Jtptunimus GDL Trimundary 5179 3 Bab2 PDF
Jtptunimus GDL Trimundary 5179 3 Bab2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cahaya
IES ( Illumination Engineering Society ) mendefinisikan cahaya sebagai pancaran
energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk
energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan
mata.5
Cahaya adalah gelombang magnet elektro yang mempunyai panjang antara 380
hingga 700 nm ( 1 nm = 10-9 m ), dengan urutan warna : ( ultra violet ), ungu, nila,
biru, hijau, kuning, jingga, merah, ( infra merah ). Ultra violet dan infra merah hanya
dapat terlihat denga bantuan alat optik khusus. Ultra violet ( 290 380 nm ) berdaya
kimia, sedangkan infra merah ( 700 2300 nm ) berdaya panas. Kecepatan cahaya
adalah 3 x 108 m / dtk.10
Secara garis besar gelombang cahaya dibagi atas 3 bagian yaitu :11
1. Ultra violet yang mempunyai panjang gelombang antara 100 400 nm.
2. Sinar tampak ( visible light ) mempunyai panjang gelombang antara 400 700 nm.
3. Sinar infra merah ( I.R ) dengan panjang gelombang antara 700 104 nm lebih.
Infra merah menempati daerah dalam spektrum elektromagnetik antara sinar
tampak dan gelombang mikromagnetik ( micro wave ).
Pancaran cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda menghasilkan warna yang
berbeda terhadap mata. Sensitivitas maksimum mata manusia adalah 5550 0A ( 0,555
m ), yaitu warna hijau kekuningan.5
B. Sumber Penerangan
Secara garis besar sumber penerangan dapat dibagi dalam 2 macam: 4
1. Penerangan alami, yakni mempergunakan sumber cahaya yang terdapat di alam,
biasanya matahari, bintang dan lain sebagainya. Matahari merupakan sumber
cahaya utama dan dominan, namun tergantung kepada waktu siang hari, musim,
cuaca berawan atau tidak. Cahaya matahari mempunyai gelombang antara 290
hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ultra violet hingga infra
merah.10
Untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup diperlukan luas jendela 15
sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan.4
2. Penerangan buatan, artinya mempergunakan sumber cahaya yang bukan alamiah
yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: listrik, lampu
minyak tanah, lampu gas dan lain sebagainya.
Pencahayaan buatan diperlukan karena kita tidak dapat sepenuhnya tergantung
dari ketersediaan pencahayaan alam, sehingga pencahayaan buatan bersifat saling
mendukung dengan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan diperlukan bila :12
a. Tidak tersedia cahaya alami siang hari, saat antara matahari terbenam dan
terbit.
b. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari, saat mendung tebal
intensitas cahaya bola langit akan berkurang.
c. Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam
ruangan yang jauh dari jendela.
d. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar.
e. Diperlukan intensitas cahaya konstan, misal ruang operasi.
f. Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur,
contoh pada ruang pamer dan panggung pertunjukan.
g. Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus, misal menyediakan
kehangatan bayi yang baru lahir.
h. Diperlukan cahaya dengan efek khusus, misalnya pada pencahayaan dengan
lampu U.V. untuk memendarkan cat berlapisan fosfor.
Pada umumnya jenis lampu sebagai sumber penerangan buatan dapat
digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :12
a. Lampu pijar ( incandescent ) ; cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (
titik lebur > 2200 0C ) yang berpijar karena panas, maka disebut lampu tungsten.
Efikasi ( lumen per watt ) lampu ini rendah, hanya 8 10 % energi menjadi cahaya.
Sisanya terbuang sebagai panas. Untuk memperbaiki efikasinya, lampu tungsten
diisi gas halogen dan disebut lampu tungsten halogen. Efikasinya mencapai 17, 5
lm / watt.
b. Lampu fluorescent ( TL = Tubelair Lamp / lampu tabung ) ; cahaya dihasilkan oleh
pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian dalam tabung lampu. Lebih dari 25 %
energi dijadikan cahaya. Efikasinya antara 40 85 lm / watt, berarti 2 3 kali lebih
baik dari lampu pijar.
c. Lampu HID ( High Intensity Discharge Lamp ) ; cahaya dihasilkan oleh lecutan
listrik melalui uap zat logam. Efikasinya antara 40 60 lm / watt. Untuk
memperbaiki efikasi dan warna, pada tabung lecutan listrik lampu merkuri
ditambahkan halida logam sehingga disebut lampu metal halida. Efikasi bisa
mencapai 70 lm / watt, tetapi umurnya berkurang hingga separuh. Perkembangan
selanjutnya dari lampu HID adalah lampu uap sodium bertekanan tinggi ( High
pressure sodium vapor lamp ). Efikasinya mencapai lebih dari 95 lm /watt.
D. Sifat Pencahayaan
Ada atau tidaknya cahaya atau penerangan dalam ruangan, ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain :4
1. ada atau tidaknya sumber cahaya ;
2. terhalang atau tidaknya pancaran cahaya dari sumber ke ruangan ; serta
3. sifat sifat dari benda ataupun obyek yang terdapat di dalam ruangan.
Pencahayaan di tempat kerja ditentukan oleh 3 sifat, yaitu :13
1. Sifat dari cahaya
Sifat dari cahaya ditentukan oleh :
a. Kuantitas
Kuantitas atau banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang
menyebabkan terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya.
Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan penerangan adalah :6
(1) Ukuran obyek
Untuk melihat dengan mudah, maka perbandingan di antara ukuran obyek
dan ukuran obyek terkecil yang dapat dilihat ( = visibilitas ) harus cukup
besar ( minimal 2, 5 atau lebih ). Pada perbandingan minimal 2, 5, melihat
dapat dilakukan dengan mudah dan kecil kemungkinan timbul kelelahan.6
(2) Derajat kontras diantara obyek dan sekelilingnya, yaitu perbedaan derajat
terang yang relatif di antara obyek dan sekelilingnya. Semakin besar
kontras, semakin mudah kita melihat atau mengenali benda / obyek.12
Dalam kaitan dengan kontras, Illuminating Engineering Society Of North
America ( IESNA ) memberikan saran reflektan permukaan untuk ruang
sekolah dan kantor sebagai berikut :12
Tabel 2.1 Reflektan Permukaan Untuk Ruang Sekolah dan Kantor
Reflektan ( % )
Kelas Kantor
Langit langit 70 - 90 >80
Dinding* 40 - 60 50 - 70
Partisi - 40 - 70
Lantai 30 - 50 20 - 40
Perabotan dan mesin - 25 - 45
Bangku dan meja 35 - 50 35 - 50
*Dinding yang berjendela harus mempunyai reflektan > 80 % untuk
mengurangi kontras antara kaca yang cerah dengan sekitarnya.
Sumber : Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi
Offset.
(3) Luminensi, yaitu suatu ukuran tingkat terangnya suatu permukaan, jadi
sesuai dengan yang dipantulkan atau disinarkan oleh permukaan.14
(4) Lamanya melihat
Waktu pengamatan terhadap suatu obyek menentukan hasil pengamatan.5
Telah jelas bahwa keempat faktor di atas berbanding lurus dengan kemampuan
penglihatan. Bertambahnya ukuran visual suatu obyek menambah kemampuan
penglihatan. Makin lama waktu yang digunakan melihat suatu obyek makin jelas
penglihatan. Makin tinggi nilai kontras makin jelas penglihatan, makin gelap
obyek dengan latar belakang terang menaikkan kemampuan melihat. Demikian
pula dengan luminansi.5
b. Kualitas
Dari segi kualitas menyangkut beberapa hal sebagai berikut :
(1) Warna
Warna dipakai di tempat kerja untuk 2 maksud, yaitu penciptaan kontras
warna untuk maksud tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis
yang optimal. Untuk tangkapan mata, semakin sedikit kontras warna adalah
semakin baik.14
Warna mempengaruhi kesan ukuran dan jarak obyek. Warna cerah membuat
obyek berkesan lebih besar, sebaliknya warna gelap membuat obyek tampak
agak kecil. Warna hangat membuat obyek tampak lebih dekat daripada warna
biru.12 Pemilihan warna dalam ruangan sangat perlu diperhatikan untuk
memperoleh pemantulan yang baik ( agar pemerataan cahaya efisien ) tanpa
menyilaukan mata.10
(2) Arah sinar
Arah penerangan sangat penting. Sumber sumber cahaya yang cukup
jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik. Sinar
sinar dari berbnagai arah meniadakan gangguan oleh bayangan. Penerangan
satu arah digunakan untuk mengerjakan bagian kecil. Sebaliknya suatu benda
berkelok kelok seperti kumparan perlu diperiksa dengan penyinaran baur.
(3) Difusi cahaya
Difusi cahaya ( pembauran cahaya ) akan memberi penerangan lembut
merata pada obyek dan sekitarnya, sehingga akan mengurangi detail dan
kesan tiga dimensional obyek karena ketiadaan bayangan.12
(4) Jenis, yaitu berkaitan dengan sumber cahaya alami dan buatan.
(5) Tingkat kesilauan
Silau disebabkan cahaya berlebihan baik yang langsung dari sumber cahaya
atau hasil pantulan ke arah mata pengamat. Ada beberapa macam penyebab
kesilauan,menurut Orborne ( 1982 ), kesilauan dapat dibedakan menjadi :
a. Disability glare, penyebabnya adalah terlalu banyaknya cahaya yang
langsung masuk ke mata sehingga menyebabkan kehilangan sebagian
penglihatan dan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melihat obyek dengan jelas.
b. Discomfort glare, menyebabkan ketidaknyamanan pada mata. Kesilauan
ini dialami oleh orang yang bekerja pada siang hari dan menghadap
jendela / pada saat menatap lampu secara langsung pada malam hari.
c. Reflected glare
Kesilauan ini disebabkan oleh pantulan cahaya yang terlalu terang yang
mengenai mata. Pantulan ini berasal dari semua permukaan benda
mengkilap yang berada dalam lapangan penglihatan.
2. Sifat Lingkungan
Sifat lingkungan ditentukan oleh :
a. Brightness ( = luminensi )
Luminensi adalah intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan atau
diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi.10
b. Reflektan dan distribuisi cahya
Reflektan adalah kemampuan obyek memantulkan cahaya. Faktor reflektansi
suatu bahan mempengaruhi distribusi cahaya suatu sumber penerangan.5
E. Mata
Mata manusia hampir sama dengan kamera televisi, keduanya memiliki sistem
lensa, dengan mekanisme untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ( pupil mata ),
dan layar yang menampung bayangan yang diantar oleh cahaya lewat lensa. Lensa
mata yang utama adalah kornea yang selalu basah dan bersih akibat gerakan gerakan
kelopak mata dan air mata yang tidak pernah berhenti. Kornea merupakan pembias
utama bagi cahaya yang masuk ke dalam mata yang akan membentuk bayangan benda
apapun yang dilihat oleh mata.16
1. Mekanisme Melihat 17
Kita baru akan melihat apabila ada cahaya yang masuk ( meskipun tidak langsung
mengenai benda yang ingin kita lihat ), karena dengan pantulan pantulan cahaya
yang masuk tadi, benda mendapatkan penyinaran yang dapat dipantulkan masuk
ke mata. Sinar yang masuk ke dalam mata akan menembus selaput bening melalui
kamar depan, pupil, lensa, benda yang seperti sele ( corpus vitreum ) dan jatuh
pada retina, dan dari retina diteruskan melalui syaraf penglihatan ke otak.
Menurut teori teori di retina ini terjadi suatu proses photokimia.
Di retina terdapat suatu daerah kecil yang warnanya agak lebih kuning dari
sekitarnya. Daerah ini disebut bercak kuning atau macula lutea. Di sini
pengamatan penglihatan tampak lebih tajam daripada di sekitarnya. Jika kita
melihat ke sebuah obyek, maka sinar sinar dari obyek akan jatuh pada bercak
kuning dan ini disebut dengan penglihatan sentral.
2. Daya Akomodasi
Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk memfokuskan obyek.
Dalam hal memfokuskan obyek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan obyek secara tetap demikian
pula bola mata ( diameter bolaa mata 20 23 mm ). Selam mata melihat jauh,
tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat semakin kuat mata /
lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia makin tua
daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan lensa /
elastisitas lensa semakin berkurang.11 Demikian pula tingkat illuminasi,
berpengaruh terhadapnya.14 Menurut Guyton ( 1995 ), menyebutkan bahwa daya
akomodasi menurun pada usia 45 50 tahun18
3. Refraksi
Refraksi ialah kekuatan memfokuskan yang dimiliki oleh mata, yaitu kekuatan
memfokuskan sinar yang datangnya sejajar, sehingga tepat jatuh di retina.
Kekuatan refraksi bergantung pada panjangnya sumbu bola mata dan jumlah
kekuatan fokus daripada kornea, cairan mata, lensa mata dan badan kaca.19
Refraksi mata dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :19
a. Emetrop atau disebut normal
Pada refraksi emetrop bila tidak ada kelainan lain maka mempunyai visus (
ketajaman penglihatan ) 5 / 5 atau visus 1.
b. Ametrop atau disebut juga kelainan refraksi
Kelainan refraksi yaitu keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata
yang tidak seimbang sehingga dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam
keadaan istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak
terletak pada retina.21
Kelainan refraksi dibagi menjadi :
Kelelahan Mata
yang ditunjukkan
dengan
pengukuran
kecepatan waktu
reaksi melihat
Intensitas Penerangan rangsang cahaya
Melihat terus
menerus
Stress alat
Stress otot akomodasi
penglihatan
Variabel pengganggu
J. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, serta rumusan tujuan
penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah : Ada pengaruh intensitas penerangan
terhadap kecepatan waktu reaksi melihat rangsang cahaya siswa kelas 5 SDN Rembes
II Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.