Anda di halaman 1dari 2

Pandangan Islam terhadap Media Sosial

Islam adalah agama yang berasaskan hukum-hukum yang salah satu diantaranya yaitu fiqh
sebagai hasil dari mujtahid seorang ulama mengenai ayat ayat alquran, islam pun memudahkan
bagi umatnya terhadap persoalan-persoalan fiqh ya ng berbeda pada kajian sesuai ruang dan waktu,
mengacu berdasarkan kaidah ushul fiqh tentang teknologi yang lebih umum media sosial, berikut
uraiannya.

Sebagaimana sifat dasar teknologi, pada dasarnya mereka dihadirkan untuk


mempermudah, mempercepat dan mempermurah sampainya informasi kepada pengguna.
Dan teknologi, pada awalnya selalu netral. Maka di tangan penggunanyalah, sebenarnya
teknologi itu akan digunakan untuk apa. Manfaat dan mudharatnya, positif dan negatif sebuah
teknologi digunakan.

( Segala
Jika dikaji berdasarkan kaidah Ushul Fiqh dengan kaidah
sesuatu bergantung pada tujuannya) berdasarkan analisi hari ini semakin mudah teknlogi serta
semakin bebasnya akses pengguna maka banyak sekali perbuatan yang positif yang berarti sisi
baik dari suatu media yakni berdakwah atau mengingatkan tentang hal hal yang terjadi pada hari
ini, informasi serta kabar yang begitu cepat, akan tetapi minimnya pengetahuan masyarakat
sehingga membuat percaya begitu saja atas apa yang disampaikan contoh hal menggunakan
broadcast pada media seperti whatsapp, BBM. Jika dari segi kaidah ushul fiqh yakni
(Kemudharatan harus dihilangkan) ini jelas bertentangan karena hasil dari dakwah atau
pemberitahuan meyangkut kabar tersebut tersebut benar suatu kebenaran atau kebohongan (hoax)
dan hoax sudah menjadi salah satu permasalahan sisi negative atau kemudharatan dari sebuah
media, adapun lainnya yaitu mengumbar aurat, menipu, pencemaran nama baik, mengumbar
kebencian yang dilakukan melalui media seperti Facebook, Instagram, Path dan lain lainnya yang
berisi seperti status dan foto yang tidak layak karena pengguna media jelas tidak hanya orang
dewasa, tapi akses bebas sehingga anak dibawah umur pun boleh-boleh saja menggunakan media
sosial melalui teknlogi yang canggih seperti gadget.
Maka dari itu salah satu solusina sebenarnya konsep Tabayun yang harus diketahui oleh
masyarakat baik dewasa atau pun yang belum dewasa, sehingga mendapat penjelasan atau bukti
dari suatu permasalahan sehingga masalah tersebut menjadi benar dan real berdasarkan fakta jika
dari sudut pemberitahuan atau dakwah, juga skala penggunaan yang sesuai dalam arti dapat
menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Netralitas sebuah teknologi, yang seharusnya justru dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan
untuk menebar fitnah, kebencian, hoax dan sejenisnya yang berujung pada petaka. Sehingga
konten menjadi kuncinya.
Dan konten, tentu saja dipengaruhi oleh pemilik akun di medsos. Pada beberapa jenis
medsos, dengan keterbatasan ruang untuk mengekspresikan, seringkali tidak cukup untuk memuat
pendapat, ide, gagasan yang menjadi konten akun-nya. Sehingga tidak jarang, kesalah pahaman
muncul disini dan itu kembali terhadap diri pribadi pemulik akun dengan maksud tertertu, tapi
tidak keluar juga dari kebaikan dalam artian maksud yang menyimpang.
Namun yang perlu saya tekankan, kemampuan membuat konten ini, sebenarnya akan
menunjukkan sejauhmana tingkat kedewasaan pemilik akun. Demikian juga ketika menyebarkan
konten-konten yang ada sehingga tidak keluar dari jalur kebaikan atau keluar dari jalur jalur kaidah
ushul fiqh. Dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya dengan arti yang diatas juga
berdasarkan kebutuhan dan maksud pengguna itu sendiri. Karena setiap tempat pasti ada
perbuatannya dan setiap perbuatan pasti ada tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai