Anda di halaman 1dari 42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment)

dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005).

Pretest Intervensi Postest

Kelompok Intervensi O1 X O2

Kelompok Kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 : pretest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot

pestisida

X : dilakukan penyuluhan yaitu tentang penyemprotan pestisida

O2 : postest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot

pestisida

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

Waktu penelitian bulan November 2010 sampai bulan Februari tahun 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bekerja

sebagai petani jeruk , sebanyak 134 kk.


3.3.2 Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan

sampel yang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja. Penggunaan

teknik ini berdasarkan kepada pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah

didapat sebelumnya (Mardalis, 1995). Adapun ciri-ciri atau kriteria yang ditentukan

dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Merupakan petani jeruk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe

Kabupaten Karo.

2. Melakukan kegiatan penyemprotan pestisida.

3. Bersedia menjadi sampel.

4. Berdasarkan efektifitas penyuluhan.

Dari kriteria di atas di peroleh sampel sebanyak 40 kk. Sampel untuk kelompok

intervensi 20 kk dan sampel untuk kelompok kontrol 20 kk. Menurut Gay dalam

Hasan (2002), ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan metode

penelitian experimental adalah 15 sampel per kelompok.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang penyemprotan

pestisida yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Serdang Kecamatan

Barusjahe Kabupaten Karo.


3.5. Tahapan Penelitian

Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi :

1. Melakukan survei pendahuluan pada bulan November 2010 untuk

mengetahui karakteristik responden yang akan dipilih sebagai

responden.

2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan

dan mengambil profil Desa Serdang di kantor kepala desa.

3. Pada bulan Januari 2011, sebelum penyuluhan dilakukan pre-test

tentang pengetahuan dan sikap petani tentang penyemprotan pestisida

dengan menggunakan kuesioner pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

4. Melakukan penyuluhan setelah pre-test pada kelompok intervensi

dengan metode ceramah dan pembagian leaflet tentang penyemprotan

pestisida yang telah dipersiapkan.

5. Setelah seminggu pre-test pada kelompok kontrol dilakukan post-test

dan pada kelompok intervensi setelah penyuluhan langsung dilakukan

post-test.

3.6. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penelitian dalam penelitian ini, maka penulis

memberi batasan sebagai berikut:

1. Penyuluhan adalah penyampaian keterangan atau informasi melalui

pertemuan langsung peneliti dengan petani jeruk.


2. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit

pada tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil petanian.

3. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat.

4. Penyemprotan pestisida adalah kegiatan mengaplikasikan pestisida dengan

cara disemprot.

5. Kelompok intervensi adalah kelompok yang diberi perlakukan (penyuluhan

pestisida).

6. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakukan (penyuluhan

pestisida).

7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden (petani

jeruk) tentang cara menggunakan pestisida dan efek negatif dari penggunaan

pestisida terhadap kesehatan.

8. Sikap adalah respon atau tanggapan petani terhadap pestisida dan efek negatif

pestisida terhadap kesehatan.

3.7. Aspek Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dan sikap dilakukan berdasarkan perolehan skor nilai

dari pertanyaan yang diajukan, dimana jika menjawab a diberi skor 0 dan

jawaban b diberi skor 1.

Skala pengukuran pengetahuan dan sikap didasarkan pada jawaban responden

dari semua pertanyaan yang diberikan:


1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari seluruh skor yang

ada.

2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 40%-75% dari seluruh skor

yang ada.

3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai <40% dari seluruh skor yang

ada.

1. Pengetahuan

Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran

pengetahuan responden adalah:

a. Tingkat pengetahuan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan

dengan total skor > 15.

b. Tingkat pengetahuan sedang jika responden mampu menjawab

pertanyaan dengan total skor 8 15.

c. Tingkat pengetahuan kurang jika responden menjawab pertanyaan

dengan total skor < 8.

2. Sikap

Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran sikap

responden adalah:

a. Tingkat sikap baik jika responden mampu menjawab pertanyaan

dengan total skor > 15.

b. Tingkat sikap sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan

dengan total skor 8 15.


c. Tingkat sikap kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan total

skor < 8.

3.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan bantuan komputer, dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan.

2. Koding, mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberi

kode tertentu.

3. Entri data

3.9. Analisis Data

Data di analisis dengan menggunakan uji statistik yaitu Paired Sample T-test

untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Penarikan kesimpulan yang

dilakukan didasarkan pada taraf signifikansi p<0,05.

Analisis hasil juga dilakukan dengan cara distribusi frekuensi, tabel dan grafik

kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan

penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Daerah penelitian adalah Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo,

Desa Serdang memiliki luas wilayah adalah 728 Ha, dimana Desa Serdang

merupakan daerah pertanian dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pertumbuken

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barusjahe

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penampen

4.1.2. Data Demografi

A. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe pada tahun 2010

sebanyak 862 jiwa.

B. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Serdang dapat dilihat

pada table 4.1 berikut :

Table 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa


Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase(50%)
1. Laki-laki 431 50,0
2. Perempuan 431 50,0
Jumlah 862 100
Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 431 jiwa (50 %) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 431 jiwa

(50 %).

C. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Table 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa


Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010
No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1. Petani 457 53,0
2. Wiraswasta 8 0.9
3. PNS 10 1.2
4. Tidak Bekerja 382 44.3
5. Lainnya 5 0.6
Jumlah 862 100
Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Serdang paling

banyak bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 457 jiwa (53,0%) dan penduduk yang

paling sedikit adalah yang memiliki pekerjaan lainnya seperti supir atau pekerjaan

tidak tetap ada sebanyak 5 orang (0,6%).

D. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Distribusi penduduk Desa Serdang berdasarkan agama dapat dilihat pada table

4.3 berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Serdang


Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010
No. Agama Jumlah Persentase (%)
1. Protestan 509 59,0
2. Katolik 313 36,3
3. Islam 40 4,6
Jumlah 862 100
Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Serdang paling

banyak adalah menganut agama Protestan sebanyak 509 jiwa (59 %) dan penduduk

yang paling sedikit adalah menganut agama Islam yaitu sebanyak 40 jiwa (4,6 %).

E. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku

Distribusi penduduk berdasarkan suku bangsa di Desa Serdang Kecamatan

Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa


Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010
No. Suku Bangsa Jumlah Persentase (%)
1. Karo 848 98,4
2. Jawa 7 0,8
3. Batak 3 0,3
4. Nias 3 0,3
5. Mandailing 1 0,1
Jumlah 862 100
Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe memiliki 5 jenis suku yaitu suku Karo, Jawa, Batak, Nias, dan

Mandailing. Penduduk yang paling banyak adalah suku Karo yaitu sebanyak 848 jiwa

( 98,4 %), sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah suku Mandailing sebanyak

1 jiwa (0,1 %).

4.2. Data Karakteristik Responden

4.2.1. Jenis Kelamin Responden

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Serdang Kecamatan

Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :


Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Jenis Kelamin Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
Laki-Laki 19 95,0 18 90 37 92,5
Perempuan 1 5,0 2 10 3 7,5
Jumlah 20 100 20 100 40 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden pada penelitian ini

lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dari pada berjenis kelamin perempuan yaitu

jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (95%) pada kelompok intervensi dan 18

orang (90%) pada kelompok kontrol. Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 1

orang (5%) pada kelompok intervensi dan 2 orang (10%) pada kelompok kontrol.

Untuk keseluruhan responden dari 40 responden terdiri dari 37 orang (92,5%)

yang berjenis kelamin laki-laki dan 3 orang (7,5%) jenis kelamin perempuan.

4.2.2. Umur Responden

Distribusi responden berdasarkan umur di Desa Serdang Kecamatan

Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa Serdang


Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Umur Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
20-29 3 15,0 3 15,0 6 15,0
30-39 8 40,0 6 30,0 14 35,0
40-49 7 35,0 9 45,0 16 40,0
50-59 1 5,0 2 10,0 3 7,5
60-69 1 5,0 - - 1 2,5
Jumlah 20 100 20 100 40 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak pada

kelompok intervensi ada pada kelompok umur 30-39 dengan jumlah 8 orang (40%)

dan pada kelompok kontrol ada pada kelompok umur 40-49 dengan jumlah 9 orang
(45%). Sedangkan paling sedikit pada kelompok intervensi adalah pada kelompok

umur 50-59 dan 60-69 dengan jumlah masing-masing 1 orang (5%) serta pada

kelompok kontrol adalah pada kelompok umur 50-59 dengan jumlah 2 orang (10%).

Untuk keseluruhan responden dari 40 responden paling banyak pada

kelompok umur 40-49 dengan jumlah 16 orang (40%) dan yang paling sedikit pada

kelompok umur 60-69 dengan jumlah 1 orang (2,5%).

4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.7berikut :

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa


Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Pendidikan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
Tamat SD 7 35,0 5 25,0 12 30,0
Tamat SLTP 5 25,0 7 35,0 12 30,0
Tamat SLTA 8 40,0 7 35,0 15 37,5
Tamat PT/Akademi - - 1 5,0 1 2,5
Jumlah 20 100 20 100 40 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak

memiliki tingkat pendidikan SLTA pada kelompok intervensi yaitu 8 orang (40%)

dan pada kelompok kontrol dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA yang

masing-masing berjumlah 7 orang (35%). Sedangkan yang paling sedikit memiliki

pendidikan SLTP sebanyak 5 orang (25%) pada kelompok intervensi dan pendidikan

tamat PT/Akademi sebanyak 1 orang (5%) pada kelompok kontrol.

Untuk keseluruhan responden yang terdiri dari 40 orang paling banyak

memiliki pendidikan SLTA yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan paling sedikit

memiliki pendidikan tamat PT/Akademi yaitu sebanyak 1 orang (2,5%).


4.2.4. Lamanya Bekerja

Lamanya responden bekerja dalam hal penggunaan pestisida dapat dilihat

pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja di


Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Lamanya Bekerja Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
1-10 6 30 10 50 16 40,0
11-20 11 55 8 40 19 47,5
21-30 3 15 2 10 5 15,5
Jumlah 20 100 20 100 40 100

Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak

pada kelompok intervensi sebanyak 11 orang (55%) dengan lama bekerja dalam hal

penggunaan pestisida adalah dari 11 tahun sampai 20 tahun, sedangkan pada

kelompok kontrol responden yang terbanyak yaitu 10 orang (50%) dengan lama

bekerja dalam hal penggunaan pestisida adalah dari 1 tahun sampai 10 tahun.

Responden pada kelompok intervensi yang paling sedikit berjumlah 3 orang (15%)

dan kelompok kontrol dengan jumlah 2 orang (10%) dengan lama bekerja dalam

penggunaan pestisida dari 21 tahun sampai 30 tahun.

Untuk keseluruhan responden yang terdiri dari 40 orang paling banyak yaitu

sebanyak 19 orang (47,5%) dengan lama bekerja 11tahun sampai 20 tahun dan yang

paling sedikit yaitu sebanyak 5 orang (15,5%) dengan lama bekerja 21 tahun sampai

30 tahun.
4.3. Analisa Data

4.3.1. Analisa Univariat

4.3.1.1. Pengetahuan

Indikator pengetahuan diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Berikut

adalah distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan

sebelum dan setelah penyuluhan (Tabel 4.9):

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Serdang


Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
1. Sumber pestisida yang dapat
digunakan
Jawaban Benar 11 55 11 55 11 55 20 100
Jawaban Salah 9 45 9 45 9 45 0 0
2. Tempat penyimpanan pestisida
Jawaban Benar 13 65 13 65 17 85 20 100
Jawaban Salah 7 35 7 35 3 15 0 0
3. Pestisida berbahaya jika diangkut
bersama makanan
Jawaban Benar 17 85 19 95 16 80 19 95
Jawaban Salah 3 15 1 5 4 20 1 5
4. APD (Alat Pelindung Diri) yang
harus dipakai
Jawaban Benar 20 100 20 100 17 85 20 100
Jawaban Salah 0 0 0 0 3 15 0 0
5. Waktu APD harus dipakai
Jawaban Benar 12 60 12 55 13 65 20 100
Jawaban Salah 8 40 8 45 7 35 0 0
6. Pencampuran pestisida yang
dianjurkan
Jawaban Benar 15 75 15 75 14 70 20 100
Jawaban Salah 5 25 5 25 6 30 0 0
7. Tempat penakaran, pengeceran
atau pencampuran pestisida
Jawaban Benar 18 90 18 90 19 95 19 95
Jawaban Salah 2 10 2 10 1 5 1 5
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
8. Pencampuran pestisida dengan
alat khusus
Jawaban Benar 19 95 20 100 20 100 20 100
Jawaban Salah 1 5 0 0 0 0 0 0
9. Waktu untuk melakukan
penyemprotan
Jawaban Benar 9 45 14 70 11 55 20 100
Jawaban Salah 11 55 6 30 9 45 0 0
10. Apakah tanaman jeruk bisa
keracunan
Jawaban Benar 10 50 10 50 14 70 20 100
Jawaban Salah 10 50 10 50 6 30 0 0
11. Tujuan penyemprotan
Jawaban Benar 6 30 6 30 11 55 20 100
Jawaban Salah 14 70 14 70 9 45 0 0
12. Sisa pencampuran pestisida harus
dikubur
Jawaban Benar 13 65 14 70 12 60 20 100
Jawaban Salah 7 35 6 30 8 40 0 0
13. Aktivitas yang seharusnya
dilakukan setelah selesai
penyemprotan
Jawaban Benar 20 100 20 100 20 100 20 100
Jawaban Salah 0 0 0 0 0 0 0 0
14. Kondisi cuaca tidak dapat
dilakukan penyemprotan
Jawaban Benar 20 100 20 100 16 80 20 100
Jawaban Salah 0 0 0 0 4 20 0 0
15. Pakaian harus dicuci setelah
penyemprotan
Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100
Jawaban Salah 1 5 1 5 1 5 0 0
16. Akibat pestisida terhadap
kesehatan
Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100
Jawaban Salah 2 5 1 5 1 5 0 0
17. Pestisida tertelan dapat
menyebabkan keracunan
Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100
Jawaban Salah 1 5 1 5 1 5 0 0
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
18. Keracunan pestisida dapat melalui
kulit
Jawaban Benar 16 80 19 95 18 90 20 100
Jawaban Salah 4 20 1 5 2 10 0 0
19. Keracunan pestisida dapat melalui
mata
Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100
Jawaban Salah 1 5 1 5 1 5 0 0
20. Keracunan pestisida dapat melalui
pernafasan
Jawaban Benar 19 95 19 95 20 100 20 100
Jawaban Salah 1 5 1 5 0 0 0 0

Berdasarkan tabel 4.9. di atas diketahui bahwa pada pertanyaan pertama

tentang pestisida yang dapat digunakan yaitu pestisida yang terdaftar dan mendapat

izin dari dinas pertanian, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol

tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi

responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal ini

menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi

atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang sumber pestisida yang

dapat digunakan.

Pada pertanyaan kedua tentang pestisida harus disimpan di tempat khusus

dengan wadah asli dan jauh dari jangkauan anak-anak, responden yang menjawab

benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test.

Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat

dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan
responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang

menjadi tahu tentang tempat penyimpanan pestisida.

Pada pertanyaan ketiga tentang pestisida berbahaya jika diangkut bersama

makanan atau bahan makanan, responden yang menjawab benar pada kelompok

kontrol meningkat dari 85% menjadi 95%. Sedangkan pada kelompok intervensi,

responden yang menjawab benar meningkat dari 80% menjadi 95%. Hal ini

menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol

maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi

tahu tentang pengangkutan pestisida berbahaya jika diangkut bersama bahan

makanan.

Pertanyaan keempat tentang alat pelindung diri yang harus dipakai saat

penyemprotan berupa sarung tangan, masker, pelindung mata, pelindung kepala,

sepatu boot dan pakaian kerja, responden yang menjawab benar pada kelompok

kontrol tetap 100%. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab

benar meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan

pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah

responden yang menjadi tahu tentang alat pelindung diri yang harus dipakai.

Pada pertanyaan kelima tentang alat pelindung diri harus dipakai saat

mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan, responden yang menjawab benar

pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan

pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 65%

menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada

kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang
alat pelindung diri harus dipakai saat mencampur, menyemprot dan mencuci

peralatan.

Pada pertanyaan keenam tentang pencampuran pestisida harus sesuia dengan

anjuran yang ada pada kemasan pestisida, responden yang menjawab benar pada

kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada

kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 70% menjadi

100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada

kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang

pencampuran pestisida harus sesuai dengan anjuran yang ada pada kemasan pestisida.

Selanjutnya pada pertanyaan ketujuh tentang penakaran, pengeceran atau

pencampuran pestisida harus dilakukan di ruang terbuka, responden yang menjawab

benar pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-

test dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan pengetahuan

responden. Sedangkan pada pertanyaan kedelapan tentang pencampuran pestisida

harus dengan alat khusus, responden yang menjawab benar meningkat dari 95%

menjadi 100% dan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar tetap

100%.

Pada pertanyaan kesembilan tentang waktu penyemprotan sebaiknya pagi jam

08.00-11.00 WIB atau sore jam 15.00-18.00 WIB, responden yang menjawab benar

pada kelompok kontrol meningkat dari 45% menjadi 70% dan pada kelompok

intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal

ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok

kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang
menjadi tahu tentang waktu penyemprotan sebaiknya pagi jam 08.00-11.00 WIB atau

sore jam 15.00-18.00 WIB.

Pada pertanyaan kesepuluh tentang tanaman jeruk bisa keracunan pestisida,

responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-

test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab

benar meningkat dari 70% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan

pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah

responden yang menjadi tahu tentang tanaman jeruk bisa keracunan pestisida.

Pada pertanyaan kesebelas tentang tujuan penyemprotan adalah

mengendalikan serangan hama, responden yang menjawab benar pada kelompok

kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok

intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal

ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi

atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang tujuan penyemprotan.

Pada pertanyaan kedua belas tentang sisa pencampuran pestisida setelah

penyemprotan sebaiknya dikubur dibawah tanah sedalam 40cm, responden yang

menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 65% menjadi 70%.

Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat

dari 60% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan

responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau

penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang sisa pencampuran pestisida

harus dikubur.
Selanjutnya pada pertanyaan ketiga belas tentang setelah penyemprotan harus

mandi, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak

terjadi perubahan pengetahuan responden. Sedangkan pada pertanyaan keempat belas

tentang penyemprotan tidak dapat dilakukan pada saat cuaca hujan dan matahari

terik, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tetap 100%.

Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat

dari 80% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan

responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang

menjadi tahu tentang penyemprotan tidak dapat dilakukan pada saat cuaca hujan dan

matahari terik.

Pada pertanyaan kelima belas tentang pakain sewaktu penyemprotan langsung

dicuci selesai penyemprotan, responden yang menjawab benar pada kelompok

kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok

intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal

ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi

atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pakaian langsung

dicuci selesai penyemprotan.

Pada pertanyaan keenam belas tentang pestisida dapat menyebabkan

keracunan pada manusia, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol

tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi

responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini

menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi


atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pestisida dapat

menyebabkan keracunan pada manusia.

Pada pertanyaan ketujuh belas tentang pestisida tertelan dapat menyebabkan

keracunan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah

pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang

menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi

perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi tentang pestisida telan

dapat menyebabkan keracunan.

Selanjutnya pada pertanyaan ke delapan belas tentang pestisida dapat

menyebabkan keracunan lewat kulit, responden yang menjawab benar pada

kelompok kontrol meningkat dari 80% menjadi 95%. Sedangkan pada kelompok

intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 90% menjadi 100%. Hal

ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok

kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang

menjadi tahu tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat kulit.

Pada pertanyaan kesembilan belas tentang pestisida terkena mata dapat

menyebabkan keracunan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol

tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi

responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini

menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi

tentang pestisida terkena mata dapat menyebabkan keracunan. Sedangkan pada

pertanyaan kedua puluh tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat

pernafasan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak

terjadi perubahan pengetahuan responden.

Bila distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan

sebelum dan setelah penyuluhan digambarkan maka dapat dilihat pada gambar 4.1.

dan gambar 4.2. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel

pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok kontrol dapat dilihat

pada gambar 4.1. berikut :

Gambar 4.1. Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Pada


Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten
Karo Tahun 2011

Sedangkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel

pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok intervensi dapat dilihat

pada gambar 4.2. berikut :


Gambar 4.2. Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe
Kabupaten Karo Tahun 2011

Jika variabel pengetahuan responden di distribusikan berdasarkan kategori

pengetahuan dapat di lihat pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori


Pengetahuan Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang
Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
1. Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Sedang 7 35 7 35 7 35 0 0
3. Baik 13 65 13 65 13 65 20 100
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100

4.3.1.1. Sikap

Indikator sikap diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Berikut

merupakan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum

dan setelah penyuluhan (tabel 4.11):


Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Serdang Kecamatan
Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
1. Membaca petunjuk pemakaian
sebelum menggunakan pestisida
Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100
Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Pestisida yang digunakan harus
memiliki ijin dari Dinas Pertanian
Setuju 10 50 12 60 10 50 19 95
Tidak setuju 10 50 8 40 10 50 1 5
3. Pestisida harus disimpan di
tempat khusus
Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100
Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Pestisida berbahaya diangkut
bersama makanan
Setuju 18 90 17 85 15 75 20 100
Tidak setuju 2 10 3 15 5 25 0 0
5. Pencampuran pestisida harus
sesuai anjuran pada kemasan
Setuju 15 75 14 70 10 50 20 100
Tidak setuju 5 25 6 30 10 50 0 0
6. Penakaran, pengeceran atau
pencampuran pestisida harus
ditempat terbuka
Setuju 19 95 20 100 20 100 20 100
Tidak setuju 1 5 0 0 0 0 0 0
7. Anak-anak tidak diijinkan
disekitar tempat penyemprotan
Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100
Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
8. Dosis yang digunakan sesuai
petunjuk pemakaian
Setuju 13 65 13 65 13 65 20 100
Tidak setuju 7 35 7 35 7 35 0 0
9. Memakai alat pelindung diri
(APD) ketika melakukan
penyemprotan
Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100
Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
10. Jenis alat pelindung diri (APD)
yang cocok adalah masker,
penutup kepala, dan penutup
seluruh badan
Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100
Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
11. Pada saat menyemprot tidak
makan dan minum
Setuju 19 95 20 100 17 85 20 100
Tidak setuju 1 5 0 0 3 15 0 0
12. Menyemprot mengikuti arah
angin
Setuju 18 90 17 85 19 95 20 100
Tidak setuju 2 10 3 15 1 5 0 0
13. Menyemprot sebaiknya pada saat
hujan
Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak setuju 20 100 20 100 20 100 20 100
14. Menyemprot pada saat terik
matahari
Setuju 10 50 8 40 10 50 0 0
Tidak setuju 10 50 12 60 10 50 20 100
15. Menyemprot pada saat angin
kencang
Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak setuju 20 100 20 100 20 100 20 100
16. Pencampuran pestisida sebaiknya
menggunakan kayu
Setuju 19 95 19 95 20 100 20 100
Tidak setuju 1 5 1 5 0 0 0 0
17. Setelah penyemprotan pestisida
sebaiknya mencuci tangan pakai
sabun
Setuju 20 100 20 100 19 95 20 100
Tidak setuju 0 0 0 0 1 5 0 0
18. Pakaian saat penyemprotan tidak
dipakai dalam pekerjaan
selanjutnya
Setuju 14 70 16 80 15 75 20 100
Tidak setuju 6 30 4 20 5 25 0 0
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
19. Pengelolaan pestisida yang tidak
baik dapat menyebabkan
gangguan kesehatan
Setuju 19 95 19 95 17 85 20 100
Tidak setuju 1 5 1 5 3 15 0 0
20. Petani mengikuti penyuluhan
penggunaan pestisida
Setuju 20 100 19 95 20 100 20 100
Tidak setuju 0 0 1 5 0 0 0 0

Berdasarkan tabel 4.11. di atas diketahui pada pernyataan pertama yang

menyatakan agar membaca petunjuk pemakaian sebelum menggunakan pestisida,

responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang

tidak diberi perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi

perlakuan (penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%.

Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada

pernyataan kedua yang menyatakan pestisida yang dapat digunakan harus pestisida

yang terdaftar atau memiliki ijin dari dinas pertanian, responden yang menyatakan

setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 50% menjadi 60% dan pada kelompok

intervensi meningkat dari 50% menjadi 95%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan

paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang menjadi lebih baik

tentang sumber pestisida yang dapat digunakan.

Pada pernyataan ketiga yang menyatakan pestisida harus ditempatkan di

tempat khusus dan tidak mudah dijangkau anak-anak serta harus disimpan di wadah

aslinya, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun

kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal
ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan

keempat yang menyatakan pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan

makanan atau bahan makanan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok

kontrol menurun dari 90% menjadi 85% tetapi pada kelompok intervensi meningkat

dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan sikap responden

pada kelompok intervensi yang menjadi lebih baik tentang pestisida berbahaya jika

diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan.

Pada pernyataan kelima yang menyatakan pencampuran satu jenis pestisida

tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida,

responden yang setuju pada kelompok kontrol menurun dari 75% menjadi 70% tetapi

pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan

perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan

yang menjadi lebih baik sikapnya tentang pencampuran satu jenis pestisida tidak

dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida.

Selanjutnya pada pernyataan keenam yang menyatakan penakaran,

pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di luar

ruangan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari

95% menjadi 100% dan pada kelompok intervensi sikap responden tidak berubah

yaitu tetap 100% setuju. Sedangkan pada pernyataan ketujuh yang menyatakan anak-

anak tidak diijinkan berada di sekitar tempat penyemprotan pestisida, responden yang

menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi

perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan


(penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini

menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden.

Pada pernyataan kedelapan yang menyatakan dosis pestisida yang digunakan

harus sesuai dengan petunjuk pemakaian, responden yang menyatakan setuju pada

kelompok kontrol tidak berubah saat pre-test dan post-test yaitu 65% tetapi

responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi meningkat dari 65%

menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden pada kelompok

intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik sikapnya tentang

dosis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk pemakaian. Sedangkan

pada pernyataan kesembilan yang menyatakan ketika melakukan penyemprotan

sebaiknya menggunakan alat pelindung diri, responden yang menyatakan setuju baik

pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan maupun

kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan (penyuluhan) tidak

berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada

perubahan sikap responden.

Pernyataan kesepuluh yang menyatakan jenis alat pelindung diri yang cocok

digunakan adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan, responden

yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi

tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak

ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan kesebelas yang

menyatakan pada saat penyemprotan sebaiknya tidak makan, minum, dan merokok,

responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 95%

menjadi 100% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal
ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap

responden yang menjadi lebih baik tentang saat penyemprotan sebaiknya tidak

makan, minum, dan merokok. Sedangkan pada pernyataan kedua belas yang

menyatakan menyemprot sebaiknya mengikuti arah angin, responden yang

menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 90% menjadi 85% tetapi

pada kelompok intervensi meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan

terjadi perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan

penyuluhan menjadi lebih baik tentang menyemprot sebaiknya mengikuti arah angin.

Pada pernyataan ketiga belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada

saat hujan, responden yang tidak setuju baik pada kelompok kontrol maupun

kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal

ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan

keempat belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada saat terik matahari,

responden yang tidak setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 50% menjadi

60% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 100%. Hal ini

menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap

responden menjadi lebih baik tentang menyemprot pada saat terik matahari.

Selanjutnya pada pernyataan kelima belas yang menyatakan menyemprot

sebaiknya pada saat angin kencang, responden yang menyatakan setuju baik pada

kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan

post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Dan

pada pernyataan keenam belas yang menyatakan pencampuran pestisida sebaiknya

menggunakan kayu, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak
berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 95% dan pada kelompok intervensi

tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak

ada perubahan sikap responden.

Pada pernyataan ketujuh belas yang menyatakan setelah melakukan

penyemprotan pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun,

responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pre-

test dan post-test yaitu 100% tetapi responden yang menyatakan setuju pada

kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan

perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan

yang menjadi lebih baik sikapnya tentang setelah melakukan penyemprotan

pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun. Selanjutnya pada

pernyataan kedelapan belas yang menyatakan pakaian yang dipakai sewaktu

penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain, responden yang

menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 70% menjadi 80% dan

pada kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan

terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang

menjadi lebih baik sikapnya tentang pakaian yang dipakai sewaktu penyemprotan

tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain.

Selanjutnya pada pernyataan kesembilan belas yang menyatakan pengelolaan

pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan, responden yang

menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pre-test dan post-test

yaitu 95% tetapi responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi

meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden
pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik

tentang pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan

kesehatan. Sedangkan pada pernyataan kedua puluh yang menyatakan sebaiknya

setiap petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida, responden yang

menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 100% menjadi 95% tetapi

pada kelompok intervensi tidak berubah yaitu 100% setuju. Hal ini menunjukkan

sikap responden tentang petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida

sudah baik.

Bila distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum

dan setelah penyuluhan digambarkan maka dapat dilihat pada gambar 4.3. dan

gambar 4.4. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum

dan setelah penyuluhan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4.3.

berikut:

Gambar 4.3. Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok
Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun
2011
Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan

setelah penyuluhan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut :

Gambar 4.4. Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok
Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo
Tahun 2011

Jika variabel sikap responden di distribusikan berdasarkan kategori sikap

dapat di lihat pada tabel 4.12 berikut :

Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Sikap


Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang Kecamatan
Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test
n % n % n % n %
1. Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Sedang 3 15 2 10 3 15 0 0
3. Baik 17 85 18 90 17 85 20 100
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
4.3.2. Analisis Bivariat
4.3.2.1. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Petani Jeruk
Dalam Menyemprot Pestisida

Hasil analisa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut :

Tabel 4.13. Perbandingan pre-test dan post-test Pengetahuan Petani Jeruk Dalam
Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang
Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Variabel Mean p
Sebelum 15,70
Pengetahuan 0,107
Sesudah 16,15

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik paired sample t-

test dapat dilihat pada tabel 4.13diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden pada

pre-test sebesar 15,70 dan sesudah seminggu dilakukan post-test tanpa diberi

perlakuan diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden sebesar 16,15. Selain itu

diperoleh nilai probabilitas (p=0,107), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test pada kelompok

kontrol.

Sedangkan hasil penelitian pengaruh penyuluhan pestisida terhadap

pengetahuan responden pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 4.14

berikut :

Tabel 4.14. Perbandingan pre-test dan post-test Pengetahuan Petani Jeruk Dalam
Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang
Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Variabel Mean p
Sebelum 16,25
Pengetahuan 0,000
Sesudah 19,90
Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 4.14 diperoleh nilai

rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 16,25 dan

sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 19,90. Selain itu, diperoleh nilai

probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan

antara sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada

pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot

pestisida.

4.3.2.1. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Petani Jeruk Dalam


Menyemprot Pestisida

Hasil analisa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut :

Tabel 4.15. Perbandingan pre-test dan post-test Sikap Petani Jeruk Dalam
Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang
Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Variabel Mean p
Sebelum 17,70
Sikap 0,287
Sesudah 17,95

Berdasarkan hasil analisisi dengan menggunakan uji statistik paired sample t-

test dapat dilihat pada tabel 4.15 dimana diperoleh nilai rata-rata sikap responden

pada pre-test sebesar 17,70 dan sesudah seminggu dilakukan post-test tanpa diberi

perlakuan diperoleh nilai rata-rata sikap responden sebesar 17,95. Selain itu diperoleh

nilai probabilitas (p=0,287), oleh karena p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test pada kelompok

kontrol.

Sedangkan hasil penelitian pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap

responden pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut :
Tabel 4.16. Perbandingan pre-test dan post-test Sikap Petani Jeruk Dalam
Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang
Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011
Variabel Mean p
Sebelum 17,25
Sikap 0,000
Sesudah 19,95

Berdasarkan hasil analisa yang dapat dilihat pada tabel 4.16 diperoleh nilai

rata-rata sikap responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 17,25 dan sesudah

diberikan penyuluhan meningkat menjadi 19,95. Selain itu, diperoleh nilai

probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap antara

sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada

pengaruh penyuluhan terhadap sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Petani jeruk di Desa Serdang yang melakukan penyemprotan pestisida tidak

hanya dilakukan oleh laki-laki saja tetapi juga oleh sebagian perempuan yang menjadi

kepala rumah tangga meskipun pada umumnya dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan

umur responden berdasarkan hasil penelitian paling banyak adalah 40-49 tahun

(40%), 30-39 tahun (35%), 20-29 tahun (15%), 50-59 tahun (7,5%), dan yang paling

sedikit adalah umur 60-69 tahun (2,5%). Hal ini menunjukkan ada petani yang

berusia lanjut mengaplikasikan pestisida. Usia lanjut merupakan usia yang rentan

terhadap penyakit seperti keracunan pestisida.

Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamat SLTA (37,5%)

kemudian tamat SLTP (30%), tamat SD (30,%), dan yang paling sedikit tamat

PT/Akademi (2,5%). Hal ini menunjukkan semua responden sudah bisa baca dan tulis

yang merupakan faktor yang mendukung dalam meningkatkan perilaku (pengetahuan,

sikap, dan tindakan) petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang

Kecamatan Barusjahe.

Lamanya responden bekerja sebagai petani jeruk dan penyemprot pestisida

paling banyak adalah 11 tahun sampai 20 tahun (47,5%), kemudian 1 tahun sampai

10 tahun (40%), dan yang paling sedikit 21 tahun sampai 30 tahun (15,5%). Dari hal

ini dapat dilihat bahwa banyak petani menggunakan pestisida dalam jangka waktu

yang lama. Hal ini karena dengan penggunaan pestisida, hama-hama yang merusak

tumbuhan pertanian dapat diatasi sehingga petani terus menggunakan senyawa


petisida untuk menuntaskan hama-hama pertanian (Palar, 2008). Tetapi ini beresiko

bagi kesehatan penggunanya. Menurut WHO 1986 dalam Afriyanto (2008)

penyemprot yang terpapar berulang kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan

keracunan kronik.

5.2. Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sebelum


Diberikan Penyuluhan

Pengetahuan adalah salah satu dari bentuk perilaku, dimana pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,

yakni indera penglihatan, pendenganran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan petani jeruk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tindakan petani dalam mengaplikasikan pestisida. Petani jeruk yang memiliki

pengetahuan yang baik tentang pestisida dan penyemprotannya diharapkan akan

memiliki tindakan yang baik juga dalam penyemprotan pestisida. Hal ini seperti

dijelaskan Notoatmodjo (2003), bahwa pegetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden secara

keseluruhan pengetahuan responden pada saat pre-test yang paling rendah adalah

tentang tujuan penyemprotan yang dilakukan. Sebagian besar responden melakukan

penyemprotan bertujuan mencegah hama datang, hal ini menunjukkan petani terus-

menerus melakukan penyemprotan meskipun tidak ada serangan hama pada

tanamannya. Selain mengakibatkan petani semakin sering terpapar pestisida hal ini
juga mengakibatkan resistensi hama pada pestisida. Dalam Djojosumarto (2004)

dijelaskan bahwa penyemprotan dengan insektisida yang sama secara terus-menerus

akan mengakibatkan jumlah individu yang resisten dalam suatu populasi serangga.

Dengan demikian, dalam jangka lama hama yang tahan terhadap insektisida akan

mendominasi populasi serangga tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan petani jeruk dalam

menyemprot pestisida sebelum diberikan penyuluhan baik kelompok intervensi dan

kelompok kontrol sebagian besar sudah memiliki pengetahuan yang baik (65%) dan

yang memiliki pengetahuan sedang (35%). Dengan nilai rata-rata pengetahuan pada

kelompok kontrol adalah 15,7 dan nilai rata-rata pengetahuan pada kelompok

intervensi adalah 16,25.

Kasus keracunan pestisida dikalangan petani pada umumnya terjadi karena

petani tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang akurat dan jujur tentang

pestisida, resiko penggunaan, dan teknik aplikasi pestisida yang benar dan bijaksana

(Djojosumarto, 2004).

Hal ini menunjukkan sebelum dilakukan penyuluhan kedua kelompok

responden mempunyai karakteristik pengetahuan tentang penyemprotan pestisida

yang hampir sama. Ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2005) yang mengemukakan

bahwa salah satu persyaratan penelitian eksperimen adalah mengusahakan kedua

kelompok responden dalam kondisi yang sama sehingga paparan tentang hasil akhir

dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya perlakuan.


5.3. Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sesudah
Diberikan Penyuluhan

Pengukuran terhadap variabel pengetahuan kembali dilakukan setelah

dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi. Pengukuran dilakukan pada kedua

kelompok baik kelompok intervensi mau pun kelompok kontrol. Dari hasil penelitian

menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok intervensi setelah

mendapatkan penyuluhan, dapat diketahui bahwa pengetahuan sebelum diberikan

penyuluhan sebesar 65% memiliki pengetahuan baik. Setelah diberikan penyuluhan

meningkat menjadi 100% responden memiliki pengetahuan baik. Sedangkan pada

kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan (penyuluhan)

didapat hasil bahwa tidak terjadi peningkatan pengetahuan antara pre-test dan post-

test yaitu 65% memiliki pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh

penyuluhan terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

Pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata

pengetahuan responden pada saat pre-test pada kelompok kontrol sebesar 15,7 dan

pada saat post-test sebesar 16,15 dengan nilai probabilitas (p=0,107), maka dapat

diartikan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan

post-test. Sedangkan pada responden kelompok intervensi yaitu kelompok yang

diberikan perlakuan (penyuluhan) diperoleh rata-rata pengetahuan sebelum

penyuluhan (pre-test) sebesar 16,25 dan sesudah diberikan penyuluhan (post-test)

meningkat menjadi 19,90. Selain itu, nilai probabilitas (p=0,000), maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan


terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Peningkatan

pengetahuan petani ini di dukung oleh karateristik pendidikan responden yang

sebagian besar tamat SLTA dan minimal tamat SD dimana responden sudah memiliki

kemampuam untuk baca dan tulis sehingga responden lebih mudah memahami materi

penyuluhan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pulungan (2008), bahwa metode

pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah dan leaflet) dapat meningkatkan

pengetahuan. Dalam Notoatmodjo (2003) dikatakan bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat penting dalam proses

perubahan perilaku petani kearah yang lebih baik.

5.4. Sikap Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sebelum Diberikan


Penyuluhan

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesorang

terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predesposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

(Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebelum diberikan penyuluhan petani

jeruk baik kelompok intervensi mau pun kelompok kontrol memiliki sikap yang baik

(85%) dan sikap sedang (15%) tentang penyemprotan pestisida. Ini menunjukkan

sikap petani jeruk sudah cukup baik dalam penyemprotan pestisida. Dengan nilai
rata-rata sikap pada kelompok kontrol adalah 17,70 dan nilai rata-rata sikap pada

kelompok intervensi adalah 17,25.

Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan dalam

pemberian informasi atau pesan kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perilaku sehat

(Notoatmodjo, 2005).

5.5. Sikap Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sesudah Diberikan


Penyuluhan

Setelah penyuluhan dilakukan pengujian kembali (post-test), diperoleh hasil

bahwa terjadi peningkatan sikap responden pada kelompok intervensi setelah

diberikan penyuluhan. Sebelum diberikan penyuluhan responden memiliki sikap baik

sebesar 85%, setelah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 100%. Sedangkan

sikap responden pada kelompok kontrol yang tidak diberikan penyuluhan pada saat

pre-test sebesar 85% memiliki sikap baik dan pada saat post-test meningkat sedikit

menjadi 90%. Dari hal ini dapat dilihat bahwa responden pada kelompok intervensi

yang diberi penyuluhan memiliki sikap baik meningkat sebesar 15%, responden pada

kelompok kontrol memiliki sikap baik meningkat 5%. Dapat dilihat peningkatan yang

terjadi lebih tinggi pada responden yang diberikan penyuluhan. Hal ini menunjukkan

ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

Hasil pengujian menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata sikap

responden kelompok kontrol saat pre-test pada kelompok kontrol sebesar 17,70 dan

pada saat post-test sebesar 17,95 dengan nilai probabilitas (p=0,287), artinya tidak

ada perbedaan sikap responden antara pre-test dan post-test. Sedangkan pada
kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberikan perlakuan (penyuluhan)

diperoleh rata-rata sikap sebelum penyuluhan (pre-test) sebesar 17,25 dan sesudah

penyuluhan (post-test) sebesar 19,95. Selain itu, nilai probabilitas (p=0,000), maka

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap

sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

Pemberian penyuluhan tidak hanya dapat meningkatkan perubahan

pengetahuan tetapi juga dapat meningkatkan sikap seseorang terhadap suatu objek.

Hasil penelitian Emilia (2008) tentang pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap

pengetahuan dan sikap ibu hamil menyimpulkan bahwa penyuluhan dapat

meningkatkan sikap dalam pemberian ASI eksklusif.

Peningkatan sikap responden didukung oleh pengetahuan dan kesadaran

responden terhadap suatu stimulus. Setelah seeorang mengetahui stimulus, proses

selanjutnya akan menilai terhadap stimulus tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk

sikap juga sejalan dengan pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003). Selain pengetahuan,

pengalaman juga mempengaruhi sikap seseorang, pengalaman yang positif dan

negate akan mempengaruhi seseorang akan memberi respon yang negatif atau positif.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predesposisi tindakan suatu prilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Hal ini sejalan dengan pendapat Ban dan

Hawkins (2005) yang menyatakan sikap dapat mempengaruhi banyak perilaku, sikap

positif (mendukung) terhadap pertanian akan mendorong adopsi terhadap berbagai

inovasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Ada pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan petani jeruk dalam

menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2011.

2. Ada pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap petani jeruk dalam

menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2011.

6.2. Saran

1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap petani jeruk tentang penyemprotan

pestisida dapat dilakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode

ceramah dan embagian leaflet.

2. Sebaiknya dilakukan kegiatan lanjutan berupa tindakan observasi terhadap

perubahan perilaku petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

Anda mungkin juga menyukai