Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

Manajemen biaya strategi menekankan pada pentingnya fokus eksternal dan kebutuhan
untuk mengenali dan mengeksploitasi hubungan internal dan eksternal. Manajemen life-cycle
cost adalah sebuah pendekatan yang terkait dengan membangun sebuah kerangka kerja
konseptual yang menfasilitasi kemampuan manajemen dalam mengeksploitasi hubungan
eksternal dan internal. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan life-cycle cost
management, pertama kita harus mengerti konsep dasar dari product life-cycle.
A. Product Life-cycle Viewpoints
Secara sederhana, priduct life-cycle adalah suatu siklus dimana produk tersebut ada
dimulai dari proses conception hingga produk tersebut dihentikan. Didalam product life-
cycle ini terdapat dua orientasi yaitu producer-oriented (mengarah kepada eksistensi
bentuk dan brand dari produk), dan customer-oriented (mengarah kepada eksistensi unit
spesifik dari produk tersebut). Dari kedua orientasi inilah dapat disimpulkan konsep :
Revenue producing life adalah jangka waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
produk dalam menghasilkan pendapatan untuk perusahaan.
Consumable life adalah jangka waktu yang dibutuhkan oleh sebuah produk
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Didalan product life-cycle ini, setiap siklus akan memakan biaya mulai dari:

Find
Acquire
Transfer
Sales
Usage
Disposal
Stop
Produser barang dan jasa mempunyai dua fokus viewpoint dalam product life-cycle yaitu :

Marketing viewpoint

Marketing viewpoint menggambarkan pola penjualan secara umum dari


sebuah produk selama melewati siklus hidupnya yang berbeda. Terdapat empat
tahapan dalam product life-cycle pada marketing viewpoint ini, yaitu Tahap
pengenalan produk (introduction stage), dalam tahap pertama terdapat
sedikit persaingan, dan penjualan perlahan-lahan mengalami peningkatan
karena pelanggan mulai sadar akan adanya produk atau jasa baru. Biaya relatif
tinggi karena tingginya pengeluaran untuk riset & pengembangan dan biaya
modal untuk memasang fasilitas produksi dan upaya pemasaran. Harga relatif
tinggi karena adanya diferensiasi produk dan biaya tinggi pada tahap ini serta
jenis atau variasi produk terbatas. Tahap pertumbuhan (growth). Penjualan
mulai tumbuh secara cepat dan variasi produk meningkat. Produk sedang
menikmati manfaat dari adanya diferensiasi. Persaingan semakin meningkat
dan harga mulai lunak. Tahap Kematangan (maturity). Pada tahapan ini
penjualan terus meningkat, tetapi dengan tingkat kenaikan yang menurun. Ada
pengurangan persaingan dan variasi produk. Harga juga tetap lunak, dan
diferensiasi tidak lagi penting. Persaingan berdasarkan biaya, persaingan
kualitas dan fungsionalitas tidak dapat diubah. Tahap Penurunan (decline).
Penjualan mulai menurun, demikian pula jumlah pesaing. Harga menjadi stabil.
Menekankan pada kembalinya diferensiasi. Perusahaan yang dapat bertahan
adalah perusahaan yang dapat melakukan diferensiasi pada produk mereka,
mengendalikan biaya, kualitas pengiriman yang baik dan pelayanan yang baik.
Pengendalian terhadap biaya dan jaringan distribusi yang efektif merupakan
kunci untuk terus dapat bertahan.

Pada tahap pertama, fokus manajemen adalah desain, diferensiasi dan


pemasaran. Fokus manajemen berubah ke arah pengembangan produk baru dan
strategi penentuan harga jual sejalan dengan berkembangnya persaingan pada
tahap kedua. Pada tahap ketiga dan keempat, perhatian manajemen berubah ke
arah pengendalian biaya, kualitas dan jasa sejalan dengan semakin
kompetitifnya pasar. Jadi strategi perusahaan untuk produk dan jasa berubah
selama siklus penjualan produk (sales life cycle), dari diferensiasi pada tahap
awal ke arah keunggulan biaya pada tahap akhir.

Production viewpoint

Pada production viewpoint ini, tahapan siklus hidup produk akan berubah
pada tiap-tiap aktivitas yang dilakukan. Adapun aktivitas yang dilakukan pada
kegiatan produksi ini dimulai dari aktifitas research and development, aktivitas
produksi dan aktivitas logistic. Pada production viewpoint ini lebih
menekankan pada life-cycle cost, mengingat market viewpoint lebih
menekankan pada sales revenue.

Life-cyle cost adalah semua biaya yang berhubungan dengan produk selama
siklus hidupnya. Biaya tersebut meliputi research (konsep produk),
pengembangan (perencanaan, desain, dan pengujian), produksi (aktivitas
konversi) dan dukungan logistik (iklan, distribusi, garansi, layanan pelanggan,
layanan produk, dan lainnya). Perhatikan kuva diatas, 90% atau lebih biaya
berhubungan dengan produk yang dilakukan selama tahap pengembangan dari
siklus hidup produk. Berarti bahwa sebagian besar biaya yang akan dikeluarkan
telah ditentukan oleh sifat dari desain produk dan proses yang diperlukan untuk
menghasilkan desain tersebut.

Consumable life-cyle viewpoint


Sama halnya dengan siklus hidup produk, tahapan siklus hidup konsumsi
juga dihubungkan dengan aktivitas-aktivitas. Terdapat empat tahapan aktivitas
pada siklus hidup ini: purchasing, operating, maintaining dan disposal. Sudut
pandang dari consumable life-cyle ini menekanakan biaya produk untuk review
harga yang diberikan. Harga tersebut mengacu kepada biaya kepemilikan, yang
meliputi elemen-elemen berikut ini: baiaya pembelian, biaya operasi, biaya
pemeliharaan, dan biaya penghentian. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh
harga pembelian dan biaya yang dikeluarkan setelah pembelian tersebut.
B. Interactive Viewpoint
Ketiga sudut pandang siklus hidup yang dibahas sebelumya memberikan
pemahaman yang dapat berguna untuk produsen barang dan jasa. Bahkan, produsen tidak
bisa mengabaikan begitu saja salah satu dari tiga sudut pandang tersebut. Secara
keseluruhan program siklus hidup manajemen biaya harus memperhatikan berbagai sudut
pandang yang ada. Pengamatan ini menghasilkan sebuah satu-kesatuan yang komprehensif
dari sklus hidup manajemen biaya. Life-cycle cost management terdiri dari tindakan yang
diambil karena produk tersebut harus dirancang, dikembangkan, diproduksi, dipasarkan,
didistribusikan, dioperasikan, dipelihara, dilayani, dan dibuang sehingga memaksimalkan
keuntungan. Memaksimalkan keuntungan siklus hidup berarti produsen harus memahami
dan memanfaatkan hubungan yang ada antara tiga sudut pandang siklus hidup. Setelah
hubungan ini dipahami, maka tindakan dapat diimplementasikan sehingga didapat
keuntungan dari peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya peluang.
Setelah kita memahami konsep dari product life-cycle viewpoint, maka kita dapat
dengan mudah memahami apa itu life-cycle cost management menurut para ahli berikut.
Menurut Sieglinde. K. Fuller dan Stephen. R. Petersen dalam National Institute of
Standards and Technology (NIST) Handbook 135 (1996) Life-cycle cost (LCC) adalah
suatu metode ekonomi dalam mengevaluasi proyek atas semua biaya yang timbul mulai
dari tahap pengelolaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pembuangan suatu komponen
dari sebuah proyek, dimana hal ini dijadikan pertimbangan yang begitu penting untuk
mengambil suatu keputusan. Life-cycle cost (LCC) adalah suatu konsep pemodelan
perhitungan biaya dari tahap permulaan sampai pembongkaran suatu aset dari sebuah
proyek sebagai alat untuk mengambil keputusan atas sebuah studi analisis dan perhitungan
dari total biaya yang ada selama siklus hidupnya (Paul Barringer dan David Weber, 1996).
Menurut I Nyoman Pujawan (2004) Life-cycle cost dari suatu item adalah jumlah semua
pengeluaran yang berkaitan dengan item tersebut sejak dirancang sampai tidak terpakai
lagi.

Revenue Enhancement
Pendekatan revenue-generating bergantung pada marketing life cycle stages dan
efek nilai pelanggan. Pada tahap pengenalan, penetapan harga yang tinggi dapat di
lakukan karena pelanggan memiliki sedikit sensistifitas terhadap harga, dan memiliki
ketertarikan yang tinggi pada performance dari produk tersebut.
Pada tahap maturity, pelanggan memiliki tinggkat sensitifitas yang tinggi baik pada
segi harga maupun pada performance produk. Pada tahap ini, sangat di sarankan untuk
menambahkan fitur-fitur, jangka waktu pemakaian (durability), improving maintaining,
dan menawarkan perubahan pada produk sebagai sebuah strategy karena pad tahap
maturity ini differentiation adalah hal yang sangat penting. Agar revenue-enhancement
dapat berjalan, pelanggan harus bersedia untuk membayar untuk perubahan apapun yang
terjadi pada performance produk, dalam hal ini harga dari produk juga harus melebihi biaya
produksi serta biaya dalam memberikan atribut baru dalam produk. Dalam tahap declinie,
revenue dapat di tingkatkan dengan cara menemukan pelanggan baru dan pengguna baru
dari produk.
Cost Reduction
Penurunan biaya, adalah hal yang menjadi perhatian dalam life-cycle cost
manajemen. Strategy penurunan biaya harus mengetahui bahwa setiap tindakan yang di
ambil dalam tahap awal dari siklus produlsi dapat menurukan biaya untuk tahap produksi
dan konsumsi. Karena 90 persen atau lebih biaya siklus hidup produk terjadi selama tahap
pengembangan (development).
Desain produk dan desain proses memberikan berbagai kesempatan untuk
menurunkan biaya seperti : manufacturing costs, logistical support costs, dan postpurchase
costs. Agar pendekatan ini berhasil, manajer produksi harus memiliki pemahaman tentang
aktivitas dan cost driver serta mengetahui bagaimana aktivitas saling berhubungan, karena
beberapa desain bisa saja menurunkan pospurchase cost serta menaikan manufacturing
costs.
C. Role of Target Costing
Manajemen biaya siklus hidup menekankan pengurangan biaya, tidak dikenakan
biaya kontrol. Target costing menjadi alat yang sangat berguna untuk menetapkan tujuan
pengurangan biaya selama tahap desain. Sebuah target biaya adalah perbedaan antara harga
jual yang diperlukan untuk meraih pangsa pasar yang telah ditentukan dan laba per unit
yang diinginkan. Harga penjualan mencerminkan spesifikasi produk atau fungsi dihargai
oleh pelanggan (disebut sebagai fungsi produk). Jika target biaya kurang dari apa yang saat
ini dicapai, maka manajemen harus mencari pengurangan biaya yang bergerak biaya yang
sebenarnya menuju target biaya. Menemukan pengurangan biaya tersebut adalah tantangan
utama target costing.
Tiga metode pengurangan biaya biasanya digunakan: (1) reverse engineering, (2)
analisis nilai, dan (3) perbaikan proses. Dalam reverse engineering, produk pesaing erat
dianalisis (a "meruntuhkan" analisis) dalam upaya untuk menemukan fitur desain yang
lebih yang menciptakan pengurangan biaya. analisis nilai usaha untuk menilai nilai
ditempatkan pada berbagai fungsi produk oleh pelanggan. Jika pelanggan bersedia
membayar untuk fungsi tertentu kurang dari biaya. Kemungkinan lain adalah untuk
menemukan cara untuk mengurangi biaya penyediaan fungsi, misalnya dengan
menggunakan komponen umum.
Kedua reverse engineering dan nilai analisis fokus pada desain produk untuk
mencapai pengurangan biaya. Proses yang digunakan untuk memproduksi dan
memasarkan produk juga merupakan sumber dari pengurangan biaya potensial. Dengan
demikian, merancang ulang proses untuk meningkatkan efisiensi juga dapat berkontribusi
untuk mencapai pengurangan biaya yang dibutuhkan. Berikut contoh dari target costing
model :

Asumsikan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan produksi baru.


spesifikasi produk saat ini dan ditargetkan pangsa pasar panggilan untuk harga jual $
250.000. Laba yang diperlukan adalah $ 50.000 per unit. Target biaya dihitung sebagai
berikut:
Diperkirakan bahwa produk dan proses desain saat ini akan menghasilkan biaya $ 225.000
per unit. Dengan demikian, pengurangan biaya yang diperlukan untuk mencapai target
biaya dan keuntungan yang diinginkan adalah $ 25.000 ($ 225.000 - $ 200.000). Sebuah
analisis dari pesaing mengungkapkan perbaikan desain yang menjanjikan untuk
menghemat $ 5.000 per unit. Sebuah studi pemasaran atas reaksi pelanggan untuk fungsi
produk mengungkapkan bahwa kecepatan penggalian ekstra dalam desain baru ini relatif
tidak penting; mengubah desain untuk mencerminkan kecepatan penggalian lebih rendah
disimpan $ 10.000. pemasok perusahaan juga mengusulkan penggunaan komponen
standar, mengurangi biaya dengan lain $ 5.000. Akhirnya, tim desain mampu mengubah
desain proses dan mengurangi waktu pengujian oleh 50 persen. Ini disimpan $ 6.000 per
unit. Perubahan lalu mencapai nilai ambang batas, dan produksi untuk model baru
disetujui. biaya target adalah jenis standar saat ini dicapai. Tapi mereka konseptual berbeda
dari standar tradisional. Apa yang membedakan mereka adalah kekuatan pendorong.
standar tradisional termotivasi secara internal dan menetapkan, berdasarkan konsep
efisiensi dikembangkan oleh para insinyur industri dan manajer produksi. biaya target, di
sisi lain, secara eksternal didorong, yang dihasilkan oleh analysis pasar dan pesaing.
Supplier and firm interaction

Selama tahap desain, dalam menerapkan target costing tentu membutuhkan interaksi
yang dekat antara perusahaan dan pemasoknya. Hal ini seharusnya menghasilkan solusi
dengan biaya yang lebih rendah. Upaya ini memerlukan hubungan kerjasama yang insentif
bagi semua pihak untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.

Short life-cycles

Sebaliknya, perusahaan yang memiliki produk dengan siklus hidup yang pendek
biasanya tidak punya waktu untuk bereaksi dengan cara ini sehingga pendekatan mereka
harus proaktif. dengan demikian, untuk siklus hidup yang pendek, perencanaan siklus
hidup yang baik adalah penting dan harga harus diatur dengan benar untuk memulihkan
semua biaya siklus hidup dan memberikan pengembalian yang baik.
D. Value Chain
Value chain merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan produk atau jasa. Sedangkan value chain analysis adalah identifikasi dan
eksploitasi dari internal dan eksternal linkages untuk memperkuat tujuan strategis
perusahaan. Dalam definisi diatas bahwa kita harus memahami apa itu internal linkages
dan eksternal linkages.
Internal Linkages
Identifikasi dan eksploitasi dari lingkungan internal perusahaan disetiap rangkaian
kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam menghasilkan produk dan jasa.

Eksternal Linkage
Identifikasi dan eksploitasi dari lingkungan eksternal (supplier dan customer)
perusahaan disetiap rangkaian kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam
menghasilkan produk dan jasa. Dari pengertian diatas terdapat dua hubungan yaitu :
Supplier Linkages
Hubungan dengan pemasok merupakan hal yang penting bagi perusahaan
karena menawarkan banyak kesempatan untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan, baik dalam hal pengurangan cost atau peningkatan
kualitas. Hubungan dengan pemasok juga dapat dilakukan dengan konsep
outsourcing, yaitu menjalankan aktivitas di luar perusahaan yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu
mengidentifikasi nilai dari hubungan dengan pemasok yang mampu
meningkatkan nilai produk.
Customer Linkages
Perusahaan juga harus mampu membangun hubungan yang baik dengan
distributor dalam hal memasarkan produk mereka dan terus menjaga kepuasan
konsumen. Perusahaan harus mampu mengidentifikasi distributor yang dapat
memberikan nilai bagi produk mereka. Kumar ( 1996) menyatakan manufaktur
dan retailer harus memandang pihak yang lain sebagai partner yang sederajat,
supaya masing-masing pihak merasa sama-sama memiliki keuntungan dari
hubungan tersebut. Hubungan sebagai partener mensyaratkan adanya rasa
percaya kepada partner, sehingga mereka bisa bekerjasama untuk
meningklatkan nilai produk tersebut dan dapat menawarkan produk dengan
harga yang rendah. Nilai yang berasal dari hubungan dengan konsumen dapat
membedakan antara perusahaan yang mampu menguasai pasar dengan
perusahaan yang gagal dipasarnya.

Anda mungkin juga menyukai