Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan
penyakit menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak
umum lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan
antara Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi
dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian
setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di Negara
berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000.
angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program
imunisasi campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun.
Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak.
Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun
pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi
penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relative
landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu
penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi
dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi,
penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah
manusia.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis
dan pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan
keperawatan dari penyakit campak itu sendiri.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan diagnosa medis campak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
b. Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
c. Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien
campak.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang
telah dibuat pada pasien campak.
e. Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 0c
atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu
kesehatan anak 2:624 )
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat
disebut juga campak,measles,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985)
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,
2001:2443)

B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak.
Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas
dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter,
tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya
infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 :
90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama
periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada
suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).

Protein virus campak :

L Protein interna ( Large )


P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

C. Epidimiologi
Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat
ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).
Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang
berkembang. Di Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa
lampau morbili dianggap sebagai suatu hal yang harus di alami setiap anak,
sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan
bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada
anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik. Bahkan ada usaha dari
masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa
penyakit morbili akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam
akan muncul didalam rongga tubuh lain seperti didalam tenggorokan, paru, perut,
atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak nafas atau diare yang dapat
menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak
diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor),
adanya musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara
tetap, hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.

D. Patofisiologi
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan
selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala
pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala
patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan
dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme
imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam
waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi
eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel
polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir
nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan
proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler.
Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan
konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).

E. Manifestasi Klnis
Penyakit ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium prodormal (katarallis).
Biasanya stadium ini berlangsung 4 5 hari disertai panas tubuh, malaise
(lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema. Kadang
kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium
erupsi. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influensa dan sering
didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada bercak
klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2 minggu
terakhir.

2. Stadium erupsi.
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik.
Biasanya disertai juga meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit
yang normal. Mula- mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral
tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lengan atas, bagian dada,
punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan
pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya
pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat
juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah. Variasi
morbili yang biasa ini adalah : black measles yaitu ; morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(Hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu
ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali jika
ada komplikasi. Selanjutnya diikuti gejala anoreksia, malaise, limfadenopati.
(Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap),
bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).

G. Komplikasi
a. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok,
stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh
pseudomonas dan klebsiela.
b. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1
30,4%
c. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
d. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
e. Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
f. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita
komplikasi. (Rampengan, 1998 : 95)

H. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat
batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul.
b. Keperawatan
1) Kebutuhan nutrisi
a) Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak
minum.
b) Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air
seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.
c) Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan
hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d) Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain,
usahakan sedikit tapi sering.
e) Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.

2) Gangguan suhu tubuh


a) Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum
enantem atau eksantem (campaknya keluar).
b) Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi
sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
a) Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b) Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c) Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d) Di lap muka, tangan, dan kaki.
e) Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK
1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama
4) Risiko terjadi komplikasi
a) Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk
meninggikan kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b) Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar
rumah selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi
lebih parah).

5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit


Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak
mendapat infeksi dan tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat.
(Ngastiyah, 1997 : 356-357)

I. Pencegahan
Pencegahan morbili dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi
berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi morbili secara luas baru di
kembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982.
Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin morbili, yaitu :
1) Vaksin yang berasal dari virus morbili yang hidup dan dilemahkan ( tipe
Edmonstone B). Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus morbili yang
dimatikan tidak digunakan lagi; oleh karena efek proteksinya hanya bersifat
sementara dan dapat menimbulkan gejala atypikal measles yang hebat.
2) Vaksin yang berasal dari virus morbili yang dimatikan ( virus campak yang
berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam almuminium).
Campak adalah penyakit yang dapat dengan mudah menular melalui
percikan ludah dari penderita saat bersin atau batuk. Jlka kuman yang ada di
percikan ludah menyebar di udara lalu terisap lewat hidung atau mulut anak, maka
ia berisiko mengalami campak. Karena itu, anak yang terkena campak harus
diisolasi agar tidak menulari ke orang 1ain. Penyakit campak yang mudah
menular ini juga bisa mematikan. Jika yang terjangkit adalah anak dengan daya
tahan tubuh yang kuat, cukup gizi, atau sudah mendapatkan imunisasi campak
yang pertama, maka campak yang dideritanya tergolong ringan. Ancaman
kematian mengintai anak-anak yang belum pernah diimunisasi dan bergizi buruk.
"Campak tidak bisa dibasmi sepenuhnya, ini berbeda dengan polio. Campak
hanya bisa direduksi," Dr. lulitasari Sundoro, MSc dari Global Alliance Vaccine
Immunization (GAVI) mengingatkan. "Risiko kematian bisa dibuat sekecil
mungkin. Tetapi, yang pasti anak harus diimunisasi agar kebal dan tidak terkena
campak."
Pada anak-anak yang belum diimunisasi, campak bisa saja disertai
komplikasi, di antaranya adalah pneumonia, trombositopenra (penurunan jumlah
trombosit), ensefalitis (infeksi otak), termasuk diare yang bisa menyebabkan
dehidrasi. Komplikasi semacam inilah yang bisa menimbulkan kematian pada
anak penderita campak. Tidak ada cara yang jauh lebih baik menghadapi penyakit
campak selain tindakan preventif. Begitu pula untuk mencegah anak terjangkit
campak. Ketika anak memasuki usia 9 bulan, bawalah dia ke puskesmas atau
posyandu terdekat untuk diberi imunisasi campak. Satu kali imunisasi saja tidak
menjamin Gejala awal timbul dalam 1-2 minggu setelah seorang anak terinfeksi
virus.
Campak tidak bisa dibasmi sepenuhnya, berbeda dengan polio. Campak
hanya bisa diperkecil jumlah kasusnya. anak benar-benar kebal terhadap
paramiksovirus, yakni virus penyebab campak.'Anak-anak membutuhkan
imunisasi kedua untuk membuat tubuhnya imun, (Dr. Sudath Peiris dari WHO).
Imunisasi campak yang kedua diberikan saat anak mencapai usia 5-6 tahun. Jika
sudah mendapatkan imunisasi kedua, diharapkan tubuh anak lebih kuat
menghadapi penyakit ini.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perawatan di
rumah.
1. Isolasi
Karena penyakit campak mudah menular, si kecil harus diisolasi. Dia harus
libur sekolah sampai benar-benar sembuh agar tidak menulari teman-temannya.
Jika memiliki adik yang masih bayi, lebih-lebih yang belum diimunisasi, dia harus
dipisahkan dari adiknya. Barang juga tersendiri sampai campak yang dideritanya
pulih total, si kecil harus menggunakan barang-barang tersendiri yang tak boleh
digunakan oleh orang lain. Misalnya, peralatan makan dan peralatan mandi yang
berisiko menularkan virus lewat kontak langsung,
2. Dimandikan
Menurut Dr. Lineus Hewis, SpA, dokter anak dari The Jakarta Women &
Children Clinic, salah satu mitos mengenai campak adalah tidak boleh
memandikan anak. Padahal, jika demam sudah turun, anak harus tetap dimandikan
meski ruam-ruam telah muncul di tubuhnya. Sebab, ruam-ruam itu akan
menimbulkan gatal, lebih- lebih jika bercampur dengan keringat. Mandi akan
mengurangi rasa gatal dan membuat anak merasa segar Gunakan sabun bayi dan
gosok tubuhnya dengan lembut. Saat menghanduki anak, lakukan dengan
perlahan.

3. Istirahat dan Makan Makanan Bergizi


Selama masa penyembuhan, anak harus beristirahat cukup dan diberi makanan
bergizi yang mudah dicerna untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Hindari
makanan yang bisa merangsang timbulnya batuk, seperti gorengan dan coklat.

4. Konsultasi dengan Dokter


lnilah yang terpenting. Anda harus berkonsultasi dengan dokter untuk
pengobatan yang tepat. Berikan obat kepada anak sesuai dengan resep dokter.
Jangan segan- segan bertanya mengenai hal-hal yang belum Anda ketahui.
Pencegahan Infeksi Silang Menggubakan APD
1. Cuci Tangan
Perawat bisa mencuci tangan untuk menghilangkan kuman yang ada di tangan
agar saat bersentuhan dengan klien perawat tidak memaparkan kuman kepada
klien.
2. Menggunakan Sarung Tangan
Untuk melindungi diri kita saat bersentuhan dengan klien agar kita tidak
tertular penyakit klien.
3. Menggunakan Masker
Karna campak menular melalui udara dan droplet, jadi kita menggunakan
masker untuk melindungi diri kita agar tidak menghirup kuman yang ada di
udara
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian
1) Pengkajian Data Dasar
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.

2) Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus
berlangsung 2 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari, batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare,
ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit
atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185).
Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat
imunisasi campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan
orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213)
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial.
(Potter, 2005 : 185)
3) Pemeriksaan Fisik
a) Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia
b) Kepala : Sakit kepala
c) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza,
rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
d) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa
pahit.
e) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal,
ruam macular pada leher,muka, lengan dan, evitema,
panas (demam).
f) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,
sputum
g) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
h) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
i) Status Nutrisi : Intake output makanan, nafsu makanan (Potter,
1996 : 16).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash
3. Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret
4. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
proses inflamasi.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat
6. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1) Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
Tujuan : Risiko penyebaran infeksi hilang atau berkurang
Hasil yang diharapkan :
a) Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
b) Infeksi tidak menyebar
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan
dehidrasi.
Intervensi :
a) Identifikasi anak beresiko tinggi
Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan
b) Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.
Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.
c) Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat
menandakan adanya infeksi.
d) Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi.
e) Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak
serta makanan halus atau lunak.
Rasional : - Untuk menjamin hidrasi yang adekuat
- Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit
2) Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Jalan nafas menjadi efektif
Hasil yang diharapkan :
a) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau
jelas.
b) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal:
batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas.
b) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses
infeksi akut.
c) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan
di rumah sakit.adi
d) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi
episode akut.
e) Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien
lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi
duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash.
Tujuan : Integritas kulit baik
Hasil yang diharapkan :
a) Klien tidak lagi mengeluh tidak nyaman pada kulit
b) Kulit klien tampak bersih
Intrvensi :
a) Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak
untuk tidak menggaruk.
Rasioanal : Mengurangi terjadinya infeksi
b) Memberikan antihistamin sesuai order dan memonitor efek
sampingnya
Rasional : Mengurangi proses inflamasi
c) Memandikan klien dengan menggunakan sabun
Rasional : Mencegah infeksi
d) Jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang
di kamar klien
Rasional : Membuat rasa Nyman kepaa klien saat istirahat
4 ) Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
inflamasi.
Tujuan : Suhu tubuh normal dalam jangka waktu
Hasil yang diharapkan :
Suhu tubuh 36,6 37,4 0C
Bibir lembab
Nadi normal
Kulit tidak terasa panas
Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
Aktivitas sisi kemampuan
Intervensi :
a) Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan peningkatan
suhu
tubuh: dehidrasi, infeksi, efek obat, hipertiroid.
Rasional : Memperjelas penyebabnya terjadi demam
b) Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi
dan reaksi pupil.
Rasional : Demam sering menyebabkan beberapa fungsi bagian
tubuh menjadi terganggu
c) Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan
Rasional : Kekurangan cairan bisa menyebabkan suhu tubuh meningkat
d) Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
Rasional :
e ) Berikan kompres air hangat
Rasional : Menurunkan suhu tubuh
f) Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu
naik / bedrest total.
Rasional : Aktivitas yang berlebihan akan meningkatkan laju
metabolisme
g) Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang tidak tebal
Rasional : Pakaian yang tipis akan mudah menyerap keringat.
Kolaborasi :
Pemberian anti piretik
Pemberian anti biotic
Pemeriksaan penunjang

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


tidak adekuat
Tujuan : Asupan nutrisi adekuat
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan
nilai laboratorium normal.
b) Tidak mengalami tanda malnutrisi.
c) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

b) Observasi dan catat masukan makanan pasien.


Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
d) Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
e) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain
yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia
(hipoksia) pada organ.

6) Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.


Hasil yang diharapkan :
a) Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
b) Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
Intervensi :
a. Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan
khusus.
Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
b. Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
c. Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
d. Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.
e. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik
Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

7) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan


pruritus
Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi :
a) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
b) Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Rasional : untuk mencegah penggarukan
c) Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas yang berlebihan dapat
meningkatkan rasa gatal.
d) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu
lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan
e) Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk
menurunkan pruritus.
f) Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
Rasional : menimbulkan ruam (Doenges, 2000 : 156, 157 dan
575).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c ata
lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah.
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,
famili paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH
asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka.
Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada
epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian
atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Penatalaksanaan pada morbili meliputi Pemberian vitamin A,Istirahat baring
selama suhu meningkat, pemberian antipiretik,Pemberian antibiotik pada anak-
anak yang beresiko tinggi,Pemberian obat batuk dan sedativum.
Komplikasi morbili meliputi otitis media akut, Pneumonia / bronkopneumoni,
Encefalitis, Bronkiolitis, Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah selalu menjaga kebersihan diri
dan lingkungan sekitar kita, jika diri kita dan lingkungan kita bersih maka secara
otomatis mikroorganisme penyebab penyakit akan sukar menyerang. Terlebih
sebagai seorang perawat, harus mengetahui dengan baik perawatan diri ( personal
hygiene ) dan lingkungan, harus mengetahui dengan jelas seperti apakah
penyakit morbili tersebut dan bagaimana penanganannya dalam dunia
keperawatan serta pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto. Asuhan Keperawatan Pada Anak. 2006. Sagung Seto: Jakarta

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan NANDA Jilid 2. 2013. Media Action : Yogyakarta

Willia. Asuhan Keperawatan Pada Paien dengan Penyakit Morbii atau Campak..

25 Maret 2014

http://williafadhmad.wordpress.com/2012/10/22/asuhan-keperawatan-pada-anak-

dengan-penyakit-morbili-campak/

Anda mungkin juga menyukai