PENDAHULUAN
1
1.2.1 Apa yang dimaksud partenokarpi ?
1.2.2 Bagaimana proses terbentuknya buah partenokarpi ?
1.2.3 Keuntungan dan kekurangan apa yang diperoleh dengan adanya buah partenokarpi ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian partenokarpi
1.3.2 Untuk mengetahui proses terbentuknya buah partenokarpi
1.3.3 Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan yang diperoleh dengan hadirnya buah
partenokarpi
BAB II
PEMBAHASAN
2
Partenokarpi secara harafiah berarti buah perawan. Partenokarpi merupakan gejala
terbentuknya buah tanpa melalui proses pembuahan inti generatif terhadap sel telur, sehingga
sangat efisien untuk meningkatkan produksi buah dalam kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan. Buah partenokarpi dapat didefinisikan sebagai buah yang berkembang tanpa
didahului oleh adanya polinasi, buah yang berkembang akibat adanya stimulasi polinasi
tanpa dilanjutkan dengan adanya fertilisasi juga buah yang berkembang akibat adanya
polinasi dan fertilisasi, akan tetapi terjadi aborsi embrio sebelum buah dewasa
Buah partenokarpi umumnya tidak berbiji atau berbiji sedikit sehingga sesuai untuk
dikonsumsi langsung ataupun digunakan untuk proses industri yang memerlukan bahan baku
buah tersebut. Menurut Purnamaningsih (2008) bahwa buah partenokarpi bermanfaat untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas yang lebih baik. Keuntungan dari buah partenokarpi
yaitu produksi buah stabil walau dalam lingkungan yang tidak menguntungkan, produktivitas
meningkat, memperbaiki kualitas buah, buah tanpa biji merupakan salah satu sifat yang
diinginkan oleh konsumen pada tanaman buah-buahan.
3
Percobaan pada tanaman strawbery, di mana bakal biji yang telah dibuahi (achenes) dapat
dihilangkan tanpa merusak bagian reseptakel ternyata buah tetap tumbuh dan berkembang
setelah achenes tersebut diganti dengan olesan senyawa lanolin yang berisi auksin
(Nitsch, 1950). Lebih lanjut, Nitsch membuktikan bahwa kandungan dan sintesis auksin
pada bakal biji (achenes) berlangsung hingga 17 hari setelah pembuahan. Hal ini
membuktikan bahwa auksin dibutuhkan selama perkembangan buah. Zat pengatur tumbuh
(ZPT) lain, seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti dapat menggantikan peran biji
dalam perkembangan buah (Schwabe dan Mills, 1981). Namun, untuk efisiensi
partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut.
Zat pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
kandungan auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary), baik setelah polinasi dan
fertilisasi ataupun setelah aplikasi ZPT dari luar. Kadar auksin selama perkembangan
bakal buah berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya meningkat pada saat 20
hari setelah pembungaan (anthesis) baik pada bunga yang diserbuki atau yang disemprot
auksin (Lee et al., 1997). Peningkatan kadar IAA pada bakal buah akan merangsang
pertumbuhan dan perkembangan buah pada fase awal pembungaan (Gillapsy et al., 1993).
Mekanisme inilah yang mengilhami para ahli bioteknologi pertanian dalam pembentukan
buah partenokarpi melalui rekayasa genetika.
4
(1) Menghambat perkembangan embrio/biji tanpa mempengaruhi pertumbuhan buah.
Cara pendekatan pertama ditempuh melalui penggunaan gen yang bersifat
merusak sel (cytotoxic). Gen ini akan menghasilkan senyawa toksik terhadap sel-sel
embrio/ biji, sehingga akan menghambat bahkan merusak perkembangan embrio/biji.
Pertumbuhan buah tetap berlangsung, tetapi tidak menghasilkan biji. Sebagai contoh,
penggunaan gen barnase yang diisolasi dari bakteri Bacillus amyloliquefaciens atau
kombinasi gen sitotoksik, misalnya gen iaaM dan iaaH dari bakteri yang
mengekspresikan senyawa toksik kadar tinggi terhadap sel-sel embrio/biji. Kombinasi
ekspresi dua gen ini akan merubah triptofan menjadi IAA melalui senyawa
indoleacetamide. Kadar IAA tinggi ini akan bersifat toksik terhadap sel-sel biji atau
embrio tanaman. Beberapa ahli juga menggunakan gen regulator yang dapat
mengekspresikan senyawa toksik yang mempengaruhi perkembangan embrio atau
endosperm. Gen barnase akan menghasilkan enzim ribonuklease pada bagian biji di
bawah kontrol promoter spesifik bagian kulit biji. Tetapi pembentukan partenokarpi
melalui cara pendekatan ini kurang berhasil dan tidak berkembang, karena hingga kini
belum ada data hasil percobaan yang mendukung keberhasilan teknik ini.
(2) Ekspresi fitohormon pada bagian ovary/ ovule untuk memacu perkembangan buah
partenokarpi.
Pembentukan Buah Partenokarpi melalui Rekayasa Genetika Cara pendekatan
kedua dalam menghasilkan partenokarpi adalah melalui pengekspresian senyawa
fitohormon IAA atau analognya pada bagian bakal buah (ovary) terlihat lebih efektif.
Cara kedua ini didasari oleh pengetahuan sebelumnya bahwa aplikasi fitohormon
sejenis auksin/ giberelin dapat menggantikan peran biji dalam merangsang
pembentukan dan perkembangan buah. Induksi buah partenokarpi melalui
penggunaan gen pengkode giberelin telah berhasil, yaitu giberellin 20-oxidase yang
diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol
promoter spesifik bagian polen). Buah partenokarpi dapat terbentuk sebelum fertilisasi
(anthesis). Penggunaan gen pengkode auksin, giberelin atau sitokinin (iaaM, iaaH
atau ipt) dari Agrobacterium tumefaciens di bawah kontrol sequen regulator spesifik
bagian ovary telah berhasil. Gen iaaM mengkode senyawa triptofan 2-monooxigenase
yang akan meru-bah triptofan menjadi indoleaceta-mide (IAM), lalu menjadi indole
acetic acid (IAA) dan amonia menggunakan promoter GH3 dari kedelai atau AGL5
5
(Agamous-like 5) dari Arabidopsis atau PLE36 dari tembaka. GH3 merupakan
promoter inducible auksin di bagian ovary, AGL5 spesifik pada perkembangan
karpela dan PLE 36 spesifik untuk ovary. Telah berhasil digunakan promoter bagian
regulator defh9 (deficiens homologue 9) dari Antirrhinum majus untuk
mengekspresikan gen iaaM (pengkode IAA) dari Pseudomonas syringae pv
savastanoi pada bagian plasenta dan bakal biji. Gen kimerik defh9-iaaM ini telah
berhasil menginduksi buah partenokarpi pada beberapa tanaman dari famili
Solanaceae seperti terung, temba-kau, dan tomat. Tanaman hibrid (F1) terung yang
mengandung gen defh9-iaaM menunjukkan peningkatan produksi pada musim dingin.
Demikian juga terjadi pada tomat transgenik yang ditanam pada kondisi atau cuaca
yang kurang menguntungkan bagi perkembangan polen. Bahkan saat ini, di Italia
sedang dilakukan pengujian lapang untuk tanaman transgenik melon, strawbery, dan
anggur. Sehingga gen partenokarpi defh9-iaaM telah berhasil dicoba pada empat
famili, yaitu Solanaceae, Cucurbitaceae, Rosaceae, dan Cruciferae.
Dari semua tanaman transgenik partenokarpi tersebut ditemukan kadar ekspresi
auksin yang sangat rendah pada mRNA yang diekstrak dari kuncup bunga. Dari hasil
percobaan ternyata terdapat faktor penting di dalam pembuatan buah partenokarpi
melalui rekayasa genetika, yaitu terletak pada penggunaan bagian regulator (regulator
region) dalam konstruksi gen kimera. Bagian regulator merupakan informasi genetik
yang sangat penting dalam mengontrol ekspresi gen interest baik secara temporal atau
spatial. Dua parameter ini sangat penting dalam memperoleh partenokarpi dan
meyakinkan ekspresi yang optimal dari gen partenokarpi tanpa menghambat
pertumbuhan vegetatif (buah) pada tanaman transgeniknya. Dengan demikian, semua
gen regulator yang digunakan diarahkan ekspresinya ke bagian ovary dan bagian-
bagiannya. Sebagai contoh gen kimera defh9-iaaM, bagian regulator defh9 (promoter)
dapat mengontrol ekspresi gen iaaM (pengkode IAA) hanya pada bagian plasenta,
ovule, dan bagian ovule. Ekspresi IAA pada bagian ovule ditujukan untuk
menggantikan peran biji dalam memacu pertumbuhan buah, sedangkan ekspresi IAA
pada bagian plasenta untuk meyakinkan bahwa partenokarpi terjadi sebelum polinasi
(anthesis). Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan dengan buah hasil
penyerbukan biasa atau aplikasi ZPT. Buah partenokarpi tanpa biji dapat terbentuk
pada bunga tomat dan terung yang diemaskulasi atau dikastrasi (dihilangkan bagian
6
benang sarinya) terlebih dahulu. Sedangkan ekspresi IAA pada bagian jaringan ovule
dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan buah
hingga dewasa. Ekspresi IAA yang sangat rendah diperlukan untuk memperoleh
perkembangan buah partenokarpi secara normal, karena apabila ekspresi terlalu tinggi
dapat menyebabkan pertumbuhan yang abnormal (malformation), terutama pada jenis
tanaman yang sensitif terhadap auksin.
7
(semangka seedless) yang mempunyai daya vitalitas rendah. Jika suhu udara rendah
(kurang dari 29 oC) maka daya kecambahnya pun akan lambat, oleh karena itu
perkecambahan benih semangka triploid memerlukan suhu udara yang cukup tinggi agar
perkecambahannya dapat terjamin. Pertumbuhan tanaman muda pada awalnya lemah,
bahkan terkadang tidak normal, tetapi selanjutnya tanaman akan tumbuh kuat. Daya
kecambah rata - rata biji semangka triploid adalah antara 27,5-85 % dengan bentuk
kotiledon yang lebih kecil daripada semangka diploid. Tanaman semangka triploid
sebenarnya memiliki bunga jantan dan betina yang lengkap, tetapi bakal biji dan benang
sarinya mandul, maka biji tidak akan terbentuk. Meskipun demikian biji kosong yang
berwarna putih atau coklat terkadang masih dijumpai. Terbentuknya biji kosong yang
berwarna coklat biasanya disebabkan karena kelebihan dosis pemupukan unsur hara
phospor.
Berikut ini juga ada langkah-langkah yang biasanya digunakan untuk
membudidayakan buah semangka tanpa biji, antara lain:
a. Mula-mula sediakan benih semangka diploid atau semangka dengan biji. Benih
semangka ini kemudian direndam dalam larutan colchicine selama 24 jam, lalu
disemai.
b. Setelah muncul tunas, tetesi dengan colchicine 0,05% sebanyak enam kali dalam
empat hari pertama. Perlakuan ini akan menghasilkan semangka tetraploid dengan
jumlah kromosom 44.
c. Colchicine merupakan zat yang dihasilkan oleh Colchicine autumnale yang diketahui
lebih efektif daripada auxin dan giberellin karena Colchicine bekerja dengan cara
menghambat terbentuknya dinding sel yang biasanya terbentuk setelah proses
pembelahan.
d. Semangka tetraploid yang dihasilkan kemudian ditanam sebagai indukan seleksi. Buah
yang dihasilkan semangka ini kemudian bijinya ditanam kembali dan bunganya
diserbuki dengan bunga semangka diploid.
e. Penyerbukan dilakukan dengan cara menggabungkan sel telur semangka tetraploid
dengan serbuk sari semangka diploid sehingga menghasilkan semangka tanpa biji
(Anonim, 2009).
8
Kurma tanpa biji itu bukan hasil perkawinan bunga jantan dan betina. Buah
berasal dari pohon partenokarpi. Artinya, pohon mampu membentuk buah tanpa ada
penyerbukan jantan pada betina. Beberapa pohon kurma memang bersifat seperti itu,
tergantung genetik bunga betina. Secara alami kurma tergolong tanaman berumah dua.
Pohon hanya menghasilkan 1 jenis bunga: jantan atau betina. Penyerbukan alami terjadi
bila terdapat pohon jantan dan betina di lokasi berdekatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
9
bibit, karena buah tidak menghasilkan biji. Keberadaan buah partenokarpi juga dikhawatirkan
dapat mengurangi bahkan menghilangkan gen murni (mengurangi diversitas) dari tanaman
yang diberi perlakuan rekayasa genetika.
3.2 SARAN
Melalui disusunnya makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan untuk
menindaklanjuti hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai partenokarpi, dan dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai buah partenokarpi untuk dihasilkan produk yang
lebih berkualitas dan tanpa mengabaikan keragaman genetiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Agostino Falavigna dan Giuseppe Leonardo Rotino. 2005. Pemanfaatan Bioteknologi untuk
Mengatasi Cekaman Abiotik pada TanamanParthenocarpy, a Strategi for Fruit Production
under Adverse Environmental Conditions. C. R. A.-Research Institute for Vegetable Crops,
Montanaso Lombardo, Lodi, Italy.
http://biogen.litbang.deptan.go.id/berita_artikel/seminar_22_sept_2005_ringkasan_falavign
a.php. (diakses tanggal 26 September 2015).
Anonim. 2009b. Pembentukkan buah partenokarpi pada Jambu Biji (Lambo guava).
http://www.ristek.go.id. (diakses tanggal 26 September 2015).
Fitting, H. 1909. Die beeinflussung der Orchideenbluten durch die Bestaubung und durch andere
Umstande. Zeitshchrift fuer Botanik 1:1-86.
10
Gillapsy, G., H. Ben-David, and W. Grulssem. 1993. Fruits: A development perspective. The
Plant Cel. 5:1439-1451.
Lee, T.H., A. Sugiyama, K. Takeno, H. Ohno, and S. Yamaki. 1997. Changes in content of indole-
3-acetic acid and activities of sucrose metabolizing enzyme during fruit growth in eggplant
(Solanum melongena L.). J. Plant Physiol. 150:292-296.
Pardal, Saptowo. 2001. Pembentukan Buah Partenokarpi Melalui Rekayasa Genetika. Bogor :
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Buletin AgroBio 4(2):45-49
Sugiharto. 1999. Pembentukan buah partenokarpi pada Cabai (Capsicum annum, L).
http://libunair@indo.net.id. Faculty of Mathematics and Natural Science Airlangga
University. (diakses tanggal 26 September 2015).
11
TUGAS KULIAH
FISIOLOGI TUMBUHAN LANJUT
DEBORA MARGARETH
NIM : 1592261004
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
12
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Pembentukan Buah
Partenokarpi dalam pemenuhan tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan Lanjut.
Makalah ini mencakup pengertian partenokarpi, proses pembentukan buah partenokarpi
baik itu secara alami maupun buatan, serta contoh-contoh buah partenokarpi yang telah
dikembangkan para peneliti.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat mempermudah dalam proses pembelajaran pokok
materi yang bersangkutan, dan penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan.
Oktober 2015
Penulis
i
13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.................................................................................................................
.................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
.................................................................................................................
.................................................................................................................
2
1.3 Tujuan
.................................................................................................................
.................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Partenokarpi
................................................................................................................
................................................................................................................
3
2.2 Pembentukan Buah Partenokarpi
................................................................................................................
................................................................................................................
3
2.2.1 Partenokarpi Alami
14
2.2.2 Partenokarpi Buatan
4
2.3 Contoh Pembentukan Buah Partekokarpi
................................................................................................................
................................................................................................................
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.................................................................................................................
.................................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
ii
15