Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Debu
Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-
pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun
partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya
pengertian debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami
maupun mekanik.
1. Sifat pengendapan
karena gaya gravitasi bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadang-
Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air
yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat
kerja.
Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu
Oleh karena itu partikel debu bias merupakan inti dari pada air yang
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
5. Sifat optis
Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari
pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron
pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi pada sistem
terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan seberapa
mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran
3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan (Yunus, 1997).
dalam paru serta penyakit hipersensitivitas seperti asma yang disebabkan karena
a. Solubility
Jika bahan-bahan kimia penyusun debu mudah larut dalam air, maka
bahan- bahan itu akan larut dan langsung masuk ke pembuluh darah kapiler
saluran limpa atau ke ruang peri bronchial menuju ke luar bronchial oleh
1. Inert dust
pada paru. Efeknya sangat sedikit atau tidak ada sama sekali pada
penghirupan normal.
Golongan debu ini di dalam paru akan membentuk jaringan parut atau
dalam paru, namun dapat ditimbulkan efek iritasi yaitu debu yang
c. Konsentrasi debu
Ukuran partikel besar akan di tangkap oleh saluran nafas bagian atas.
bagian tengah.
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate
matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini
segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter
adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus,
1997). Sumber-sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan
daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga
akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga
akan berbeda pula. Sumamur (2009) mengelompokkan partikel debu menjadi dua
yaitu debu organik dan anorganik. Klasifikasi debu dapat dilihat pada tabel 2.1
1 Organik
a. Alamiah
1. Fosil Batu bara, karbon hitam, arang, granit.
2. Bakteri TBC, antraks, enzim, bacillus substilis.
Koksidiomikosis, Histoplasmosis.
3. Jamur Actinomycosis, kriptokokus, thermophilic.
4. Virus Cacar air, Q fever, psikatosis.
5. Sayuran Kompos jamur, ampas tebu, tepung padi,
gabus, serat nanas, atap alang-alang, katun,
rami.
6. Binatang
Kotoran burung, kesturi, ayam
b. Sintesis
1. Plastik
2. Reagen Politetrafluoretilen, toluene diisosianat
Minyak isopropyl, pelarut organic
2 Anorganik
a. Silika bebas
1. Crystaline Quarz, trymite cristobalite
2. Amorphous Diatomaceous earth, silica gel
b. Silika
1. Fibrosis Asbestosis, sillinamite, talk
2. Lain-lain Mika, kaolin, debu semen
c. Metal
1. Inert Besi, barium, titanium, alumunium
2. Lain-lain Berilium
3. Bersifat keganasan Arsen, kobal, nikel hematite, uranium,
khrom,
lokasi penelitian sebagian besar debu anorganik golongan metal yang bersifat
inert. Debu inert merupakan debu kerja nonfibrogenik, dimana debu ini yang tidak
debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai dengan kondisi
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan kata lain, apakah
kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu
udara. Hal ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat
dijadikan pedoman pihak pengusaha dalam membuat kebijakan yang tepat untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja, sekaligus menekan angka
metode gravimetri, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam
volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasa
Alat ini menghisap udara ambien dengan pompa berkecepatan 1,1 - 1,7
aliran
ini dapat digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan
bila kandungan partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat
Alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang kita inginkan
Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low
Alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara
atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama
berukuran < 10 mikron. Alat ini biasanya digunakan pada lingkungan kerja
dan dipasang pada pinggang pekerja karena ukurannya yang sangat kecil.
yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Permenakertrans
Tempat Kerja). Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktik higiene
,hidung,dan telinga dan dapat juga mengakibat kerusakan pada kulit. Nilai ambang
tentang Nilai Ambang Batas Bahan Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, bahwa
saat menarik nafas, dimana udara yang mengandung debu masuk kedalam paru-
paru. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron akan ditahan oleh saluran
pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian
berukuran 0,1 mikron tidak begitu mudah hinggap pada permukaan alveoli, oleh
Debu yang yang partikel-partikelnya berukuran kurang dari 0,1 mikron bermassa
terlalu kecil, sehingga tidak mengendap di permukaan alveoli atau selaput lendir,
oleh karena gerakan brown yang menyebabkan debu demikian bergerak ke luar
a. Inertia
Inertia terjadi pada waktu udara membelok ketika melalui jalan pernafasan
yang tidak lurus, maka partikel-partikel debu yang yang bermassa cukup
besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara, melainkan terus dan
akhirnya
b. Sendimentasi
dan mengendapkannya.
c. Gerakan Brown
berukuran sekitar atau kurang dari 0,1 mikron. Partikel-partikel yang kecil
Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang yang
sangat lunak, elastis dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan terapung
di air, yang terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah
1. Paru-paru kiri:
Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini
a. Lobus superior, bagian yang terletak di atas dan sebagian di depan fisura.
2. Paru-Paru Kanan:
dan kedepan searah dengan iga ke-6 sampai linie aksilaris media ke ruang
interkostal ke-6 memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan
kembali ke hilus.
memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus posterior. Fisura
atas, lobus tengah dan lobus bawah, dimana tiap lobus terdiri dari belahan-belahan
yang lebih kecil bernama segmen (Syaifuddin, 1997). Paru terletak pada rongga
dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum media stinum.
Pada bagian tengah itu terdampat tumpuk paru/hilus. Pada media stinum depan
terletak jantung. Paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura terbagi
menjadi 2, yaitu :
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Raharjoe, dkk (1994) menyatakan bahwa salah satu fungsi utama paru
adalah sebagai alat pernafasan yaitu melakukan pertukaran udara (ventilasi), yang
Pernafasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan pengangkutan CO2 dari
sel kembali ke atmosfer. Proses ini menurut Guyton (1981) dapat dibagi menjadi 4
tahap yaitu:
Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini
darah.
c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh dari dan
menuju ke sel-sel.
Menurut Raharjoe dkk (1994) dari aspek fisiologi, ada 2 (dua) macam
pernapasan yaitu:
terjadi dalam sel. Ditinjau dari aspek klinik pernapasan adalah pernapasan luar.
antara lain:
a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, dan saraf perifer.
b. Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli dan pembuluh darah.
menyuplai darah bagi paru (perfusi), juga dipakai sebagai media transportasi O2
dan CO2, sistem saraf pusat berperan sebagai pengendali irama dan pola
pernapasan.
fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya
1. Volume Paru
adalah :
Volume tidal adalah volume udara masuk dan keluar pada pernapasan.
dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa, besarnya IRV pada orang
dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa, besarnya ERV pada orang
Volume residu adalah udara yang masih tersisa didalam paru sesudah
ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan spirometer,
Kapasitas fungsi paru adalah merupakan penjumlahan dari dua volume paru
khusus, cukup sensitif, akurasinya tinggi, tidak invasif dan cukup dapat memberi
kecuali volume residu, semua kapasitas paru kecuali kapasitas paru yang
langsung dapat dibaca dari print out setelah hasil yang didapat dibandingkan
dengan nilai prediksi sesuai dengan tinggi badan, umur, berat badan, jenis kelamin,
80 NORMAL 75
60-79 RINGAN 60-74
30-59 SEDANG 30-59
< 30 BERAT < 30
Sumber : Pusat Hiperkes dan KK, Depnakertrans (2005)
berikut :
ditandai dengan penurunan kapasitas vital (VC) dan volume istirahat yang kecil,
tetapi resistensi jalan nafas meningkat (West, 2010). Parameter yang dilihat adalah
kapasitas vital (VC) dan kapasitas vital paksa (FVC). Pada gangguan restriktif baik
hasil pengukuran FEV1 maupun FVC sama-sama berkurang sedikit sehingga rasio
FEV1/FVC hasilnya dapat kembali normal atau meningkat dan biasanya kapasitas
vital paksa (FVC) kurang dari 80% nilai prediksi (Harrianto, 2010).
yang masuk dan keluar dari dalam paru-paru (Yunus, 1992). Sindrom
lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio FEV1/FVC menurun atau
kurang dari 75% dan nilai FEV1 kurang dari 80% nilai prediksi (Harrianto, 2010 ).
udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi orang normal
berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat mengeluarkan
udara pernapasan sebesar 80% dari nilai VC. Fase detik pertama ini dikatakan
atas besarnya volume pada detik pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan
kurang dari 75% berarti tidak normal (Alsagaf dan Mangunegoro, 2004). Penyakit
obstruktif seperti bronchitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV lebih
besar dibandingkan kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio
Kombinasi obstruktif dan restriktif adalah suatu gangguan fungsi paru yang
terjadi juga karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital
dan aliran, yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%)
merupakan suatu indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru
lingkungan kerja lokasi penelitian bersumber dari debu anorganik golongan metal
yang bersifat inert yaitu debu besi dan alumunium yang dapat menimbulkan
jumlah yang sangat sedikit, contohnya adalah debu besi, seng, kapur dan timah.
Pada akumulasi debu inert dalam paru, alveoli tetap utuh, tidak terbentuk jaringan
ikat dan umumnya bersifat sementara (Harrianto, 2010). Inhalasi debu anorganik
Kerja
bersifat kronis sehingga frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang
berdebu dan faktor-faktor internal yang terdapat dalam diri pekerja antara lain:
1. Umur
darah akan meningkat pada masa anak-anak dan mencapai maksimal pada
pertambahan umur (Pollock ML, 1971). Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40
tahun dan akan berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun (Pusparini, 2003).
paru. Frekuensi pernafasan pada orang dewasa antara 16-18 kali permenit, pada
Pada individu normal terjadi perubahan nilai fungsi paru secara fisiologis sesuai
Mulai pada fase anak sampai umur kira-kira 22-24 tahun terjadi
pertumbuhan paru sehingga pada waktu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan
dengan pertambahan umur dan nilai fungsi paru mencapai maksimal pada umur
22-24 tahun. Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap kemudian menurun secara
fungsi paru (KVP = Kapasitas Vital Paksa dan VEP1 = Volume ekspirasi paksa
2. Merokok
menghisap rokok mulai dari satu batang atau lebih dalam satu hari
fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru. Merokok juga dapat lebih
paru pekerja (West, 2010). Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal
rokok).
nonperokok, 38,4 ml untuk bekas perokok dan 41,7 ml untuk perokok aktif.
Pengaruh asap dapat lebih besar daripada pengaruh debu yang hanya sepertiga dari
pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003). Rata-rata perokok ringan dalam sehari
1-14 batang, bagi perokok sedang 15-24 batang/hari, dan perokok berat > 25
3. Masa kerja
Masa kerja ialah lamanya seorang pekerja bekerja dalam (tahun) dalam
debu tinggi dalam waktu lama memiliki risiko tinggi terkena penyakit paru
dkk, 2006).
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri
alat pelindung diri (masker) oleh pekerja di tempat kerja yang udaranya
partikel debu kedalam saluran pernapasan (Pusparini, 2003). Masker adalah salah
satu bagian dari alat pelindung diri (APD) yang berfungsi sebagai pelindung
hidung dan mulut yang merupakan alat pelindung pernafasan dari pernafasan
(inhalasi) debu, gas, uap, mist (kabut), fumes, asap dan fog. Dengan mengenakan
terjadinya gangguan pernafasan akibat terpapar udara yang kadar debunya tinggi.
perlindungan bagi pekerja. Oleh karena itu, alat pelindung diri harus memenuhi
persyaratan antara lain : enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya yang ada (Sumamur, 2009).
b. Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai ukuran 0,5
mikron.
c. Masker bertabung
Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker berhidung.
tertentu.
penyakit paru (Raharjoe, 1994). Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau
jaringan paru dan membentuk jaringan fibrosis pada alveoli. Hal ini
yang sudah rusak/barang-barang rongsokan/barang yang sudah tua yang tidak dapat
secara garis besar, yaitu : Logam, Plastik, Kertas, dan Kaleng. Usaha
penampungan tidak semua menampung butut hal ini karena pengusaha lebih
risiko kehilangannya kecil, namun pengusaha tidak menerima butut dari plastik
seperti : kemasan air mineral cup, timba,baskom dan lain-lain hal ini dikarenakan
Butut ini adalah golongan kertas dan Kaleng. Golongan kertas yang diterima
ialah : kardus, buku-buku/majalah, koran, kertas HVS, duplek, sarang telur dan
(semua jenis kaleng), drum minyak, kompor gas rusak, sepeda rusak, kawat duri,
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Faktor Pekerja :
1) Umur
umumu
2) Kebiasaan Merokok
3) Masa kerja
4) Pemakaian APD
(Masker)
5) Riwayat penyakit
paru
Keterangan :
Variabel Bebas : Kadar debu yang terdapat di lingkungan kerja proses press-
Variabel Terikat : Fungsi Paru paru pekerja proses press-packing (normal atau
tidak normal).
1. Ada hubungan antara kadar debu dengan fungsi paru pekerja proses press-
packing.
2. Ada hubungan antara umur dengan fungsi paru pekerja proses press- packing.
3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi paru pekerja proses
press- packing.
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan fungsi paru pekerja proses press-
packing.
5. Ada hubungan antara pemakaian alat pelindung diri (masker) dengan fungsi
6. Ada hubungan antara riwayat penyakit paru dengan fungsi paru pekerja proses
press- packing.