Setelah kita kemarin cerita soal pelecehan seksual terhadap remaja, ngga ada salahnya kalo kita
memundurkan pembicaraan - kenakalan remaja. Yang pasti yang satu ini worth it banget buat
dibahas, gila aja makin hari makin marak perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja!
Ada tawuran, ngelakuin seks bebas, narkotika, alkohol dan sebagainya. Oke, Helda udah
nyebutin frasa kenakalan remaja satu kali, sebenarnya apa sih kenakalan remaja itu? Apa
cuma nakal-nakal, sedikit nakal atau kenakalan (baca: terlalu nakal)?
Kata pakar-pakarnya nih, kenakalan remaja itu bisa didefinisikan sebagai perilaku menyimpang
atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak
kriminal. (Kartono, 2003).
Apa kenakalan remaja itu hanya mencakup tindakan-tindakan yang akan membawa kita ke
dalam bui, Helda? Jawabannya tidak!
Silahkan perhatikan definisi kenakalan remaja yang sudah disebutkan di atas tadi.
Sekarang Kenapa seorang remaja bisa terjun ke dunia kenakalan remaja dan
bagaimana kita sebagai remaja bisa menghadapinya? Berikut penjelasannya, tentunya
berdasarkan perspektif seorang remaja.
Balik ke definisi awal kenakalan remaja - suatu tindakan menyimpang/tidak dapat diterima
sosial. Nah, pertanyaannya: kenapa remaja melakukan pemberontakan? Ada 3 hal yang
berperan penting dalam hal ini, yaitu:
Keluarga
Pergaulan
Remaja itu sendiri
1. Keluarga
Yang paling rentan ini nih (walau di poin ketiga yang akan dibahas berikut adalah kuncinya)!
Kenapa ngga? Gimana jadinya anak atau remaja di masa depan, ditentukan oleh cara didik orang
tua. Nah, cara mendidik ini yang menjadi satu hal yang masih dipertanyakan, sebenarnya gimana
sih? Helda aja masih bingung, hehe, ya iya lah. Tapi, satu hal yang perlu diingat adalah:
seimbang. Otoriter atau istilah lebih halusnya tegas, permisif serta demokratisnya
haruslah sesuai kadar.
Ketika orang tua otoriter, maka yang kita sebut sebagai kenakalan remaja akan muncul dalam
artian ingin memberontak. Sementara kalo ortu permisif, remaja malah akan mencari-cari
perhatian dengan segala tingkah lakunya yang kemungkinan besar menjurus ke kenakalan
remaja. Bahkan orang tua yang demokratis sekalipun, Helda saja sebagai remaja ngga bisa
menjamin akan menggunakan kebebasan namun bertanggung jawab dari paham demokratis ini.
Karena
2. Pergaulan
Yup! Pergaulan remaja. Tekanan teman bahkan sahabat, apakah itu yang namanya rasa
solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan
kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
Kalo di dalam keluarga, remaja memberontak atau mencari perhatian yang menjurus ke tindakan
kenakalan remaja demi orang tua. Nah ini, malah ke kebutuhan yang lain! Yup! Teman, sabahat
dan diterima dalam pergaulan yang merupakan suatu kebutuhan.
Pada hakikatnya apa yang dilakuin oleh seorang remaja ketika mencoba menarik perhatian dari
ortu terlebih lagi teman, adalah untuk memuaskan diri remaja itu sendiri. Memuaskan di sini
bukan hanya dalam arti negatif aja yah. Namun, demi memuaskan obsesinya itu - sering
malah keterlaluan dan berlebihan!
Bukankah apa pun yang terjadi kalo memang remaja tersebut punya hati yang besar menyadari
bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan perhatian itu, pasti dia bisa untuk tidak terperosok ke
dalam jurang kenakalan remaja.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak
dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan
kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya
remaja jaman sekarang. Dan saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika
sebuah anak kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI akibat menjadi
seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.
Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:
Dan saya dapat memberikan beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan
remaja, yaitu:
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja
membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan
kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia
dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati
batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik
lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat
tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa
terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio,
handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak
menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi
tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan
pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai
selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan
kepercayaan dirinya.
- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda,
sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat berguna bagi anda.
Artikel ini dituliskan ketika mendapatkan mata kuliah akta mengajar di kampus
Universitas Islam Negeri Malang, artikel ini disajikan berdasarkan fakta yang
yang didapat bukan susu namun pecahan gelas,memakai pakaian rekan lain sehingga
nama berbeda dengan sama sesungguhnya,dijewer akibat tidak ngaji,jalan katak akibat
telat shalat jum'at,tidak lari pagi sampai dilarikan sebelum apel pagi,membina adik
kelas tanpa alasan semua itu terinspirasi dari kampus hijau sawala yang pada waktu itu
Psikotropika dan zat Aditif lainnya) bukan disebabkan oleh pengaruh maupun dampak
dari kegiatan sektor kepariwisataan akan tetapi lebih merupakan trend atau
dan perkotaan khususnya selama ini belum ditemui secara signifikan adanya
Daerah semakin dikenal masyarakat di dalam maupun di luar negeri. Dan pendapatan
melalui PAD dari pariwisata yang diterima daerah semakin meningkat setiap tahun.
Pusat Rekreasi dan Wisata. Sedang untuk wilayah Daerah orientasi kepariwisataannya
ditujukan pada adventure tourism atau wisata petualangan yang cukup banyak ragam dan
bentuknya.
Dengan orientasi wisata hiburan keluarga dan adventure tourism maka penyalagunaan
seluruh komponen masyarakat bersama pemerintah. Tidak bisa dibebankan kepada salah
SEKALIPUN seringkali dikaitkan dengan anak-anak, sehingga dikenal istilah anak nakal,
kenakalan lebih melekat pada remaja. Mencorat-coret dinding, mabal (bolos sekolah) dan
kebut-kebutan adalah jenis-jenis kenakalan yang umum dilakukan remaja kita. Dalam
dekade terakhir, kenakalan remaja cenderung sangat memprihatinkan. Media massa, baik
(tidak menurut, mengganggu dsb. terutama bagi anak-anak) atau buruk kelakuan."
Juvenile deliquency atau kenakalan remaja dapat ditinjau dari empat faktor penyebab,
yakni faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama, maupun faktor
sekolah dan lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang
remaja.
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci bimbingan orang tua yang bertanggung
jawab dapat mengantar individu manusia menerima hidayah Allah sehingga potensi
kemalaikatan yang ada dalam dirinyalah yang akan berkembang. Sebaliknya, tanpa
bimbingan orang tua, tidak mustahil justru potensi kebinatangan yang ada dalam diri
individullah yang akan muncul. Maka berbagai sifat keji (ahlaqul madzmumah) seperti
pemarah, tamak, dengki, pendendam, tidak sabaran, sombong dan tidak amanah
seumpamanya yang akan berkembang dan melekat pada pribadi yang bersangkutan. Hal
ini berlaku karena individu tersebut telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional
yang mewakili nafsu kebinatangan, serta pengalaman yang diterima sejak kecil. Sifatsifat
tidak baik itu mungkin telah muncul sejak individu masih anak-anak dan kemudian
Pada tahap perkembangan awal sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di
lingkungan rumah atau dalam pengawasan keluarga. Ini berarti bahwa perkembangan
mental, fisik dan sosial individu ada di bawah arahan orang tua atau terpola dengan
kebiasan yang berlaku dalam rumah tangga. Dengan demikian jika seorang remaja
menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar faktor keluarga turut memengaruhi
dan ketidakberhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan, anak. Faktor sekolah yang
berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin sekolah yang longgar,
ketidakacuhan guru dan pengelola sekolah terhadap masalah siswa di luar urusan sekolah,
serta tidak lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang menyebabkan kecilnya
fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan yang menyediakan pelbagai produk yang bisa
lingkungan yang menyumbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas di
antara pria dan wanita, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusatpusat
hiburan serta pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan
dan pornografi.
Pada praktiknya kontribusi keempat faktor tersebut berbeda-beda dalam berbagai kasus
kenakalan remaja. Sekalipun demikian jika seorang remaja terjatuh dalam kenakalan,
maka orang tualah yang memiliki tanggung jawab terbesar. Ketimbang menyalahkan
pihak lain, orang tua pulalah hendaknya yang mengambil inisiatif memperbaikinya.
Dalam keadaan demikian seyogianya orang tua: 1) dapat memaafkan dan berlaku adil
terhadap anak. 2) Tidak terlalu menampakkan kekecewaan dan dapat menerima anak apa
adanya. 3) Memberi pertolongan dan membimbing dengan sabar, lemah lembut dan
penuh kasih sayang. 4) Meminta pendapat remaja yang bersangkutan tentang bagaimana
Berjaga-jaga dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, selalu lebih baik dari
pada mengobati. Sebelum atau sekurang-kurangnya pada saat memohon dianugerahi anak
saleh, kita seyogianya siap menjadi orang tua yang saleh. Orang tua yang saleh adalah
pria yang mampu menjadi pemimpin buat istri dan anak-anaknya. Ibu yang selalu
Orang tua yang siap memberikan teladan buat putra putrinya dan orang tua yang
terlahir dalam keadaan suci, terpulang kepada orang tuanyalah untuk meyahudikannya
Kalo berani satu lawan satu! Itu ungkapan spontan setelah membaca rubrik tawuran
antar-pelajar, mahasiswa, bahkan pejabat teras ataupun aksi yang kini marak
dikategorikan sebagai tindakan premanisme. Di antara rubrik itu, ada persamaan yang
Jelas, jika ungkapan itu sangat lazim diucapkan. Tapi persamaan lainnya, mereka
umumnya golongan remaja. Tapi bagaimana jika pelakunya kaum hawa? Seperti kasus
penganiayaan terhadap Ica, siswi SMUN 7 yang tengah diusut. Yang menarik dari kasus
ini, korban dan pelaku adalah kaum hawa yang konon sering dikategorikan sebagai kaum
yang lemah, Juga Cliff Muntu, Praja IPDN yang tengah diusut juga.
Sebenarnya itu bukan hal baru . Penganiayaan itu lebih beken disebut salah satu tindakan
penggencetan. Penggencetan itu sendiri tidak hanya dilakukan dengan kontak fisik, tapi
bisa hanya dengan teguran keras, atau teror lewat sms atau media lainnya.
Tidak bisa dipungkiri, hal itu sudah menjadi tradisi dari senior kepada junior yang
dilakukan karena banyak alasan. Mulai dari alasan yang jelas sampai alasan yang lucunya
tidak disebutkan si senior sampai kapanpun. Ya.. seperti tayangan di sinetron remaja
Hal yang terjadi saat tawuran, sebenarnya perilaku agresi dari seorang individu atau
kelompok. Agresi itu sendiri menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, Psikologi
kepribadian, 1993) didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat,
singkatnya agresi tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak
melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja
Pada delikuensi situsional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharukan
mereka untuk berkelahi. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat
perkelahian itu berada dalam satu geng atau organisasi. Di sini ada norma, aturan, dan
Sebagai anggota mereka bangga melakukan apa yang diharapkan. Kejadian itu berkaitan
dengan emosinya yang dikenal dengan masa strom dan stress. Dipengaruhi lingkungan
tempat tinggal, keluarga, dan teman sebaya serta semua kegiatan sehari-hari.
Memotivasi diri
Goleman (1997) mengatakan, koordinasi suasana hati inti dari hubungan sosial yang
baik. Seorang yang pandai menyesuaikan diri atau dapat berempati, ia memiliki tingkat
emosionalitas yang baik. Kecerdasan emosional lebih untuk memotivasi diri, ketahanan
Lima wilayah kecerdasan emosional sebagai pedoman setiap individu, untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni mengendali emosi, kesadaran diri dalam
mengenali perasaan ketika perasaan itu terjadi sebagai dasar kecerdasan emosi, sehingga
kita bisa peka pada perasaan sesungguhnya dan tepat dalam pengambilan keputusan
masalah.
Mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar perasaan terungkap dengan tepat
memotivasi diri mengenali emosi orang lain empati atau mengenal emosi orang lain,
dibangun berdasar pada kesadaran diri. Orang yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan emosi sendiri, dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang
lain.
Membina hubungan dengan orang lain, sebagai makluk sosial, individu dituntut dapat
menyelesaikan masalah dan mampu menampilkan diri, sesuai aturan yang berlaku.
meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan
Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja,
tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Beberapa aspek yang menuntut keterampilan sosial (dalam Davis dan Forsythe, 1984).
Yaitu keluarga, hal yang paling penting diperhatikan orang tua, menciptakan suasana
demokratis dalam keluarga. Sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik
penanaman sejak dini, nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal fisik seperti materi dan penampilan. Rekreasi, pergaulan dengan
Remaja diajarkan lebih memahami diri sendiri (kelebihan dan kekurangannya), agar ia
mampu mengendalikan dirinya. Sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif,
dibiasakan untuk menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya.
Dengan cara itu remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari sekitar,
akan mampu membantu menemukan dirinya sendiri dan mampu berperilaku sesuai
untuk memahaminya guna menemukan langkah pemecahan yang lebih efektif. Tulisan
ini dimaksudkan untuk memperoleh ancangan teoretik yang lebih komprehensif tersebut
dengan mencari kaitan logis dan dinamis dari sembilan ancangan teoretik yang sering
Gagasan Analisa :
Sukses pada dasarnya adalah pencapaian sesuatu tujuan yang dengan segala daya upaya
diiringi kepuasan batin dan kesehatan fisik-mental serta prospek pengembangan diri yang
seluas mungkin. Kepuasan batin berarti perasaan bahagia dalam diri seseorang tanpa
Kesehatan Dunia (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera jasmaniah,
rohaniah maupun sosial dan bukan semata-mata ketiadaan penyakit dan kelemahan.
Sedang pengembangan diri yang selengkapnya meliputi segi-segi fisik, sosial, emosional,
intelektual, moral, dan spiritual. Kalau hidup ini diterima sebagai suatu kurnia yang baik,
pengalaman yang indah, dan kenyataan yang benar, maka setiap orang perlu berusaha
mencapai suatu hidup yang sukses. Dengan demikian, segenap potensi kemampuan yang
pokok hidup manusia berupa: berada (to be), mengetahui (to know), berbuat (to do), dan
Konseling sebagai teknologi bantuan kemanusiaan memerlukan strategi yang tepat agar
subjek layanan memperoleh manfaat bagi dirinya. Bibliokonseling merupakan salah satu
strategi bantuan dengan menggunakan informasi dalam bahan pustaka. Strategi ini dapat
kerangka itu, konselor perlu mengembangkan bibliokonseling yang sudah dirancang itu
dapat disajikan dengan teknik kelola sendiri, kontak minimal, kelola-konselor, dan arahan
Urgensi Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Siswa Luar Biasa di
Siswa luar biasa sebagai bagian integral dari siswa pada umumnya memiliki berbagai
jenis kebutuhan untuk tetap aksis dalam kehidupan di masyarakat. Dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhannya, siswa luar biasa juga mengalami kesulitan seperti halnya
kesulitan yang dialami oleh siswa pada umumnya di sekolah biasa. Akan tetapi tingkat
kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa luar biasa lebih tinggi ketimbang dengan tingkat
kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa biasa sebagai akibat dari keluarbiasaan yang
diderita. Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa luar biasa tersebut, maka pemberian
layanan bimbingan dan konseling di sekolah luar biasa sangat urgen untuk dilakukan.
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
Konselor sebagai petugas profesional mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
sejumlah siswa. Sebagai helper ia bertugas sangat berat, sekalipun sudah dibekali
wawasan dan ketrampilan ini pun belum cukup menjamin keterlaksanaan program
bimbingan dan konseling secara efisien dan efektif. Sehubungan dengan keterlaksanaan
layanan konseling khususnya, para konselor banyak mengalami kerisauan terhadap hasil
perubahan perilaku, sikap, pikiran, dan perasaan klien itu dari hasil intervensi konseling?
Selama konselor belum berupaya mencari solusi kesulitan yang dialaminya maka
salah satu alat atau instrumen yang memadai untuk mengevaluasi kemampuan atau
Konseling Behavioral".
Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang
kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat.
sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab
yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan
bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja
terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada
di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para
Statistika merupakan alat bantu untuk menyajikan data sehingga menjadi lebih informatif
dan untuk menguji hipotesis suatu penelitian. Sesuai dengan sifatnya sebagai alat bantu,
statistika tidak mengenal apakah angka yang dianalisis itu mempunyai arti atau tidak.
Setiap angka yang masuk akan keluar hasil analisisnya. Penelitian pendidikan merupakan
kelompok penelitian bidang ilmu-ilmu sosial yang kegunaannya lebih praktis dan penting
dalam kehidupan manusia. Dalam perannya yang tidak diragukan, maka penelitian
ditentukan oleh kualitas dan analisis data. Dalam analisis itulah peneliti harus berhati-hati
termasuk di antaranya peneliti harus memperhatikan asumsi yang disyaratkan oleh teknik
analisis tertentu. Dalam kajian ini penulis mencoba mengemukakan pentingnya uji
Pustaka :
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana
yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada
usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang
untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.