PEMBAHASAN
Manajemen biaya strategi menekankan pada pentingnya fokus eksternal dan kebutuhan
untuk mengenali dan mengeksploitasi hubungan internal dan eksternal. Manajemen life-cycle
cost adalah sebuah pendekatan yang terkait dengan membangun sebuah kerangka kerja
konseptual yang menfasilitasi kemampuan manajemen dalam mengeksploitasi hubungan
eksternal dan internal. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan life-cycle cost
management, pertama kita harus mengerti konsep dasar dari product life-cycle.
A. Product Life-cycle Viewpoints
Secara sederhana, priduct life-cycle adalah suatu siklus dimana produk tersebut ada
dimulai dari proses conception hingga produk tersebut dihentikan. Didalam product life-
cycle ini terdapat dua orientasi yaitu producer-oriented (mengarah kepada eksistensi
bentuk dan brand dari produk), dan customer-oriented (mengarah kepada eksistensi unit
spesifik dari produk tersebut). Dari kedua orientasi inilah dapat disimpulkan konsep :
Revenue producing life adalah jangka waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
produk dalam menghasilkan pendapatan untuk perusahaan.
Consumable life adalah jangka waktu yang dibutuhkan oleh sebuah produk
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Didalan product life-cycle ini, setiap siklus akan memakan biaya mulai dari:
Find
Acquire
Transfer
Sales
Usage
Disposal
Stop
Produser barang dan jasa mempunyai dua fokus viewpoint dalam product life-cycle yaitu :
Marketing viewpoint
Production viewpoint
Pada production viewpoint ini, tahapan siklus hidup produk akan berubah
pada tiap-tiap aktivitas yang dilakukan. Adapun aktivitas yang dilakukan pada
kegiatan produksi ini dimulai dari aktifitas research and development, aktivitas
produksi dan aktivitas logistic. Pada production viewpoint ini lebih
menekankan pada life-cycle cost, mengingat market viewpoint lebih
menekankan pada sales revenue.
Life-cyle cost adalah semua biaya yang berhubungan dengan produk selama
siklus hidupnya. Biaya tersebut meliputi research (konsep produk),
pengembangan (perencanaan, desain, dan pengujian), produksi (aktivitas
konversi) dan dukungan logistik (iklan, distribusi, garansi, layanan pelanggan,
layanan produk, dan lainnya). Perhatikan kuva diatas, 90% atau lebih biaya
berhubungan dengan produk yang dilakukan selama tahap pengembangan dari
siklus hidup produk. Berarti bahwa sebagian besar biaya yang akan dikeluarkan
telah ditentukan oleh sifat dari desain produk dan proses yang diperlukan untuk
menghasilkan desain tersebut.
Revenue Enhancement
Pendekatan revenue-generating bergantung pada marketing life cycle stages dan
efek nilai pelanggan. Pada tahap pengenalan, penetapan harga yang tinggi dapat di
lakukan karena pelanggan memiliki sedikit sensistifitas terhadap harga, dan memiliki
ketertarikan yang tinggi pada performance dari produk tersebut.
Pada tahap maturity, pelanggan memiliki tinggkat sensitifitas yang tinggi baik pada
segi harga maupun pada performance produk. Pada tahap ini, sangat di sarankan untuk
menambahkan fitur-fitur, jangka waktu pemakaian (durability), improving maintaining,
dan menawarkan perubahan pada produk sebagai sebuah strategy karena pad tahap
maturity ini differentiation adalah hal yang sangat penting. Agar revenue-enhancement
dapat berjalan, pelanggan harus bersedia untuk membayar untuk perubahan apapun yang
terjadi pada performance produk, dalam hal ini harga dari produk juga harus melebihi biaya
produksi serta biaya dalam memberikan atribut baru dalam produk. Dalam tahap declinie,
revenue dapat di tingkatkan dengan cara menemukan pelanggan baru dan pengguna baru
dari produk.
Cost Reduction
Penurunan biaya, adalah hal yang menjadi perhatian dalam life-cycle cost
manajemen. Strategy penurunan biaya harus mengetahui bahwa setiap tindakan yang di
ambil dalam tahap awal dari siklus produlsi dapat menurukan biaya untuk tahap produksi
dan konsumsi. Karena 90 persen atau lebih biaya siklus hidup produk terjadi selama tahap
pengembangan (development).
Desain produk dan desain proses memberikan berbagai kesempatan untuk
menurunkan biaya seperti : manufacturing costs, logistical support costs, dan postpurchase
costs. Agar pendekatan ini berhasil, manajer produksi harus memiliki pemahaman tentang
aktivitas dan cost driver serta mengetahui bagaimana aktivitas saling berhubungan, karena
beberapa desain bisa saja menurunkan pospurchase cost serta menaikan manufacturing
costs.
C. Role of Target Costing
Manajemen biaya siklus hidup menekankan pengurangan biaya, tidak dikenakan
biaya kontrol. Target costing menjadi alat yang sangat berguna untuk menetapkan tujuan
pengurangan biaya selama tahap desain. Sebuah target biaya adalah perbedaan antara harga
jual yang diperlukan untuk meraih pangsa pasar yang telah ditentukan dan laba per unit
yang diinginkan. Harga penjualan mencerminkan spesifikasi produk atau fungsi dihargai
oleh pelanggan (disebut sebagai fungsi produk). Jika target biaya kurang dari apa yang saat
ini dicapai, maka manajemen harus mencari pengurangan biaya yang bergerak biaya yang
sebenarnya menuju target biaya. Menemukan pengurangan biaya tersebut adalah tantangan
utama target costing.
Tiga metode pengurangan biaya biasanya digunakan: (1) reverse engineering, (2)
analisis nilai, dan (3) perbaikan proses. Dalam reverse engineering, produk pesaing erat
dianalisis (a "meruntuhkan" analisis) dalam upaya untuk menemukan fitur desain yang
lebih yang menciptakan pengurangan biaya. analisis nilai usaha untuk menilai nilai
ditempatkan pada berbagai fungsi produk oleh pelanggan. Jika pelanggan bersedia
membayar untuk fungsi tertentu kurang dari biaya. Kemungkinan lain adalah untuk
menemukan cara untuk mengurangi biaya penyediaan fungsi, misalnya dengan
menggunakan komponen umum.
Kedua reverse engineering dan nilai analisis fokus pada desain produk untuk
mencapai pengurangan biaya. Proses yang digunakan untuk memproduksi dan
memasarkan produk juga merupakan sumber dari pengurangan biaya potensial. Dengan
demikian, merancang ulang proses untuk meningkatkan efisiensi juga dapat berkontribusi
untuk mencapai pengurangan biaya yang dibutuhkan. Berikut contoh dari target costing
model :
Selama tahap desain, dalam menerapkan target costing tentu membutuhkan interaksi
yang dekat antara perusahaan dan pemasoknya. Hal ini seharusnya menghasilkan solusi
dengan biaya yang lebih rendah. Upaya ini memerlukan hubungan kerjasama yang insentif
bagi semua pihak untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.
Short life-cycles
Sebaliknya, perusahaan yang memiliki produk dengan siklus hidup yang pendek
biasanya tidak punya waktu untuk bereaksi dengan cara ini sehingga pendekatan mereka
harus proaktif. dengan demikian, untuk siklus hidup yang pendek, perencanaan siklus
hidup yang baik adalah penting dan harga harus diatur dengan benar untuk memulihkan
semua biaya siklus hidup dan memberikan pengembalian yang baik.
D. Value Chain
Value chain merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan produk atau jasa. Sedangkan value chain analysis adalah identifikasi dan
eksploitasi dari internal dan eksternal linkages untuk memperkuat tujuan strategis
perusahaan. Dalam definisi diatas bahwa kita harus memahami apa itu internal linkages
dan eksternal linkages.
Internal Linkages
Identifikasi dan eksploitasi dari lingkungan internal perusahaan disetiap rangkaian
kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam menghasilkan produk dan jasa.
Eksternal Linkage
Identifikasi dan eksploitasi dari lingkungan eksternal (supplier dan customer)
perusahaan disetiap rangkaian kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam
menghasilkan produk dan jasa. Dari pengertian diatas terdapat dua hubungan yaitu :
Supplier Linkages
Hubungan dengan pemasok merupakan hal yang penting bagi perusahaan
karena menawarkan banyak kesempatan untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan, baik dalam hal pengurangan cost atau peningkatan
kualitas. Hubungan dengan pemasok juga dapat dilakukan dengan konsep
outsourcing, yaitu menjalankan aktivitas di luar perusahaan yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu
mengidentifikasi nilai dari hubungan dengan pemasok yang mampu
meningkatkan nilai produk.
Customer Linkages
Perusahaan juga harus mampu membangun hubungan yang baik dengan
distributor dalam hal memasarkan produk mereka dan terus menjaga kepuasan
konsumen. Perusahaan harus mampu mengidentifikasi distributor yang dapat
memberikan nilai bagi produk mereka. Kumar ( 1996) menyatakan manufaktur
dan retailer harus memandang pihak yang lain sebagai partner yang sederajat,
supaya masing-masing pihak merasa sama-sama memiliki keuntungan dari
hubungan tersebut. Hubungan sebagai partener mensyaratkan adanya rasa
percaya kepada partner, sehingga mereka bisa bekerjasama untuk
meningklatkan nilai produk tersebut dan dapat menawarkan produk dengan
harga yang rendah. Nilai yang berasal dari hubungan dengan konsumen dapat
membedakan antara perusahaan yang mampu menguasai pasar dengan
perusahaan yang gagal dipasarnya.