Anda di halaman 1dari 10

Geoteknik

STABILITAS ABUTMENT DI ATAS PONDASI SUMURAN DAN TIANG PANCANG


PADA LAPISAN TANAH LEMPUNG LUNAK (STUDI KASUS JEMBATAN
TODDOPPULI X MAKASSAR)
(074G)

Sitti Hijraini Nur1, Abd. Rahman Djamaluddin2 dan Muhammad Zeid3

1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar
Email: aini_2111@yahoo.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar
Email: jamaluddin_abdurrahman@yahoo.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar
Email: muhammadzeid09@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai faktor keamanan lereng sungai di
jembatan Toddopuli X kemudian mensimulasikannya dengan program bantu geo slope dan plaxis
sehingga menghasilkan solusi untuk perkuatan abutment jembatan tersebut. Metode penelitian
terdiri dari investigasi lapangan dan pengujian laboratorium. Pengujian sondir dilakukan di 2 titik
yaitu di bagian dekat oprit barat dan oprit timur jembatan. Sedangkan untuk pengambilan sampel
tanah tak terganggu dilakukan hand boring dengan kedalaman mencapai 4 meter. Selanjutanya akan
dilakukan pengujian di laboratorium yang meliputi pengujian kadar air dan berat isi, berat jenis, kuat
tekan bebas dan geser langsung. Data-data tanah yang diperoleh dari pengujian di laboratorium dan
lapangan digunakan untuk mensimulasi terjadinya proses keruntuhan yang terjadi pada abutment
serta membandingkan faktor keamanan pada berbagai kondisi yang pembebanan yang diterima
abutment. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan nilai faktor keamanan dari kondisi tanah asli
sebesar SF = 2,703, setelah ditambah tanah timbunan nilainya menurun menjadi SF = 2,074 dan
setelah adanya abutment dan pondasi nilai SF = 1,067. Nilai faktor keamanan semakin menurun dan
abutment mengalami keruntuhan setelah adanya beban alat berat dan beban tambahan struktur
jembatan menjadi SF = 0,914.

Kata kunci: faktor keamanan, stabilitas abutment, keruntuhan, pembebanan

1. PENDAHULUAN
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi mempunyai peranan yang penting di dalam kelancaran transportasi
untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Tetapi seperti yang kita ketahui, terkadang perjalan kita terganggu oleh sungai,
selat maupun danau sehingga perlu adanya suatu penghubung agar kita dapat melintasinya dalam hal ini adalah
jembatan. Jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi strategis bagi pergerakan lalu lintas. Jembatan adalah
istilah umum untuk suatu kontruksi yang dibangun sebagai jalur transportasi yang melintasi sungai, danau, rawa,
selat maupun rintangan lainnya. Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya, maka
kontruksi jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi kecepatan, kenyamanan,
maupun keamanan. Disamping itu mengingat keterbatasan dana maka pemilihan jenis kontruksi yang paling
ekonomis perlu diusahakan agar biaya pembangunan dapat ditekan serendah mungkin.
Belakangan pembangunan jembatan di berbagai daerah sering mengalami kegagalan konstruksi terutama kontsruksi
bangunan bawah (abutment) yang sering amblas. Akibat amblasnya abutment maka akan menyebabkan terjadinya
keruntuhan pada jembatan tersebut. Salah satu kasus yang mungkin bias menjadi contoh yaitu amblasnya jembatan
di Makassar yang menghubungkan anatara daerah Toddopuli dan Tritura yang mengalami keruntuhan sebelum
jembatan ini diresmikan dan digunakan oleh masyarakat. Penyebab dan mekanisme keruntuhan akan lebih jauh
dibahas pada makalah ini.

2. LINGKUP PENYELIDIKAN
Investigasi Lapangan
Pengujian yang dilakukan adalah sondir pada kedua sisi jembatan yaitu sisi timur dengan kode S-01 dan sisi barat
dengan kode S-02. Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui perlawanan tanah terhadap konus dan hambatan
pelekatnya. Perlawanan tanah terhadap konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam
per satuan luas.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 59
Geoteknik

Pengambilan Contoh Tanah


Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar abutment jembatan yang mengalami keruntuhan. Maksud dari
pengambilan contoh tanah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah yang ada di bawah yang akan menjadi lapisan pondasi.
2. Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli atau tidak asli
3. Mengumpulkan data untuk menggambarkan profil tanah
4. Pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk penyelidikan lebih lanjut di laboratorium.

Penelitian Laboratorium

Pemeriksaan Kadar Air


Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air contoh tanah, yaitu perbandingan berat air yang terkandung
dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut.
Pemeriksaan Berat Isi Tanah
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui berat isi tanah (gr/cm3) yang merupakan perbandingan antara berat
tanah basah dengan volumenya. Cara menentukan berat isi tanah ialah dengan mengukur berat sejumlah tanah yang
isinya diketahui. Untuk tanah asli biasanya dipakai sebuah cincin serta tanah ditimbang, sedangkan untuk tanah
yang tidak asli, misalnya pada percobaan pemadatan, maka tanah dipadatkan didalam suatu alat cetak yang
volumenya diketahui. Setelah permukaan atasnya diratakan, maka cetakan serta tanah ditimbang dan beraT isi tanah
dapat langsung dihitung.
Pemeriksaan Berat Jenis
Berat Jenis adalah perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air. Pemeriksaan dilakukan untuk
menentukan berat jenis spesifik yaitu perbandingan berat butir tanah yang lolos saringan no. 40 dan berat air suling
dengan menggunakan labu ukur (piknometer).
Pengujian Kuat Tekan Bebas
Pengujian kuat tekan bebas (unconfined compression test) merupakan pengujian pada kondisi tidak terdrainase dan
tidak terkonsolidasi (Undrained Unconsolidated).
Pengujian tekan bebas termasuk hal khusus dari pengujian triaksial tidak terkonsolidated tanpa drained
(unconsolidated undrained). Pengujian unconfined compression pada tanah lempung jenuh air biasanya
menghasilkan harga cu yang sedikit lebih kecil dari harga didapat dari pengujian UU (untuk test triaksial). Tegangan
aksial yang diterapkan diatas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda uji mengalami keruntuhan.
Penambahan tekanan aksial dilakukan dengan konstan sesuai dengan kecepatan penekanan yang dikehendaki.
Pengujian Geser Langsung
Tujuan dari pengujian geser langsung ini adalah untuk menetukan nilai kohesi (c) dana sudut geser dalam tanah ( )
secara tepat.

3. SIMULASI NUMERIK SKENARIO KEGAGALAN STRUKTUR


Simulasi Dengan Menggunakan Software Geo Slope
1. Input Data
Untuk menggambarkan simulasi numerik skenario kegagalan struktur abutmentnya, maka diperlukan data berat
isi tanah (), kohesi efektif (c), dan sudut gesek dalam ( ). Nilai c dan didapat dengan melakukan pengujian
geser langsung dan selanjutnya dibuat grafik Tegangan geser-Tegangan normal (Das, 1993).
2. Daerah Berdasarkan Lapisan Tanah
Setelah memasukkan parameter parameter tanah tersebut maka selanjutnya adalah menggambar lapisan tanah
sesuai dengan parameter tersebut. Lapisan 1 adalah lapisan tanah asli yang berwarna coklat dengan ketebalan 9
m.
3. Output Data
Setelah menggambar lapisan tanah sesuai dengan parameternya, selanjutanya adalah menggambar grid, radius
dan pore water pressure. Kemudian pilih menu tool verify, selanjutnya menu tool solve kemudian klik start maka
akan keluar output yang memperlihatkan daerah kritis dari penampang sungai tersebut. Bentuknya seperti busur,
dengan pusat lingkaran berada pada salah titik di grid dan nilai faktor keamanan berada di pusat lingkaran.
Sehinnga penggunaan software slope W ini sangat membatu untuk menganalisis kondisi lereng secara cepat
karena output dari running program slope W ini langnsung megeluarkan hasil nilai safety faktor dan daerah kritis
tersebut.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


G - 60 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Geoteknik

Simulasi Dengan Menggunakan Software Plaxis


1. Pemodelan Tanah dan Parameter Yang Digunakan
Adapun tanah yang akan dianalisa adalah tanah di sekitar jembatan dan timbunan oprit dengan data hand boring
dan tes laboratorium untuk tanah sekitar jembatan dan perkiraan properties timbunan oprit Jembatan Toddopuli
X. Dari hasil data ini maka dibuatlah kondisi yang akan digunakan untuk analisa program Plaxis, adapun
pemodelan penampang hanya diambil bagian jembatan yang mengalami keruntuhan.
2. Mesh Generation
Setelah memasukkan parameter material, jaring elemen hingga sederhana dapat disusun dengan menggunakan
tingkat kekasaran elemen sedang (medium). Kemudian dilakukan penyusunan jaring elemen dengan menekan
tombol susun jaring elemen (generate mesh).
3. Kondisi Awal
Dalam kondisi Awal (Initial Condition) ditetapkan berat isi air 10 kN/m. Tekanan air sepenuhnya adalah
tekanan hidrostatik berdasarkan garis freatik global. Kemudian dibuat kondisi batas untuk analisis konsolidasi
pada arah vertikal sebelah kiri dan kanan dengan cara menekan tombol batas konsolidasi tertutup (Closed
consolidation boundary) Kemudian klik tombol hitung tekanan air (generate water pressure).
4. Tegangan Awal
Setelah perhitungan tekanan air, kembali ke konfigurasi geometri awal. Pada kondisi awal timbunan dan
strukturnya belum ada sehingga untuk menghitung tegangan awal dari model maka timbunan harus
dinonaktifkan terlebih dahulu.
Klik satu kali pada tiap klaster yang memodelkan timbunan. Setelah timbunan dan strukturnya dinonaktifkan
(klaster yang bersangkutan akan mempunyai warna seperti warna latar belakang), maka geometri yang aktif akan
berupa geometri yang horizontal dengan lapisan-lapisan horizontal pula.
Kemudian dilakukan perhitungan tegangan awal. Setelah perhitungan tegangan awal dilakukan maka masukan
telah selesai dan perhitungan dapat dilakukan.
5. Perhitungan
Proses konsolidasi terdiri dari 4 tahap, yaitu untuk tanah asli kemudian tanah timbunan, setelah itu pada saat ada
abutment dan terakhir kondisi setelah ada oprit. Setelah itu dihitung waktu konsolidasi selama100 hari agar
tekanan air pori dapat berdisipasi. Setelah semua pengerjaan selesai maka diberi sebuah rentang konsolidasi lain
sehingga penurunan final dapat diketahui, dimana pada tahap ini diberikan tekanan air pori minimum sebesar 1
kN/m.
Setelah tahapan perhitungan selesai maka dilakukan perhitungan untuk semua tahap (phase). Tetapi terlebih
dahulu dilakukan pemilihan titik-titik. Dimana pemilihan titik-titik ini dimaksudkan untuk melihat besar
penurunan dititik yang dipilih. Dimana disini dipilih titik A,B pada ujung timbunan, titik C,D pada kaki
timbunan.
Selama analisis konsolidasi berlangsung, peningkatan waktu dapat terlihat pada bagian atas dalam jendelan
informasi perhitungan.
6. Output
Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan
menampilkan jaringan elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi terjadi sepenuhnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyelidikan Geologi Teknik
Pengujian yang dilakukan adalah sondir pada kedua sisi jembatan yaitu sisi timur dengan kode S-01 dan sisi barat
dengan kode S-02. Adapun hasil penyelidikan geologi teknik adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai konus dan hambatan pelekat


Parameter Pengujian S-01 S-02
Kedalaman tanah keras 8,8 m 8,4 m
2
Nilai konus qc (kg/cm ) 150 140
2
JHP (kg/cm ) 160 150

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 61
Geoteknik

Pengujian Karakteristik Tanah


Pengujian kadar air

Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Air


Nomor Kedalaman Sampel Kadar Air Kadar Air Rata-Rata
Percobaan (m) (%) (%)
I 46.49
2 48.786
II 51.08
I 49.03
4 48.615
II 48.20

Berat Isi Tanah Kering


Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Isi Tanah Kering

Nomor Kedalaman Sampel Berat Isi Tanah Rata-Rata


Percobaan (m) (gr/cm3) (gr/cm3)
I 0.02
2 0.02
II 0.02
I 0.02
4 0.02
II 0.02
Berat Isi Tanah Basah
Tabel 4. Hasil Pengujian Berat Isi Tanah Basah

Nomor Kedalaman Sampel Berat Isi Tanah Basah Rata-Rata


Percobaan (m) (gr/cm ) 3
(gr/cm3)
I 0.87
2 0.85
II 0.84
I 0.91
4 0.92
II 0.93
Berat Jenis
Tabel 5. Hasil Pengujian Berat Jenis

Nomor Kedalaman Sampel


Berat Jenis Rata-Rata
Percobaan
(m)
I 2.77
2 2.77
II 2.77
I 2.78
4 2.78
II 2.78

Pengujian Sifat Mekanis Tanah

Pengujian Geser Langsung

Tabel 6. Hasil Pengujian Geser Langsung Kedalaman 2 m

Gaya Normal P1 10 kg P2 20 Kg P3 30 kg

Tegangan Normal 1 0.31101 kg/cm2 2 0.62201 kg/cm2 3 0.933 kg/cm2

Gaya Geser Maks (kg) 3.12 5.85 8.58

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


G - 62 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Geoteknik

Tegangan Geser Maks (kg/cm2) 0.0970 0.1819 0.2668


Sudut Geser () 15.27
Nilai kohesi ( c ) 0.11
Jenis tanah Lempung

Tabel 7. Tabel Hasil Pengujian Geser Langsung Ke


Kedalaman
dalaman 4 m

Gaya Normal P1 10 kg P2 20 Kg P3 30 kg
2 2
Tegangan Normal 1 0.31101 kg/cm 2 0.62201 kg/cm 3 0.93302 kg/cm2
Gaya Geser Maks (kg) 5.46 9.36 12.09
2
Tegangan Geser Maks (kg/cm ) 0.1698 0.2911 0.3760
Sudut Geser () 18.34
Nilai kohesi ( c ) 0.07
Jenis tanah Lempung

Kuat Tekan Bebas


Tabel 8. Hasil Pengujian kuat tekan bebas

Kedalaman Sampel Nilai qu Konsistensi


No
(m) (ton/ft2)
1 2 0.01489 Lunak
2 4 0.01370 Lunak

5. ANALISA KESTABILAN L
LERENG SUNGAI
Metode yang digunakan untuk perm
permodelan penampang sungai ini adalah metode bishop. Metode yang lain seperti
metode janbu, morgenstern-price,dan
price,dan metode ordinary juga bisa digunakan dan hasil yang didapatkan pun hampir
sama dengan metode bishop. Nilai faktor keamanan dari keempat metode di atas hampir sama.
1. Untuk kondisi tanah asli

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
24-26 Oktober 2013 G - 63
Geoteknik

Gambar 1. Hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli
Dari hasil simulasi program geo slope untuk lapisan tanah asli setinggi 9 m dan panjang penampang adalah 26 m ini
dapat kita lihat daerah kritis
tis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah
kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 2.703. Nilai
Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas cukup besar dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran kecil.

2. Untuk Kondisi Tanah Asli ditambah Tanah Timbunan


Dari hasil simulasi program didapatkan nilai faktor keamanan dan daerah kiritis sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi tanah asli dan timbunan

Dari hasil simulasi program geo slope didapatkan daerah kritis seperti di atas. Daerah kritis ini lebih luas
dari pada daerah kritis untuk lapisan tanah asli. Untuk hasil running program untuk 2 lapisan tanah diatas di
dapatkan
atkan nilai faktor keamanan sebesar 2.074. Nilai ini lebih kecil dibandingkan nilai faktor keamanan untuk
lapisan tanah asli. Nilai faktor keamanan tersebut masih cukup aman untuk kelongsoran.

3. Untuk Kondisi Tanah Dengan Abutment dan Pondasi


Dari hasill simulasi program didapatkan nilai faktor keamanan dan daerah kiritis sebagai berikut
berikut:

Gambar 3. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi tanah dengan abutment dan pondasi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


G - 64 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta
Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Geoteknik

Dari hasil simulasi program geo slope ini dapat kita lihat daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai
tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor
keamanan yang didapatkan adalah 1,067. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi tanah asli ddan
kondisi pada saat ada tanah timbunan. Nilai Faktor keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan
kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.

Jembatan
4. Untuk Kondisi Dengan Abutment dan Pondasi ditambah Bebabn Alat Berat dan Bangunan Atas Jembata

Gambar 4. Hasil simulasi program geo slope untuk kondisi dengan abutment dan pondasi ditambah beban alat
berat dan bangunan atas jembatan

Berdasarkan hasil simulasi program geo slope ini setelah ditambahkan beban alat berat dan gelagar dapat kita lihat
daerah kritis atau daerah runtuhan dari penampang sungai tersebut. Daerah yang merupakan daerah kritis adalah
daerah yang bergaris dan berwarna hijau. Nilai faktor keamanan yang didapatkan adalah 0,914. Nilai tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan kondisi tanah sebelum adanya tambahan beban alat berat dan gelagar. Nilai Faktor
keamanan pada kondisi seperti di atas sangat kecil dan kemungkinan untuk terjadinya kelongsoran besar.

5. Hasil Simulasi Geo Slope dengan Menggunakan Model Tiang Pancang Mi


Miring

Gambar 5. Hasil simulasi program geo slope dengan model tiang pancang miring

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
24-26 Oktober 2013 G - 65
Geoteknik

Dari hasil simulasi dengan menggunakan model tiang pancang miring didapatkan nilai faktor keamanan yang
meningkat menjadi 0,979. Dari hasil simulasi terakhir didapatkan peningkatan nilai faktor keamanan sebesar 0,065.
Oleh karena itu salah satu solusi untuk meningkatkan stabilitas dari abutmen ini dalah dengan menggunakan model
tiang pancang miring meskipun peningkatan nilai faktor keamanan tidak signifikan.
Program Plaxis
1. Permodelan Penampang Sungai

Adapun model penampang sungai dengan menggunakan program plaxis adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Model penampang sungai dengan software plaxis

Parameter tanah yang dimasukkan sebanyak 3 lapisan yaitu lapisan tanah 1 sam sampai
pai lapisan tanah 3. Untuk lapisan
tanah 1 dan 2 adalah jenis tanah lempung sedangkan lapisan 3 adalah sirtu untuk oprit jembatan.

2. Ouput

Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program keluaran. Jendela keluaran akan
menampilkan jaringan
aringan elemen terdeformasi pada kondisi setelah konsolidasi terjadi sepenuhnya. Jaringan elemen
terdeformasi artinya telah mengalami keruntuhan. Untuk gambar jaringan elemen terdefomasi dapat dilihat dari
keluaran program.

a. Untuk Lapisan 1

Gambar 7. Jaring Elemen Terdeformasi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


G - 66 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta
Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Geoteknik

b. Untuk Lapisan 2

Gambar 8. Jaring Elemen Terdeformasi

c. Untuk Lapisan 3

Gambar 9. Jaring Elemen Terdeformasi

Dari hasil running program didapatkan penurunan seperti gambar di atas. Abutment mengalami penurunan dan
bergeser ke arah sungai. Model keruntuhan ini berbeda dengan kondisi yang terjadi di lapangan dimana bangian
abutment bergeser ke dalam dan bagian bawahnya ke arah sungai. Hal ini disebabkan karena data properti tanah
yang diperoleh dari hasil pengujian laboratorium tidak sempurna karena pembacaan alat dari laboratorium yang
digunakan sudah tidak seakurat peralatan yang baru.
Setelah semua data data parameter tanah seperti berat isi, kohesi dan sudut geser dalam sudah
didapatkan dari pengujian karakteristik tanah dan pengujian sifat mekanis tanah di laboratorium, maka
selanjutnya data akan diinput kemudian di simulasikan di program bantu geo slope. Hasil simulasi dapat
dilihat seperti gambar berikut.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 G - 67
Geoteknik

Berdasarkan ouput dari program bantu geo slope dan plaxis maka terdapat beberapa analisa mengenai keruntuhan
abutment. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil running program geo slope didapatkan nilai faktor keamanan yang sangat kecil yaitu 0,914. Untuk
kestabilan suatu lereng nilai minimal faktor keamanannya adalah 2. Jadi lereng sungai tersebut memungkinkan
untuk terjadinya kelongsoran karena kecilnya nilai faktor keamanannya.
2. Dari running program geo slope terlihat bahwa abutment jembatan berada di daerah kritis lereng sungai
tersebut. Jadi kondisi ini memungkinkan abutment terguling karena posisinya di daerah kritis.
Berdasarkan hasil analisis dari penyebab keruntuhan abutmen jembatan toddopuli x maka terdapat beberapa analisa
untuk perkuatan abutmentnya. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut :
1. Untuk posisi abutmen sebaiknya jangan terlalu dekat dengan lereng sungai, dalam hal ini posisi abutmen
sebaiknya berada di luar daerah kritis lereng sungai.
2. Sebaiknya menggunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. Jika menggunakan pondasi sumuran sebaiknya
pondasinya sampai pada kedalaman tanah keras. Untuk menambah stabilitas dari abutmen sebaiknya
ditambahkan model pondasi tiang pancang miring.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi mengenai stabilitas abutment jembatan Toddopuli X, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Adanya perbedaan nilai Faktor Keamanan di setiap lapisan tanah. Untuk kondisi tanah asli nilai SF = 2,703,
setelah ditambah tanah timbunan nilai SF = 2,074 dan setelah adanya abutment dan pondasi nilai SF = 1,067.
Nilai faktor keamanan setelah adanya beban alat berat dan bangunan atas jembatan adalah SF = 0,914. Untuk
kondisi terakhir nilai faktor keamanan sangat kecil sehingga memungkinkan untuk terjadinya kelongsoran.
2. Dari hasil running program geo slope dan plaxis dapat dapat dilihat model keruntuhan dari penampang sungai
adalah jenis keruntuhan sliding.

Saran-saran
1. Sebelum merencanakan pondasi jembatan sebaiknya dilakukan penyelidikan tanah dengan baik sehingga dapat
ditentukan jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi lapisan tanah.
2. Sebelum membangun jembatan perlu adanya analisis mengenai kestabilan lereng sungai dengan
memperhitungkan faktor keamanannya sehingga dapat meminimalikan resiko keruntuhan.

DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA)


Anonimous. Penuntun Praktikum Mekanika Tanah edisi Ke-8, (2010) Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Das, Braja M. 1998. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Edisi Pertama, Erlangga : Jakarta.
Das, Braja M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-PrinsipRekayasaGoeteknik). Edisi kedua, Erlangga : Jakarta.
Hary Christiady Hardiyatmo, M.Eng. 2010. Mekanika Tanah 1. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Hary Christiady Hardiyatmo, M.Eng. 2007. Mekanika Tanah 2. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Bowles, Joseph E.2001, Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknik Tanah (Mekanika Tanah) EdisiKedua. Erlangga Surabaya.
Wesley, LD.1997.Mekanika Tanah .Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


G - 68 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai