Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cahaya
IES ( Illumination Engineering Society ) mendefinisikan cahaya sebagai pancaran
energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk
energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan
mata.5
Cahaya adalah gelombang magnet elektro yang mempunyai panjang antara 380
hingga 700 nm ( 1 nm = 10-9 m ), dengan urutan warna : ( ultra violet ), ungu, nila,
biru, hijau, kuning, jingga, merah, ( infra merah ). Ultra violet dan infra merah hanya
dapat terlihat denga bantuan alat optik khusus. Ultra violet ( 290 380 nm ) berdaya
kimia, sedangkan infra merah ( 700 2300 nm ) berdaya panas. Kecepatan cahaya
adalah 3 x 108 m / dtk.10
Secara garis besar gelombang cahaya dibagi atas 3 bagian yaitu :11
1. Ultra violet yang mempunyai panjang gelombang antara 100 400 nm.
2. Sinar tampak ( visible light ) mempunyai panjang gelombang antara 400 700 nm.
3. Sinar infra merah ( I.R ) dengan panjang gelombang antara 700 104 nm lebih.
Infra merah menempati daerah dalam spektrum elektromagnetik antara sinar
tampak dan gelombang mikromagnetik ( micro wave ).
Pancaran cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda menghasilkan warna yang
berbeda terhadap mata. Sensitivitas maksimum mata manusia adalah 5550 0A ( 0,555
m ), yaitu warna hijau kekuningan.5

B. Sumber Penerangan
Secara garis besar sumber penerangan dapat dibagi dalam 2 macam: 4
1. Penerangan alami, yakni mempergunakan sumber cahaya yang terdapat di alam,
biasanya matahari, bintang dan lain sebagainya. Matahari merupakan sumber
cahaya utama dan dominan, namun tergantung kepada waktu siang hari, musim,
cuaca berawan atau tidak. Cahaya matahari mempunyai gelombang antara 290
hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ultra violet hingga infra
merah.10
Untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup diperlukan luas jendela 15
sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan.4
2. Penerangan buatan, artinya mempergunakan sumber cahaya yang bukan alamiah
yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: listrik, lampu
minyak tanah, lampu gas dan lain sebagainya.
Pencahayaan buatan diperlukan karena kita tidak dapat sepenuhnya tergantung
dari ketersediaan pencahayaan alam, sehingga pencahayaan buatan bersifat saling
mendukung dengan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan diperlukan bila :12
a. Tidak tersedia cahaya alami siang hari, saat antara matahari terbenam dan
terbit.
b. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari, saat mendung tebal
intensitas cahaya bola langit akan berkurang.
c. Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam
ruangan yang jauh dari jendela.
d. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar.
e. Diperlukan intensitas cahaya konstan, misal ruang operasi.
f. Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur,
contoh pada ruang pamer dan panggung pertunjukan.
g. Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus, misal menyediakan
kehangatan bayi yang baru lahir.
h. Diperlukan cahaya dengan efek khusus, misalnya pada pencahayaan dengan
lampu U.V. untuk memendarkan cat berlapisan fosfor.
Pada umumnya jenis lampu sebagai sumber penerangan buatan dapat
digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :12
a. Lampu pijar ( incandescent ) ; cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten (
titik lebur > 2200 0C ) yang berpijar karena panas, maka disebut lampu tungsten.
Efikasi ( lumen per watt ) lampu ini rendah, hanya 8 10 % energi menjadi cahaya.
Sisanya terbuang sebagai panas. Untuk memperbaiki efikasinya, lampu tungsten
diisi gas halogen dan disebut lampu tungsten halogen. Efikasinya mencapai 17, 5
lm / watt.
b. Lampu fluorescent ( TL = Tubelair Lamp / lampu tabung ) ; cahaya dihasilkan oleh
pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian dalam tabung lampu. Lebih dari 25 %
energi dijadikan cahaya. Efikasinya antara 40 85 lm / watt, berarti 2 3 kali lebih
baik dari lampu pijar.
c. Lampu HID ( High Intensity Discharge Lamp ) ; cahaya dihasilkan oleh lecutan
listrik melalui uap zat logam. Efikasinya antara 40 60 lm / watt. Untuk
memperbaiki efikasi dan warna, pada tabung lecutan listrik lampu merkuri
ditambahkan halida logam sehingga disebut lampu metal halida. Efikasi bisa
mencapai 70 lm / watt, tetapi umurnya berkurang hingga separuh. Perkembangan
selanjutnya dari lampu HID adalah lampu uap sodium bertekanan tinggi ( High
pressure sodium vapor lamp ). Efikasinya mencapai lebih dari 95 lm /watt.

C. Macam Sistem / Tipe Pencahayaan


Berdasarkan cakupannya, pencahayaan dibedakan menjadi 3 macam yaitu :12
1. Pencahyaan umum ( general lighting ), yaitu pencahyaan merata untuk seluruh
ruangan dan dimaksudkan untuk memberikan terang merata, walau mungkin
minimal, agar tidak terlalu gelap.
2. Pencahayaan kerja ( task lighting ), yaitu pencahayaan fungsional untuk kerja
visual tertentu, biasanya disesuaikan dengan standar kebutuhan penerangan bagi
jenis kerja yang bersangkutan.
3. Pencahayaan aksen ( accent lighting ), yaitu pencahayaan yang secara khusus
diarahkan ke obyek tertentu untuk memperkuat penampilannya ( fungsi estetik ).
Cahaya dari suatu sumber cahaya tidak selalu dipancarkan langsung ke suatu
obyek penerangan atau bidang kerja. Menurut IES terdapat 5 klasifikasi sistem
pancaran cahaya dari sumber cahaya, yaitu :5

1. Penerangan Tak Langsung


Pada penerangan tak langsung 90 hingga 100 % cahaya dipancarkan ke langit
langit dan dinding sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya
pantulan. Penerangan jenis ini diperlukan pada : ruang gambar, perkantoran,
rumah sakit, hotel.
2. Penerangan Setengah Tak Langsung
Pada penerangan setengah tak langsung 60 hingga 90 % cahaya diarahkan ke
langit langit dan dinding. Distribusi cahaya pada penerangan ini mirip dengan
distribusi penerangan tak langsung tetapi lebih efisien dan kuat penerangannya
lebih tinggi. Penerangan setengah tak langsung digunakan pada ruangan yang
memerlukan modelling shadow. Penggunaan penerangan setengah tak lansung
pada : toko buku, ruang baca, ruang tamu.
3. Penerangan Menyebar ( Difus )
Pada penerangan difus distribusi cahaya ke atas dan bawah relatif merata yaitu
berkisar 40 hingga 60 %. Peneragan difus antara lain pada tempat ibadah.
4. Penerangan Setengah Langsung
Penerangan setengah langsung 60 hingga 90 % cahayanya diarahkan ke bidang
kerja selebihnya diarahkan ke langit langit dan dinding. Penerangan jenis ini
adalah efisien.Pemakaian penerangan setengah langsung antara lain pada : kantor
kantor, kelas, toko dan tempat kerja lainnya.
5. Penerangan Langsung
Pada penerangan langsung 90 hingga 100 % cahaya dipancarkan ke bidang kerja.
Tepat digunakan pada : pabrik kertas, ruang elektro plating, atau industri kimia
lainnya.

D. Sifat Pencahayaan
Ada atau tidaknya cahaya atau penerangan dalam ruangan, ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain :4
1. ada atau tidaknya sumber cahaya ;
2. terhalang atau tidaknya pancaran cahaya dari sumber ke ruangan ; serta
3. sifat sifat dari benda ataupun obyek yang terdapat di dalam ruangan.
Pencahayaan di tempat kerja ditentukan oleh 3 sifat, yaitu :13
1. Sifat dari cahaya
Sifat dari cahaya ditentukan oleh :
a. Kuantitas
Kuantitas atau banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang
menyebabkan terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya.
Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan penerangan adalah :6
(1) Ukuran obyek
Untuk melihat dengan mudah, maka perbandingan di antara ukuran obyek
dan ukuran obyek terkecil yang dapat dilihat ( = visibilitas ) harus cukup
besar ( minimal 2, 5 atau lebih ). Pada perbandingan minimal 2, 5, melihat
dapat dilakukan dengan mudah dan kecil kemungkinan timbul kelelahan.6
(2) Derajat kontras diantara obyek dan sekelilingnya, yaitu perbedaan derajat
terang yang relatif di antara obyek dan sekelilingnya. Semakin besar
kontras, semakin mudah kita melihat atau mengenali benda / obyek.12
Dalam kaitan dengan kontras, Illuminating Engineering Society Of North
America ( IESNA ) memberikan saran reflektan permukaan untuk ruang
sekolah dan kantor sebagai berikut :12
Tabel 2.1 Reflektan Permukaan Untuk Ruang Sekolah dan Kantor

Reflektan ( % )
Kelas Kantor
Langit langit 70 - 90 >80
Dinding* 40 - 60 50 - 70
Partisi - 40 - 70
Lantai 30 - 50 20 - 40
Perabotan dan mesin - 25 - 45
Bangku dan meja 35 - 50 35 - 50
*Dinding yang berjendela harus mempunyai reflektan > 80 % untuk
mengurangi kontras antara kaca yang cerah dengan sekitarnya.
Sumber : Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi
Offset.
(3) Luminensi, yaitu suatu ukuran tingkat terangnya suatu permukaan, jadi
sesuai dengan yang dipantulkan atau disinarkan oleh permukaan.14
(4) Lamanya melihat
Waktu pengamatan terhadap suatu obyek menentukan hasil pengamatan.5
Telah jelas bahwa keempat faktor di atas berbanding lurus dengan kemampuan
penglihatan. Bertambahnya ukuran visual suatu obyek menambah kemampuan
penglihatan. Makin lama waktu yang digunakan melihat suatu obyek makin jelas
penglihatan. Makin tinggi nilai kontras makin jelas penglihatan, makin gelap
obyek dengan latar belakang terang menaikkan kemampuan melihat. Demikian
pula dengan luminansi.5
b. Kualitas
Dari segi kualitas menyangkut beberapa hal sebagai berikut :
(1) Warna
Warna dipakai di tempat kerja untuk 2 maksud, yaitu penciptaan kontras
warna untuk maksud tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis
yang optimal. Untuk tangkapan mata, semakin sedikit kontras warna adalah
semakin baik.14
Warna mempengaruhi kesan ukuran dan jarak obyek. Warna cerah membuat
obyek berkesan lebih besar, sebaliknya warna gelap membuat obyek tampak
agak kecil. Warna hangat membuat obyek tampak lebih dekat daripada warna
biru.12 Pemilihan warna dalam ruangan sangat perlu diperhatikan untuk
memperoleh pemantulan yang baik ( agar pemerataan cahaya efisien ) tanpa
menyilaukan mata.10
(2) Arah sinar
Arah penerangan sangat penting. Sumber sumber cahaya yang cukup
jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik. Sinar
sinar dari berbnagai arah meniadakan gangguan oleh bayangan. Penerangan
satu arah digunakan untuk mengerjakan bagian kecil. Sebaliknya suatu benda
berkelok kelok seperti kumparan perlu diperiksa dengan penyinaran baur.
(3) Difusi cahaya
Difusi cahaya ( pembauran cahaya ) akan memberi penerangan lembut
merata pada obyek dan sekitarnya, sehingga akan mengurangi detail dan
kesan tiga dimensional obyek karena ketiadaan bayangan.12
(4) Jenis, yaitu berkaitan dengan sumber cahaya alami dan buatan.
(5) Tingkat kesilauan
Silau disebabkan cahaya berlebihan baik yang langsung dari sumber cahaya
atau hasil pantulan ke arah mata pengamat. Ada beberapa macam penyebab
kesilauan,menurut Orborne ( 1982 ), kesilauan dapat dibedakan menjadi :
a. Disability glare, penyebabnya adalah terlalu banyaknya cahaya yang
langsung masuk ke mata sehingga menyebabkan kehilangan sebagian
penglihatan dan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melihat obyek dengan jelas.
b. Discomfort glare, menyebabkan ketidaknyamanan pada mata. Kesilauan
ini dialami oleh orang yang bekerja pada siang hari dan menghadap
jendela / pada saat menatap lampu secara langsung pada malam hari.
c. Reflected glare
Kesilauan ini disebabkan oleh pantulan cahaya yang terlalu terang yang
mengenai mata. Pantulan ini berasal dari semua permukaan benda
mengkilap yang berada dalam lapangan penglihatan.
2. Sifat Lingkungan
Sifat lingkungan ditentukan oleh :
a. Brightness ( = luminensi )
Luminensi adalah intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan atau
diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi.10
b. Reflektan dan distribuisi cahya
Reflektan adalah kemampuan obyek memantulkan cahaya. Faktor reflektansi
suatu bahan mempengaruhi distribusi cahaya suatu sumber penerangan.5

Tabel 2.2 Reflektan sebagai persentase cahaya15


No Bahan Warna Reflektan
(%)
1 Putih 100
2 Aluminium,kertas putih 80 - 85
3 Warna gading, kuning lemon, kuning dalam, hijau 60 - 65
muda, biru pastel, pink pale, krim
4 Hijau lime, abu-abu, pale, pink, orange dalam, 50 - 55
bluegrey
5 Biru langit, kayu pale 40 - 45
6 Pale bakwood, semen kering 30 - 35
7 Merah dalam, hijau rumput, kayu, hijau daun, coklat 20 - 25
8 Biru gelap, merah purple, coklat tua 10 15
9 Hitam 0
Sumber : Tarwaka, dkk. 2004. Buku Ergonomi. Surakarta : UNIBA PRESS.
c. Dekorasi warna
Warna cahaya dapat mempengaruhi warna objek karena terjadi interaksi, di
samping itu warna objek atau cahaya juga dapat mempengaruhi psikologi
pengamat karena pemakaian warna di tempat kerja mempunyai dua maksud
yaitu penciptaan kontras warna untuk maksud tangkapan mata dan pengadaan
lingkungan psikologis yang optimal.14 Untuk menciptakan suasana ceria
maupun tenang dapat digunakan warna suatu sumber cahaya yang berbeda.5
3. Sifat Pekerjaan
Pada umumnya intensitas penerangan dalam kerja dapat diatur sesuai dengan tabel
2. 3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Pedoman Intensitas Penerangan


Pekerjaan Contoh contoh Tingkat Penerangan Yang
Perlu ( lux )
Tidak teliti Penimbunan barang 80 - 170
Agak teliti Pemasangan ( tidak teliti ) 170 - 350
Teliti Membaca, menggambar 350 - 700
Sangat teliti Pemasangan ( teliti ) 700 - 10000
Sumber : Sumamur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : CV. Haji
Masagung.

E. Mata
Mata manusia hampir sama dengan kamera televisi, keduanya memiliki sistem
lensa, dengan mekanisme untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ( pupil mata ),
dan layar yang menampung bayangan yang diantar oleh cahaya lewat lensa. Lensa
mata yang utama adalah kornea yang selalu basah dan bersih akibat gerakan gerakan
kelopak mata dan air mata yang tidak pernah berhenti. Kornea merupakan pembias
utama bagi cahaya yang masuk ke dalam mata yang akan membentuk bayangan benda
apapun yang dilihat oleh mata.16
1. Mekanisme Melihat 17
Kita baru akan melihat apabila ada cahaya yang masuk ( meskipun tidak langsung
mengenai benda yang ingin kita lihat ), karena dengan pantulan pantulan cahaya
yang masuk tadi, benda mendapatkan penyinaran yang dapat dipantulkan masuk
ke mata. Sinar yang masuk ke dalam mata akan menembus selaput bening melalui
kamar depan, pupil, lensa, benda yang seperti sele ( corpus vitreum ) dan jatuh
pada retina, dan dari retina diteruskan melalui syaraf penglihatan ke otak.
Menurut teori teori di retina ini terjadi suatu proses photokimia.
Di retina terdapat suatu daerah kecil yang warnanya agak lebih kuning dari
sekitarnya. Daerah ini disebut bercak kuning atau macula lutea. Di sini
pengamatan penglihatan tampak lebih tajam daripada di sekitarnya. Jika kita
melihat ke sebuah obyek, maka sinar sinar dari obyek akan jatuh pada bercak
kuning dan ini disebut dengan penglihatan sentral.
2. Daya Akomodasi
Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk memfokuskan obyek.
Dalam hal memfokuskan obyek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan obyek secara tetap demikian
pula bola mata ( diameter bolaa mata 20 23 mm ). Selam mata melihat jauh,
tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat semakin kuat mata /
lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia makin tua
daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan lensa /
elastisitas lensa semakin berkurang.11 Demikian pula tingkat illuminasi,
berpengaruh terhadapnya.14 Menurut Guyton ( 1995 ), menyebutkan bahwa daya
akomodasi menurun pada usia 45 50 tahun18
3. Refraksi
Refraksi ialah kekuatan memfokuskan yang dimiliki oleh mata, yaitu kekuatan
memfokuskan sinar yang datangnya sejajar, sehingga tepat jatuh di retina.
Kekuatan refraksi bergantung pada panjangnya sumbu bola mata dan jumlah
kekuatan fokus daripada kornea, cairan mata, lensa mata dan badan kaca.19
Refraksi mata dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :19
a. Emetrop atau disebut normal
Pada refraksi emetrop bila tidak ada kelainan lain maka mempunyai visus (
ketajaman penglihatan ) 5 / 5 atau visus 1.
b. Ametrop atau disebut juga kelainan refraksi
Kelainan refraksi yaitu keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata
yang tidak seimbang sehingga dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam
keadaan istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak
terletak pada retina.21
Kelainan refraksi dibagi menjadi :

i) Miopi ( penglihatan dekat )


Pada miopi ini para ahli berpendapat bahwa bola mata agak lonjong ke
belakang sehingga pembentukan bayangan dari benda benda yang
dilihatnya dari jauh, jatuh di depan selaput jala, sehingga benda tadi tidak
dapat dilihat jelas.17
ii) Hipermetropi ( penglihatan jauh )
Pada hipermetropi, menurut pendapat para ahli terdapat bola mata yang
kurang melonjong ke belakang kalau dibandingkan dengan bola mata yang
normal, sehingga pembentukan bayangan dari benda benda yang
dilihatnya dari jauh, jatuh di belakang selaput jala. Dengan demikian
benda tadi juga tidak tampak jelas.17
iii) Astigmatisma
Astigmatisma terjadi apabila salah satu komponen sistem lensa menjadi
bentuk telur daripada sferis. Tambahan pula kornea atau lensa kristalisne
menjadi memanjang ke salah satu arah. Dengan demikian mata tersebut
mempunyai pandangan jauh terhadap beberapa berkas cahaya dan
berpandangan dekat terhadap sisa cahaya, sehingga mata seseorang yang
menderita astigmatisma tidak dapat memfokuskan setiap obyek dengan
jelas.11
iv) Presbiopi
Pada penderita presbiopi biasanya kita menghadapi lensa yang sudah
kurang elastisitasnya atau sama sekali sudah tidak elastis. Presbiopi akan
dialami oleh semua orang bila umurnya telah 40 tahun ke atas, dan bukan
termasuk kelainan refraksi, tetapi pengobatan yang diberikan juga
pemberian kaca mata.20

F. Hubungan Penerangan dengan Kegiatan Belajar


Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan
kerja yang aman dan nyaman, serta mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
meningkatkan produktivitas. Hal ini disebabkan penerangan dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.3
Kebutuhan penerangan untuk tempat kerja tergantung pada jenis pekerjaan.
Semakin pekerjaan itu memerlukan ketelitian, maka semakin tinggi intensitas
penerangan yang dibutuhkan. Selanjutnya berkembang pula cara cara penggunaan
sumber penerangan agar tingkat penerangan serasi dengan pekerjaan.14
Lingkungan sekolah sebagai tempat melaksanakan kegiatan belajar mengajar
apabila mempunyai intensitas penerangan yang baik maka pelajaran yang
disampaikan akan diterima dengan baik oleh siswa, sehingga siswa dapat
menghasilkan prestasi yang memuaskan. Kegiatan belajar tersebut meliputi menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan lain lainnya termasuk dalam pekerjaan
yang memerlukan ketelitian. Menurut Sumamur, kegiatan membaca, menggambar
termasuk jenis pekerjaan teliti yang membutuhkan intensitas penerangan antara 350
700 lux.14 Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, mensyaratkan paling
sedikit 300 lux.6

G. Efek Penerangan Pada Mata


Mata sebagai indera penglihatan dibentuk untuk menerima rangsangan berkas
berkas cahaya pada retina. Serabut serabut nervus optikus sebagai perantara,
kemudian mengalihkan rangsangan tadi ke pusat penglihatan pada otak untuk
ditafsirkan.17
1. Adaptasi Terang dan Gelap18
Jika seseorang telah berada di dalam cahaya terang untuk waktu lama, sebagian
besar zat fotokimia di dalam batang dan kerucut telah direduksi menjadi retinal
dan opsin. Lebih lanjut, kebanyakan retinal batang dan kerucut telah diubah
menjadin vitamin A. Karena kedua efek ini, konsentrasi zat kimia peka cahaya
sangat berkurang, dan kepekaan mata terhadap cahaya lebih berkurang lagi. Ini
disebut adaptasi terang.
Sebaliknya, jika orang tersebut tetap di tempat gelap untuk waktu lama, pada
dasarnya semua retinal dan opsin di dalam batang dan kerucut diubah menjadi
pigmen peka cahaya tambahan, batas akhirnya ditentukan oleh jumlah opsin di
dalam batang dan kerucut. Karena kedua efek ini, reseptor visual secara berangsur
angsur menjadi sedemikian peka sehingga bahkan cahaya paling sedikit pun
sudah menyebabkan perangsangan. Ini disebut adaptasi gelap.
2. Refleks Cahaya Pupil18
Iris terutama berfungsi untuk meningkatkan jumlah cahaya yang memasuki mata
selama keadaan gelap dan menurunkan cahaya yang memasuki mata dalam
keadaan terang. Bila cahaya disinarkan pada mata, pupil mengecil, suatu reaksi
yang dinamakan refleks cahaya pupil. Fungsi refleks cahaya adalah untuk
membantu mata mengadakan adaptasi dengan cepat sekali terhadap perubahan
keadaan cahaya.
Jumlah cahaya yang memasuki mata melalui pupil sebanding dengan luas pupil
atau dengan kuadrat diameter pupil. Diameter pupil mata manusia dapat menjadi
sekecil kira kira 1,5 mm dan sebesar 8 mm. Oleh karena itu, batas adaptasi
cahaya yang dapat dipengaruhi oleh refleks pupil sekitar 30 banding 1.
Penerangan ruang kerja yang kurang baik ( kurang maupun silau ) dapat
mengakibatkan kelelahan mata.8 Menurut Fritz Hollwich (1972), menyebutkan bahwa
penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya astenopia ( kelelahan mata ) dan
mempertinggi kecepatan dan efisiensi membaca. Penerangan yang kurang bukannya
menyebabkan penyakit mata, tetapi menimbulkan kelelahan mata.9
Kelelahan mata disebabkan stress yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stres pada
otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek
berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi
demikian otot otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan.
Ketegangan otot otot pengakomodasi makin besar sehingga terjadi peningkatan
asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata. Stres pada retina dapat
terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu
pengamatan yang cukup lama.14
Kelelahan mata ditandai adanya :14
1. Rangsangan, berair dan memerahnya konjunktiva
2. Melihat rangkap
3. Pusing
4. Berkurangnya kemampuan akomodasi
5. Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi.
Tanda tanda tersebut di atas timbul apabila penerangan tidak memadai dan refraksi
mata ada kelainan.14
Kelelahan mata dapat diukur dengan menggunakan Reaction Timer. Pengukurannya
berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya.
Standar Pembanding Reaction Timer L.77.22
1. Normal ( N ) : waktu reaksi 150,0-240,0 millidetik
2. Kelelahan Kerja Ringan ( KKR ) : waktu reaksi >240,0-<410,0 millidetik
3. Kelelahan Kerja Sedang ( KKS ) : waktu reaksi 410,0-580,0 millidetik
4. Kelelahan Kerja Berat ( KKB ) : waktu reaksi >580,0 millidetik
H. Kerangka Teori

Kelelahan Mata
yang ditunjukkan
dengan
pengukuran
kecepatan waktu
reaksi melihat
Intensitas Penerangan rangsang cahaya

1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal


lebih cukup kurang - Reflektan meja
- Umur
- Defisiensi Vitamin A belajar
- Penggunaan kacamata - Kesilauan
bantu / softlens - Lama tidur
- Suplai energi
Kesilauan Nyaman Kecepatan dan
ketepatan
akomodasi
kurang

Objek kerja lensa mata


retina nervus optikus - otak

Melihat terus
menerus

Stress alat
Stress otot akomodasi
penglihatan

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber:5,8,9,14,16,17,18,19,24,26
I. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Intensitas penerangan Kecepatan waktu reaksi


melihat rangsang cahaya

Variabel pengganggu

- Reflektan meja belajar


- Kesilauan
- Cuaca
- Lama tidur malam
- Defisiensi vitamin A
- Penggunaan kaca mata bantu / softlens
- Suplai energi

Gambar 2. Kerangka Konsep

J. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, serta rumusan tujuan
penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah : Ada pengaruh intensitas penerangan
terhadap kecepatan waktu reaksi melihat rangsang cahaya siswa kelas 5 SDN Rembes
II Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.

Anda mungkin juga menyukai