BAB I
PENDAHULUAN
Metode studi pustaka merupakan metode penelitian yang dikutip dari buku
smber dan internet. Studi pustaka digunakan untuk melengkapi bab II (Tujuan
Pustaka).
2. Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan merupakan metode penelitian dengan cara menguji langsung
pada objek yang dibahas dalam laporan ini.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
besi merupakan salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+ atau Fe3
Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga
(Fe3+) . Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau
FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya.
Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri
(Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut
dapat berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti Fe (OH)3,
FeO, Fe2O3dan lain-Iain. Konsentrasi besi terlarut yang masih diperbolehkan
dalam air bersih adalah sampai dengan 0,1 mg/l.
Pada air yang tidak mengandung oksigen O2, seperti seringkali air tanah,
besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai
yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut
pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa m g/l), bahkan dapat
menjadi ferihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat
padat dan bisa mengendap.
Unsur besi mempunyai sifat sifat yang sangat mirip dengan mangan
sehingga pengaruhnya juga hampir sama meskipun beberapa hal berbeda terutama
nilai ambang batas. Di dalam air minum besi (Fe) dan mangan dapat berpengaruh
seperti tersebut dibawah ini :
2. Besi dan mangan sendiri dalam konsentrasi yang lebih besar dan
beberapa mg/l, akan memberikan suatu rasa pada air yang
menggambarkan rasa logam, atau rasa obat.
Proses atomisasi dengan energi listrik pada batang atom dapat mengurangi
gangguan spektrum emisi dari nyala atau absorpsi oleh nyala dan besarnya suhu
dapat diatur dengan mudah dengan mengatur arus listrik yang digunakan.
Metode analisis ini sangat selektif karena frekuensi radiasi diserap adalah
karakteristik untuk setiap unsur. Radiasi yang diserap ini adalah radiasi resonansi,
yaitu radiasi yang berasal dari di-eksitasi atom dari tingkat eksitasi ke tingkat
energi dasar.
I=Io.10-abc
dan A= a.b.c
dengan,
k = konstanta perbandingan
Pada analisis kuantitatif, ada tiga macam metode yang sesuai dan secara
umum lebih sering digunakan pada penentuan unsur di dalam suatu bahan, seperti
yang akan diuraikan di bawah ini :
Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak
mungkin untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada spektrometri
molekuler dengan dua alasan utama sebagai berikut:
b. Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh
atom, maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan
untuk menghasilkan energi yang besar di dalam daerah panjang
gelombang yang sangat sempit atau perlu menggunakan detektor
yang jauh lebih sensitif dibandingkan detektor fotomultiplier biasa,
akan tetapi di dalam prakteknya hal ini tidak efektif sehingga tidak
dilakukan.
Bentuk lampu katode dapat dilihat pada gambar dibawah Ciri utama lampu
ini adalah mempunyai katode silindris berongga yang dibuat dari logam tertentu.
Katode and anode tungsten diletakkan dalam pelindung gelas tertutup yang
mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan tekanan 1-5 torr. Lampu ini
mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus berkisar antara 2 20 mA.
Adapun gas pengisi terionisasi pada anode, dan ion-ion yang hasilkan
dipercepat menuju katode dimana bombardemen ion-ion ini menyebabkan atom-
atom logam menjadi terlepas ke permukaan dan terbentuk awan/populasi atom.
Proses ini disebut dengan percikan atom (sputtering). Lebih jauh lagi, tumbukan
ini menyebabkan beberapa atom tereksitasi dan kemudian kembali pada keadaan
dasar dengan memancarkan spektrum atom yang spesifik. Spektrum gas pengisi
(dan komponen lain yang terdapat dalam katode) juga dipancarkan. Jendela atau
tempat dimana radiasi keluar dari lampu biasanya dibuat dari silika sehingga dapat
menggunakan panjang gelombang di bawah 350 nm.
2.2.6 Nyala
yang dapat menyebabkan ledakan serius. Sample yang berada pada nyala
kemudian diatomisasi, dan cahaya dari lampu katode tabung dilewatkan melalui
nyala. Sample yang berada pada nyala akan menyerap cahaya tersebut.
1. Udara Propana
2. Udara Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS.
Nyala ini menghasilkan temperatur sekitar 2300oC yang dapat
mengatomisasi hampir semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti
Ca, Mo juga dapat analisa menggunakan jenis nyala ini dengan
memvariasi rasio jumlah bahan bakar terhadap gas pengoksidasi.
Jenis nyala ini paling panas (3000oC), dan sangat baik digunakan
untuk menganalisa sampel yang banyak mengandung logam-logam oksida
seperti Al, Si. Ti, W.
BAB III
METODA PENGUJIAN
Ruang lingkup
Metode Acuan
- Larutan pengencer
Larutan yang digunakan untuk mengencerkan larutan kerja, yang dibuat
dengan cara menambahkan asam nitrat pekat ke dalam air suling sampai
pH2
- Kurva kalibrasi
Grafik yang menatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil
pembacaan absorbansi masuk yang merupakan garis lurus
Cara Uji
Prinsip
penambahan asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit logam
dan menghilangkan zat-zat pengganggu yang terdapat dalam contoh uji air
dan air limbah dengan bantuan pemanasan listrik, kemudian diukur
dengan SSA menggunakan gas asetilen, C2H2
Bahan
Air suling
Asam nitrat, HNO3
Gas asetilen, C2H2
Larutan standar logam besi,Fe
Peralatan
Gelas piala 250mL
Kertas saring whatman 40, dengan ukuran pori 0,42 m
Labu semprot
Labu ukur 100 mL
Lampu hilow katoda Fe
Pemanas listrik
Pipet ukut 5 mL; 10 mL; 20mL; 30mL; 40mL dan 60 mL
Spektrofotometri serapan atom, SSA
Persiapan Pengujian
A B x 100%
% =
C
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan kurva kalibrasi itu sangat mudah akan tetapi kita
harus benar benar meningkatkan ketelitian kerja kita dan memperhatikan
tingkat keakuratan alat serta ketelitian kita dalam pembacaan alat, karena
apabila tidak seperti itu akan menghasikan hasil yang tidak sesuai dan
harus dilakukan pengulangan.