TAHUN 2013
Skripsi
Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Ilham Noviandry
NIM : 108101000034
1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PERMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, November 2013
ABSTRAK
Penggunaan APD merupakan tahap akhir dari pengendalian bahaya,
walaupun pengunaan APD akan semakin maksimal apabila dilakukan dengan
pengendalian lain seperti eliminasi, subsitusi, engineering dan administratif.
Manfaat dari penggunaan APD saat bekerja sangat besar dalam pencegahan
kecelakaan kerja, namun dalam kenyataannya masih banyak pekerja yang tidak
menggunakan APD saat bekerja.
Disain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif menggunakan metode cross sectional study yang bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 46 orang dari 12 bengkel las yang ada di
Kelurahan Gondrong dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Data
2
dianalisis menggunakan Chi Square (X ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan
dengan penggunaan APD, ada hubungan antara pelatihan dengan penggunaan
APD, ada hubungan antara sikap penggunaan APD, ada hubungan antara
pengawasan dengan penggunaan APD, ada hubungan antara hukuman dengan
penggunaan APD, dan ada hubungan antara penghargaan penggunaan APD.
Sedangkan tidak ada hubungan antara motivasi dengan penggunaan APD, tidak
ada hubungan antara komunikasi dengan penggunaan APD, tidak ada hubungan
ketersediaan APD dengan penggunaan APD.
Saran dari penelitian ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan pekerja
mengenai bahaya dan risiko pengelasan, perlunya peningkatan pengawasan
terhadap pekerja dengan memberikan penghargaan sehingga meningkatkan sikap,
motivasi dan komunikasi mengenai penggunaan APD. Serta melakukan
pengadaaan APD yang standar baik oleh pemilik usaha dan pemerintah setempat
sehingga meningkatkan kesadaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
khususnya mengenai pengelasan.
i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
DEPARTEMENT OF HEALTH AND WORK SAFETY
Undergraduated Thesis, November 2013
ABSTRACT
Used of PPE is final stage of hazard control , although used of PPE will
be maximal if it is done with other controls such as elimination , substitution ,
engineering and administrative . Benefits used of PPE when working heavily in
prevention of occupational accidents , but in the reality there are many workers
who do not use PPE when working .
Design study was a descriptive study with a quantitative approach using a
cross -sectional study aimed to determine factors associated with behavior of
workers in used of Personal Protective Equipment ( PPE ) to informal welding
industry . Number of samples taken 46 people from 12 existing welding shop in
Village Gondrong using accidental sampling technique . Data were analyzed
using Chi Square ( X2 ) .
Results showed that relationship between knowledge of use of PPE , there
is a relationship between training with use of PPE , there is a relationship
between attitude with use of PPE, there is a relationship between supervision with
use of PPE , there is a relationship between punishment with use of PPE , and
there is a relationship between use of PPE with award . While there is no
relationship between motivation with use of PPE , there is no relationship
between communication with use of PPE , there was no association between PPE
availability with use of PPE .
Suggestion of this research is to improve knowledge workers of dangers
and risks of welding , need for increased surveillance of workers by giving awards
to improve attitude , motivation and communication regarding use of PPE . As
well as doing well in providing PPE standards by business owners and local
governments to raise awareness of Health and Safety ( K3 ), particularly
regarding welding .
Reading List: 44 (2001-2012)
Keywords: Behavior Workers, Personal Protective Equipment (PPE),
Predisposing, Enabling, Reinforcing, Welding Industry Informal
ii
iii
iv
v
Riwayat Hidup
Data Diri
Nama : Ilham Noviandry
Telp : 0857189513689
E-mail : ilham_noviandry696969@yahoo.co.id
Pendidikan Formal
2008-2013 : Perminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pendidikan Non-Formal
2011 : Training Penerapan E-KTP Massal
vi
Pengalaman Organisasi
2010-2012 : Direktur Lembaga Kesehatan Masyarakat
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
kasih sayang serta kesempatan untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuan
membantu dan membuat terselesaikanya laporan ini. Ucapan terima kasih penulis
1. Prof. Dr (HC). Dr. M.K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas
2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
3. Bapak dr. Yuli Pranpanca Satar. MARS selaku pembimbing I dan Bapak
dan Ilmu Kesehatan yang telah membimbing dengan sabar dan tawakal
viii
4. Bapak Ahmad Ghozali yang membantu penulis dalam urusan administrasi
penelitian.
6. Buat Bapak dan Ibu yang selalu ngomelin dan memberi semangat dalam
7. Buat Kakakku Uni Lili, Uni Wen, Uni Ita, Kk Rosi, Uda Opi, Uni Febi,
Uni Tia, Rio, Uni Yuli, Uni Ari, Uni Yesi, Uda Oka, Uda Zal, Uni Del, Uda
In, dan yang ada di seluruh Indonesia yang selalu memberikan semangat
8. Terima kasih buat Spesial One yang sudah memberikan semangat dan
Gizi, buat Bang Ludi, Bang Abu, Aa Asyari, Rizqi, Miftah, Irfan (Ciripa),
Chusan yang temenin ngopi, Bayu, Iqbal. Buat Titi Ndut, Tetik, Icha,
Unil, Neng Irma dan yang lainnya di kelas K3 yang selama ini semangat
belajar dan mengerjakan tugas kelompok bersama. Juga buat Alumni dan
Topeng Ketum Imm Ciputat, Pak Zuhri, Fauzi Bukho Medan, Bang
Kiki, Om Dimas Ndut, Bang Tole, Bang Adit, Bang Ichanuddin, beserta
ix
temen-teman Immawan dan Immawati yang tidak bisa penulis sebutkan
Badra, Tsalis, Ivand, Vina, Elvin, Eci, dan yang lainnya, maaf tak bisa
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran yang membangun agar skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga Allah SWT
melimpahkan rahmat, karunia dan ridho-Nya kepada semua pihak yang telah
Penulis
x
DAFTAR ISI
Abstrsk i
Pernyataan Persetujuan iii
Panitia Ujian Skripsi iv
Lembar Pernyataan v
Riwayat Hidup vi
Kata Pengantar viii
Daftar Isi xi
Daftar Gambar xvi
Daftar Tabel xvii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah5
1.3. Pertanyaan Penelitian 6
1.4. Tujuan Penelitian8
1.4.1. Tujuan Umum 8
1.4.2. Tujuan Khusus 8
1.5. Manfaat Penelitian9
1.5.1. Manfaat Teoritis 9
1.5.2. Manfaat Metodoligis 9
1.5.3. Manfaat Aplikatif9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian10
xi
2.5.2. Kacamata Las (Googles)38
2.5.3. Pelindung Muka (Face Shield) 38
2.5.4. Pakaian Kerja dan Pelindung Dada (Apron) 39
2.5.5. Sarung Tangan (Safety Glove) 39
2.5.6. Sepatu Kerja (Safety Shoes)40
2.5.7. Kacamata Bening (Safety Spectacles) 41
2.5.8. Pelindung Telinga (Hearing Protection)41
2.5.9. Alat Pelindung Hidung (Respirator) 42
2.6. Kerangka Teori 43
Bab V Hasil
5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian 62
5.2. Analisis Univariat Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
64
5.2.1. Gambaran Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal.
64
5.2.2. Gambaran Pengetahuan dalam Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal.
64
5.2.3. Gambaran Pelatihan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Industri Pengelasan Informal.
xii
65
xiii
5.3.7. Hubungan Antara Pengawasan Dengan Perilaku Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal.
79
5.3.8. Hubungan Antara Hukuman Dengan Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal.
80
5.3.9. Hubungan Antara Penghargaan Dengan Perilaku Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal.
81
Bab VI Penbahasan
6.1. Keterbatasan Penelitian 83
6.2. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Industri
Pengelasan Informal
85
6.3. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
86
6.4. Hubungan Antara Pelatihan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
87
6.5. Hubungan Antara Sikap Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
89
6.6. Hubungan Antara Motivasi Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
90
6.7. Hubungan Antara Komunikasi Dengan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
92
6.8. Hubungan Antara Ketersediaan APD Dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal di
Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun
2013.
94
6.9. Hubungan Antara Pengawasan Dengan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
96
6.10. Hubungan Antara Hukuman Dengan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
xiv
98
6.11. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013.
99
Lampiran
xv
Daftar Gambar
Gambar Halaman
xvi
Daftar Tabel
Tabel Halaman
Tabel 5.1 Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
64
Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
65
Tabel 5.3 Gambaran Pelatihan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
65
Tabel 5.4 Gambaran Sikap dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
66
Tabel 5.5 Gambaran Motivasi dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
67
Tabel 5.6 Gambaran Komunikasi dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
68
Tabel 5.7 Gambaran Ketersediaan APD dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
68
xvii
Tabel 5.8 Gambaran Pengawasan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
69
Tabel 5.9 Gambaran Hukuman dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
xviii
Tabel 5.17 Hubungan Antara Pengawasan Dengan Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di
Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang
Tahun 2013 79
xix
BAB I
PENDAHULUAN
pada tempat kerja. Penggunaan alat pelindung diri sering dianggap tidak
penting ataupun remeh oleh para pekerja, terutama pada pekerja yang
bekerja pada sektor informal. Padahal penggunaan alat pelindung diri ini
Organization (ILO) tahun 2010, di seluruh dunia terjadi lebih dari 337 juta
kecelakaan dalam pekerjaan per tahun. Setiap hari, 6.300 orang meninggal
107
2
kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314
Banten. Didaerah ini terdapat banyak industri baik industri formal maupun
industri informal. Tidak dapat dipungkiri bahwa daerah ini menjadi salah
meliputi 103 orang meningal dunia, 25 orang menderita luka berat, 92 orang
terdiri dari 58.8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36.9 juta tenaga kerja
perempuan. Sekitar 60% dari jumlah tersebut bekerja dalam sektor informal.
mengenai tingkat kecelakaan kerja di sektor informal dari risiko dan bahaya
yang terdapat di tempat kerja selain pelaporan kecelakaan kerja dari sektor
antara lain adanya faktor lingkungan dan manusia. Faktor lingkungan terkait
pekerja (manusia).
keharusan, namun tidak digunakan oleh pekerja. Hal ini disebabkan masih
bahaya di perusahaan yang ada di Indonesia bahwa 60% tenaga kerja cedera
kepala karena tidak menggunakan helm pengaman, 90% tenaga kerja cedera
wajah karena tidak menggunakan alat pelindung wajah, 77% tenaga kerja
cedera kaki karena tidak menggunakan sepatu pengaman, dan 66% tenaga
(Jamsostek, 2011).
daerah Depok hanya 50% pekerja yang berperilaku menggunakan APD saat
APD saat bekerja sangat besar dalam pencegahan kecelakaan kerja. Namun
saat bekerja.
dan pengendalian yang ada belum disesuaikan dengan potensi bahaya yang
kesehatan kerja lebih banyak dinikmati oleh tenaga kerja pada industri skala
besar (jumlah pekerja lebih dari 500 orang). Pada industri kecil dan
dan mungkin tidak ada sama sekali (Nur dalam Dian Rawar, 2010).
kecelakaan kerja. Oleh karena itu, penggunaan APD pada sektor informal perlu
muncul dari setiap tempat kerja dalam bentuk yang berbeda-beda. Pada
industri pengelasan informal, banyak terdapat bahaya dan risiko yang dapat
melukai para pekerja, mulai dari risiko kecil sampai besar dengan tingkat
bahwa 6 dari 10 orang pekerja tidak menggunakan APD pada saat bekerja
dan diketahui bahwa 2 dari 4 bengkel las tidak mempunyai aturan atau
kecenderungan pekerja untuk bekerja tidak aman (unsafe act) seperti tidak
pekerjaannya, hal ini juga yang berkaitan dengan behavior yang dimiliki
Kelurahan Gondrong.
Kelurahan Gondrong.
Gondrong.?
Kelurahan Gondrong.
Kelurahan Gondrong.
penggunaan APD.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan bahan
sebagai salah satu bentuk pengendalian dari bahaya yang terjadi ditempat
kerja sehingga para pekerja masih mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dilaksanakan oleh peneliti itu sendiri. Jumlah sampel yang diambil sebanyak
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengelasan
dan ligam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam
lumer atau cair, dari definisi tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa las
adalah sesuatu proses dimana bahan dan jenis yang sama digabungkan
sambungan tersebut.
107
12
tujuan penyambungan.
yang digunakan dalam bidang las. Ini disebabkan perlu adanya kesepakatan
mencair oleh nyala gas asetilen melalui pembakaran C2H2 dengan gas
jenis gas yang sangat mudah terbakar dibawah pengaruh suhu dan
antara lain:
13
jauh lebih tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini
akan terjadi pada suhu 300C, jika berada pada tekanan 1 atm. Oleh
sebab itu, gas asetilen tidak boleh disimpan atau digunakan pada
pada tekanan 1 atm atau 530C jika tekanan 3 atm. Jika terjadi
2. Las listrik
yang cukup. Penyambungan dua buah logam atau lebih menjadi satu
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala
besar tegangan semakin mudah terjadi loncatan bunga api listrik. Selain
nyala busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet dan sinar infra
merah yang berinteraksi sangat tinggi. Pancaran atau radiasi dari sinar
2007).
A. Bahaya Cahaya/Sinar
Cahaya dari busur las dapat digolongkan pada sifatnya yaitu cahaya
yang dapat dilihat, ultra violet dan infra merah. Cahaya tersebut tergolong
ini dapat menimbulkan luka bakar, kerusakan mata dan kerusakan kulit.
a. Sinar ultraviolet
tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia
yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh
lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan
jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
15
b. Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa
dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan
segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan menjadi
sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.
c. Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar
ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Asap las (fume) yang ada selama pengelasan terutama terdiri dari
oksida logam. Asap ini terbentuk ketika uap logam terkondensasi dan
teroksidasi. Komposisi asap ini tergantung pada jenis logam induk, logam
juga bagian tubuh tertentu. Adapun gas-gas berbahaya yang terjadi pada
waktu pengelasan adalah gas CO, CO2, NO, NO2 dan ozon.
Gas ini mempunyai afinitas tinggi terhadap hemoglobin (Hb) yang akan
Ikatan NO dan hemoglobin lebih kuat dari pada CO dan Hb, bahkan
sistem syaraf.
Gas ini memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan lapisan
Percikan dan terak las apabila mengenai kulit dapat menyebabkan luka
bakar. Oleh karena itu, juru las harus dilindungi terhindar dari hal ini
kepala.
D. Bahaya Kebakaran
gas, cat kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran
juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena
hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran
E. Bahaya Ledakan
Dalam mengelas tangki bahan bakar, tangki harus bersih dari minyak,
gas yang mudah terbakar dan cat yang mudah terbakar sebelum melakukan
F. Bahaya Jatuh
akan selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat
menimbulkan luka ringan ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha
G. Bahaya Listrik
arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya
a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang
lain.
18
adalah perilaku yang dilakukan oleh pekerja yang menyimpang dari prinsip-
prinsip keselamatan atau tidak sesuai dengan prosedur kerja yang berisiko
mampu dan berniat, mengerjakan secara benar dan aman dan telah biasa
kecelakaan yaitu kemampuan fisik dan mental yang tidak sesuai, kurangnya
peralatan.
20
14. Merokok pada lokasi yang dilarang misalnya pada lokasi tempat
bekerja.
pengawasan.
21
dalam Syaaf (2008), teori social kognitif terdapat 3 (tiga) faktor yang
reciprocity).
Environment
Equipment, Tools,
SOP, House
Keeping
Person Behavior
Knowledge, skill, Complying,
Abilities,
Coaching,
Motivate, Gambar 2.1 Recognizing,
Intelegence Communication
a. Pengamatan (perception)
b. Kognitif (cognition)
d. Kemampuan (ability)
tidak mengamati atau salah mengamati adanya bahaya maka ia tidak akan
Pada tahapan ketiga, perilaku kerja yang aman juga tidak akan tampil
keempat, perilaku kerja yang aman juga tidak akan tampil bilamana
oleh:
23
1. Pengalaman (experience)
2. Pelatihan (training)
1. Pengalaman (experience)
2. Pelatihan (training)
3. Sikap (attitude)
4. Motivasi (motivation)
5. Kepribadian (personality)
kausal terhubung dengan perilaku itu sendiri) dan diikuti oleh konsekuensi
(hasil nyata dari perilaku bagi individu) yang dapat meningkatkan atau
2008).
dilihat pada gambar. Panah dua arah diantara perilaku dan konsekuensi
a. Anteseden
oleh komunikator).
b. Konsekuensi
2008).
penolakan dari rekan kerja, sanksi, umpan balik, cedera atau cacat,
penghematan waktu.
Syaaf, 2008)
27
seperti terhindar dari pengucilan oleh rekan kerja, terhindar dari rasa
2.4.1. Pengetahuan
2.4.2. Pelatihan
(Sumamur 2009).
2.4.3. Sikap
tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (Responding)
itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,06 (P value <0,05) dengan
penggunaan APD.
2.4.4. Motivasi
kehidupan lainnya.
penggunaan APD.
2.4.5. Komunikasi
media.
media adalah sebagai berikut: 10% apa yang dibaca, 20% apa yang
didengar, 30% apa yang dilihat, 50% apa yang didengar dan dilihat,
70% apa yang dikatakan, 90% apa yang dikatakan dan dikerjakan.
tanpa penggunaan APD (18,2%). Hasil uji Chi Square diperoleh nilai
alat-alat APD adalah kaca mata (goggles), safety shoes, sarung tangan,
(Sumamur, 2009).
Diri (APD) lengkap dan memiliki sikap yang baik (88,1%). Hasil uji
Pekanbaru.
2.4.7. Pengawasan
a. Pengawas (Supervisor)
juga pengendaliannya.
b. Pekerja
potensi bahaya dan cara melindungi diri dan rekan kerjanya dari
potensi hazard.
c. Safety Professional
32,533(10,535-100,468)
insiden.
36
= 0,000 (P value<0.05).
melindungi pekerja dari bahaya terbentur oleh benda tajam atau benda
dari bahaya terjepit mesin yang berputar, bahaya panas radiasi, dan
terbatas.
energy seperti sinar ultra violet, sinar infra merah dan lain-lain yang
bahaya dari sinar yang menyilaukan, seperti sinar las potong dengan
menggunakan gas dan percikan dari sinar las yang memijar harus
dan lainnya, yang tidak dapat dilindung hanya dengan pelindung mata
39
pengaruh panas dan sinar yang tajam. Sinar dari las listrik termasuk sinar
panas dan arus listrik. Untuk melindung jari-jari tangan dan kulit dari
radiasi mengion, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka, lecet dan
infeksi, maka tukang las harus memakai sarung tangan yang tahan
b. Mitten : sarungan tangan dengan ibu jari terpisah sedang jari lain
menjadi satu.
dengan fungsinya :
c. Bahan karet alam atau sintetik untuk kelembaban air dan bahan
kimia.
d. Bahan PVC (Poli Vinil Chloride) untuk zat kimia, asam kuat dan
oksidator.
Fungsi dari sepatu kerja yaitu untuk melindungi kaki dan kulit
sepatu kerja yaitu kuat dan tahan api, tinggi dengan ujung sepatu dari
risikonya seperti :
b. Untuk mencegah tergelincir dipakai sol anti slip luar dari karet
dengan logam.
uap logam), pencemaran oleh gas atau uap sehingga tidak terjadi
serutan kayu dan debu lain yang tidak terlalu beracun. Masker
debu tidak dapat melindungi dari uap kimia, asap cerobong dan
Pelindung Diri (APD) dibagi atas faktor lingkungan dan individu. Menurut
Perilaku
Faktor Enabling Penggunaan Alat
- Perlengkapan Pelindung Diri
- Peralatan (APD)
- House Keeping.
Faktor Reinforcing
- Pengawasan
- Kebijakan
- SOP
- Hukuman dan
Penghargaan
Gambar 2.3
Sumber:
Lawrence Green dalam Arianto (2010), teori Social Cognitive dalam Purwanto
dipengaruhi oleh berbagai faktor penentu (internal dan eksernal) dan proses
terbentuknya perilaku tersebut dapat terjadi karena faktor belajar dan naluri.
antara lain;
(Purwanto, 2009)
107
46
a. Kemampuan
Variabel ini tidak diteliti karena kemampuan seseorang yang baik tidak
b. Intelegensia
Variabel ini tidak diteliti karena Intelegensia seseorang yang baik tidak
selamat.
c. Pengambilan Keputusan
d. SOP
Variabel ini tidak diteliti karena SOP yang sesuai dengan standar
e. House Keeping
Variabel ini tidak diteliti karena House Keeping merupakan bagian dari
SOP sehingga jika SOP tidak ditemukan dan diketahui sehingga House
47
Berdasarkan hal tersebut maka gambar dibawah ini adalah kerangka konsep
Faktor Predisposing
Pengetahuan
Pelatihan
Sikap
Motivasi
Komunikasi
Perilaku
Faktor Enabling
Penggunaan
Ketersediaan
APD APD
Faktor Reinforcing
Pengawasan
Hukuman
Penghargaan
Gambar 3.1
Sumber:
Lawrence Green dalam Arianto (2010), teori Social Cognitive dalam Purwanto
VARIABEL INDEPENDENT
No. Variabel Definisi Operasional Alat Pengukuran Skala Hasil Pengukuran
Independent
1 Pengetahuan Semua informasi yang akan mempengaruhi Kuesioner Ordinal 0. Baik, jika skor pengetahuan
pekerja mengenai potensi bahaya yang ada di 12 dari 17 (skor total).
tempat kerja sehingga mengetahui manfaat 1. Kurang, jika skor pengetahuan
dalam penggunaan APD pada waktu bekerja. <12 dari 17 (skor total).
3 Sikap Pendapat atau pernyataan mengenai Kuesioner Ordinal 0. Setuju, jika skor sikap 17
pandangan pekerja terhadap penggunaan dari 25 (skor total).
APD di tempat kerja. 1. Tidak Setuju, jika skor sikap
<17 dari 25 (skor total).
4 Motivasi Hal yang membuat pekerja memakai atau Kuesioner Ordinal 0. Baik, jika skor motivasi 5
tidak memakai APD dengan atau tanpa dari 7 (skor total).
paksaan di tempat kerja. 1. Kurang baik, jika skor
motivasi <5 dari 7 (skor total).
49
VARIABEL INDEPENDENT
No. Variabel Definisi Operasional Alat Pengukuran Skala Hasil Pengukuran
Independent
5 Komunikasi Proses interaksi antar individu yang Kuesioner Ordinal 0. Baik, jika skor komunikasi 4
Antar mempengaruhi perilaku sehingga menjadikan dari 5 (skor total).
Individu sebuah perilaku penggunaan APD. 1. Kurang baik, jika skor
komunikasi < 4 dari 5 (skor
total).
6 Ketersediaan Ketersediaan APD yang dibutuhkan oleh Lembar Ordinal 0. Lengkap. Jika tersedia APD
APD pekerja yang bekerja di tempat yang Observasi dan 4 dari APD Pengelasan
berpotensi bahaya. Kuesioner Utama (Kacamata Las, Sarung
Tangan, Pelindung Muka,
Pakaian Kerja).
1. Kurang lengkap, jika tersedia
APD <4 dari APD Pengelasan
Utama (Kacamata Las, Sarung
Tangan, Pelindung Muka,
Pakaian Kerja).
VARIABEL INDEPENDENT
No. Variabel Definisi Operasional Alat Pengukuran Skala Hasil Pengukuran
Independent
VARIABEL DEPENDENT
No. Variabel Definisi Operasional Alat Pengukuran Skala Hasil Pengukuran
Dependent
1 Perilaku Perilaku dimana pekerja melakukan atau Lembar Ordinal 0. Menggunakan APD
Penggunaan tidak melakukan tindakan berupa penggunaan Obsevasi 1. Tidak Menggunakan APD
APD APD yang tersedia di tempat kerja saat
bekerja.
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional
51
Gondrong.
METODOLOGI PENELITIAN
Pemilihan disain penelitian cross sectional oleh peneliti karena lebih mudah
dilakukan, waktu yang digunakan efisien dan sesuai dengan penelitian ini
penggunaan APD.
107
53
4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel pada penelitian ini adalah para
merupakan pekerja yang sedang ada ditempat kerja dan bersedia menjadi
responden. Hal ini dikarenakan ada sebagian dari bengkel las yang jam buka
54
Keterangan
n : Jumlah Sampel
Tabel 4.1
Perhitungan sampel per variabel
4.4.1. Kuesioner
sebelumnya dan ditambah dengan litaratur yang lain. Kuesioner yang akan
no. 1.
pertanyaan no. 1.
pertanyaan no. 1.
penelitian (responden).
1. Data Primer
peneliti. Selain itu, data primer dalam penelitian ini juga diperoleh dari
a. Observasi (pengamatan)
b. Angket/Kuesioner
Menggunakan APD
kuesioner/angket.
data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data
yang ada pada suatu penelitian. Variabel yang diteliti tersebut adalah
variabel dependen. Sebaliknya jika Pvalue > nilai (0,05) maka dapat
sebagai berikut:
2
Persamaan Chi-Square (X )
Keterangan :
2
X = Chi Square
HASIL
sebagai berikut:
107
63
Lurah
Jabatan
Fungsional
Sekretaris
Staf Sekretaris
presentase perilaku pekerja dalam penggunaan APD yang dapat dilihat pada
Tabel 5.1
Perilaku Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD N %
Menggunakan 24 52,2 %
Tidak Menggunakan 22 47,8 %
Tabel 5.2
Gambaran Pengetahuan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Pengetahuan N %
Baik 36 78,3 %
Kurang Baik 10 21,7 %
Tabel 5.3
Gambaran Pelatihan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Pelatihan N %
Pernah 21 45,7 %
Tidak Pernah 25 54,3%
5.2.4. Gambaran Sikap dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal.
Tabel 5.4
Gambaran Sikap dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Sikap N %
Setuju 39 84,8 %
Kurang Setuju 7 15,2 %
Kota Tangerang tahun 2013 yang memiliki sikap setuju lebih banyak yaitu
39 orang (84,8%) daripada pekerja yang memiliki sikap tidak setuju yaitu 7
orang (15,2%).
67
Tabel 5.5
Gambaran Motivasi dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Motivasi N %
Baik 29 63,0 %
Kurang Baik 17 27,0 %
Kota Tangerang tahun 2013 yang memiliki motivasi lebih banyak yaitu 29
orang (63,0%) daripada pekerja yang tidak memiliki motivasi yaitu 17 orang
(37,0%).
Tabel 5.6
Gambaran Komunikasi dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Komunikasi N %
Baik 28 60,9 %
Kurang Baik 18 39,1 %
Kota Tangerang tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.7
Gambaran Ketersediaan Alat Pelindung Diri dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Ketersediaan APD N %
Lengkap 22 57,8 %
Tidak Lengkap 24 52,2 %
Cipondoh, Kota Tangerang tahun 2013 yang memiliki APD lengkap lebih
sedikit yaitu 22 orang (47,8%) daripada pekerja yang memiliki APD kurang
Tabel 5.8
Gambaran Pengawasan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Pengawasan N %
Ada 17 37,0 %
Tidak Ada 29 63,0 %
Berdasarkan tabel 5.8 bahwa pengawasan dalam penggunaan APD
Tabel 5.9
Gambaran Hukuman dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Hukuman N %
Ada 27 58,7 %
Tidak Ada 19 41,3 %
Kota Tangerang tahun 2013 yang memiliki hukuman lebih banyak yaitu 27
orang (41,3%).
Tabel 5.10
Gambaran Penghargaan dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penghargaan N %
Ada 27 58,7 %
Tidak Ada 19 41,3 %
Kota Tangerang tahun 2013 yang memiliki penghargaan lebih banyak yaitu
71
19 orang (41,3%).
72
Tabel 5.11
Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Pengetahuan Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
n % n % N %
Baik 24 66,7 12 33,3 36 100
Kurang Baik 0 0 10 100 10 100 0,000
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
kurang baik yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu 10
orang (100%). Berdasarkan hasil uji statistik, dengan menggunakan uji Chi
2
Square (X ) pada variabel pengetahuan didapatkan pvalue yaitu 0,000 yang
berarti nilai Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
Tabel 5.12
Hubungan Antara Pelatihan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Pelatihan Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
N % N % N %
Pernah 19 90,5 2 9,5 21 100
Tidak Pernah 5 20,0 20 80,0 25 100 0,000
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
2
menggunakan uji Chi Square (X ) pada variabel pelatihan didapatkan
pvalue yaitu 0,000 yang berarti nilai Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan
74
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara proporsi pekerja yang pernah
Tahun 2013.
Tabel 5.13
Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Sikap Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
N % N % N %
Setuju 24 58,5 15 41,5 39 100
Tidak Setuju 0 0 7 100 7 100 0,003
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
setuju yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lebih banyak yaitu 24
orang (58,5%) daripada pekerja yang bersikap tidak setuju yang tidak
2
Berdasarkan hasil uji statistik, dengan menggunakan uji Chi Square (X )
pada variabel sikap didapatkan pvalue yaitu 0,003 yang berarti nilai Pvalue
< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
proporsi pekerja yang bersikap setuju dan pekerja yang bersikap tidak setuju
informal. Maka dalam penelitian ini, terdapat hubungan antara sikap dengan
Tabel 5.14
Hubungan Antara Motivasi Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Motivasi Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
N % N % N %
Baik 16 55,2 13 44,8 29 100
Kurang Baik 8 47,1 9 52,9 17 100 0,595
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
motivasi baik yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lebih banyak
76
baik yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu 9 orang
2
Square (X ) pada variabel motivasi didapatkan pvalue yaitu 0,595 yang
berarti nilai Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara proporsi pekerja yang memiliki motivasi baik dan
(APD) pada industri pengelasan informal. Maka dalam penelitian ini, tidak
Tabel 5.15
Hubungan Antara Komunikasi Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Komunikasi Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
N % N % N %
Baik 15 53,6 13 46,4 28 100
Kurang Baik 9 50,0 9 50,0 17 100 0,813
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
77
kurang baik yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu 9
orang (50,0%). Berdasarkan hasil uji statistik, dengan menggunakan uji Chi
2
Square (X ) pada variabel komunikasi didapatkan pvalue yaitu 0,813 yang
berarti nilai Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara proporsi pekerja yang memiliki komunikasi baik dan
Tabel 5.16
Hubungan Antara Ketersediaan APD Dengan Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
bengkel las dengan APD lengkap yang menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) adalah sama yaitu 15 orang (62,5%) dengan pekerja yang bekerja di
bengkel las dengan APD kurang lengkap yang tidak menggunakan Alat
2
statistik, dengan menggunakan uji Chi Square (X ) pada variabel
ketersediaan APD didapatkan pvalue yaitu 0,143 yang berarti nilai Pvalue >
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara proporsi pekerja yang bekerja di bengkel las dengan APD lengkap
dan pekerja yang bekerja di bengkel las dengan APD kurang lengkap dalam
Tabel 5.17
Hubungan Antara Pengawasan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Pengawasan Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
N % N % N %
Ada 13 76,5 4 23,5 17 100
Tidak Ada 11 37,9 18 62,1 29 100 0,012
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
Diri (APD) lebih sedikit yaitu 13 orang (76,5%) daripada pekerja yang
2
Berdasarkan hasil uji statistik, dengan menggunakan uji Chi Square (X )
pada variabel pengawasan didapatkan pvalue yaitu 0,012 yang berarti nilai
Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
dan pekerja yang bekerja di bengkel yang tidak memiliki pengawasan dalam
Tahun 2013.
Tabel 5.18
Hubungan Antara Hukuman Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong,
Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Hukuman Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
N % N % N %
Ada 17 70,8 7 29,2 24 100
Tidak Ada 7 31,8 15 68,2 22 100 0,008
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
(APD) lebih banyak yaitu 17 orang (70,8%) daripada pekerja yang bekerja
2
statistik, dengan menggunakan uji Chi Square (X ) pada variabel
pengetahuan didapatkan pvalue yaitu 0,008 yang berarti nilai Pvalue < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara proporsi
81
Tabel 5.19
Hubungan Antara Penghargaan Dengan Perilaku Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan
Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013
Penggunaan APD
Penghargaan Memakai Tidak Total Pvalue
Memakai
N % N % N %
Ada 17 70,8 7 29,2 24 100
Tidak Ada 7 31,8 15 68,2 22 100 0,008
Total 24 52,2 22 47,8 46 100
(APD) lebih banyak yaitu 17 orang (70,8%) daripada pekerja yang bekerja
2
statistik, dengan menggunakan uji Chi Square (X ) pada variabel
penghargaan didapatkan pvalue yaitu 0,008 yang berarti nilai Pvalue < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara proporsi
PEMBAHASAN
banyak sekali faktor yang sangat kompleks dan biasanya sulit untuk
107
84
atau setelahnya.
digunakan oleh pekerja apabila berada pada suatu tempat kerja yang
yang ada ditempat kerja. Hasil penelitian yang dilakukan pada industri
APD lebih banyak yaitu 24 orang (52,2%) daripada pekerja yang tidak
bekerja.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arianto
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Bandura (1963) dalam Syaaf (2008)
87
(20,0%) sedangkan pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan dan tidak
Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pekerja tidak hanya mengenai penggunaan APD ditempat kerja, tetapi juga
sesorang terhadap risiko bahaya yang ada. Pendapat ini juga dikemukakan
setuju tidak ada yang menggunakan APD sedangkan pekerja yang bersikap
Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap
Tahun 2013.
pada variabel ini adalah sikap para pekerja dalam penggunaan APD tidak
individu untuk berperilaku (dalam hal ini penggunaan APD). Pendapat ini
Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
variabel ini adalah motivasi pekerja dalam menggunakan APD tidak hanya
melainkan juga ada ketentuan dan peraturan dari pemilik usaha untuk
APD.
karena bekerja di bengkel las tidak memiliki bahaya tinggi sehingga pekerja
dalam penggunaan APD di tempat kerja, masih ada pekerja yang tidak
menggunakan APD.
nilai Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
bias pada variabel ini adalah komunikasi yang dilakukan pekerja tidak
didapatkan para pekerja yang bekerja di bengkel las dengan APD lengkap
bengkel las dengan APD lengkap namun tidak menggunakan APD sebanyak
9 orang (37,5%), pekerja yang bekerja di bengkel las dengan APD kurang
pekerja yang bekerja di bengkel las dengan APD kurang lengkap dan tidak
berarti nilai Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
pada variabel ini adalah ketersediaan APD di tempat kerja tidak hanya APD
yang tersedia tidak lengkap dan standar, tetapi juga ketentuan dari pemilik
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bandura dalam Syaaf (2008)
pekerja menggunakan APD yang ada maka dapat mencegah risiko dan
Hal ini mungkin karena APD Utama yang tersedia di tempat kerja
mengenai APD tertentu berdasarkan potensi bahaya yang ada dari pemilik
usaha dan pekerja. Adapun APD Utama kurang lengkap dipakai para pekerja
dikarenakan frekuensi dari bahaya yang ada (biasanya risiko rendah) sering
APD tambahan di tempat kerja, masih ada pekerja yang tidak menggunakan
18 orang (62,1%).
nilai Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
tidak hanya bersifat khusus yaitu penggunaan APD, tetapi juga pengawasan
97
pengawasan dari pengawas baik dari pihak bengkel las maupun dari pihak
usaha).
yang berhubungan dengan bengkel las tidak hanya sebagai usaha sektor
informal yang memerlukan SIUP, tetapi juga bengkel las sebagai home
kerja tidak hanya disediakan oleh bengkel las tetapi juga disuplai dari
orang (31,8%) sedangkan pekerja yang bekerja di bengkel las yang tidak
(68,2%).
Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
bias pada variabel ini adalah hukuman yang diberikan kepada para pekerja
hanya bersifat ringan yaitu berupa teguran saja dan pengurangan pendapatan
para pekerja.
99
berperilaku (dalam hal ini penggunaan APD). Pendapat ini juga dikemukan
dilakukan.
signifikan atau berarti karena hukuman hanya berupa teguran saja. Adapun
2
Square (X ) pada variabel penghargaan didapatkan pvalue yaitu 0,008 yang
berarti nilai Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bias pada variabel ini adalah penghargaan yang diberikan kepada pekerja
hanya bersifat stimulant untuk bekerja lebih giat berupa pujian dan
berperilaku (dalam hal ini penggunaan APD). Pendapat ini juga dikemukan
dilakukan.
dengan baik. Kalau pekerja melakukan pekerjaan dengan baik, reward yang
terhadap penggunaan APD di tempat kerja, masih ada pekerja yang tidak
menggunakan APD.
BAB VII
7.1. Simpulan
APD.
107
103
orang (41,3%).
19 orang (41,3%).
104
7.2. Saran
dan pekerja.
diinginkan.
106
APD dengan memasukkan bagian APD dalam aturan dan Surat Izin
pengelasan informal.
158-160.
kesejahteraan pekerja.
Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.
Governance/Document-Library/pdf/PR_-_HS020_-
http://www.semengresik.com/ina/post/APD-Bukan-Hiasan.aspx. diakses
Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Sistem Telepon Otomatis (STO) PT.
(Veteran) Jakarta.
Studi Kasus di Tiga RSJ di Jawa Barat. Depok: Skripsi Program Sarjana
107
108
Jakarta: EGC.
Cassell, Erin, dkk. Gear Up: Motivation and Barriers to the Wearing of Personal
Chahaya S., Indra. 2006. Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri Serta
Publishing Ltd.
unsoed.info/2011/01/hubungan-perilaku-keselamatan-dan.html. 27
http://www.jamsostek.co.id/content_file/ar_jamsostek_lores_8812.pdf .
Lewis, Joan & Thornbory, Greta. 2010. Employment Law & Occupational Helath.
Pelindung Diri di Departemen Engineering PT. Kiat Pulp & Paper Tbk.
Rineka Cipta
Rawar P., Dian. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital
Paru Pada Pekerja Bengkel Las di Pisangan Ciputat Tahun 2010. Jakarta:
Jakarta.
Pustaka Publisher.
Jakarta.
Simatupang, Erni Maria. 2011. Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Kerja Terhadap
Strank, Jeremy. 2006. The A-Z of Health and Saftey. London: Thorogoud
Publishing Ltd.
Strank, Jeremy. 2007. Human Factors & Behavioural Saftey. United Kingdom:
CV Sagung Seto.
Suratman M. 2001. Teknik Mengelas Asetilen, Brazing dan Las Busur Listrik.
Syaaf, Fathul Mashuri. 2008. Analisis Perilaku Beresiko (at-risk behavior) pada
pekerja unit usaha las sector informal di Kota X. Depok: Skripsi Program
Indonesia.
Jakarta.
Yasari. 2008. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Dan Kejadian Dermatitis
Akibat Kerja Pada Pekerja Pengangkut Sampah di PT. USB Kota Jambi.
Petunjuk pengisian
Jawablah setiap pertanyaan yang ada di kuesioner ini dengan benar, jujur dan apa
adanya.
Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi penilaian
Tangerang, 2013
Tertanda,
Responden
Pertanyaan Penelitian
1. Nama Responden
b. Tidak
diri.? []
b. Tidak
a. Ya b. Tidak
7. Apakah APD adalah salah satu cara mengendalikan bahaya.? []
a. Ya b. Tidak
1. ApakahAndatidak pernahmelakukantindakan []
berisiko/berbahaya.?
a. Ya b. Tidak []
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Anda menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) karena []
alasan nyaman.?
a. Ya b. Tidak
tindakan aman.?
a. Ya b. Tidak
[]
5. Apakah Anda hanya mengikuti peraturan K3 jika sedang
diawasi oleh pengawas.?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Anda mematuhi peraturan/prosedur kerja ketika Anda []
melakukan pekerjaan.?
a. Ya b. Tidak
melakukan pekerjaan.?
a. Ya b. Tidak
F. Komunikasi (Diisi oleh Peneliti)
atasan jika melihat rekan kerja dengan perilaku tidak aman atau []
melanggar prosedur kerja.?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada ketentuan dari pemilik usaha tentang penggunaan
APD.?
a. Ya b. Tidak []
4. Apakah selalu ada inspeksi ketika sedang bekerja agar tidak []
terjadi penyimpangan dalam melaksanakan prosedur kerja.?
a. Ya b. Tidak
a. Ya b. Tidak []
a. Ya b. Tidak []
_______ orang
3. Berapa kali pengawasan yang dilakukan oleh pengawas di [] []
menggunakan APD.?
a. Ya b. Tidak
I. Hukuman (Diisi oleh Peneliti)
Nama Responden :
Frequencies
Statistics
Pakai_APD Pengetahuan Pelatihan Sikap Motivasi Komunikasi Sedia_APD Pengawasan Hukuman Penghargaan
N Valid 46 46 46 46 46 46 46 46 46 46
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Pakai_APD
Cumulative
Pengetahuan
Cumulative
Pelatihan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Motivasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Komunikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sedia_APD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengawasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 17 37.0 37.0 37.0
Hukuman
Cumulative
Penghargaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
Total Count 24 22 46
% within Pengetahuan 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,78.
Risk Estimate
Pelatihan * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
PelatihanPernah Count 19 2 21
% within Pelatihan 90.5% 9.5% 100.0%
Total Count 24 22 46
% within Pelatihan 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Continuity Correction
b 19.981 1 .000
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,04.
Risk Estimate
Memakai APD
For cohort Pakai_APD =
.119 .031 .451
Tidak Memakai APD
N of Valid Cases 46
Sikap * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
SikapSetuju Count 24 15 39
% within Sikap 61.5% 38.5% 100.0%
Total Count 24 22 46
% within Sikap 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,35.
Motivasi * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
MotivasiBaik Count 16 13 29
% within Motivasi 55.2% 44.8% 100.0%
Total Count 24 22 46
% within Motivasi 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
N of Valid Cases
b 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,13.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Continuity Correction
b .051 1 .821
N of Valid Cases
b 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,13.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Memakai APD
For cohort Pakai_APD = .847 .463 1.548
Komunikasi * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
Total Count 24 22 46
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
Total Count 24 22 46
% within Komunikasi 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,61.
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
Sedia_APDLengkap Count 15 9 24
% within Sedia_APD 62.5% 37.5% 100.0%
Total Count 24 22 46
% within Sedia_APD 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,52.
Risk Estimate
Pengawasan * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Total Count 24 22 46
% within Pengawasan 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,13.
Risk Estimate
Hukuman * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
HukumanAda Count 17 7 24
% within Hukuman 70.8% 29.2% 100.0%
Total Count 24 22 46
% within Hukuman 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,52.
Risk Estimate
Memakai APD
For cohort Pakai_APD =
.428 .215 .849
Tidak Memakai APD
N of Valid Cases 46
Penghargaan * Pakai_APD
Crosstab
Pakai_APD
Tidak Memakai
Memakai APD APD Total
Total Count 24 22 46
% within Penghargaan 52.2% 47.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,52.
Risk Estimate
95% Confidence IntervalValueLowerUpperOdds Ratio for
Penghargaan5.2041.48118.289(Ada / Tidak Ada)For cohort
Pakai_APD =2.2261.1474.322Memakai APDFor cohort Pakai_APD
=.428.215.849Tidak Memakai APDN of Valid Cases46