Anda di halaman 1dari 6

Laboratorium / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

HERPES SIMPLEKS

Oleh
Nikki Junaedy
1610029036

Pembimbing
dr. Vera Madonna L, M.Kes, M.Ked (DV), Sp.DV

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Laboratorium / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

2017
REFLEKSI KASUS

Seorang pria berusia 40 tahun, datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda dengan keluhan utama timbul luka disertai rasa gatal pada wajah. Keluhan ini
dimulai sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil berisi cairan seperti
lepuh di wajah, bintil-bintil berair membesar dan semakin banyak di daerah wajah. Bintil-bintil
berair ini jika pecah terasa nyeri dan panas. Keluhan ini tidak di sertai dengan demam. Keluhan
batuk pilek tidak ada. Menurut pasien, semenjak bintil-bintil berisi cairan ini muncul pasien
menjadai sulit tidur karena sering menggaruk kulitnya yang gatal. Pasien belum pernah
mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Pasien pernah berobat ke rumah sakit di tempat asal pasien dan langsung
dirujuk ke RS Abdul Wahab Sjahranie dengan diagnosis B24. Riwayat alergi didalam keluarga
tidak ada. Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis dan keadaan umum
tampak sakit sedang, berat badan 52 kg, tinggi badan 169 cm. Pemeriksaan tanda vital dan
generalis pasien dalam batas normal. Status dermatologis menunjukan efloresensi berupa
makula hiperpigmentasi dengan krusta dan ekskoriasi,bentuk tidak teratur ukuran miliar sampai
nummular, diameter bervariasi antara 0,5-2 cm , batas tegas.

2
Gambar 1. Lesi pada sekitar pipi, hidung dan mulut

Pemeriksaan penunjang dengan pewarnan gram dan kultur tidak dilakukan.


Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis sebagai Herpes Simpleks +
HIV dengan diagnosis banding ektima dan ulkus piogenik.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa terapi farmakologi dan non farmakologi. Pada
terapi non farmakologis diberikan edukasi untuk menjaga higiene tubuh dengan baik, seperti
mengganti baju tiap berkeringat dan mandi dengan air bersih 2 kali pagi dan sore setiap hari,
Memperkuat daya tahan tubuh, seperti mengkonsumsi buah-buahan, multivitamin, dan
beristirahat cukup, menghindari berciuman, menggunakan alat-alat makan dan handuk
penderita serta menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptic. Membuka setiap
jendela rumah pada siang hari agar cahaya matahari bias masuk agar rumah tidak lembab dan
mencuci sprei secara rutin. Terapi farmakologi pada pasien ini berupa kompres menggunakan
NaCl dan dapat diberikan obat antivirus topikal seperti acyclovir dan bisa diberikan
hidrokortison topikal. Prognosis pada pasien ini berdasarkan teori adalah bonam untuk vitam,
malam untuk sanationam, dan bonam untuk cosmeticam.

3
PEMBAHASAN

Diagnosis Herpes Simpleks + HIV pada kasus ini didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Anamnesis pada pasien berusia 40 tahun ini didapatkan keluhan utama timbul luka disertai
rasa gatal pada wajah. Keluhan ini dimulai sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa
bintil-bintil kecil berisi cairan seperti lepuh di wajah, bintil-bintil berair membesar dan semakin
banyak di daerah wajah. Bintil-bintil berair ini jika pecah terasa nyeri dan panas. Keluhan ini
tidak di sertai dengan demam. Keluhan batuk pilek tidak ada. Menurut pasien, semenjak bintil-
bintil berisi cairan ini muncul pasien menjadai sulit tidur karena sering menggaruk kulitnya
yang gatal. Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Pasien pernah berobat ke rumah sakit di tempat
asal pasien dan langsung dirujuk ke RS Abdul Wahab Sjahranie dengan diagnosis B24. Riwayat
alergi didalam keluarga tidak ada. Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani. Menurut teori, dari
anamnesis didapatkan keluhan utama berupa munculnya bintil berkelompok berisi cairan jernih
dan jika pecah menjadi keropeng disertai nyeri.
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan melihat efloresensi berupa berupa makula
hiperpigmentasi dengan krusta dan ekskoriasi,bentuk tidak teratur ukuran miliar sampai
nummular, diameter bervariasi antara 0,5-2 cm , batas tegas. Berdasarkan teori, Herpes
Simpleks diawali dengan vesikel berkelompok dengan dasar eritema yang dengan cepat akan
menjadi bula. Sering kali bula sudah pecah disertai nyeri dan menjadi krusta.
Pemeriksaan penunjang berupa pewarnaan gram dan kultur, pada pasien ini tidak
dilakukan karena sudah dapat ditegakkan diagnosisnya dengan anmnesis dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan teori pemeriksaan pada pewarnaan giemsa ditemukan sel datia berinti banyak dan
badan inklusi intranuklear.
Diagnosis banding kasus ini adalah herpes zoster dan ulkus piogenik. Pada pasien ini
awalnya terdapat bintil-bintil berisi air dan pecah menjadi daerah luka. Namun lesi ektima
biasanya berupa krusta tebal berwarna kuning dan biasanya terjadi pada daerah tungkai. Pada
pasien ini terdapat krusta berwarna kecoklatan sedangkan pada ulkus piogenik terdapat ulkus
yang diatasnya terdapat pus dan jika pecah terbentuk krusta berwarna kuning.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa terapi farmakologi dan non farmakologi. Pada
terapi non farmakologis . Pada terapi non farmakologis diberikan edukasi untuk menjaga
higiene tubuh dengan baik, seperti mengganti baju tiap berkeringat dan mandi dengan air bersih
2 kali pagi dan sore setiap hari, Memperkuat daya tahan tubuh, seperti mengkonsumsi buah-
buahan, multivitamin, dan beristirahat cukup, menghindari berciuman, menggunakan alat-alat
makan dan handuk penderita serta menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptic.

4
Membuka setiap jendela rumah pada siang hari agar cahaya matahari bias masuk agar rumah
tidak lembab dan mencuci sprei secara rutin. Terapi farmakologi pada pasien ini berupa
kompres menggunakan NaCl dan dapat diberikan obat antivirus topikal seperti acyclovir dan
bisa diberikan hidrokortison topikal. Prognosis pada pasien ini secara vitam, sanasionam dan
kosmetikan adalah dubia ad bonam.
Prognosis pada pasien ini berdasarkan teori adalah bonam untuk vitam, malam untuk
sanationam, dan bonam untuk cosmeticam. Secara teori, herpes simpleks bukan penyakit yang
mengancam nyawa jika faktor risiko dihindari dan segera diobati.

5
PENUTUP

Herpes simpleks adalah infeksi aku yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe
II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan
eritematous pada daerah dekat mukokutan. Etiologinya oleh virus herpes simpleks tipe I dan II
yang merupakan virus DNA. Diagnosis herpes simpleks pada kasus ini didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai literatur. Dari anamnesis didapatkan berupa
timbul luka disertai rasa gatal pada wajah. Keluhan ini dimulai sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya
hanya berupa bintil-bintil kecil berisi cairan seperti lepuh di wajah, bintil-bintil berair
membesar dan semakin banyak di daerah wajah. Bintil-bintil berair ini jika pecah terasa nyeri
dan panas. Keluhan ini tidak di sertai dengan demam. Keluhan batuk pilek tidak ada. Menurut
pasien, semenjak bintil-bintil berisi cairan ini muncul pasien menjadai sulit tidur karena sering
menggaruk kulitnya yang gatal. Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Pasien pernah
berobat ke rumah sakit di tempat asal pasien dan langsung dirujuk ke RS Abdul Wahab
Sjahranie dengan diagnosis B24. Riwayat alergi didalam keluarga tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis dan keadaan umum
tampak sakit sedang, berat badan 52 kg, tinggi badan 169 cm. Pemeriksaan tanda vital dan
generalis pasien dalam batas normal. Status dermatologis menunjukan efloresensi berupa
makula hiperpigmentasi dengan krusta dan ekskoriasi,bentuk tidak teratur ukuran miliar sampai
nummular, diameter bervariasi antara 0,5-2 cm , batas tegas.
Pemeriksaan penunjang dengan pewarnan gram dan kultur tidak dilakukan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis sebagai Herpes Simpleks +
HIV dengan diagnosis banding ektima dan ulkus piogenik.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa terapi farmakologi dan non farmakologi.
Prognosis pada pasien ini berdasarkan teori adalah bonam untuk vitam, malam untuk
sanationam, dan bonam untuk cosmeticam.

Anda mungkin juga menyukai