Anda di halaman 1dari 12

Amazing Offers: http://bit.

ly/cheap_gadgets

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan
sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar bagi kemampuan
fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga upaya
pengembangan seleuruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan
perkembangan anak tercapai secara optimal.
Hal tersebut merupakan hak bagi anak, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 23
tahun 2002 tentang perlindungan Anak, yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup,
tumbuh, berkembang dan berprestasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu
implementasi dari hak tersebut, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru/tutor sebagai ujung tombak pendidikan anak usia dini harus
mampu mengembangkan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang mampu mengembangkan
seluruh aspek perkembangan anak, baik perkembangan intelektual, fisik, maupun perkembangan mental-
emosionalnya. Dalam hal ini, pemilihan dan penyusunan model dan metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sarana belajar yang tersedia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengkaji berbagai metode pembelajaran yang
sesuai untuk pendidikan anak usia dini. Metode-metode tersebut kemudian dianalisis baik
kelebihan maupun kelemahannya, sehingga dapat diperoleh mana metode yang sesuai dengan
pendidikan anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
Berdasatkan uraian di atas, maka rumusan masalah dapat disusun sebagai berikut:
1. Metode-metode pembelajaran apa saja yang biasa dilakukan dalam pembelajaran anak usia dini?
2. Bagaimana keunggulan dan kekurangan masing-masing metode pembelajaran tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui metode-metode pembelajaran apa saja yang biasa dilakukan dalam pembelajaran
anak usia dini?
2. Apa kelebihan dan kelemahan metode-metode pembelajaran anak usia dini?

D. Metode dan Teknik penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif analitik,
yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan kemudian dianalisis
berdasarkan teori-teori yang ada dan pengetahuan penulis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini


Secara umum pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-
nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan prasekolah anak di harapkan dapat
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya antara lain agama, intelektual, sosial, emosi,
dan fisik. Juga memiliki dasar-dasar aqidah yang harus sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang diharapkan. Selain itu anak diharapkan
menguasai sejumlah pengetahuan dan keteramilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan positif.
Sesuai dengan rumusan tujuan di atas, dapat dikemukakan bahwa secara garus besar
terdapat lima fungsi utama pendidikan prasekolah, yakni:
1. Fungsi pengembangan potensi
2. Fungsi penanaman dasar-dasar aqidah dan keimanan
3. Fungsi pembentukan dan pembiasaan prilaku yang diharapkan.
4. Fungsi pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.
5. Fungsi pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Lima fungsi pendidikan prasekolah tersebut sebenarnya susah untuk dipisahkan satu sama
lain karena semuanya merupakan sesuatu yang saling terjalin dan bersifat terpadu dalam
perwujudannya. Namun untuk kepentingan penjelasan, lima fungsi pendidikan prasekolah
tersebut perlu dinyatakan secara ekplisit agar para pendidi atau guru prasekolah tidak melupakan
atau mengabaikan salah satu di antaranya.
Diasumsikan bahwa setiap bayi yang lahir ke dunia dilengkapi dengan sejumlah potensi
yang diperlukan untuk menjalani kehidupannya. Di balik ketidakberdayaan bayi manusia yang
baru lahir, terpendam sejumlah potensi kehidupan yang jauh lebih kaya bila disbanding dengan
yang dimiliki oleh mahluk-mahluk lainnya. Ia memiliki potensi untuk beragama, berfikir,
berkreasi, merasa, berkomunikasi dengan orang lain dan potensi-potensi lainnya.
Mengembangkan potensi-potensi anak tersebut adalah kewajiban para pendidik orang tua dan
guru.
B. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku.
Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula
dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami
dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini.
Adapun karakterisktik cara belajar anak adalah :
1. Anak belajar melalui bermain.
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek
pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada dasarnya adalah pengembangan
kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar
melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki
oleh anak.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini
memiliki karakteristik sebagai berikut.
Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi.
Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak
aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan
dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang
menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan
teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu :
1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi
pada konteks social budaya. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai
dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan
dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan
guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi
harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi
perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat
mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam
konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.
C. Pengertian Pembelajaran
Aktivitas belajar adalah keterlibatan anak selama proses pembelajaran baik keterlibatan
secara fisik maupun fsikis. Keterlibatan siswa dalam proses belajar bertujuan untuk mencapai
perubahan tingkah laku pada diri anak. Dalam hal ini belajar dipahami sebagaiproses perubahan
tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan
upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan
lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan
reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian
luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi
memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat
sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5)
memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu
pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan belajar anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal,
yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan,
bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental. Faktor
eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun
yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan
sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel,
1991). Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan maksud agar terjadi
belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran perlu
dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya
(Miarso, 1993). Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan
pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya.
Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif.
Metode pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif
(T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi dan metode pembelajaran
meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada
peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur
dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket
pengajarannya (Dick and Carey).
Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang
dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang
dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak
akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung
dengan lancar. Menurut Vigotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal
yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak
dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Greeberg (1994) melukiskan bahwa
pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama
dengan lingkungannya.
Jadi kesimpulan pengertian pembelajaran menurut para pakar adalah proses interaksi
antara anak orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas
perkembangan yang didasarkan pada kebutuhan anak yang dilakukan melalui bermain.

D. Konsep Dasar Pembelajaran Anak Usia Dini


Konsep dasar pembelajaran anak usia dini pada hakikatnya anak belajar melalui bermain,
oleh karena itu pembelajaran pada pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain sambil
belajar, artinya anak belajar melalui cara-cara yang menyenangkan, aktif dan bebas. Bebas
artinya tidak didasarkan pada perintah atau target orang lain serta memiliki keleluasaan kapan
mulai dan kapan berakhir. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam
melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan
bagian dari proses pembelajaran.
Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan
yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik dan intelektual. Untuk itu
pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai
tugas perkembangnya. Agar suasana belajar tidak memberikan beban dan membosankan anak,
suasana belajar perlu dibuat secara alami, hangat dan menyenangkan. Aktivitas bermain yang
memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya
merupakan hal yang diutamakan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan
sangat variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan sebagai objek dalam
kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak
didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai
jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya
dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi
pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan
di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak
semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan
sebagainya. Menurut Hidebrand (1986:54) Bermain berarti berlatih, mengeksploitasi,
merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk mentransformasi secara
imajinatif hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa.
Akibat jika pembelajaran anak usia dini tidak sesuai dengan prisnip belajar melalui
bermain maka anak akan mengalami tahab perkembangan yang kurang optimal, yang berakibat
anak akan memiliki sikap cenderung bermusuhan. Proses pembelajaran yang akan dilakukan
harus memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut :
1. Berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak membawa segala pengetahuan yang telah
dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman barunya. Jika suatu pengalaman belajar tidak
memberikan kesempatan kepada anak untuk menciptakan pengetahuan baru, maka pembelajaran
itu akan membosankan. Pengalaman belajar hendaknya mengandung sebagian unsur yang sudah
dikenal oleh anak dan sebagian lainnya merupakan pengalaman yang baru.
2. Belajar harus menantang pemahaman anak. Untuk memastikan terjadinya pengembangan pada
anak, aktivitas pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk mengembangkan
pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak mampu menyelesaikan tantangan
pertama, maka anak diberikan tantangan berikutnya yang lebih sulit dari pertama. Jika anak tidak
dirangsang dengan tantangan berikutnya, maka selain anak bosan akan menyebabkan
pemahaman anak tidak akan berkembang dengan optimal.
3. Belajar dilakukan sambil bermain. Belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan bagi
anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekpresi- kan perasaan, berkreasi, dan belajar secara
menyenangkan. Bermain juga dapat membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapa ia
hidup, dan dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari dalam
diri anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata atau sesungguhnya,
berfokus pada proses daripada hasil, harus didominasi oleh pemain, serta melibatkan peran aktif
dari pemain.
4. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran. Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi
anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Robin Dranath
Tagore menggunakan model pembelajarannya hampir 90 % kegiatannya dilakukan dengan
berinteraksi dengan alam. Anak diajarkan dapat membangun ikatan emosional di antara teman-
temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta mempengaruhi memori
dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari.
5. Belajar dilakukan melalui sensorinya. Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau
inderawinya yaitu: peraba, pencium, pendengar, penglihat dan perasa. Setiap sensori anak akan
merespon stimulan atau rangsangan yang diterima. Oleh karenanya pembelajaran hendaknya
memberikan stimulasi yang dapat merangsang setiap sensori yang dimiliki anak.
6. Belajar membekali keterampilan hidup. Belajar harus dapat membekali anak untuk memiliki
keterampilan hidup (lifeskill) sesuai dengan kemampuan anak, dengan demikian anak diajarkan
untuk memiliki kemandirian dan rasa tanggungjawab terhadap dirinya. Misalnya mampu
memakai sepatu, menyisir rambut, makan dan minum sendiri, dan sebagainya.
7. Belajar sambil melakukan. Student Avtive learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
diilhami oleh John Dewey (learning by doing) dan diteruskan oleh Killpatrik dengan pengajaran
proyek. Pembelajaran proyek sangat memberikan kesempatan pada anak untuk aktif, mau
bekerja dan secara produktif menemukan berbagai pengetahuan baru.

E. Model Pembelajaran Anak Usia Dini


Dasar penyusunan model pembelajaran anak usia dini adalah silabus yang dikembangkan
menjadi: program semester, satuan kegiatan mingguan, satuan kegiatan harian. Oleh karena itu
model pembelajaran merupakan gambaran konkrit yang dilakukan pendidik dan peserta didik
sesuai RKH yang telah dibuat.
Beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD:
1. Model Pembelajaran Klasikal
Adalah suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh
seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang paling awal
digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang memperhatikan minat anak secara
individu.
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok
melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2 3
kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka
anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada
tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang
bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema
3. Model pembelajaran berdasarkan sudut,
Langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut
kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering
diganti sesuai dengan tema dan sub tema.
4. Model pembelajaran berdasarkan area Model
Pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih /
menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi
kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman
belajar bagi setiap anak.
5. Model pembelajaran berdasarkan sentra
Adalah pendidikan pembelajaran dalam proses pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran
dan sentra bermain. Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat dalam
lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain Sentra bermain
merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat bermain, berfungsi sebagai pijakan
lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak dalam berbagai
aspek perkembangan secara seimbang. Dalam membuka sentra setiap hari disesuaikan dengan
jumlah kelompok setiap PAUD Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan
sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu kegiatan di satu sentra
kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain : bermain
sensori motor / fungsional , bermain peran , bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Bermain sensorimotor adalah permainan menangkap rangsangan melalui penginderaan
dan menghasilkan gerakan sebagai reaksi. Anak belajar melalui pancaindera dan hubungan fisik
dengan lingkungan mereka. Misal : menakar air, meremas kertas bekas, menggunting, dan lain-
lain. Bermain peran :bermain peran makro (besar), bermain peran mikro (kecil), bermain
simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi (bermain drama), bermain dengan benda untuk membantu
menghadirkan konsep yang telah dimiliki. Bermain konstruktif : menunjukkan pemikiran, ide
dan gagasan menjadi karya nyata. Bermain konstruktif sifat cair (air, pasir, spidol dan lain-lain),
Bermain konstruktif (balok-balok, lego, dan lain-lain).
6. Model pembelajaran berdasarkan sentra
Sentra bermain terdiri dari :
a. Sentra bahan alam dan sains.
Bahan-bahan yang diperlukan disentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji-bijian,
dan lain-lain. Alat yang digunkan diantaranya sekop, corong, ember, dan lain-laian
b. Sentra balok
Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur.
Disini anak belajar banyak hal dengan cara menyusun / menggunakan balok, mengembangkan
kemampuan logika matematika / berhitung permulaan, kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah.
c. Sentra seni
Bahan-bahan yang diperlukan diarea ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur,
tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potongan-potongan bahan / gambar, sentra seni memfasilitasi
anak untuk memperluas pengalaman dalam mewujudkan ide, gagasan dan pengalaman yang
dimiliki anak ke dalam karya nyata (hasil karya) melalui metode proyek.
d. Sentra bermain peran.
Sentra bermain peran terdiri dari, sentra bermain peran makro dapat menggunakan anak sebagai
model. Sentra bermain peran mikro misalnya, menggunakan boneka maket meja kursi, rumah-
rumahan dan sebagainya. Sentra bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang
dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam
peran. Pemilihan berbagai benda untuk bermain peran tergantung dari minat anak pada saat itu,
misal, tema keluarga dengan alat-alat yang dibutuhkan peralatan dapur dan lain-lain.
e. sentra persiapan.
Bahan yang ada pada sentra ini adalah, buku-buku, kartu kata, kartu huruf, kartu angka dan
bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakap-cakap dan persiapan menulis, berhitung.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan membaca permulaan, menulis permulaan serta
berhitung permulaan mendorong kemampuan intelektual anak, gerakan otot halus, kordinasi
mata tangan, belajar ketrampilan sosial (berbagi, bernegosiasi dan memecahkan masalah).
f. sentra agama.
Bahan-bahan yang disiapkan adalah maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar,
buku-buku cerita keagamaan dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah menanamkan
nilai-nilai kehidupan beragama, keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Agama merupakan suatu konsep yang abstrak yang perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang
konkrit bagi anak.
g. sentra musik.
Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik, misalnya : botol beling/kaca, tempurung kelapa,
rebana, tutup botol, triangle dan lain-lain. Sentra musik memfasilitasi anak untuk memperluas
pengalamannya dalam menggunakan gagasan mereka melalui olah tubuh, bermain musik dan
lagu yang dapat memperluas pengalaman, pengetahuan anak tentang irama, berirama (ketukan)
dan mengenal berbagai bunyi-bunyian dengan mengguna kan alat-alat musik yang mendukung
misalnya ; pianika, piano, rebana dll.

F. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini


Metode pembelajaran anak usia dini merupakan cara-cara atau teknik yang digunakan agar
tujuan pembelajaran tercapai. Kalau model pembelajaran merupakan pendekatan umum dalam
satu proses pembelajaran dan biasanya dalam satu proses pembelajaran menggunakan satu
model, sedangkan metode adalah langkah teknisnya dan dapat menggunakan lebih dari satu
metode disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan serta kebutuhan anak ketika
pembelajaran berlangsung.
Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak akan dapat
memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta
tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak. Secara teknis ada beberapa metode yang tepat
untuk diterapkan pada anak usia dini, antara lain :
a. Bermain
b. Bercerita
c. Bernyanyi
d. Bercakap ( dialog dengan tanya jawab )
e. Karya wisata
f. Praktik langsung
g. Bermain peran ( sosio-drama )
h. Penugasan
i. Ceramah
j. Demonstrasi
k. Eksperimen
l. Diskusi
m. Pemecahan masalah (problem solving)
n. Latihan
Selain metode yang bersifat teknis di atas, ada beberapa metode pengajaran yang lebih
umum antara lain :
a. Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika
membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga
informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga
terlatih berpikir kreatif dan berinisiati.
b. Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan
sendiri. Setidaknya tedapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya
informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan
sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang
pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar
dari alam, anak dapat mengamati sesuatu.

G. Beberapa Kelebihan dan Kelemahan Metode-metode Pemebelajaran Anak Usia Dini


Terkhusus Pada Metode Ceramah
Berikut adalah analisis penulis terkhusus metode ceramah pada pembelajaran anak usia
dini.
A. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat Metode ceramah adalah metode yang menghendaki siswa harus mendapat informasi
yang sama dalam jumlah siswa yang banyak. Kegiatan pembelajaran yang menekankan pada penyampaian
informasi secara verbal dan cenderung searah ( guru Siswa ) ini dapat terstruktur, menggunakan tekhnologi
rendah, dan memungkinkan. Kegiatan ini untuk mengajarkan siswa-siswa dalam waktu yang relative singkat ( Uno,
2011:99). Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini
telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.
Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa
ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di
pedesaan, yang kekurangan fasilitas. Cara mengajar dengan cara ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik
kuliah, yang merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau
uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Dengan demikian ,dapat dipahami bahwa metode
ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara
langsung terhadap siswa. Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
1. Kelebihan Metode Ceramah. a. Guru mudah menguasai kelas. b. Mudah mengorganisasikan tempat
duduk/kelas. c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. d. Mudah memprsiapkan dan melaksanakannya.
e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik . 2. Kekurangan Metode Ceramah a. Bila selalu
digunakan dan terlalu lama,membosankan. b. Menybabkan siswa menjadi pasif. c. Yang visual menjadi rugi,
yang auditif (mendengar) lebih besar menerimanya.

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia
yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak
2. Terdapat beberapa metode yang biasanya diterapkan pada anak usia dini, antara lain : bermain,
bercerita, bernyanyi, bercakap ( dialog dengan tanya jawab ), karya wisata, praktik langsung,
bermain peran ( sosio-drama ), penugasan dan metode lainnya yang dianggap mampu
mendorong pembelajaran anak usia dini sehingga mencapai tujuan pembelajaran.
3. Tidak satupun metode pembelajaran yang lebih unggul daripada yang lainnya. Semua metode
baik asal sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan ketersediaan sarana belajar anak.

B. Saran-saran
1. Guru disarankan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, begitu juga metode pembelajaran anak usia dini harus menyesuaikan dengan sarana
yang tersedia.
2. Guru hendaknya lebih banyak mengkolaborasikan beberapa metode pembelajaran agar proses
pembelajaran lebih menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ruslan. 2007. Pendidikan usia Dini yang Baik, Landasan Keberhasilan Pendidikan Masa Depan,
Makalah. Darul maarif:Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak
Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. 2002. Acuan Menu Pembelajaran Pada
Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik).Depdiknas:Jakarta.
M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca. 2007. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan
Sejak Dini. Bandung
M. Solehuddin, 1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung.

http://fitrirohmawati.blogspot.co.id/2013/12/metode-pembelajaran-pada-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai