Anda di halaman 1dari 8

1

RINGKASAN

Tujuan penulisan gagasan ini adalah untuk memanfaatkan limbah


tunas daun tembakau yang selama ini dibuang diperkebunan sebagai bahan
pewarna tekstil batik Nusantara. Penggunaan zat warna alami berbahan
alkaloid dari limbah tunas tanaman tembakau dapat mengurangi
pencemaran lingkungan serta meningkatkan kualitas produk batik
tradisional Nusantara.
Selama ini belum pernah dilakukan pewarnaan batik menggunakan
zat warna yang berasal dari limbah tunas tanaman tembakau. Bahan
pewarna alami alkaloid limbah tunas tanaman tembakau memiliki
keunggulan ramah lingukungan, tersedia sepanjang musim tanaman
tembakau di seluruh Nusantara, proses pembuatanya sederhana dan
memiliki keunggulan ekonomi.

Untuk meningkatkan kualitas daun tembakau, petani memotong


beberapa tunas tembakau setelahbunga mekar pada bagian atas tanaman.
Namun hal ini menyebabkan tumbuhnya tunas tunas baru pada setiap
ketiak daun tembakau. Bila tunas tunas muda ini tumbuh besar
akanmerugikan karena menyebabkan daun menjadi tipis dan kualitas
turun. Oleh karena itu tunas tunas yang tumbuh harus di buang secara
periodik.Selama ini tunas tunas tersebut dibuang di perkebunan
tembakau. Tunas ini masih mengandung bahan alkeloid dan nikotin yang
dapat dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatanya adalah sebagai sumber
bahan pewarna alami untuk kain batik Nusantara.
Penggunaan zat warna alami dari limbah tunas tanaman tembakau
akan memberikan kontribusi pada berbagai pihak, yaitu : (1) petani
tembakau tidak membuang begitu saja limbahnya diperkebunan (2)
pengusaha batik dapat memanfaatkan zat warna alami yang ramah
lingkungan serta meningkatkan kualitas produksinya (3) pemberdayaan
masyarakat pengerajin batik untuk memanfaatkan bahan baku limbah
tunas tanaman tembakau sebagai pewarna alami (4) masyarakat terhindar
dari pencemaran limbah yang berasal dari industri tanaman tembakau dan
operasionalnya. Proses pembuatan pewarna alami dari bahan limbah dari
tunas tanaman tembakau dilakukan dengan cara penghancuran dengan
blender, pengendapan, penyaringan, pemurnian dan pengemasan.
2

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan sejenis tumbuhan
herbal dengan ketinggian kira-kira 1,8 meter dengan daun yang
melebar dan meruncing. Tanaman ini merupakan tanaman yang
berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sejarah tembakau
pada awalnya digunakan untuk pengobatan oleh orang- orang asli
Amerika. Masyarakat dunia mengenal tembakau sebagai bahan dasar
rokok.Penemuan olahan tembakau sebagai bahan rokok berawal dari
bangsa Eropa. Mereka menemukan tembakau dan membuat olahan
sederhana, sehingga tanaman ini banyak dikenal sebagai bahan
pembuatan rokok.
Di Indonesia, awal perkembangan tembakau dimulai dari bangsa
Belanda yang membuka lahan di beberapa wilayah atau pulau.
Menurut Budiman (2009), luas areal tanam tembakau di Indonesia
pada rentang tahun 1971 sampai dengan 2009 naik secara fluktuatif
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,23% per tahun. Sejalan
dengan peningkatan luas areal tanam, produksi tembakau di Indonesia
juga cenderung naik.Pada periode tahu 1971 sampai dengan 2009,
produksi tembakau Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan
rata-rata sebesar 7.43% per tahun. Perkembangan perusahaan
tembakau di Indonesia pada tahun 1990 sampai dengan 2009 dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan
Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).
Tembakau memiliki kandungan alkaloid nikotin, yang berbeda-
beda kadarnya berdasarkan spesiesnya. Setiap bagian tubuh tembakau
(bunga, daun, batang, akar) mengandung nikotin, kecuali pada bijinya.
Alkaloid adalah istilah bagi senyawa kimia yang diambil dari kata
alkali, dan sebagian besar kandungannya adalah dari unsur Nitrogen,
biasanya bersifat netral sampai basa .Nikotin merupakan senyawa
kimia yang memiliki rumus senyawa C10H14N2, memiliki berat
molekul 162,23 gr/mol, dan termasuk dalam jenis alkaloid. Nikotin
bersifat stimulan, yang dapat mempengaruhi kerja saraf (menimbulkan
perasaan tenang dan rileks) pada mamalia, bersifat adiktif, serta
bersifat antiherbivore.
Untuk meningkatkan kualitas daun tembakau, petani memotong
beberapa tunas tembakau setelahbunga mekar pada bagian atas
tanaman. Namun hal ini menyebabkan tumbuhnya tunas tunas baru
pada setiap ketiak daun tembakau. Bila tunas tunas muda ini tumbuh
besar merugikan karena menyebabkan daun menjadi tipis dan kualitas
turun. Oleh karena itu tunas tunas yang tumbuh harus di buang
secara periodik.
3

Selama ini tunas tunas tersebut dibuang di perkebunan tembakau.


Tunas ini masih mengandung bahan alkeloid dan nikotin yang dapat
dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatanya adalah sebagai sumber bahan
pewarna alami untuk kain batik nusantara. Sehubungan dengan hal
tersebut maka muncul gagasan untuk memanfaatkan tunas tunas
temabkau sebagai bahan pewarna alami kain batik nusantara.
Berdasarkan permasalahan diatas kami sebagai mahasiswa Teknik
Lingkungan UniversitasPGRIAdi Buana Surabaya memberikan solusi
melalui program kreativitas mahasiswa gagasan tertulis untuk
memanfaatkan tunas yang dihasilkan dari tanaman tembakau. Dengan
gagasan yang berjudul Pemanfaatan Limbah Tunas Tanaman
Tembakau Menjadi Bahan Pewarnaan Kain Batik Nusantara.

1.2 Tujuan Dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Tujuan penulisan gagasan ini adalah untuk mendeskripsikan
pemanfaatan limbah tunas tembakau menjadi bahan pewarna
kain batik nusantara.
1.2.2 Manfaat
Tujuan penulisan ide ini adalah untuk mendeskripsikan
pemanfaatan
a. Bagi Masyarakat
Membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan
kelompok usaha bersama dengan mengolah tunas tembakau
menjadi bahan pewarnaan batik alami nusantara
b. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan dalam upaya pembuatan bahan
pewarnaan batik alami nusantara yang terbuat dari tunas
tembakau
c. Bagi Penulis
Sebagai tambahan ilmu, memperluas wawasan dan
menambah pengalaman bagi penulis
2. Gagasan

2.1Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Keanekaragaman tanaman di Indonesiasaatini memiliki potensi
yang besar untuk dimanfaatkan sebagai pewarna alam. Zat warna
alamibersifat ramah lingkungan dan mudah didapatkan. Salah satu
tanaman yang dapat berpotensi untuk dijadikan pewarna alami adalah
daun tembakau, yang juga digunakan dalam pembuatan rokok. Bagian
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami adalah
tunas tembakau yang dibuang di perkebunan tembakau.
4

Secara morfologis tanaman tembakau umumnya memiliki batang


yang tegak dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Bagian terpenting dari
tanaman tembakau, khususnya bagian tunas tanaman, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tunas Tembakau


(http://ndutludfy.blogspot.co.id/2013/03/teknik-budidaya-tembakau-
kasturi.html?).
Bagian inilah yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai pewarna
alami. Daun tembakau bentuknya bulat panjang, bertulang sirip, dengan
ujung meruncing, serta tepi daun licin. Setiap tanaman biasanya
memiliki daun sekitar 24 helai. Ukuran daun tembakau cukup bervariasi
menurut keadaan tempat tumbuh dan jenis tembakau yang ditanam.
Ketebalan dan kehalusan daun antara lain dipengaruhi oleh cuaca.

2.2 Solusi Yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya


Batik pada dasarnya adalah teknik menghias permukaan tekstil
dengan cara menahan pewarna. Dapat dikatakan bahwa teknik ini
dijumpai dimana saja dan merupakan salah satu tahapan pencapaian
dalam peradaban manusia (Iwan Tirta, 2009). Pada mulanya di
Nusantara semua bahan pewarna batik dibuat dari bahan bahan alami
yang berasal dari alam. Bahan pewarnaan alami tersebut digunakan
untuk karya karya seni lain di kepulauan Nusantara . Sumber bahan
pewarna yang digunakan adalah bagian kulit kayu, buah, bunga dan
akar suatu tanaman.
Tumbuhan tumbuhan yang biasanya digunakan bahan pewarna
alami batik diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit
pohon soga tingi (ceriopscandolleanaarn), kayu tegeran
(cudrainajavanensis), kunyit (curcuma), the (the), akar mengkudu
(morinda citrifelia), kulit soga jambal (pelthophorumferruginum),
5

kesumba (bixaorelana), daun jambu biji (psidium Guajava ) dan daun


tembakau. (http://obatrindu.com/bahan-pewarna-alami-batik/)

Pewarnaansintesiskain batik digunakansejakawalabadke 20 oleh


pengerajin pengerajin batik di Nusantara. Teknik pewarnaan sintesis
atau kimia menggeser teknik peawarnaan alami karena proses
pengerajim jauh lebih mudah, dan warna yang dihasilkan lebih
beragam. Seiring bergesernya waktu, kebutuhan kain batik semakin
meningkat, dan produksi kain batik yang menggunakan bahan pewarna
sintesis atau kimia juga meningkat. Hal tersebut akan menimbulkan
masalah baru yaitu masalah pencemaran lingkungan. Pembuangan
limbah pewarna sintesis atau kimia ke sungai tanpa ada pengolahan
terlebih dahulu akan merusak ligkungan di daerah sekitar sentra
sentra industri batik. (Rini,dkk 2011).

2.3 Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat


DiperbaikiMelalui gagasan yang diajukan
Selama ini pengusaha batik menggunakan pewarnaan tekstil dengan
zat warna alam. Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan
teknologi dengan zat warna sintesis untuk tekstil maka semakin
terkikislah penggunaan zat warna alam. Zat pewarna alam semakin
sulit ditemukan dijaman seperti sekarang ini. Berbeda dengan zat
pewarn aalam, zat pewarna sintesis akan lebih mudah diperoleh di
pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam- macam,
dan lebih praktis dalam penggunaanya.
(http://batikkirani.blogspot.co.id/2013/01/pewarna-batik.html?m=1)

Peningkatanproduksikain batik di Nusantara yang terus meningkat


,penulis mencoba untuk mengembangkan Batik Nusantara dengan
pewarnaan alami. Hal ini didasarkan pada kepedulian terhadap
lingkungan. Penulis mencoba mengeksplorasi dan memanfaatkan
limbah tunas tembakau di Nusantara menjadi bahan pewarna batik
alami yang ramah lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan Batik
Nusantara.

2.4 Pihak pihak yang dipertimbangkan


Tunas tembakau merupakan bagian dari tanaman tembakau yang
dapat dimanfaatkan sebagai pewarnaan batik Nusantara. Agar gagasan
ini terealisasikan, terdapat beberapa pihak yang dilibatkan diantaranya
:
1. Petani tembakau
6

Petani tembakau indonesia harusnya tidak membuang


begitu saja tunas tembakau, seharusnya petani tembakau indonesia
mengumpulkan tunas tembakau tersebut dan dikirim ke pengusaha
batik yang ada di Indonesia sebab masih banyak yang bisa
dimanfaatkan.Salah satunya adalah sebagai bahan pewarna alami
batik Nusantara
2. Pengusaha batik
Pengusaha batik di Indonesia saat ini sudah banyak yang
menggeluti, akan tetapi kebanyakan pengusaha batik di Indonesia
menggunakan bahan pewarna kimia bukan dari bahan pewarna
alami maka di gagasan ini kami memberikan solusi untuk lebih
menggunakan bahan pewarna alami dari tumbuhan terutama
tanaman tembakau
3. Pihak laboratorium
Dalam hal ini pihak laboratorium sangatlah penting untuk
menguji kandungan yang terdapat di tunas tembakau yang bisa
dimanfaatkan untuk bahan pewarna alami pada batik Nusantara.
4. Masyarakat
Memberikan pemberdayaan kepada masyarakat pengerajin
batik untuk memanfaatkan bahan baku limbah tunas tanaman
tembakau sebagai pewarna alami.

2.5 Langkah Langkah Strategis


Langkah langkah strategi yang dapat dilakukan untuk
mengimplementasikan gagasan, antara lain :
1. Mengadakan kerja sama dengan pemilik pertanian tembakau dalam
membantu budidaya tembakau dan memasok tunas limbah
tanaman tembakau yang tidak dimanfaatkan.
2. Mengadakan kerja sama dengan pengerajin batik yang dapat
membantu dalam proses pembuatan bahan pewarna alami dari
limbah tunas tanaman tembakau.

Selain kualitas bahan pewarna alami yang ramah lingkungan. cara


proses pembuatan pewarna tunas limbah tanaman tembakau sangatlah
mudah. Adapun langkah langkah cara pembuatan pewarna alami dari
limbah tunas tanaman tembakau, sebagai berikut :
1. Pemangkasan dilakukan agar tidak terjadi stagnasi. Selama ini
hasil dari pemangkasan hanya dibuang begitu saja tanpa ada
pemanfaatan lebih lanjut . Padahal tunas tembakau bisa
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik.
2. Langkah kedua adalah proses penumbukan. Proses penumbukan
dilakukandengan blender sampai tunas tembakau hancur dan
7

mengeluarkan air atau sari dari daun tembakau tersebut. Cairan


dihasilkan dari tunas tembakau yang masih basah atau masih
muda akan lengket jika terkena kulit. Hal tersebut diakibatkan
banyaknya kandungan kafein pada tunas tembakau yang masih
basah, sehingga jika getah dari tunas tembakau terkena kulit akan
menjadi lengket.
3. Langkahketigaadalahpengendapandarihasilpenumbukanlimbahtun
astanamantembakau agar cairandanpadatanterpisah.
4. Langkahkeempatpenyaringan. Proses ini dilakukan untuk
memisahkan dau tembakau dengan sari dari tunas tembakau
basah. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain tipis
supaya zat warna yang dihasilkan leboh bersih dan tidak banyak
meninggalkan kotoran dari sisa tunas yang ditimbuk.Keunggulan
proses pembuatan pewarna alami dengan menggunkan tunas
tembakau sangat mudah bahan dan alat yang digunakan hrganya
relatif murah sehingga masyarakat bisa untuk mempraktikanya.
5. Langkahkelima proses pemurniancairan yang dihasilkandari
proses penyaringan.
6. Langkah yang terakhir adalah pengemasan hasil produk yang siap
untuk dijual.
Diharapkan dari gagasan yang telah kami tulis pada proposal ini
adanya peran petani tembakau dan pengusaha batik dalam
memanfaatkanlimbah tunastanaman tembakau. Selain itu perlunya
sosialisaikepadamasyarakatpengerajin batik tentang pemanfaatan tunas
tembakau yang bisa dimanfaatkan kembali dan bernilai ekonomis.
3. Kesimpulan
Limbah tunas tanaman tembakau mengandung senyawa alkaloid
yang dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami batik Nusantara ,zat
warna alami ini memiliki keunggulan bersifat ramah lingkungan, mudah
diperoleh, proses pembuatan sederhana dan memiliki keunggulan
komperatif dibandingkan dengan zat warna kimia buatan industri.
Penggunaan zat pewarna alami dapat memperbaiki kualitas produk
pewarna batik Nusantara sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi
pengerajin batik serta meminimalisir limbah cair industri batik bila
menggunakan zat pewarna kimia.
8

DaftarPustaka

Budiman, H. 2009. Budidaya Tanaman Tembakau Kiat Menanam


Tembakau BerkualitasTinggi. PustakaBaru Press. Jakarta.
Dyaninoor, Dayu. 2012. Pewarna Alami pada Batik dari Bahan Daun
Tembakau di Perusahaan Pesona Tembakau Temanggung.
[skripsi]. UniversitasNegeri Yogyakarta.
http://batikkirani.blogspot.co.id/2013/01/pewarna-batik.html?m=1
http://obatrindu.com/bahan-pewarna-alami-batik/ [akses 08/11/2016]
http://ndutludfy.blogspot.co.id/2013/03/teknik-budidaya-tembakau-
kasturi.html [akses 16/03/2016]
Rini, Sancaya.,dkk. 2011. Pesona Warna Alami Indonesia. Jakarta
:Yayasan Keanekaragaman Indonesia.
Tirta, Iwan. 2009. Batik Sebuah Lakon. PT Gaya Favorit Press.

Anda mungkin juga menyukai