1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar
Email: aini_2111@yahoo.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar
Email: jamaluddin_abdurrahman@yahoo.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar
Email: muhammadzeid09@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai faktor keamanan lereng sungai di
jembatan Toddopuli X kemudian mensimulasikannya dengan program bantu geo slope dan plaxis
sehingga menghasilkan solusi untuk perkuatan abutment jembatan tersebut. Metode penelitian
terdiri dari investigasi lapangan dan pengujian laboratorium. Pengujian sondir dilakukan di 2 titik
yaitu di bagian dekat oprit barat dan oprit timur jembatan. Sedangkan untuk pengambilan sampel
tanah tak terganggu dilakukan hand boring dengan kedalaman mencapai 4 meter. Selanjutanya akan
dilakukan pengujian di laboratorium yang meliputi pengujian kadar air dan berat isi, berat jenis, kuat
tekan bebas dan geser langsung. Data-data tanah yang diperoleh dari pengujian di laboratorium dan
lapangan digunakan untuk mensimulasi terjadinya proses keruntuhan yang terjadi pada abutment
serta membandingkan faktor keamanan pada berbagai kondisi yang pembebanan yang diterima
abutment. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan nilai faktor keamanan dari kondisi tanah asli
sebesar SF = 2,703, setelah ditambah tanah timbunan nilainya menurun menjadi SF = 2,074 dan
setelah adanya abutment dan pondasi nilai SF = 1,067. Nilai faktor keamanan semakin menurun dan
abutment mengalami keruntuhan setelah adanya beban alat berat dan beban tambahan struktur
jembatan menjadi SF = 0,914.
1. PENDAHULUAN
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi mempunyai peranan yang penting di dalam kelancaran transportasi
untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Tetapi seperti yang kita ketahui, terkadang perjalan kita terganggu oleh sungai,
selat maupun danau sehingga perlu adanya suatu penghubung agar kita dapat melintasinya dalam hal ini adalah
jembatan. Jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi strategis bagi pergerakan lalu lintas. Jembatan adalah
istilah umum untuk suatu kontruksi yang dibangun sebagai jalur transportasi yang melintasi sungai, danau, rawa,
selat maupun rintangan lainnya. Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya, maka
kontruksi jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi kecepatan, kenyamanan,
maupun keamanan. Disamping itu mengingat keterbatasan dana maka pemilihan jenis kontruksi yang paling
ekonomis perlu diusahakan agar biaya pembangunan dapat ditekan serendah mungkin.
Belakangan pembangunan jembatan di berbagai daerah sering mengalami kegagalan konstruksi terutama kontsruksi
bangunan bawah (abutment) yang sering amblas. Akibat amblasnya abutment maka akan menyebabkan terjadinya
keruntuhan pada jembatan tersebut. Salah satu kasus yang mungkin bias menjadi contoh yaitu amblasnya jembatan
di Makassar yang menghubungkan anatara daerah Toddopuli dan Tritura yang mengalami keruntuhan sebelum
jembatan ini diresmikan dan digunakan oleh masyarakat. Penyebab dan mekanisme keruntuhan akan lebih jauh
dibahas pada makalah ini.
2. LINGKUP PENYELIDIKAN
Investigasi Lapangan
Pengujian yang dilakukan adalah sondir pada kedua sisi jembatan yaitu sisi timur dengan kode S-01 dan sisi barat
dengan kode S-02. Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui perlawanan tanah terhadap konus dan hambatan
pelekatnya. Perlawanan tanah terhadap konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam
per satuan luas.
Penelitian Laboratorium
Gaya Normal P1 10 kg P2 20 Kg P3 30 kg
Gaya Normal P1 10 kg P2 20 Kg P3 30 kg
2 2
Tegangan Normal 1 0.31101 kg/cm 2 0.62201 kg/cm 3 0.93302 kg/cm2
Gaya Geser Maks (kg) 5.46 9.36 12.09
2
Tegangan Geser Maks (kg/cm ) 0.1698 0.2911 0.3760
Sudut Geser () 18.34
Nilai kohesi ( c ) 0.07
Jenis tanah Lempung
5. ANALISA KESTABILAN L
LERENG SUNGAI
Metode yang digunakan untuk perm
permodelan penampang sungai ini adalah metode bishop. Metode yang lain seperti
metode janbu, morgenstern-price,dan
price,dan metode ordinary juga bisa digunakan dan hasil yang didapatkan pun hampir
sama dengan metode bishop. Nilai faktor keamanan dari keempat metode di atas hampir sama.
1. Untuk kondisi tanah asli
Gambar 1. Hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli
Dari hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli setinggi 9 m dan panjang penampang adalah 26 m ini
dapat kita lihat daerah kritis
tis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah
kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 2.703. Nilai
Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas cukup besar dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran kecil.
Gambar 2. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi tanah asli dan timbunan
Dari hasil simulasi program geo slope didapatkan daerah kritis seperti di atas. Daerah kritis ini lebih luas
dari pada daerah kritis untuk lapisan tanah asli. Untuk hasil running program untuk 2 lapisan tanah diatas di
dapatkan
atkan nilai faktor keamanan sebesar 2.074. Nilai ini lebih kecil dibandingkan nilai faktor keamanan untuk
lapisan tanah asli. Nilai faktor keamanan tersebut masih cukup aman untuk kelongsoran.
Gambar 3. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi tanah dengan abutment dan pondasi
Dari hasil simulasi program geo slope ini dapat kita lihat daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai
tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor
keamanan yang didapatkan adalah 1,067. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi tanah asli ddan
kondisi pada saat ada tanah timbunan. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan
kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.
Jembatan
4. Untuk Kondisi Dengan Abutment dan Pondasi ditambah Bebabn Alat Berat dan Bangunan Atas Jembata
Gambar 4. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi dengan abutment dan pondasi ditambah beban alat
berat dan bangunan atas jembatan
Berdasarkan hasil simulasi program geo slope ini setelah ditambahkan beban alat berat dan gelagar dapat kita lihat
daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah
daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 0,914. Nilai tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan kondisi tanah sebelum adanya tambahan beban alat berat dan gelagar. Nilai Faktor
keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.
Gambar 5. Hasil simulasi program geo slope dengan model tiang pancang miring
Dari hasil simulasi dengan menggunakan model tiang pancang miring didapatkan nilai faktor keamanan yang
meningkat menjadi 0,979. Dari hasil simulasi terakhir didapatkan peningkatan nilai faktor keamanan sebesar 0,065.
Oleh karena itu salah satu solusi untuk meningkatkan stabilitas dari abutmen ini dalah dengan menggunakan model
tiang pancang miring meskipun peningkatan nilai faktor keamanan tidak signifikan.
Program Plaxis
1. Permodelan Penampang Sungai
Adapun model penampang sungai dengan menggunakan program plaxis adalah sebagai berikut:
Parameter tanah yang dimasukkan sebanyak 3 lapisan yaitu lapisan tanah 1 sam sampai
pai lapisan tanah 3. Untuk lapisan
tanah 1 dan 2 adalah jenis tanah lempung sedangkan lapisan 3 adalah sirtu untuk oprit jembatan.
2. Ouput
Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan
menampilkan jaringan
aringan elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi terjadi sepenuhnya. Jaringan elemen
terdeformasi artinya telah mengalami keruntuhan. Untuk gambar jaringan elemen terdefomasi dapat dilihat dari
keluaran program.
a. Untuk Lapisan 1
b. Untuk Lapisan 2
c. Untuk Lapisan 3
Dari hasil running program didapatkan penurunan seperti gambar di atas. Abutment mengalami penurunan dan
bergeser ke arah sungai. Model keruntuhan ini berbeda dengan kondisi yang terjadi di lapangan dimana bangian
abutment bergeser ke dalam dan bagian bawahnya ke arah sungai. Hal ini disebabkan karena data properti tanah
yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium tidak sempurna karena pembacaan alat dari laboratorium yang
digunakan sudah tidak seakurat peralatan yang baru.
Setelah semua data data parameter tanah seperti berat isi, kohesi dan sudut geser dalam sudah
didapatkan dari pengujian karakteristik tanah dan pengujian sifat mekanis tanah di laboratorium, maka
selanjutnya data akan diinput kemudian di simulasikan di program bantu geo slope. Hasil simulasi dapat
dilihat seperti gambar berikut.
Berdasarkan ouput dari program bantu geo slope dan plaxis maka terdapat beberapa analisa mengenai keruntuhan
abutment. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil running program geo slope didapatkan nilai faktor keamanan yang sangat kecil yaitu 0,914. Untuk
kestabilan suatu lereng nilai minimal faktor keamanannya adalah 2. Jadi lereng sungai tersebut memungkinkan
untuk terjadinya kelongsoran karena kecilnya nilai faktor keamanannya.
2. Dari running program geo slope terlihat bahwa abutment jembatan berada di daerah kritis lereng sungai
tersebut. Jadi kondisi ini memungkinkan abutment terguling karena posisinya di daerah kritis.
Berdasarkan hasil analisis dari penyebab keruntuhan abutmen jembatan toddopuli x maka terdapat beberapa analisa
untuk perkuatan abutmentnya. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut :
1. Untuk posisi abutmen sebaiknya jangan terlalu dekat dengan lereng sungai, dalam hal ini posisi abutmen
sebaiknya berada di luar daerah kritis lereng sungai.
2. Sebaiknya menggunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. Jika menggunakan pondasi sumuran sebaiknya
pondasinya sampai pada kedalaman tanah keras. Untuk menambah stabilitas dari abutmen sebaiknya
ditambahkan model pondasi tiang pancang miring.
Saran-saran
1. Sebelum merencanakan pondasi jembatan sebaiknya dilakukan penyelidikan tanah dengan baik sehingga dapat
ditentukan jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi lapisan tanah.
2. Sebelum membangun jembatan perlu adanya analisis mengenai kestabilan lereng sungai dengan
memperhitungkan faktor keamanannya sehingga dapat meminimalikan resiko keruntuhan.