Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki

yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak

langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman

budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan

air. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan

morfologi, habitat, dan bentuk pertumbuhanya (Gallinato dkk, 2009).

Gulma merupakan salah satu diantara pembatas biologi yang penting pada

produksi kedelai di Indonesia. Kehilangan hasil akibat gulma bervariasi dari 28

54% pada tanaman kedelai pindah tanam (transplanting) dan 28-89% pada

tanaman kedelai tabur benih langsung (direct seeded). Gulma Eleusine indica

merupakan gulma dominan pada kedelai yang dapat menurunkan hasil produksi

tanaman kedelai hingga 72% (Islam dkk, 2003), memiliki daya adaptasi yang luas,

termasuk tumbuhan C4 yang efisien dalam fotosintesis dan memiliki tingkat

kompetisi yang tinggi (Islam et al., 2003).

Jenis-jenis kompetisi dikenal dengan 2 istilah yakni: Intra specific

competition ialah persaingan antar-species sama dalam lahan yang sama. Inter

spsecific competition ialah persaingan antar-species berbeda dalam lahan yang

sama. Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama

tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan

normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas

CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya (Budi dan Hajoeningtijas, 2009).
2

Ada tiga bentuk kompetisi yang terjadi di antara spesies, yaitu kompetisi

yang mengakibatkan hasil sesungguhnya dari masing-masing spesies dalam

pertanaman campuran lebih rendah dari hasil yang diharapkan (mutual inhibition),

kompetisi yang mengakibatkan hasil dari masing-masing spesies dalam

pertanaman campuran lebih besar dari hasil yang diharapkan (mutual

cooperation), dan kompetisi yang mengakibatkan hasil sesungguhnya lebih rendah

dari hasil yang diharapkan untuk suatu spesies, dan sebaliknya lebih tinggi dari

hasil yang diharapkan untuk spesies yang lain (compensation) (Nasution, 2009).

Derajat kompetisi tertinggi terjadi pada saat periode kritis pertumbuhan.

Hal tersebut disebabkan keberadaan gulma sangat berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode kritis ialah periode atau saat dimana

gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkompetisi secara

aktif (Sandhi dan Guntoro, 2009).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini ialah untuk mengetahui studi

kompetisi antara gulma Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus dan

Eleusine indica dan tanaman kedelai (Glycine max L.) dengan pendekatan

replacement series.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Ilmu Gulma Budidaya

Pertanian dan Perkebunan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
3

TINJUAAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill. )

Adapun klasifikasi tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill.)

menurut Merrill (1917) adalah sebagai berikut: Kerajaan: Plantae; Divisi:

Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Sub kelas: Rosidae; Ordo: Fabales;

Famili: Fabaceae; Genus: Glycine; Spesies: Glycine max (L.) Merrill.

Kedelai memiliki akar tunggang, akar ini mampu membentuk bintil-bintil

akar yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japanicum. Bakteri

tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai untuk mengikat nitrogen

dari udara. Nitrogen ini sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman

kedelai (Rosmiati, 2014).

Daun kedelai berbentuk oval, daun pertama yang keluar dari buku

sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya berseberangan.

Daun yang berbentuk kemudian merupakan daun ketiga yang letaknya

berselang-seling. Pada setiap tangkai daun terdapat 3 helai daun

(trifoliat). Tanaman kedelai mempunyai bunga yang sempurna, yaitu dalam

satu bunga terdapat benang sari dan putik. Bunga berwarna ungu atau

putih (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh, 2009).

Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi

nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara

2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga

pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku

yang lebih tinggi. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5
4

minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di

Indonesia (Irwan, 2006).

Buah kedelai disebut buah polong seperti buah kacang-kacangan lainnya.

yang tersusun dalam rangkaian buah. Polong kedelai yang sudah tua ada yang

berwarna coklat, coklat tua, coklat muda, coklat kekuning-kuningan, coklat

keputih-putihan dan kehitaman. Tiap polong kedelai berisi antara 1 5 biji, jumlah

polong pertanaman tergantung pada varietas kedelai, kesuburan tanah, dan jarak

tanam yang digunakan. Kedelai yang ditanam pada tanah subur pada umumnya

dapat menghasilkan antara 100 200 polong/pohon (Suhaeni, 2007).

Biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau bulat-pipih sampai bulat-

lonjong. Warna kulit biji bervariasi antara lain kuning, hijau, coklat dan hitam.

Ukuran biji berkisar antara 6 30 gram/100 biji. Di indonesia ukuran biji kedelai

diklasifikaikan dalam 3 kelas, yaitu biji kecil (6 10 gr/100 biji), sedang (11 12

gr/100 biji) dan besar (13 gr atau lebih/100 biji). Biji-biji kedelai dapat digunakan

sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Cahyono, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas, ditempat-tempat

terbuka dan bercurah hujan 100 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai

kebanyakan ditanam didaerah yang terletak kurang dari 400 m diatas permukaan

laut dan jarang sekali ditanam didaerah yang terletak kurang dari 600 m diatas

permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik jika ditanam didaerah

beriklim kering (Aak, 2002).


5

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20 -250C. Suhu 12 20 0C adalah

suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat

menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta

pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 0C,

fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Irwan, 2006).

Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya

terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk

budidaya kedelai adalah 100-200 mm/bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada

ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut. Rata-rata curah hujan tiap

tahun yang cocok bagi kedelai adalah kurang dari 200 mm dengan jumlah

bulan kering 3-6 bulan dan hari hujan berkisar antara 95-122 hari selama

setahun (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh, 2009).

Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan, karena

akan mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga

sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen.

Namun ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30 40 hari suhu

didalam dan permukaan tanah pada musim panas sekitar 350C 390C. Hasil

observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, temperatur dan

kelembaban udara terhadap pertumbuhan tanaman kedelai disepanjang musim

adalah sekitar 60 -70% (Aak, 2002).

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam dilahan dengan

ketinggian 0,5 - 300 m dpl. Sedangkan varietas kedelai berbiji besar cocok

ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan

tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 hingga 600 m dpl. Tanaman
6

kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Iklim

kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman

kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400

mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai

membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan (Prihatman, 2000).

Energi radiasi atau takaran sinar matahari, merupakan faktor penting

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kualitas, intensitas dan lamanya

penyinaran merupakan segi energi radiasi yang penting. Spektrum penuh sinar

matahari umumnya sangat menguntungkan pertumbuhan tanaman. Kedelai lebih

mampu tumbuh baik pada intensitas cahaya agak redup dibandingkan jika hari

terang penuh. Ukuran daun dan pemanjangan batang sejumlah tanaman akan

maksimal pada intensitas cahaya rendah sedangkan berat kering total tanaman

akan meningkat mengikuti peningkatan intensitas cahaya. Segi energi radiasi yang

lebih penting adalah lamanya penyinaran (Moha, 2014).

Tanah

Tanah Tanaman ini pada umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai

jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan

berdrainase baik. Tanaman ini peka terhadap kondisi salin (Moha, 2014).

Kedelai membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.

Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga

merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan

unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.Pada dasarnya kedelai menghendaki

kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Kedelai tidak

menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan
7

pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh

dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar.

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi

tanah cukup baik (Prihatman, 2000).

Aerasi tanah yang kurang biasanya disebabkan oleh drainase air yang

kurang baik sehingga tanah menempati pori-pori besar yang jika tidak demikian

akan memungkinkan pertukaran gas ke udara. Pengaruh kejenuhan air kadang-

kadang diperberat oleh perombakan bahan organik seperti sisa-sisa tanaman.

Dalam situasi-situasi selain daripada kejenuhan total, pertumbuhan akar kapas

dan kedelai tampaknya sama sekali tidak peka terhadap kandungan O 2

serendah kira-kira 5 %. Walaupun demikian, k2periode-periode tanpa oksigen

selama hanya 3 jam untuk kapas, dan 5 jam, untuk kedelai, mematikan ujung-

ujung akar (Aak, 2002).

Kompetisi

Peristiwa terjadinya gulma itu menyaingi atau mengganggu tanaman

budidaya (pangan, perkebunan, hortikultura, pakan, ikan, hutan) dan lain-lain.

Cara dapat berupa:

a. Persaingan dalam penyerapan hara dari dalam tanah


b. Persaingan dalam penyerapan air dari dalam tanah
c. Persaingan dalam memanfaatkan cahaya matahari dari udara atau bagian di

atas tanah
d. Persaingan dalam hal ruang tempat tumbuhnya, baik di atas tanah maupun

bagian di dalam tanah


e. Ada beberapa jenis gulma mengeluarkan zat yang bersifat racun dari akarnya

yang disebut allelopati


f. Adanya gangguan baik secara langsung maupun tidak langsung

(Alfiandi dan Dukat, 2007).


8

Gulma yang dimasukkan dalam petak tanaman setelah tanaman kedelai

sudak kuat, tidak mengurangi hasil kedelai. Suatu percobaan dengan kedelai yang

dipindahkan, menunjukkan bahwa gulma yang berkecambah dengan kerapatan 20

batang per m2, duabelas hari pemindahan kedelai, tidak terlalu mengurangi hasil

kedelai sedangkan gulma tersebut, yang berkecambah segera setelah pemindahan

kedelai mengurangi hasil sekitar 16% pada kerapatan yang sama. Jadi kemampuan

relative kedelai untuk bersaing dengan gulma menjadi meningkat karena

keterlambatan (pengunduran) timbulnya gulma (Baki dkk, 1995).

Ada tiga bentuk kompetisi yang terjadi di antara spesies, yaitu kompetisi

yang mengakibatkan hasil sesungguhnya dari masing-masing spesies dalam

pertanaman campuran lebih rendah dari hasil yang diharapkan (mutual inhibition),

kompetisi yang mengakibatkan hasil dari masing-masing spesies dalam

pertanaman campuran lebih besar dari hasil yang diharapkan (mutual

cooperation), dan kompetisi yang mengakibatkan hasil sesungguhnya lebih rendah

dari hasil yang diharapkan untuk suatu spesies, dan sebaliknya lebih tinggi dari

hasil yang diharapkan untuk spesies yang lain (compensation) (Nasution, 2009).

Jenis-jenis kompetisi dikenal dengan 2 istilah yakni: Intra specific

competition ialah persaingan antar-species sama dalam lahan yang sama. Inter

spsecific competition ialah persaingan antar-species berbeda dalam lahan yang

sama. Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama

tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan

normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas

CO2 dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya (Budi dan Hajoeningtijas, 2009).
9

Derajat kompetisi tertinggi terjadi pada saat periode kritis pertumbuhan.

Hal tersebut disebabkan keberadaan gulma sangat berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode kritis ialah periode atau saat dimana

gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkompetisi secara

aktif (Sandhi dan Guntoro, 2009).

Replacement Series

Kompetisi antar tanaman dan gulma atau sebaliknya dapa didekati dengan

menggunakan model (Maas dan Hoffman, 1997). Replacement series (percobaan

substitusi) telah digunakan secara luas untuk menilai gangguan, diferensiasi niche,

pemanfaatan sumber daya, dan produktivitas dalam kultur campuran spesies

sederhana. Perlakuan dari replacement series menekankan pada total kepadatan

(densitas) spesies. Kelompok spesies yang berbeda ditumbuhkan pada suatu kultur

campuran dengan variasi jumlah individu dari masing-masing spesies dengan total

kepadatan tanaman atau jumlah tanaman setiap pot sama pada kultur campuran.

Hasil pengamatan tiap spesies dari diagram replacement (substitusi) cenderung

berkaitan dengan banyaknya tingkatan gangguan intra dan interspesifik

(Pranasari dkk, 2012).

Metode percobaan replacement series atau sering disebut metode seri

penggantian merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam kajian

kompetisi antara dua spesies yang hidup bersama. Metode disusun dengan

mengganti proporsi tanaman yang berkompetisi, tetapi total individu dalam satuan

luas lahan tetap (Peter dan Jolliffe, 2000).

Kemampuan tanaman bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies

gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas
10

tanaman serta tingkat kesuburan tanah. Bentuk persaingan yang terjadi antara

gulma Eleusine indica dan tanaman kedelai (Oryza sativa L.) meliputi persaingan

untuk cahaya, nutrisi, air, kadar garam, CO2 , dan ruang tumbuh. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kompetisi gulma jenis Micania mucronata menyebabkan

penurunan hasil kelapa sawit sebesar 20% dan akibat persaingan dengan gulma

hasil tanaman kedelai bisa turun sampai 75% (Direktorat Bina Produksi Kedelai

dan Polowijo, 1990). Sementara itu, kerugian yang ditimbulkan oleh gulma dari

seluruh tanaman budidaya di Amerika Serikat rata-rata tiap tahunnya mencapai $

7.989.201.000 (Sukman dan Yakup, 1991).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Rumah Alat Program studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat


11

25 m dpl. Percobaan ini dilakukan mulai tanggal 24 Oktober sampai dengan 30

November 2017.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Kedelai

(Glycine max L.) dan benih gulma bandotan (Ageratum conyzoides), Belulang

(Eleusine indica L.) dan gulma teki (Cyperus rotundus L.) sebagai objek

percobaan, tanah : pasir steril (75:25) sebagai media tanam, (kertas label sebagai

penanda pada kotak, Spidol sebagai bahan penanda pada label dan plank.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sepuluh kotak

kayu atau papan berukuran sekitar 40cm x 40cm x 30cm sebagai wadah media

tanam, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, gembor untuk menyiram

tanaman, timbangan analitik untuk mengukur berat segar tanaman kedelai dan

gulma, buku data untuk mencatat data, alat tulis untuk menulis data,

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dengan metode replacement series yang disusun

dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.

P1 : Intensitas penyiangan

K0 : Kontrol

K1 : Penyiangan 2 MST

K2 : Penyiangan 3 MST

K3 : Penyiangan 4 MST

K4 : Disiang sampai panen

P2 : Jarak Tanam

K0 : Kontrol
12

K1 : 6 Kolom

K2 : 9 Kolom

K3 : 12 Kolom

P3 : Kerapatan Gulma

K0 : 0 gr gulma

K1 : 25 gr gulma

K2 : 50 gr gulma

K3 : 100 gr gulma

Satuan percobaan berupa kotak kayu dengan ukuran 40cm x 40cm x 30 cm

Ulangan :2

Perlakuan :3

Jumlah bibit/kotak kayu : 5 x 4 baris x 2 ulangan (percobaan 1)

5 x 4 baris x 2 ulangan (percobaan 2)

5 x 4 baris x 2 ulangan (percobaan 3)

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Benih
13

Benih terlebih dahulu diseleksi dengan cara merendam benih ke dalam air.

Biji Gulma dan biji Kedelai (Glycine max L.) varietas Anjasmoro ini terlebih

dahulu telah dijemur dan direndam selama 48 jam sebelum dilakukan seleksi.

Pembuatan Media Tanam

Tanah yang telah disiapkan dibersihkan dari sisa-sisa akar tanaman, sisa-

sisa batang, ranting, daun tanaman serta kotoran lainnya dengan cara

penggongsengan. Tanah yang telah bersih dicampur dengan pasir (25:75) dan di

masukkan kedalam kotak kayu 2/3 bagian.

Penanaman

Penanaman benih kedelai didahulukan dengan penaburan biji gulma

sebanyak satu genggaman tangan yang telah direndam sebelumnya. Penaburan

dilakukan secara merata pada setengah media lalu ditimbun kembali kemudian

dilakukan pembuatan lubang tanam benih kedelai 20 per kotak (kecuali

perlakuan 2).

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari tergantung

pada kelembaban permukaan media tanam dan ketinggian air di atas permukaan

tanah. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan pada saat gulma mulai

tumbuh di media tanam maupun di areal penanaman. Penyiangan didalam kotak

perlakuan hanya untuk percobaan 1 (intensitas penyiangan).

Pengamatan Parameter
14

Bobot Segar Akar Tanaman

Bobot segar akar tanaman dihitung setelah tanaman di panen dan

dipisahkan dari pangkal akar untuk kemudian ditimbang dengan menggunakan

timbangan analitik.

Bobot Segar Tajuk Tanaman

Bobot segar tajuk tanaman dihitung setelah tanaman di panen dan

dipisahkan dari pangkal akar untuk kemudian ditimbang dengan menggunakan

timbangan analitik.

Bobot Segar Akar Gulma

Bobot segar gulma dihitung setelah tanaman di panen dengan memisahkan

gulma setiap kotak perlakuan lalu dibersihkan dari sisah tanah kemudian

ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Segar Tajuk Gulma

Bobot segar gulma dihitung setelah tanaman di panen dengan memisahkan

gulma setiap kotak perlakuan lalu dibersihkan dari sisah tanah kemudian

ditimbang dengan timbangan analitik.

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990. Budidaya Tanaman Kedelai. Kanisius, Jakarta.


15

Aini, B. 2008. Pengaruh ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica), bandotan


(Ageratum conyzoides) dan teki (Cyperus rotundus) terhadap
perkecambahan beberapa varietas kedelai (Glycine max L).

Alfiandi dan Dukat. 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tiga Kultiva
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Terhadap kompetisi dengan Gulma pada
Dua Jenis Tanah. Jurnal Agrijati 6(1). Fakultas Pertanian. Unswagati.
Cirebon.

Baki, B.B., S. Suhaimi, and J. A. Munir. 1995. Path Analysis Of Two Sympatric
Graminoids (Cyperus rotundus sp. Crus-galli (L.) Beauv. and Ischaemum
rugosum Salisb.) In Competition With Rice (Oryza sativa L. Var MR84).
Proceeding 15th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. The
Organizing Committee of The 15Th Asian-Pacific Weed Science Society
Conference. Tsukuba. Vol I(B):549.

Budi, G.P dan Hajoeningtijas, O.D. 2009. Kemampuan Kompetisi Beberapa


Varietas Kedelai (Glycine max) Terhadap Gulma Alang-Alang (Imperata
cylindrica) Dan Cyperus rotundus (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang
Provinsi Jawa Tengah 7(2). Jakarta.

Galinato, M.I., K. Moody dan C. M. Piggin. 1999. Upland Rice Weeds of South
and Southeast Asia. International Rice Research Institute. Los Banos. 155.

Islam, F. Md., dan Karim, S.M. R. 2003. Effect of Population Density of Cyperus
rotundus and Echinochloa colona on Rice. Proceedings Nineteenth Asian-
Pacific Weed Science Society Conference. Weed Science Society of the
Philippines. Manila. Vol. 1:275-280.

Kastono, D. 2005. Kompetisi Tanaman Dengan Gulma. Laboratorium Manajemen


dan Produksi Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian Faperta UGM.
Yogyakarta.

Kilkoda, A. K., Nurmala, T., dan Widayat, D. 2015. Pengaruh keberadaan gulma
(Ageratum conyzoides dan Boreria alata) terhadap pertumbuhan dan hasil
tiga ukuran varietas kedelai (Glycine max L. Merr) pada percobaan pot
bertingkat. Jurnal Kultivasi 14(2):1-9

Lakitan, B. 2004. Dasa-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta. 206 hal.

Nasution, D.P. 2009. Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metoda Pengendalian
Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L.)
Varietas DK3. Departemen Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.

Peter A. dan Jolliffe. 2000. The Replacement Series. Journal of Ecology Vol. 88,
No. 3 (2000) 371-385.
16

Pranasari, R.A; Nurhidayati, T dan Indah Purwani, K.I. 2012. Persaingan


Tanaman Kedelai (Glycine max) dan Rumput Cyperus rotundus (Cyperus
rotundus) Pada Pengaruh Cekaman Garam (NaCl). Jurnal Sains Dan Seni
ITS 1(1). Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember ITS. Semarang.

Sandhi, V.F dan Guntoro, D. 2009. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan
Hortikultura: Studi Kompetisi Antara Gulma (Cyperus rotundus) Dan
Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Dengan Pendekatan Replacement
Series. Departemen Fakultas Pertanian IPB. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Sukman , Y dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya, Palembang:


Rajawali Press. Jakarta.

Suprayono dan Setyono, A. 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Kedelai.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo dan J. Wiroatmojo, 1984. Pengelolaan Gulma di


Perkebunan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 210 p.

Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Vergara, B.S. 1995. Bercocok Tanam Kedelai. (Terjemahan Bahasa Inggris).


Departemen Pertanian. Jakarta.

Yadianto. 2003. Bercocok Tanam Kedelai. Percetakan M2S. Bandung. 84 hal.

Anda mungkin juga menyukai