EKOLOGI TUMBUHAN
ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN METODE POINT
CENTERED QUARTER (PCQ) DI KAWASAN GUNUNG
BAWAKARAENG LEMBANNA MALINO KABUPATEN
GOWA
DISUSUN
OLEH :
Ristia Julhijjah
1414141004
BIOLOGI SAINS 2014
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
ABSTRAK
Praktikum ini dilaksanakan di Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa dengan kondisi lokasi yang
dingin yakni pada lereng gunung dengan banyak jenis tumbuhan yang hidup. Pengamatan yang
dilakukan adalah menghitung vegetasi tumbuhan herba, semak, anakan pohon dan pohon serta
mengamati kondisi serasah lokasi. Penghitungan dilakukan dengan membuat transek yang terdiri
beberapa plot. Ukuran plot untuk herba adalah 2 2 cm, ukuran plot untuk anakan pohon dan
semak adalah 5 5 cm dan pohon dengan ukuran 10 10 cm. Banyak transek yang telah berhasil
diselesaikan pada proses praktikum adalah 3 transek. Metode yang dianalisis adalah dengan
menggunakan metode Point Centered Quartener (PCQ).
ABSTRACT
Practicum was held at Mount Bawakaraeng Gowa with the cold conditions at the site on the slopes
of the mountain with many species of plant life. The observations made are counting herbaceous
vegetation, shrubs, saplings and trees and observe the condition of the litter location. Calculations
done by creating a transect comprising several plots. Plot size for herbs is a 2 2 cm, the size of
plots for seedling trees and shrubs is a 5 5 cm and trees with a size of 10 10 cm. Method use
by Point Centered Quartener (PCQ) method.
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi
dan dijaga kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk
hidup tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan
abiotik sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan dan salah satunya adalah ekologi. Lingkungan hidup terdiri
dari dua komponen yakni komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik
adalah segala yang tidak bernyawa, seperti tanah, air, udara, iklim,
kelembapan, cahaya, bunyi, sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu
yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia,dan mikroorganisme (virus
dan bakteri). Sedangkan untuk ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu
lingkungan atau ekologi.
Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan
sejarah peradaban manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-makhluk
hidup lainnya. Interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya
merupakan proses yang tidak sederhana, melainkan suatu proses yang
kompleks. Ekologi sendiri merupakan suatu hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Tujuan ekologi adalah untuk memahami mekanisme yang
mengatur struktur dan fungsi suatu ekosistem. Untuk mengetahui sistem
ekologi pada suatu waktu tertentu, perlu diketahui organisme apa saja yang
hidup ditempat tertentu, bagaimana kepadatannya dan bagaimana hubungannya
dengan banyak faktor fisik dan kimia dilingkungan abiotik disekelilingnya.
Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan lingkungan, salah
satunya adalah vegetasi. Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuh-tumbuhan
yang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda hidup bersama di suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat
baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga membentuk suatu sistem yang dinamis dan hidup.
Istilah ekologi juga berhubungan dengan komunitas dan populasi.
Populasi didevinisikan sebagai kumpulan individu dari jenis yang sama dalam
suatu daerah, maka komunitas merupakan kumpulan populasi dari berbagai
jenis dalam suatu daerah. Setiap dari satu jenis komunitas bisa saja terdapat
berbagai macam spesies. Diketahui bahwa jumlah spesies yang satu dengan
yang lainnya dalam suatu komunitas tidaklah sama sesuai dengan kondisi yang
ada. Kurva spesies area dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan
hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat. Grafik itu biasanya
menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran
kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin
mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. Kurva spesies area ini
dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang
mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis flora dan fauna
dengan tipe hutan yang tergolong bervariasi di dunia. Indonesia dikenal
sebagai Negara mega biodiversity dengan urutan ketiga setelah negara Brazil
dan Zaire. Keanekaragaman hayati Indonesia yang tinggi didukung oleh
adanya wilayah Indonesia yang luas dengan banyak kepulauan dan berada di
daerah tropis yang memiliki habitat yang sesuai dengan perkembangan baik
flora maupun fauna. Dalam perhitungan analisis vegetasi yang dilakukan
menggunakan 4 metode yang berbeda.
Dalam analisis vegetasi masalah yang dihadapi adalah pembuatan
kuadrat (petak contoh) di lapangan, ada metode sampling yang disebut teknik
sampling tanpa petak contoh (plotless sampling technique). Metode ini pada
dasamya memanfaatkan pengukuran jarak antar individu tumbuhan atau jarak
dari pohon yang dipilih secara acak terhadap individu-individu tumbuhan yang
terdekat dengan asumsi individu tumbuhan menyebar secara acak. Dengan
demikian disamping metode ini akan menghemat waktu karena tidak
memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam
proses pembuatan petak contoh dan penentuan individu tumbuhan berada di
dalam atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Paling sedikit terdapat empat
macam metode tanpa petak contoh yang berdasarkan satuan contoh berupa titik
yang penempatannya di lapangan bisa secara acak atau sistematik.
Metode point centered quarter (PCQ) merupakan metode jarak yang
banyak digunakan untuk pohon dan semak. Parameter yang digunakan adalah
frekuensi, densitas, dan dominansi. Jumlah individu dalam suatu area dapat
ditentukan dengan mengukur jarak antara individu tumbuhan dengan titik
sampling. Titik sampling merupakan titik dalam garis transek, pada titik
tersebut dibagi menjadi empat kuadran yang masing-masing individu
tumbuhan jarak terdekat dengan titik sampling. Metode point centered quarter
adalah salah satu metode tanpa plot. Keuntungan menggunakan metode tanpa
plot daripada berbasis teknik plot yang standar adalah bahwa metode point
centered quarter (PCQ) cenderung lebih efisien. Metode tanpa plot lebih cepat
untuk dilakukan, membutuhkan peralatan yang relatif sedikit, sehingga hanya
membutuhkan sedikit pekerja (Mitchell, 2007).
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi
hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas
tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan
yang menempati suatu habitat. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan
berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu
dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi
hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Berdasarkan latar
belakang dan penjelasan diatas maka pada praktikum ini, sangat penting bagi
kita untuk melaksanakan pengamatan ini untuk menghitung tumbuhan pohon,
herba dan semak yang ada pada plot yang telah dibuat terkhus pada gunung
Bawakaraeng.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah untuk mengetahui
jumlah spesies tanaman dalam kelompok herba, semak, anakan pohon dan
pohon yang terdapat pada suatu wilayah atau plot yang ditemukan
menganalisis dengan metode point centered.
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan praktikum ini adalah kita
dapat mengetahui jumlah spesies tanaman jenis herba, anakan pohon, pohon
dan semak yang dapat hidup disuatu wilayah atau daerah beserta jenis dari
spesies tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2 m x 2m
5mx5m
10 m x 10 m
K3 K4
A. Hasil Pengamatan
DIAMETER
SAMPLING QUARTER DISTANCE KELILING BASAL
TRANSEK SPECIES AT
POINT NUMBER (m) (cm) AREA
BASE(cm)
Q1 0 0 0 0
Q2 0 0 0 0
1 Q3 0 0 0 0
Vitex
Q4 3.43 24
cofassus 7.64 45.86
Vitex
Q1 2.4 59
cofassus 18.79 277.15
Q2 0 0 0 0
2
3 Q3 0 0 0 0
Vitex
Q4 3.97 30
cofassus 9.55 71.66
Vitex
Q1 3.32 27
cofassus 8.60 58.04
Q2 0 0 0 0
3
Q3 0 0 0 0
Vitex
Q4 4.16 57
cofassus 18.15 258.68
17.28
a. MEAN DISTANCE (D) = = 1.44
12
AREA
b. ABSOLUTE DENSITY= D2
100
c. NUMBER OF TREES PER 100 M2 = (1.44)2 = 48.22
Vitex cofassus
KELILING (CM) DIAMETER (CM) BA (CM2)
24 7.64 45.86
59 18.79 277.15
30 9.55
Therefore, dominance of DOMAIN RANK71.66
27 142.28 8.60 58.04
Vitex cofassus x =62318.64 1
57 438 18.15 258.68
TOTAL 62318.64 711.39
142.28
d. Absolute frequncy
3
Vitex cofassus X100 =100 %
3
TOTAL 100%
f. Relative dominance=dominance of
species/dominance of all species x100
62318.64
Vitex cofassus x100= 100%
62318.64
g. Relative frequency=frequency of a
species/sum frequency of all species x100
100
Vitex cofassus =100%
100x100
B. Pembahasan
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari
susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam
ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa
komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies
tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin
dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies
dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari.
Tipe komunitas yang telah di analisis dan diperoleh data dari setiap
titik yang diplot berbeda-beda jumlah ataupun jenis sepesiesnya. Pengamatan
pada praktikum yang telah dilakukan di pos 1 Gunung Bawakaraeng
Kabupaten Gowa menggunakan metode pengukuran transek dengan panjang
100m yang terdiri dari 10 plot. Pengamatan yang dilakukan pertama adalah
dengan membuat suatu plot kurva spesies area dari ukuran terkecil hingga
terbesar sampai pada tidak adanya lagi keanekaragaman spesies. Plot dibuat
dengan ukuran yang berbeda-beda diantaranya (2m x 2m), (5m x 5m) dan
(10m x 10m).
Hasil praktikum lapangan yang telah dilakukan bahwa data
tumbuhan yang didapatkan plot 10x10 yaitu 6 spesies pohon , plot 5x5 yaitu
didapatkan 5 spesies tumbuhan semak serta anakan pohon dan pada plot 2x2
yaitu didapatkan 23 spesies tumbuhan herba. Plot yang dibuat sebanyak 35
plot dikarenakan tempat lokasi yang ditujukan merupakan hutan semak yang
memiliki lokasi yang butuh untuk membuka jalan baru sehingga
mempermudah pengamatan. Selain itu, saat menjelang memasuki transek
yang kedua cuaca pada lokasi mulai hujan yang membuat kondisi
pengamatan tumbuhan herba, seman serta anakan pohon dan pohon kurang
optimal sehingga plot yang dapat terselesaikan hanya seperti yang dijelaskan
diatas.
Dalam banyak penelitian mengenai kondisi ekosistem pada suatu
daerah diperlukan gambaran tentang kondisi ekologis daerah tersebut.
Gambaran kondisi ekologis ini penting untuk mengetahui struktur dan fungsi
di dalam ekosistem daerah tersebut, yang kemungkinan dapat terganggu,
rusak atau bahkan hancur oleh kegiatan yang akan dilakukan. Salah satu
bentuk dari gambaran kondisi ekologis tersebut adalah gambaran deskripsi
vegetasi berupa diagram profil vegetasi.
Hasil analisis komunitas tumbuhan disajikan secara deskripsi
mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu
komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga
oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal ini menyebabkan
kelimpahan relatif suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas,
distribusi individu antar spesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan
pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya berpengaruh pada stabilitas
komunitas.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan
kuantitatif. Deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara
kuantitatif dengan parameter kuantitatif atau secara kualitatif dengan
parameter kualitatif.
Berbagai karakter tumbuhan dapat diukur, biasanya parameter
vegetasi yang umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan
frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan,
frekuensi, dan INP dapat diperoleh dengan berbagai cara metode sampling.
Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut:
a. Densitas
Densitas (kerapatan) adalah jumlah cacah individu suatu spesies per
satuan luas. Luas tersebut dapat dalam meter persegi (m2) atau hektar (Ha
= 10.000 m2). Densitas seluruh spesies = Jumlah cacah individu seluruh
spesies
Perhitungan di atas adalah perhitungan densitas absolut atau disebut
juga densitas aktual. Untuk tujuan tertentu akan sangat berguna bila
konstribusi cacah individu dari satu spesies diekspresikan sebagai
hubungan antara cacah individu suatu spesies dengan total cacah individu
seluruh spesies yang akan ditemukan di dalam seluruh plot yang dikaji. Ini
disebut sebagai densitas relative.
Densitas relatif spesies A = Total cacah individu spesies A x 100 % jumlah
total cacah individu seluruh spesies.
b. Frekuensi
Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesies yang
ditemukan pada plot yang dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada
plot mana saja spesies tersebut ditemukan atau berapa kali munculnya
suatu spesies pada plot yang diteliti. Frekuensi diekspresikan sebagai
presentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan.
Frekuensi spesies A = Jumlah plot terdapatnya spesies A x 100 %
Jumlah seluruh plot yang dicuplik
Frekuensi dapat dinyatakan dalam pecahan atau dalam persen.
Frekuensi dapat juga diekspresikan dengan istilah relatif.
Frekuensi relatif spesies A = Total frekuensi spesies A x 100 %
jumlah total frekuensi seluruh spesies
2. Dominansi
Dominansi suatu spesies dapat ditentukan dengan mengukur basal
area pohon atau penutup (coverage) pohon atau herba. Luas basal area
suatu jenis pohon dapat diperoleh dari diameter pohon setinggi 1,5 m dari
permukaan tanah. Bila pohonnya mempunyai akar banir maka diameter
pohon diukur langsung di atas banirnya. Penutup pohon atau herba adalah
luas proyeksi tajuk atau kanopi pohon atau herba. Penentuannya hampir
mirip dengan penentuan densitas, satuannya adalah cm2 atau m2.
3. Indeks Nilai Penting (INP)
Merupakan penjumlahan nilai relatif dari frekuensi kerapatan dan
dominansi suatu jenis. INP sering dipakai karena memudahkan dalam
interprestasi hasil analisis vegetasi.
Adapun metode sampling yang umum digunakan dalam analisis
vegetasi adalah metode plot dan metode tanpa plot. Metode plot, misalnya
metode kuadrat, metode releve, dan metode belt transect. Pada metode line
intercept = penggal garis, di sini kuadrat direduksi menjadi garis, dan metode
jarak (misalnya point centered quarter methods). Sedangkan pada metode
tanpa plot, yaitu point quadrat = metode kuadrat titik (Odum, 1971).
Setelah menganalisis perhitungan dilakukan pembuatan kurva
spesies. Pembuatan kurva spesies area ini dilakukan untuk mengetahui luasan
petak minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu
petak yang diplot. Kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh.
Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal
tersebut, makin luas kurva spesies areanya.
Berdasarkan data hasil pengamatan berupa tabel dan grafik dapat
diketahui bahwa secara umum. luas petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal, dimana semakin
meningkat keanekaragaman jenis maka semakin luas area petak. walaupun
keanekaragaman spesies itu tidad terlalu bervariasi. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan
petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut,maka makin luas petak contoh yang digunakan (Ludwig, 1988).
Keanekaragaman yang tidak terlalu bervariasi dari satu plot ke plot
yang lain tersebut disebabkan karena lokasi yang ditempati sangat gersang
dan banyak timbunan tanah serta faktor musim juga sangat menentukan yang
pada saat ini bertepatan dengan musim kemarau. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah antara lain sebagai
berikut:
1. Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam
membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan
air, dan sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat
menampung spesies yangkeragamannya lebih besar di bandingkan
habitat yang lebih seragam.
3. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
dibandingkan dengan daerah sempit. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hubungan antara luasdan keragaman spesies secara
kasar adalah kuantitatif.
Menurut Kusmana (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi dari
persebaran organisme di dalam komunitas antara lain (faktor abiotik dan
iklim):
1. Suhu.
Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam persebaran
organisme karena pengaruhnya pada proses biologis dan
ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu
tubuhnya dengan tepat
2. Air.
Air sangat penting bagi kehidupan tetapi ketersediaanya sangat
bervariasi. Organisme air tawar dan lahut hidup di lingkungan akuatik
tetapi menghadapi permasalahan akan keseimbangan air, sedangkan
organisme di lingkungan darat menghadapi ancaman kekeringan yang
hampir konstan.
3. Cahaya Matahari.
Matahari memberikan energi yang menggerakkan hampir semua
anggota ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan organisme
fotosintetik lain yang menggunakan energi secara langsung.
4. Angin.
Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme
dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui evaporasi dan
konveksi.
5. Batu dan tanah.
Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan
membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya,
sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola mengelompok
pada area tertentu yang acakpada ekosisitem teresterial yag sering kita
lihat.
6. Gangguan periodik.
Gangguan yang sangat merusak seperti kebakaran, badai, tornado,
dan letusan gunung berapi dapat menghancurkan komunitas biologis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa metode Point Center Quater (PCQ) merupakan metode plot less method,
yang berarti metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan
luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Nilai INP
tertinggi pada metode PCQ terdapat 4 spesies dan 3 transek. Nilai INP dapat
menggambarkan tingkat densitas dan dominansi suatu spesies. Suatu spesies
yang memiliki densitas dan dominansi yang tinggi dalam suatu ekosistem
tertentu dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya faktor lingkungan
yang mendukung seperti pH, suhu dan kelembaban yang cocok guna untuk
mendukung pertumbuhan populasi selain itu juga memiliki kemampuan
bersaing yang cukup kuat terhadap tanaman lain untuk tetap bertahan hidup di
lingkungannya.
B. Saran
Saran untuk praktikum ekologi tumbuhan selanjutnya sebaiknya praktikan
membawa buku identifikasi tumbuhan atau kunci determinasi sehingga
tumbuhan yang ditemukan pada plot dapat dengan mudah diidentifikasi serta
praktikan diharapkan dapat lebih cermat dan teliti dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit
Universias Airlangga (Airlangga Press).
Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward
Arnold Publishers.
Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Penulis