HEAT EXCHANGER
1.1. Tujuan Percobaan
Mempelajari salah satu jenis alat Heat Exchanger yang beroperasi secara co-
current dan counter current flow dimana alat tersebut ingin diketahui individual heat
transfer coefficient (hi) berdasarkan hukum Nusselt. Dengan demikian kita dapat
mengetahui harga factor pengotoran atau Fauling Factor (Rd) dari alat tersebut.
1.2. Tinjauan Pustaka
Heat Exchanger (HE) adalah alat pemindah panas yang terkandung dalam suatu
fluida ke fluida yang lain yang membutuhkan panas. Alat pemindah panas sangat
dibutuhkan sekali dalam suatu proses produksi di dalam suatu pabrik yang banyak
menggunakan panas (Kusnarjo, 2010).
Alat penukar panas (Heat Exchanger) dibedakan menjadi:
1. Penukar panas pipa ganda (double pipe heat exchanger)
Penukar paling sederhana adalah pipa ganda atau pipa penukar konsentris. Dimana
arus satu cairan di dalam satu pipa dan cairan lainnya dalam ruang anular antara dua
pipa. Cairan dapat searah atau aliran berlawanan. Exchanger dapat dibuat dari
sepasang panjang tunggal pipa dengan fitting di ujung atau dari sejumlah pipa yang
saling berhubungan secara seri. Jenis alat penukar ini berguna terutama untuk laju
aliran kecil.
2. Penukar panas tipe shell dan tube (shell and tube heat exchanger)
Jika arus yang lebih besar yang terlibat, penukar panas shell dan tube digunakan,
yang merupakan jenis yang paling penting dari penukar panas yang digunakan di
industri. Penukar panas ini menggunakan arus yang kontinyu. Banyak tabung secara
paralel digunakan di mana satu cairan mengalir di dalam tabung tersebut. Tabung
diatur dalam sebuah kemasan, yang menyertakan di shell tunggal dan aliran fluida
lain di luar tabung di sisi shell (Geankoplis, 1993).
1
2
Heat Exchanger tidak dapat melebihi temperature fluida panas yang keluar,
sehingga dipelukan media pendingin atau media pemanas yang banyak.
Gambar 1.2. Sketsa Heat Exchanger parallel flow atau co-current flow
2. Heat Exchanger dengan aliran berlawanan arah (counter-current flow)
Heat Exchanger jenis ini memiliki karakteristik; (panas dan dingin) masuk ke Heat
Exchanger dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan dan keluar
Heat Exchanger pada sisi yang berlawanan.
mekanisme dengan mana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak
tembus cahaya.
2. Perpindahan kalor secara konveksi
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
3. Perpindahan kalor secara radiasi
Radiasi adalah proses dengan mana panas mengalir dari benda yang bersuhu
tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda - benda itu terpisah di lama
ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda - benda tersebut.
Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan panas
dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada fluida yang temperaturnya
lebih rendah.Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung atau
tidak. Maksudnya ialah :
1. Alat penukar kalor yang langsung, ialah dimana fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana
atau ruangan tertentu.
2. Alat penukar kalor yang tidak langsung, ialah dimana fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat atau
peralatan jenis lainnya
Faktor pengotoran atau Fouling Factor (Rd) adalah peristiwa terakumulasinya
padatan yang tidak dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan
fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan,
pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses biologi. Disebut juga angka yang
menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa fluida yang mengalir di
dalam HE. Penyebab terjadinya fouling:
- Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau coke
keras.
- Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak
keras.
Akibat fouling:
5
c= V
...(1.4)
t
.......(1.7)
Mencari Ft dengan rumus:
T1 T2
R=
t 2 t1
...(1.8)
7
t 2 t1
S=
T1 t 1
.......(1.9)
Dengan Grafik 8.1 pada Kern hal. 828 maka akan diperoleh nilai Ft.
Tm = TLMTD Ft
......(1.10)
4. Menghitung Suhu Caloric (Tc dan tc)
T1 T2
Tc =
2
..(1.11)
t 2 t1
tc =
2
...(1.12)
5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh
a. Menghitung Uc
h io h o
Uc =
h io h o
.......(1.13)
b. Menghitung Ud
Q
Ud =
A o TLMTD
......(1.14)
Dimana:
Ao = a L Nt
(1.15)
h. Cp h h T
Ud=
A o Tm
...........(1.16)
8
C. Tahap percobaan
Secara co-current
- Mengalirkan air panas ke dalam tube dengan cara membuka valve 6
- Mengalirkan air dingin dari tangki supply dalam shell dengan jalan membuka
valve 2, 4, dan 3
- Menjalankan pompa air panas dan air dingin secara bersamaan selama 3 detik
- Mencatat suhu yang masuk dan suhu yang keluar pada fluida panas dan fluida
dingin
- Mengulangi langkah di atas sesuai dengan run yang telah ditentukan yaitu 3, 5, 7
dan 9 detik
Secara counter current
- Mengalirkan air panas ke dalam tube dengan cara membuka valve 6
- Mengalirkan air dingin dari tangki supply dalam shell dengan jalan membuka
valve 1, 4 dan 8
- Menjalankan pompa air panas dan air dingin secara bersamaan selama 3 detik
- Mencatat suhu yang masuk dan suhu yang keluar pada fluida panas dan fluida
dingin
- Mengulangi langkah di atas sesuai dengan run yang telah ditentukan yaitu 3, 5, 7
dan 9 detik.
10
6. Gambar Peralatan
Tabel 1.2. Data pengamatan air dingin melalui shell dan air panas melaluitube pada
aliran co current pada suhu 40C
Run Waktu (detik) T1 (C) T2 (C) t1 (C) t2 (C)
1 41 38 26 34
3
2 41 37.5 24 34
1 42 36 24 34
5
2 42.5 37 24 34
1 44 39 24 34
7
2 44 39 24 32
1 44 39 24 31
9
2 42 39 26 30
Tabel 1.3. Data pengamatan air dingin melalui shell dan air panas melalui tube pada
aliran counter current pada suhu 40C
1 42 39 30 33
3
2 42 39 30 32
1 43 39 30 31
5
2 43 39.5 30.5 32
1 42.5 39 30.5 33
7
2 42.5 39 30.5 33
Tabel 1.5. Hasil perhitungan suhu rata-rata pada air dingin melalui shell (t) dan air panas melalui tube (T) pada aliran secara Counter
current
1.8.2. Hasil perhitungan laju alir pada air panas ( h ) melalui tube dan air dingin ( c ) melalui shell pada aliran co - current
Run
Waktu Volume (lbm/ft3) cp (Btu/lbm.oF) (lbm/jam.ft) k(Btu/jam.lbm.oF) Q (ft3/jam)
(detik) (L) Shell Tube Shell Tube Shell Tube Shell Tube Shell Tube
1 62.7000 62.8504 1.9990 0.9981 2.52000 2.2433 1245.6000 1239.1200 77.2500 411.5906
3 1.75
2 62.2790 62.8576 0.9990 0.9981 2.42280 2.2212 1242.3600 1238.7600 77.2500 218.8798
1 62.2790 62.8648 0.9990 0.9980 2.42280 2.2284 1242.3600 1238.0400 68.0714 112.5078
5 2.7
2 62.2790 62.8432 0.9990 0.9981 2.42280 2.2104 1242.3600 1239.8400 68.0714 122.7657
1 62.2790 62.7928 0.9990 0.9981 2.42280 2.1708 1242.3600 1244.5200 66.0000 131.0380
7 3.55
2 62.2880 62.7928 0.9990 0.9981 2.46240 2.1708 1239.1200 1244.5200 66.0000 104.8455
1 62.2925 62.7928 0.9990 0.9981 2.48040 2.1708 1237.6800 1244.5200 60.8800 84.6292
9 4.31
2 62.2280 62.8216 0.9990 0.9981 2.48040 2.1960 1239.1200 1242.0000 60.8800 80.4788
1.8.4. Hasil perhitungan laju alir pada air panas ( h ) melalui tube dan air dingin ( c ) melalui shell pada aliran counter - current
Run
Waktu Volume (lbm/ft3) cp (Btu/lbm.oF) (lbm/jam.ft) k(Btu/jam.lbm.oF) Q (ft3/jam)
(detik) (L) Shell Tube Shell Tube Shell Tube Shell Tube Shell Tube
1 62.2790 62.8216 0.9990 0.9981 2.4228 2.1960 124.2360 1242.0000 77.2500 76.6518
3 1.75
2 62.2700 62.8216 0.9990 0.9981 2.2320 2.1960 124.5600 1242.0000 77.2500 51.0938
1 62.2655 62.8072 0.9990 0.9981 2.3652 2.1852 124.7400 1243.0800 68.0714 16.8863
5 2.7
2 62.2588 62.8000 0.9990 0.9981 2.3364 2.1780 124.9560 1243.8000 68.0714 28.9481
1 62.2543 62.8144 0.9990 0.9981 2.3148 2.1888 125.1360 1242.3600 66.0000 46.7646
7 3.55
2 62.2543 62.8144 0.9990 0.9981 2.3148 2.1888 125.1360 1242.3600 66.0000 46.7646
1 62.2543 62.8216 0.9990 0.9981 2.3148 2.1960 125.1360 1242.0000 60.8800 37.7404
9 4.31
2 62.2498 62.8288 0.9990 0.9981 2.2968 2.1996 125.2800 1241.2800 60.8800 46.9570
16
1.9. Pembahasan
1. Hubungan antara NNu dengan hi
Hubungan antara bilangan Nusselt (NNu) dengan koefisien perpindahan panas individual dalam tube (hi) secara teori adalah berbanding
lurus. Hal ini sesuai dengan rumus:
k
h i N Nu
di
2. Hubungan antara Ud dengan Rd
Hubungan antara koefisien pepindahan panas total (Ud) dengan faktor kekotoran (Rd) secara teori adalah berbanding terbalik. Hal ini
sesuai dengan rumus:
Uc Ud
Rd
Uc Ud
3. Faktor Kekotoran dari Heat Exchanger
Dari percobaan co-current didapatkan data sebagai berikut:
Rd hitung pada 3 detik sebesar : 0.0017Btu/h.ft2.F
Rd hitung pada 5 detik sebesar : 0.0015 Btu/h.ft2.F
Rd hitung pada 7 detik sebesar : 0.0038 Btu/h.ft2.F
Rd hitung pada 9 detik sebesar : 0.0079 Btu/h.ft2.F
Dari percobaan counter current didapatkan data sebagai berikut :
Rd hitung pada 3 detik sebesar : 0.0094 Btu/h.ft2.F
Rd hitung pada 5 detik sebesar : 0.0241 Btu/h.ft2.F
20