasi sumberdaya lahan pertanian;

6. Pembuatan jalur transportasi/ perdagangan komoditas pertanian antar

daerah;

7. Analisis pemasaran sarana produksi pertanian;

8. Sebagai alat bantu analisis spasial berbagai penelitian pertanian; dan


9. Sebagai alat bantu interaksi, komunikasi dan informasi antar petani dan paran

pemerhati pertanian berbagai daerah/ negara.

Proyeksi adalah cara penggambaran garis-garis meridian dan paralel dari

globe ke dalam bidang datar. Contoh sederhana pembuatan peta dengan

menggunakan proyeksi adalah seperti pada waktu kita mengelupas buah jeruk,

kemudian kulit jeruk tersebut kita lembarkan.

Penggambaran peta melalui proyeksi

Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang tidak boleh

terabaikan, yaitu: peta harus equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas

sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. Peta harus

equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama dengan jarak

sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala. Peta harus

konform, yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus dipertahankan

sesuai dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi.

Proyeksi adalah suatu cara dalam usaha menyajikan dari suatu bentuk yang

mempunyai dimensi tertentu ke dimensi lainnya. Dalam hal ini adalah dari bentuk

matematis bumi (Elipsoid atau Elip 3 dimensi) ke bidang 2 dimensi berupa bidang

datar (kertas). Proyeksi peta tidak lain adalah teknik memindahkan bidang

lengkung permukaan bumi ke bidang datar yang berupa peta. Tujuan pokok suatu

proyeksi peta adalah menggambarkan bentuk bola bumi/globe ke bidang datar


yang disebut peta dengan distorsi sekecil mungkin. Seperti telah dijelaskan di

bagian depan, untuk mencapai ketiga syarat ideal suatu proyeksi adalah hal yang

tidak mungkin, dan untuk mencapai suatu syarat saja untuk menggambarkan

seluruh muka bumi juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang mungkin

dipenuhi ialah salah satu syarat saja dan itupun hanya untuk sebagian dari

permukaan bumi. Suatu kompromi atau jalan tengah antara syarat-syarat di atas

bisa diambil, guna memungkinkan membuat kerangka peta yang meliputi wilayah

yang lebih luas.

Macam-macam bidang proyeksi peta dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Menurut Bidang Proyeksinya

1. Proyeksi Azimuthal/zenithal/planar bila bidang proyeksinya berupa

bidangdatar.

Proyeksi zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang datar. Proyeksi

zenital ini sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub, namun akan

mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk

menggambarkan daerah yang berada di sekitar khatulistiwa.

Penggambaran peta melalui proyeksi azimutal.

2. Proyeksi silinder bila bidang proyeksinya berupa silinder atau tabung.


Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Proyeksi

seperti ini sangat baik untuk memetakan daerah yang berada di daerah

khatulistiwa, dan tidak sesuai digunakan untuk memetakan daerah yang

berada di sekitar kutub.

Penggambaran peta melalui proyeksi silinder.

3. Proyeksi kerucut bila bidang proyeksinya berupa kerucut atau cone.

Proyeksi kerucut ini bidang proyeksinya berupa kerucut. Proyeksi

seperti ini sesuai digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada pada

lintang tengah seperti pada negara-negara di Eropa.

Penggambaran peta melalui proyeksi kerucut.

b. Menurut Posisi Bidang Proyeksinya Terhadap Bola Bumi

1. Proyeksi tegak atau normal, jika garis karakteristik bidang proyeksi


berimpitdengan sumbu bola bumi.

2. Proyeksi melintang atau transversal atau equatorial, bila garis

karakteristik bidang proyeksi berpotongan tegak lurus dengan umbu bola

bumi.

3. Proyeksi oblique atau miring, bila garis karakteristik bidang proyeksinya

membentuk sudut lancip dengan sumbu bola bumi.

c. Menurut Sifat Distorsinya

1. Proyeksi ekuidistan, bila jarak di permukaan bumi sama dengan jarak di

peta menurut skalanya.

2. Proyeksi konform, bila sudut/bentuk di permukaan bumi sama dengan

bentuk di peta.

3. Proyeksi ekuivalen, bila luas di permukaan bumi sama dengan luas di

peta setelah diskalakan.

d. Menurut Posisi Pusat Proyeksi

1. Proyeksi Gnomonis, bila pusat bola bumi merupakan pusat sumber

proyeksi.

2. Proyeksi Stereografis, bila pusat sumber proyeksi terletak pada titik di

permukaan bumi.

3. Proyeksi Ortografis, bila pusat sumber proyeksi berasal atau terletak di

tempat yang sangat jauh tidak terhingga sehingga garis-garis proyeksi

dianggap sejajar.

Peta dapat digolongkan berdasarkan bentuknya yaitu:

a. Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk permukaan bumi yang

sebenarnya, misalnya peta relief.


b. Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang datar,

misalnya kertas, kain atau kanvas.

c. Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu pita

magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya

menggunakan komputer. Peta digital dapat ditayangkan melalui monitor

komputer atau layar televisi. Peta digital ini hadir seiring perkembangan

teknologi komputer dan perlatan digital lainnya.

Penyajian gambaran permukaan bumi pada suatu peta datar dapat digolongkan

dalam dua jenis bayangan grafis yaitu:

a. Peta Garis, bayangan permukaan bumi pada peta terdiri atas garis, titik,

dan area yang dilengkapi teks dan simbol sebagai tambahan informasi.

b. Peta Citra/Foto, bayangan permukaan bumi disajikan dalam bentuk

citra/foto yang merupakan informasi berasal dari sensor.

Data dan informasi yang disajikan pada suatu peta tergantung maksud dan tujuan

pembuatannya, sehingga peta dapat dibedakan atas:

a. Peta Topografi, peta yang menyajikan berbagai jenis informasi unsur-

unsur alam dan buatan permukaan bumi dan dapat digunakan untuk

berbagai keperluan pekerjaan. Peta topografi dikenal juga sebagai peta

dasar, karena dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta lainnya. Contoh

peta yang digolongkan sebagai peta topografi.

b. Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan

bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.


c. Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai

kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi

lainnya.

d. Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk

dasar laut.

e. Peta Tematik, peta yang menyajikan unsur/tema tertentu permukaan bumi

sesuai dengan keperluan penggunaan peta tersebut. Data tematik yang

disajikan dapat dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Contoh peta yang

digolongkan sebagai peta tematik.

f. Peta diagram, pada peta ini subyek tematik yang berelasi disajikan dalam

bentuk diagram yang proporsional.

g. Peta distribusi, pada peta ini menggunakan simbol titik untuk menyajikan

suatu informasi yang spesifik dan memiliki kuantitas yang pasti.

h. Peta isoline, pada peta ini menyajikan harga numerik untuk distribusi yang

kontinu dalam bentuk garis yang terhubung pada suatu nilai yang sama.

Jenis peta berdasarkan skalanya

a. Peta kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai dengan

1 : 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah.

b. Peta skala besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai

dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi

c. Peta skala sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000

sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi.

d. Peta skala kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai

dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.


e. Peta geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 :

1.000.000. Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia.

Berdasarkan sumber datanya, peta dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Peta Induk (Basic Map). Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei

langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta

dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam

pembuatan peta-peta lainnya.

b. Peta Turunan (Derived Map). Peta turunan yaitu peta yang dibuat

berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan

survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai

peta dasar.

c. Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek

d. Peta dinamik, yaitu peta yang menggambarkan labil atau meningkat.

Misalnya peta transmigrasi atau urbanisasi, peta aliran sungai, peta

perluasan tambang, dan sebagainya.

e. Peta stasioner, yaitu peta yang menggambarkan keadaan stabil atau tetap.

Misalnya, peta tanah, peta wilayah, peta geologi, dan sebagainya.

Jenis Peta Statistik

a. Peta statistik distribusi kualitatif, adalah peta yang menggambarkan

kevariasian jenis data, tanpa memperhitungkan jumlahnya, contohnya:

peta tanah, peta budaya, peta agama, dan sebagainya.

b. Peta statistik distribusi kuantitatif, adalah peta yang menggambarkan

jumlah data, yang biasanya berdasarkan perhitungan persentase atau pun


frekuensi. Misalnya, peta penduduk, peta curah hujan, peta pendidikan,

dan sebagainya.

Berdasarkan fungsi atau kepentingannya, peta dapat dibedakan menjadi:

a. Peta geografi dan topografi;

b. Peta geologik, hidrologi, dan hidrografi;

c. Peta lalu lintas dan komunikasi;

d. Peta yang berhubungan dengan kebudayaan dan sejarah, misalnya: peta

bahasa, peta ras;

e. Peta lokasi dan persebaran hewan dan tumbuhan;

f. Peta cuaca dan iklim;

g. Peta ekonomi dan statistik.

Secara umum peta dibagi atas beberapa klasifikasi, sebagai berikut :

1. Berdasarkan Sumber Datanya

a. Peta Induk (Basic Map)

Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta

induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga

dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang

dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.

b. Peta Turunan (Derived Map)

Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah

ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini

tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.

2. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan

a. Peta Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di

permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta

menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan. Peta umum

dibagi menjadi 3, sebagai berikut.

1). Peta topografi

Peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya.

Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis

kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat

yang mempunyai ketinggian yang sama. Contoh Peta Kontur

2). Peta chorografi,

Peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang

bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas.

Kumpulan Peta Dalam Atlas sebagian besar termasuk dalam kategori peta

Chorografi

3). Peta dunia

Peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang

sangat luas.

b. Peta Tematik

Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema

tertentu / khusus. Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran

objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.


III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam bidang pertanian sintem informasi geografis dimanfaatkan sebagai

berikut: Untuk perumusan/ penetapan rencana strategi pengembangan

pertanian, Prediksi luas panen dan produksi pertanian, Monitoring

perubahan tataguna lahan pertanian, Penetapan daerah centra komoditas

pertanian unggulan, Evaluasi sumberdaya lahan pertanian, Pembuatan jalur

transportasi/ perdagangan komoditas pertanian antar daerah, Analisis

pemasaran sarana produksi pertanian, Sebagai alat bantu analisis spasial

berbagai penelitian pertanian, dan Sebagai alat bantu interaksi, komunikasi

dan informasi antar petani dan paran pemerhati pertanian berbagai daerah/

Negara.

2. Macam-macam proyeksi yang sering digunakan dalam sistem informasi

geografis adalah Proyeksi Azimuthal/zenithal/planar bila bidang

proyeksinya berupa bidangdatar, Proyeksi silinder bila bidang proyeksinya

berupa silinder atau tabung, Proyeksi kerucut bila bidang proyeksinya

berupa kerucut atau cone.

3. Jenis peta yang sering digunakan yaitu a. Peta Umum yang meliputi peta

topografi, peta chorografi dan peta dunia dan b. Peta Tematik


DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information A Management Persfektive. Ottawa


:WDL, Publication.

Tor Bernhardsen. 1992. Geographics Information Systems. Viak IT, Arendal,


Norway

http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/08/jenis-jenis-peta.html

http://sainsmini.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-dan-jenis-jenis-proyeksi-
peta.html

Anda mungkin juga menyukai