LECTURE NOTES
0142FAkuntansiInternasional
LEARNING OUTCOMES
OUTLINE MATERI :
1. Penghindaran Pajak Berganda Internasional secara Unilateral
2. Penghindaran Pajak Berganda secara Bilateral
3. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty)
4. Kedudukan P3B
5. Model P3B
6. TAX HAVEN COUNTRY
7. Penanganan Tax Haven Country
8. TRANSFER PRICING
9. Metode Penghitungan Harga Wajar
10. Penanganan Transfer Pricing
0142FAkuntansiInternasional
INTERNATIONAL TAXATION
PAJAK BERGANDA
Penghindaran Pajak Berganda Internasional secara Unilateral
UU PPh mengatur, bahwa penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri,
dikenakan pajak menggunakan prinsip world wide income, yaitu pajak penghasilan di Indonesia,
baik atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
Konsekuensi dari ketentuan ini akan menimbulkan dampak pajak berganda internasional, apabila
wajib pajak dalam negeri Indonesia menerima penghasilan dari luar negeri. Sedangkan di luar
negeri, wajib pajak tersebut juga telah dikenakan pajak sesuai ketentuan pajak di negara tempat
penghasilan itu diperoleh.
Untuk mengatasi dampak pajak berganda tersebut, negara negara di dunia membuat metode
penghindaran pajak berganda internasional secara unilateral. Metode penghindaran pajak
berganda ini dituangkan dalam aturan domestik negara tersebut. Adapun metode penghindaran
pajak berganda yang sering digunakan dikebanyakan negara adalah sebagai berikut:
a. metode pembebasan atau pengecualian (exemption method)
b. metode kredit (credit method)
1. Metode pembebasan atau pengecualian
Metode pembebasan (exemption) atau pengecualian (exclusion), berupaya untuk
sepenuhnya mengeliminasi pajak berganda internasional. Dalam metode pembebasan
atau pengecualian, suatu negara melepaskan hak pemajakan atas suatu penghasilan
karena sudah dipajaki oleh negara lain. Dengan kata lain, suatu negara akan mengakui
hak pemajakan secara ekslusif di negara lainnya. Metode pembebasan ini dapat dilakukan
menggunakan pendekatan berikut:
a. Pembebasan subyek (subject exemption)
Pembebasan subyek (subject exemption) umumnya diberlakukan terhadap
anggota perwakilan diplomatik, konsulat, dan organisasi internasional. Sesuai
kelaziman internasional, para duta besar, anggota perwakilan diplomatik, dan
0142FAkuntansiInternasional
konsulat hanya akan dipajaki di negara domisili. Pembebasan ini biasanya dengan
mempertimbangkan asas timbal balik (reprositas)
b. Pembebasan obyek (object exemption)
Pembebasan objek (object exemption), dikenal juga dengan istilah full exemption
atau exemption without progression. Dalam metode ini, penghasilan luar negeri
dikeluarkan dari basis pemajakan atas wajib pajak dalam negeri di suatu negara.
c. Pembebasan pajak (tax exemption)
Metode pembebasan pajak (tax exemption) dikenal dengan istilah exemption with
progression. Dalam metode ini, pada prinsipnya penghasilan luar negeri tetap
dibebaskan dari pengenaan pajak domestik. Namun, untuk keperluan
penghitungan pajak dan penerapan tarif pajak, maka pengaruh penghasilan luar
negeri terhadap pengenaan pajak atas penghasilan global dipertahankan.
2. Metode kredit pajak
a. Metode kredit penuh (full tax credit method)
Metode kredit penuh (full tax credit method) mengurangkan pajak yang terutang
atau dibayar di luar negeri sepenuhnya terhadap pajak dalam negeri yang
dikenakan terhadap penghasilan tersebut.
b. Metode kredit pajak biasa (ordinary or normal credit method)
Metode kredit pajak biasa (ordinary or normal credit method) memberikan
keringanan pajak berganda internasional, berupa pengurangan pajak luar negeri
atas pajak domestik yang dialokasikan pada penghasilan luar negeri dengan
batasan jumlah yang terendah, antara pajak domestik yang dialokasikan kepada
penghasilan luar negeri dan pajak sebenarnya dibayar di luar negeri.
0142FAkuntansiInternasional
Setiap negara pada dasarnya tidak menghendaki pengenaan pajak berganda. Selain menimbulkan
ketidakadilan, pajak berganda juga akan menghambat transaksi internasional. Aturan domestik
masing masing negara umumnya telah mengatur mekanisme untuk mengurangi pajak berganda
ini.
Di dalam UU Pajak Domestik Indonesia, yaitu pada pasal 24 UU PPh, sudah diatur ketentuan
mengenai perlakuan kredit pajak atas pajak yang dibayar di luar negeri. Namun, ketentuan
tersebut belum cukup efektif untuk benar benar menghindari dampak pajak berganda. Selain
karena pengkreditan pajak di luar negeri dibatasi (maksimal) sebanding dengan penghasilan di
luar negeri, disbanding dengan penghasilan kena pajak terhadap PPh terutang, juga masalah
sudut pandang dalam melihat sumber penghasilan.
Supaya dapat lebih efektif dalam mengurangi pajak berganda yang belum terakomodasi dalam
UU PPh, maka perlu dilakukan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) dengan negara
lain dalam membagi hak pemajakan. Selain sebagai sarana menghindarkan pengenaan pajak
berganda, P3B juga dapat digunakan sebagai alat negara yang melakukan persetujuan untuk
saling tukar informasi, konsultasi bersama, atau mengadakan mutual agreement, sehingga dapat
mengurangi adanya praktik penghindaran pajak.
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty)
Persetujuan penghindaran pajak berganda adalah perjanjian pajak antara dua negara secara
bilateral. Persetujuan penghindaran pajak ini, mengatur mengenai pembagian hak pemajakan
yang diterima atau diperoleh penduduk dari salah satu atau kedua negara pada pihak persetujuan.
Kedudukan P3B
Kedudukan P3B di Indonesia terhadap UU PPh diperlakukan sebagai lex specialis. Karena itu,
apabila ada pertentangan antara Undang Undang Domestik Indonesia dengan P3B, maka
aturan aturan yang ada dalam P3B akan didahulukan.
P3B membatasi hak pemajakan suatu negara untuk mengenakan pajak atas suatu penghasilan
tersebut. Ketika masing masing ketentuan domestik suatu negara sama sama mengenakan
pajak atas penghasilan yang sama, maka berdasarkan P3B, hak masing masing negara untuk
mengenakan pajak atas suatu penghasilan tersebut dapat dihilangkan atau dibatasi. Dengan kata
lain, ketika suatu negara mengadakan P3B, maka negara tersebut setuju untuk dibatasi haknya
dalam mengenakan pajak berdasarkan pembatasan yang diatur dalam P3B.
0142FAkuntansiInternasional
P3B tidak memberikan hak pemajakan baru kepada negara yang mengadakan P3B. Adapun
pengenaan pajak suatu negara atas suatu jenis penghasilan, didasarkan atas ketentuan domestik
negara tersebut. Dengan demikian, apabila dalam P3B suatu negara diberi hak pemajakan atas
suatu penghasilan tertentu, akan tetapi negara tersebut berdasarkan hukum domestiknya tidak
mengenakan pajak atas penghasilan tertentu tersebut, maka negara tersebut tidak dapat
mengenakan pajak atas penghasilan tertentu tersebut, walaupun P3B memberikan hak pemajakan
kepada negara tersebut.
Model P3B
Terdapat dua model P3B yang sering dijadikan acuan negara negara di dunia dalam membuat
P3B, yaitu Organization for Economic Cooperation and Development Model (OECD Model)
dan United Nations Model (UN Model). Namun, biasanya dalam perundingan, masing masing
negara akan mengajukan model P3Bnya yang merupakan modifikasi dari OECD model dan UN
model, tergantung dari sudut pandang kepentingan negara tersebut. OECD model dibuat
berdasarkan perspektif atau kepentingan negara negara maju, sedangkan UN model dibuat
berdasarkan perspektif atau kepentingan negara negara berkembang. OECD model lebih
mengedepankan pada asas domisili negara yang memberikan jasa atau menanamkan modal, di
mana hak pemajakannya berada di negara domisili. Sedangkan UN model lebih mengedepankan
asas sumber penghasilan, karena negara berkembang umumnya menggunakan jasa dan
menerima modal dari luar negeri, sehingga model ini lebih menerapkan pemajakan yang berasal
dari negara yang memberi penghasilan (negara sumber). Indonesia mempunyai model sendiri
yang disebut model P3B Indonesia (Indonesian model) dan merupakan modifikasi dari UN
model.
TAX HAVEN COUNTRY
Tax haven country adalah kebijakan pajak suatu negara yang dengan sengaja memberikan
fasilitas pajak, berupa penetapan tarif pajak yang rendah atau bahkan tidak mengenakan pajak
sama sekali. Hal ini bertujuan agar penghasilan penduduk negara lain bisa dialihkan ke negara
tersebut. Definisi tax haven country bisa berbeda beda di masing masing negara, tergantung
dari ketentuan masing masing negara dalam mendefinisikan tax haven country tersebut.
The United States Government Accountability Office memberikan 5 karakteristik tax haven
country, yaitu:
0142FAkuntansiInternasional
0142FAkuntansiInternasional
Sesuai PER-39 / PJ / 2009 dalam penyampaian SPT PPh Badan, wajib pajak memiliki kewajiban
untuk menyampaikan lampiran khusus tambahan 3A-2, yaitu pernyataan transaksi dengan pihak
yang merupakan penduduk negara tax haven country. Kriteria tax haven country yang diberikan
dalam lampiran VIII PER-39 / PJ / 2009 yaitu sebagai berikut:
a. Negara yang mengenakan tarif pajak rendah atau negara yng tidak mengenakan PPh.
Negara yang mengenakan tarif rendah adalah negara yang mengenakan tarif pajak atas
penghasilan lebih rendah 50% dari tarif badan di Indonesia (untuk tahun 2009 lebih
rendah dari 14 % dan untuk 2010 lebih rendah dari 12,5%).
b. Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan pertukaran
informasi.
Adalah negara atau jurisdiksi yang berdasarkan perundang-undangannya melarang
pemberian informasi nasabahnya, termasuk untuk keperluan informasi yang berkaitan
dengan perpajakan.
TRANSFER PRICING
Transfer pricing adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu
transaksi. Dari sudut pandang ekonomi, transfer pricing diartikan sebagai penentuan harga
barang atau jasa oleh suatu unit organisasi dari suatu perusahaan kepada unit organisasi lainnya
dalam perusahaan yang sama. Sedangkan dari sudut pandang perpajakan, transfer pricing
didefinisikan sebagai harga yang dibebankan oleh suatu perusahaan atas barang, jasa, dan harta
tidak berwujud, kepada perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Dalam praktiknya, transfer pricing identik dengan transaksi antar perusahaan dalam satu grup
(ada hubungan istimewa), yaitu berupa pengalihan penghasilan kena pajak dari perusahaan di
negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara dengan tarif pajak rendah, dalam rangka mengurangi
total beban pajak yang dibayarkan oleh grup perusahaan tersebut.
0142FAkuntansiInternasional
0142FAkuntansiInternasional
0142FAkuntansiInternasional
SIMPULAN
Untuk mengatasi dampak pajak berganda, negara negara di dunia membuat metode
penghindaran pajak berganda internasional secara unilateral. Metodenya adalah sebagai berikut:
a. metode pembebasan atau pengecualian (exemption method)
b. metode kredit (credit method)
Supaya efektif dalam mengurangi pajak berganda yang belum terakomodasi dalam UU PPh,
perlu dilakukan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) dengan negara lain dalam
membagi hak pemajakan. Persetujuan penghindaran pajak berganda adalah perjanjian pajak
antara dua negara secara bilateral. Persetujuan penghindaran pajak ini, mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan yang diterima atau diperoleh penduduk dari salah satu atau kedua
negara pada pihak persetujuan. Kedudukan P3B di Indonesia terhadap UU PPh diperlakukan
sebagai lex specialis. Karena itu, apabila ada pertentangan antara Undang Undang Domestik
Indonesia dengan P3B, maka aturan aturan yang ada dalam P3B akan didahulukan.
Terdapat dua model P3B yaitu Organization for Economic Cooperation and Development Model
(OECD Model) dan United Nations Model (UN Model).
Tax haven country adalah kebijakan pajak suatu negara yang dengan sengaja memberikan
fasilitas pajak, berupa penetapan tarif pajak yang rendah atau bahkan tidak mengenakan pajak
sama sekali. Definisi tax haven country bisa berbeda di masing masing negara, tergantung dari
ketentuan masing masing negara dalam mendefinisikan tax haven country tersebut.
Transfer pricing adalah kebijakan suatu perusahaan dalam menentukan harga transfer suatu
transaksi. Dari sudut pandang perpajakan, transfer pricing didefinisikan sebagai harga yang
dibebankan oleh suatu perusahaan atas barang, jasa, dan harta tidak berwujud, kepada
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
OECD mengeluarkan OECD transfer pricing guide lines (OECD guide lines) sebagai panduan
(tidak hanya bagi otoritas pajak tapi juga bagi perusahaan multinasional) dalam menyelesaikan
perselisihan masalah transfer pricing.
0142FAkuntansiInternasional
DAFTAR PUSTAKA
1. Timothy Doupnik & Hector Perera (2012). International Accounting 3rd edition
McGrawHill, New York. Chapter 11 & 12
2. Frederick D.S. Choi & Gary K. Meek (2011). International Accounting 7th edition
Prentice Hall, New Jersey. Chapter 12
3. Lee H. Radebaugh, Sidney J. Gray & Ervin L. Black (2006). International Accounting
and Multinational Enterprises 6th edition John Wiley & Sons, Inc., Hoboken. Chapter
16
4. Fabozzi, Frank J., Drake, Pamela P. & Polimeni, Ralph S. (2008). The Complete CFO
Handbook From Accounting to Accountability John Wiley & Sons, Inc., Hoboken.
5. Kurniawan, A.M. (2011). Pajak Internasional Beserta Contoh Aplikasinya Penerbit
Ghalia Indonesia, Bogor.