Anda di halaman 1dari 5

veterinergustiar

wisata ilmu veteriner

nipah virus
Posted by rendra gustiar in Uncategorized May 30, 2011

Nipah Virus

Nipah menyebabkan penyakit parah yang ditandai dengan peradangan pada otak (ensefalitis) dan
sering di kenal dengan penyakit pernapasan. Virus Nipah dapat menular dari hewan ke
manusia, dan juga dapat menular langsung dari manusia ke manusia. Di Bangladesh, setengah
dari kasus yang dilaporkan antara 2001 dan 2008 adalah penularan yang terjadi dari manusia ke
manusia. Virus Nipah dapat menyebabkan penyakit yang parah pada hewan domestik seperti
babi. Tidak ada pengobatan atau vaksin baik untuk manusia ataupun hewan. Kelelawar buah dari
family Pteropodidae adalah hospes alami dari virus Nipah.

Virus Nipah yang mewabah menyebabkan kepanikan di negara jiran Malaysia pada tahun 1999
dengan memporak-poranda industri peternakan babi. Virus Nipah tergolong famili
Paramyxoviridae. Inang alami dari virus ini adalah kelelawar buah. Virus ini dapat menginfeksi
hewan lain dan menyebabkan penyakit. Transmisi antar spesies dari virus ini terjadi akibat
adanya kontak langsung dengan jaringan dan cairan tubuh hewan yang terinfeksi. Klasifikasi
virus nipah adalah sebagai berikut :
Grup : Grup V

Ordo : Mononegavirales

Family : Paramyxoviridae

Genus : Henipavirus

Type species : Hendravirus

Species : Nipah virus

Virus yang menyerang saluran pernafasan babi ini ditransmisikan melalui udara dan dapat
menginfeksi manusia. Beberapa penelitian mengindikasi bahwa beberapa dekade yang lalu, virus
ini ada pada kelelawar buah dalam bentuk inaktif. Namun, karena adanya perusakan habitat,
perubahan iklim serta perkembangan dan perluasan industri pertanian, maka virus ini menjadi
aktif dan menginfeksi spesies lain. Antibodi terhadap virus ini ditemukan pada babi.

Virus Nipah memiliki periode inkubasi selama 4 18 hari. Beberapa kasus menunjukkan gejala
sub-klinis. Pada kasus klinis, gejala dari infeksi virus Nipah menyerupai influenza, disertai
demam tinggi dan nyeri otot. Infeksi virus ini dapat berlanjut menjadi peradangan pada otak
(encephalitis) dengan disertai kepusingan, disorientasi, konvulsi dan koma. Sebanyak 50% kasus
infeksi klinis berakhir dengan kematian (WHO Media Center 2001). Kasus pandemi Nipah Virus
di Malaysia pada September 1998 hingga April 1999 menyebabkan infeksi pada sebanyak 265
manusia dimana 105 diantaranya berakhir dengan kematian. Sebanyak 93% dari kasus zoonosis
Nipah Virus terjadi pada pekerja yang berhubungan dengan babi dan hasil produksinya.

NIPAH VIRUS PADA HEWAN

Hospes alami

Nipah virus pertama kali dikenal pada tahun 1999 yang mewabah di kalangan petani babi di
Malaysia. Sejak itu telah ada 12 wabah lain di Asia Selatan. Kelelawar Buah dari family
Pteropodidae khususnya spesies yang termasuk dalam genus Pteropus adalah host alami
untuk Nipah virus. Diasumsikan bahwa distribusi geografis Henipaviruses tumpang tindih
dengan kategori Pteropus. Hipotesis ini diperkuat dengan bukti infeksi Henipavirus pada
kelelawar Pteropus dari Australia, Bangladesh, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Madagaskar,
Malaysia, Papua New Guinea, Thailand dan Timor-Leste.
Gambar : kelelawar buah keluarga Pteropodidae

Baru-baru ini, kelelawar buah Afrika yaitu genus eidolon, family Pteropodidae, ditemukan
positif terhadap antibodi virus Nipah dan Hendra. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini
mungkin terdistribusi secara geografis dari kelelawar Pteropodidae di Afrika.

Gejala klinis pada hewan

Wabah Nipah pada babi dan binatang domestik lainnya (kuda, kambing, domba, kucing
dan anjing) pertama kali dilaporkan di Malaysia awal tahun 1999. Banyak babi tidak
menunjukkan gejala klinis, tetapi ada diantaranya yang terlihat mengalami demam akut, nafas
tersengal-sengal, dan gejala neurologis seperti gemetar dan kejang otot.

Umumnya, kematian rendah kecuali pada anak babi muda. Gejala-gejala ini tidak jauh berbeda
dari penyakit pernapasan dan neurologis lainnya. Nipah harus dicurigai jika babi juga memiliki
batuk menggorok yang tidak biasa. Nipah virus sangat menular pada babi. Infeksi pada babi
dapat berlangsung 4-14 hari.

Pengendalian pada hewan domestik

Tidak ada vaksin untuk melawan virus Nipah. Desinfeksi rutin pada peternakan babi
(dengan hypochorite natrium atau deterjen lainnya) diharapkan efektif dalam mencegah infeksi.
Jika diduga ada wabah, lokasi hewan terinfeksi harus segera diisolasi. Pemusnahan hewan yang
terinfeksi harus diawasi dengan ketat baik melalui penguburan atau pembakaran. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi risiko penularan ke orang. Penularan penyakit dapat dilakukan
dengan membatasi atau melarang lalu lintas hewan dari peternakan yang terinfeksi ke daerah
lain.

NIPAH VIRUS PADA MANUSIA

Transmisi ke manusia

Pada awal wabah di Malaysia dan Singapura, sebagian besar infeksi pada manusia berasal dari
kontak langsung dengan babi yang sakit atau bagian jaringan yang terkontaminasi. Penularan
diduga terjadi melalui droplet pernafasan, kontak dengan sekret tenggorokan atau hidung dari
babi, atau kontak dengan jaringan dari hewan yang sakit. Sumber infeksi yang paling mungkin
terjadi pada saat wabah di Bangladesh dan India adalah melalui konsumsi buah-buahan atau
produk buah (misalnya jus kurma mentah) yang terkontaminasi dengan urin atau air liur dari
kelelawar buah yang terinfeksi.

Setelah kejadian wabah di Bangladesh dan India, Nipah virus menyebar secara langsung dari
manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan orang terinfeksi melalui sekresi dan
ekskresi.

Virus yang menyerang saluran pernafasan babi ditransmisikan melalui udara dan menginfeksi
manusia. Beberapa penelitian mengindikasi bahwa beberapa dekade yang lalu, virus ini berada
pada kelelawar buah dalam bentuk inaktif. Namun, karena adanya perusakan habitat, perubahan
iklim serta perkembangan dan perluasan industri pertanian, maka virus ini menjadi aktif dan
menginfeksi spesies lain.

1. 1. Gejala klinis

Manusia yang infeksi penyakit ini mempunyai sifat infeksi yang asimptomatik sampai yang berat
yaitu ensefalitis . Gejala awal pada orang yang terinfeksi adalah mengalami gejala flu seperti
demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah dan sakit tenggorokan. Hal ini dapat berlanjut
dengan diikuti tanda-tanda pusing, mengantuk, kesadaran berubah, dan tanda-tanda neurologis
yang menunjukkan ensefalitis akut. Beberapa orang juga dapat mengalami atypical pneumonia
dan gangguan pernafasan akut. Ensefalitis dan kejang terjadi pada kasus yang berat, terus
berkembang menjadi koma dalam waktu 24 hingga 48 jam.

Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) bervariasi dari 4 sampai dengan 45
hari. Kebanyakan orang yang bertahan hidup dari ensefalitis akut dapat pulih kembali, namun
sekitar 20% masih mengalami konsekuensi tanda neurologis seperti kejang persisten dan
perubahan kepribadian. Sejumlah kecil orang yang sembuh kemudian kambuh lagi dan dapat
mengalami ensefalitis lebih lanjut (lebih parah). Disfungsi neurologis persisten dapat terjadi
pada lebih dari 15% orang dalam jangka waktu yang lama. Tingkat fatalitas kasus diperkirakan
mencapai 40% sampai 75%, tergantung pada kemampuan virus menginfeksi .

2. Diagnosa

Infeksi Nipah virus dapat didiagnosis melalui sejumlah tes yang berbeda,

yaitu:
serum netralisasi
immunosorbent assay enzyme-linked (ELISA)
polymerase chain reaction (PCR) assay
isolasi virus dengan kultur sel.

3. Pengobatan
Saat ini tidak ada obat atau vaksin yang tersedia untuk mengobati infeksi virus Nipah. Perawatan
intensif didukung dengan pengobatan pada gejala yang timbul adalah merupakan langkah utama
dalam mengurangi infeksi pada manusia.

4. Cara mengurangi risiko infeksi pada orang

Di karenakan belum tersedianya vaksin pada manusia maka satu-satunya cara untuk mengurangi
infeksi adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang faktor-faktor risiko dan memberikan
sosialisasi dalam upaya mengurangi resiko terpapar oleh virus tersebut. Diantaranya:

Mengurangi risiko penularan dari kelelawar ke manusia. Upaya untuk mencegah


penularan pertama-tama harus berfokus pada penurunan akses kelelawar
Mengurangi risiko penularan dari manusia ke manusia. Tutup kontak fisik dengan orang
yang terinfeksi virus Nipah. Sarung tangan dan alat pelindung harus digunakan ketika
merawat orang sakit. mencuci tangan secara teratur harus dilakukan setelah merawat atau
mengunjungi orang sakit.
Mengurangi risiko penularan dari hewan ke manusia. Sarung tangan dan pakaian
pelindung lainnya harus dipakai selama menangani binatang yang sakit/ menghndari
kontak dengan jaringan hewan pada saat nekropsi atau saat melakukan pemusnahan.

Anda mungkin juga menyukai