Anda di halaman 1dari 25

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


RUPTUR UTERI

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Yoke Rhesma Viddya Yulita (10215006)


2. Fitriah Nurul Hidayah (10215010)
3. Resa Valentina (10215017)
4. Titik Pusparini (10215021)
5. Yunita Sari (10215025)
6. Kartika Dwi Pratiwi (10215038)
7. Arvina Umaiya Zahro (10215041)
8. Binti Nur Ainun Marifah (10215049)
9. Leander Ekasakti Yulis ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan kuasanya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah sistem reproduksi dengan judul Ruptur
Uteri sadar bahwa dalam penulisan ini tidak sedikit masalah yang dihadapi namun
berkat kerja keras serta bantuan dari pihak, semua masalah tadi bisa teratasi dengan
baik. Oleh karena itu, kami banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis sadar bahwa ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat sebagai
tambahan wawasan pengetahuan.

Kediri, 30 November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi .......................................................................................... 4
B. Klasifikasi ..................................................................................... 4
C. Etiologi .......................................................................................... 5
D. Patofisiologi .................................................................................. 6
E. Manifestasi klinis .......................................................................... 7
F. Pemeriksaan diagnostik ................................................................. 7
G. Penatalaksanaan ............................................................................ 7
H. Komplikasi .................................................................................... 8
I. Pathway ......................................................................................... 11
J. Asuhan keperawatan ..................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 23
B. Saran .............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan masih merupakan trias penyebab kematian maternal


tertinggi, di samping preeklampsi/eklampsi dan infeksi. Perdarahan dalam
bidang obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan pada kehamilan muda
(kurang dari 22 minggu), perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan,
dan perdarahan pasca persalinan (Sari, 2015).
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada
kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan
gangguan pembekuan darah. Batasan perdarahan pada kehamilan lanjut
berarti perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan, sedangkan perdarahan pada persalinan adalah perdarahan
intrapartum sebelum kelahiran. Penyebab kematian janin dalam rahim paling
tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah penyulit kehamilan seperti ruptur
uteri dan diabetes melitus (Sari, 2015).
Angka kejadian ruptur uteri di Indonesia masih tinggi yaitu berkisar
antara 1:92 sampai 1:428 persalinan. Angka-angka tersebut masih sangat
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju yaitu antara 1:1250
sampai 1:2000 persalinan. Angka kematian ibu akibat ruptur uteri juga masih
tinggi yaitu berkisar antara 17,9% sampai 62,6%, sedangkan angka kematian
anak pada ruptur uteri berkisar antara 89,1% sampai 100% (Soedigdomarto
& Prabowo, 2005).
Penelitian deskriptif tentang profil kematian janin dalam rahim di Rumah
Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung periode 2000- 2002 mendapatkan 168
kasus kematian janin dalam rahim dari 2974 persalinan. Selain itu evaluasi di
RSHS dan 3 rumah sakit lain pada periode 1999-2003 menunjukkan insiden
kasus ruptur uteri di RSHS 0,09% (1:1074) dan di rumah sakit lain sedikit
lebih tinggi yaitu 0,1% (1:996). Maka dari itu dapat disimpulkan, kasus ruptur
uteri memberi dampak yang negatif baik pada kematian ibu maupun bayi
(Soedigdomarto & Prabowo, 2005; Albar, 2007).

1
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang
belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang menderita
ruptur uteri. Maka dari itu, kami akan membahas mengenai ruptur uteri dalam
makalah ini dan berusaha mengurangi resiko lebih lanjut dari ruptur uteri
dengan meningkatkan asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Ruptur Uteri?


2. Apa klasifikasi dari Ruptur Uteri?
3. Apa etiologi dari Ruptur Uteri?
4. Bagaimana patofisiologi dari Ruptur Uteri?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Ruptur Uteri?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Ruptur Uteri?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Ruptur Uteri?
8. Bagaimana komplikasi dari Ruptur Uteri?
9. Bagaimana pathways dari Ruptur Uteri?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Ruptur Uteri?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa definisi dari Ruptur Uteri.


2. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari Ruptur Uteri.
3. Untuk mengetahui apa etiologi dari Ruptur Uteri.
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Ruptur Uteri.
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Ruptur Uteri.
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Ruptur Uteri.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Ruptur Uteri.
8. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari Ruptur Uteri.
9. Untuk mengetahui bagaimana pathways Ruptur Uteri.
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Ruptur Uteri.

2
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan bagi dunia pendidikan
khususnya dunia pendidikan ilmu keperawatan dan sebagai sumber
informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Manfaat praktis
1) Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa yang lain, dan
dapat menambah pertimbangan referensi.
2) Bagi insititusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di
dalamnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Ruptur uteri adalah pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus
dengan robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubung langsung
dengan kavum peritoneum (Cunningham, 2005).
Ruptur uteri atau robekan uteri merupakan peristiwa yang sangat
berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadang-kadang juga pada
kehamilan tua.
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium (Abdul, 2007).
Ruptur Uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama
periode antenatal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahwa selama
stadium ketiga persalinan (Chapman, 2006).

B. Klasifikasi
Menurut (Soedigdomarto & Prabowo, 2005), klasifikasi ruptur uteri adalah :
1. Menurut keadaan robek
1) Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal)
Ruptur uteri yang hanya dinding uterus yang robek sedangkan lapisan
serosa (peritoneum) tetap utuh.
2) Ruptur uteri komplit (transperitoneal)
Rupture uteri yang selain dinding uterusnya robek, lapisan serosa
(peritoneum) juga robek sehingga dapat berada di rongga perut.
2. Menurut kapan terjadinya
1) Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum)
Ruptur uteri yang terjadi karena dinding uterus lemah yang dapat
disebabkan oleh :
a. Bekas seksio sesaria ;
b. Bekas enukleasi mioma uteri ;
c. Bekas kuretase/ plasenta manual ;

4
d. Sepsis post partum ;
e. Hipoplasia uteri.
2) Ruptur uteri pada waktu persalinan (ruptur uteri intrapartum)
Ruptur uteri pada dinding uterus baik, tapi bagian terbawah janin tidak
maju/turun yang dapat disebabkan oleh :
a. Versi ekstraksi ;
b. Ekstraksi forcep ;
c. Ekstraksi bahu ;
d. Manual plasenta.
3. Menurut etiologinya
1) Ruptur uteri spontan (non violent)
Ruptur uteri spontan pada uterus normal dapat terjadi karena
beberapa penyebab yang menyebabkan persalinan tidak maju.
Persalinan yang tidak maju ini dapat terjadi karena adanya rintangan
misalnya panggul sempit, hidrosefalus, makrosomia, janin dalam letak
lintang, presentasi bokong, hamil ganda dan tumor pada jalan lahir.
2) Ruptur uteri traumatika (violent)
Faktor trauma pada uterus meliputi kecelakaan dan tindakan.
Kecelakaan sebagai faktor trauma pada uterus berarti tidak
berhubungan dengan proses kehamilan dan persalinan misalnya trauma
pada abdomen. Tindakan berarti berhubungan dengan proses kehamilan
dan persalinan misalnya versi ekstraksi, ekstraksi forcep, alat-alat
embriotomi, manual plasenta, dan ekspresi/dorongan.
3) Ruptur uteri jaringan parut
Ruptur uteri yang terjadi karena adanya locus minoris pada dinding
uterus sebagai akibat adanya jaringan parut bekas operasi pada uterus
sebelumnya, enukleasi mioma atau miomektomi, histerektomi,
histerotomi, histerorafi dan lain-lain. Seksio sesarea klasik empat kali
lebih sering menimbulkan ruptur uteri daripada parut bekas seksio
sesaria profunda. Hal ini disebakan oleh karena luka pada segmen
bawah uterus yang merupakan daerah uterus yang lebih tenang dalam
masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat.

5
C. Etiologi
Menurut Prawiroharjo (2010) & Cunningham (2005), penyebab
terjadinya ruptur uteri antara lain :
1. Persalinan yang mengalami distosia, grande multipara, penggunaan
oksitosin atau prostaglandin untuk mempercepat persalinan.
2. Pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah seksio
sesarea atau operasi lain pada rahimnya.
3. Pernah histerorafi.
4. Pelaksanaan trial of labor terutama pada pasien bekas seksio sesarea,
dsb.

D. Patofisiologi

Pada umumnya uterus dibagi atas 2 bagian besar corpus uteri dan servik
uteri. Batas keduanya disebut ishmus uteri pada rahim yang tidak hamil. Bila
kehamilan sudah lebih dari 20 minggu, dimana ukuran janin sudah lebih besar
dari ukuran kavum uteri, maka mulailah terbentuk SBR ishmus ini. Batas
antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut Bandl
Ring. Lingkaran Bandl ini dianggap fisiologis bila terdapat pada 2 sampai 3
jari di atas simpisis, bila meninggi harus waspada terhadap kemungkinan
adanya ruptur uteri mengancam (RUM) (Mochtar, 1998).

Mekanisme utama dari ruptura uteri disebabkan oleh peregangan yang


luar biasa dari uterus. Pada waktu terjadi his, korpus uteri berkontraksi
sedangkan SBR tetap pasif dan cervik menjadi lunak (effacement dan
pembukaan). Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena
suatu sebab yang menahannya (misalnya panggul sempit atau kepala
janin besar) maka volume korpus yang tambah mengecil pada waktu ada his
harus diimbangi oleh perluasan SBR ke atas. Dengan demikian lingkaran
retraksi fisiologik atau lingkaran Bandl (ring van Bandl) akan semakin
meninggi ke atas pusat melewati batas fisiologik dan menjadi patologik. SBR
juga akan semakin tertarik ke atas sembari dindingnya menjadi sangat
menipis hanya beberapa millimeter. Hal ini menandakan telah terjadi ruptur

6
uteri iminens dan rahim terancam robek (Mochtar, 1998 ; Prawiroharjo,
2010).

Pada saatnya SBR akan robek spontan pada tempat yang tertipis ketika
his berikutnya datang, dan terjadilah perdarahan yang banyak bergantung
pada luas robekan yang terjadi dan pembuluh darah yang terputus.
Pertumpahan darah sebagian besar ke dalam rongga peritoneum, sebagian
yang lain mengalir melalui pembukaan serviks ke vagina. Ketika terjadi
robekan, pasien terasa amat nyeri seperti teriris sembilu dalam perutnya, dan
his yang terakhir yang masih kuat itu sekaligus mendorong sebagian atau
seluruh tubuh janin ke luar rongga rahim atau ke rongga peritoneum. Melalui
robekan tersebut usus dan omentum mendapat jalan masuk hingga mencapai
vagina dan bisa diraba melalui pemeriksaan dalam (Prawiroharjo, 2010).

E. Manifestasi Klinis
Gejala ruptur uteri mengancam (RUM) : (Prawiroharjo, 2010)
1. Pasien nampak gelisah, ketakutan disertai dengan perasaan nyeri di perut.
2. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang
kesakitan.
3. Pernapasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
4. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
5. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras sedangkan SBR teraba
tipis dan nyeri kalau ditekan.
6. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan
teregang keatas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih
sehingga pada kateterisasi ada hematuria.
7. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin tidak teratur (asfiksia).
8. Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi
seperti edema porsio, vagina, vulva.

F. Pemeriksaan Diagnostik

7
1. Laparoscopy : untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan
bentuk panggul/pelvis.
2. Pemeriksaan laboratorium.
1) HB dan hematokrit
Untuk mengetahui batas darah HB dan nilai hematikrit untuk
menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit
< 20% dinyatakan anemia berat.
3. Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.
4. Tes prenatal : untuk memastikan polihidramnion dan janin besar (Norwitz
dkk, 2007).

G. Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan
umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah,
kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan
selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi
(Cunningham dkk, 2005) :
1. Histerektomi baik total maupun sub total.
2. Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu di jahit sebaik-baiknya.
3. Konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang
cukup.
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah :
1. Keadaan umum penderita.
2. Jenis ruptur incompleta atau completa.
3. Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan
sudah banyak nekrosis.
4. Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim.
5. Perdarahan dari luka : sedikit, banyak.
6. Umur dan jumlah anak hidup.

8
H. Komplikasi
Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis akibat
infeksi adalah 2 komplikasi yang fatal pada kasus ruptur uteri. Hal ini dapat
terjadi bila pasien tidak segera mendapat infuse cairan kristaloid yang banyak
untuk selanjutnya dalam waktu yang cepat digantikan dengan tranfusi darah
segar. Pada pasien infeksi jika tidak segera memperoleh terapi antibiotika
yang sesuai dan tepat waktu karena keterlambatan pemberian antibiotik
berakibat peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah. Meskipun
akhirnya dapat diselamatkan, angka morbiditas dan kecacatannya tetap
tinggi. Histerektomi merupakan cacat permanen. Kematian
maternal/perinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan komplikasi
sosial yang sulit untuk mengatasinya (Prawiroharjo, 2010).

9
I. Pathway

Riwayat Operasi Induksi Kehamilan Trauma

His korpus uteri berkontraksi

SBR tertarik ke atas & menyebabkan


dinding uterus bertambah tegang & tipis

Lingkaran Bandl

Robekan pada SBR

Ruptur Uteri

Robekan uterus Plasenta terlepas Tubuh janin terdorong Tindakan SC


mengenai pembuluh
darah utama
Suplay nutrisi dan O2 Robekan meluas Post SC
ke janin
Perdarahan intra uteri
Tubuh janin terdorong Terputusnya
Janin kekurangan kontinuitas
ke rongga rahim
Nadi , TD , akral nutrisi dan O2 jaringan
dingin
Hipoksia janin, DJJ , Kontraksi uterus Hilangnya Pelepasan
gerakan janin fungsi kulit mediator
Resiko Syok
Hipovolemik sebagai nyeri
Nyeri Abdomen proteksi
Resiko Gawat Janin
Nyeri
Port de
Nyeri Akut Akut
entry

Resiko Infeksi

Kerusakan
integritas
10 kulit
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas :
Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2) Keluhan utama :
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat
dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan :
Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi
besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia,
perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan
lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi
persalinan, manipulasi kala II dan III.
4) Riwayat kesehatan :
Kelainan darah dan hipertensi
5) Pengkajian fisik :
a. Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
b. Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
c. Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
d. Suhu : Normal/ meningkat
e. Kesadaran : Normal / turun
f. Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi
g. Kulit : Dingin,v berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill
memanjan
h. Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
i. Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang

2. Analisa Data
1) Pre Operasi Sc
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Robekan uterus Resiko Syok
mengenai Hipovolemik

11
1. Pasien mengeluh pembuluh-
lemas, kelelahan. pembuluh darah
2. Kulit dingin, pucat, utama
lembab
DO:
1. Pasien tampak Perdarahan intra
pucat, mata cowong uteri
2. Konjungtiva anemis
3. TTV :
- TD 90/60 mmHg Resiko syok
- Nadi 110x/ menit hipovolemik
4. HB: 11,5
5. CRT>3detik
2. DS : Ruptur uteri Nyeri Akut
Pasien mengeluh
nyeri tiba-tiba, Tubuh janin
tajam, seperti terdorong
disayat pisau.
Robekan meluas
DO :
1. TTV : Tubuh janin
- Nadi: 110 x/menit terdorong ke luar
rahim
- RR: 28 x/menit
- Suhu: 37,50C Kontraksi uterus
meningkat
- Skala nyeri 8-9
Nyeri abdomen

Nyeri akut
3. DS: - Plasenta terputus Resiko Gawat Janin

DO:
DJJ menurun (70 Suplay O2 dan
dpm) Nutrisi menurun
Gerakan Janin
menurun

12
Pemenuhan O2
janin terganggu

Hipoksia

Resiko Gawat
janin

2) Post Operasi SC
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Terputusnya Nyeri akut
jaringan kulit
Pasien mengeluh
nyeri pada bagian
bekas insisi
Pelepasan mediator
DO: nyeri
Nadi: 110 x/menit
RR: 28 x/menit Persepsi nyeri
Suhu: 380C
Pasien tampak Nyeri akut

meringis
2 DS: Tindakan Kerusakan integritas
pembedahan kulit
Ibu mengatakan luka
bekas sc diabdomen
Proses insisi

DO:
Terputusnya
Luka post Sc
kontinuitas
11 cm jaringan
Balutan masih
basah Kerusakan
integritas kulit

3 DS:- Tindakan Resiko infeksi


pembedahan
DO:

13
Tampak ada luka Terputusnya
kontinuitas
insisi di abdomen
jaringan

Hilangnya fungsi
kulit sbg proteksi

Port de entry

Resiko infeksi

3. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi Sc
1) Resiko Syok hipovolemik b.d perdarahan.
2) Nyeri akut b.d robekan uteri.
3) Resiko gawat janin b.d hipoksia.
b) Post Operasi Sc
1) Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
pembedahan
2) Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedahan
3) Resiko infeksi b.d insisi post operasi.

4. Rencana Keperawatan
Pre Operasi Sc
No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan kriteria hasil
1. Resiko Syok Tujuan : 1. Anjurkan pasien untuk 1. Peningkatan intake
Setelah dilakukan
Hipovolemik banyak minum cairan dapat
tindakan
b.d perdarahan 2. Observasi tanda-tanda vital meningkatkan volume
keperawatan
tiap 4 jam. intravascular sehingga
selama 1x24 jam
3. Observasi terhadap tanda- dapat meningkatkan
tidak terjadi syok
tanda dehidrasi. volume intravascular
(tidak terjadi
4. Observasi intake cairan dan yang dapat
penurunan
output meningkatkan perfusi
kesadaran dan
jaringan.

14
tanda-tanda dalam 5. Kolaborasi dalam 2. Perubahan tanda-
batas normal). Pemberian cairan infus / tanda vital dapat
Kriteria Hasil : transfuse merupakan indikator
a. Tidak 6. Pemberian koagulantia dan terjadinya dehidrasi
terjadinya uterotonika. secara dini.
penurunan 3. Dehidrasi merupakan
kesadaran. terjadinya syok bila
b. TTV dalam dehidrasi tidak
batas normal. ditangani secara baik.
c. Perfusi perifer 4. Intake cairan yang
baik (akral adekuat dapat
hangat,kering menyeimbangi
dan merah). pengeluaran cairan
d. Cairan dalam yang berlebihan.
tubuh balance. 5. Cairan intravena dapat
meningkatkan volume
intravaskular yang
dapat meningkatkan
perfusi jaringan
sehingga dapat
mencegah terjadinya
syok
6. Koagulan membantu
dalam proses
pembekuan darah dan
uterotonika
merangsang kontraksi
uterus dan mengontrol
perdarahan.
2. Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Tentukan sifat, lokasi dan 1. Membantu dalam
robekan uteri Setelah dilakukan durasi nyeri, kaji kontraksi mendiagnosa dan
tindakan memilih tindakan

15
keperawatan 1x24 uterus, hemoragic dan nyeri 2. Teknik relaksasi dapat
jam Kebutuhan tekan abdomen mengalihkan
rasa nyaman 2. Berikan lingkungan yang perhatian dan
terpenuhi/ nyeri nyaman, tenang dan aktivitas mengurangi rasa
berkurang (relaksasi) untuk nyeri.
Kriteria hasil: mengalihkan nyeri 3. Dengan kehadiran
a. Skala nyeri (0- 3. Kuatkan dukungan sosial/ keluarga akan
3) dari (1-10) dukungan keluarga. membuat klien
b. TTV normal 4. Kolaborasi nyaman, dan dapat
(T: 120/80 pemberian narkotik, sedativ mengurangi tingkat
mmHg,RR : e, analgesik sesuai instruksi kecemasan dalam
20x/menit, S : dokter melewati persalinan,
37.5 C, klien merasa
Nadi 80-100 diperhatikan dan
x/menit) perhatian terhadap
c. Klien tampak nyeri akan terhindari
rileks 4. Pemberian narkotik,
Kemajuan sedative, analgesik
persalinan baik dapat mengurangi
nyeri hebat.

3. Resiko Gawat Tujuan : 1. Observasi tekanan darah 1. Penurunan dan


Janin b.d Setelah dilakukan dan nadi klien peningkatan denyut
hipoksia tindakan 2. Dapatkan data dasar DJJ nadi menunjukan
keperawatan 1 x secara manual dan atau kondisi sirkulasi klien
24 jam janin elektronik, pantau dengan yang mempengaruhi
dalam kondisi sering. perhatikan variasi janin, sehingga harus
selamat DJJ dan perubahan periodic dimonitor secara teliti
Kriteria Hasil pada respon terhadap 2. DJJ harus dalam
DJJ normal kontraksi uterus. rentang 120-160
(120- dengan variasi rata-
160/menit) rata percepatan dalam

16
Pergerakan 3. Berikan O2 10-12 liter respon terhadap
bayi normal dengan masker jika terjadi aktivitas maternal,
Bayi lahir tanda-tanda distress janin gerakan janin dan
selamat 4. Kolaborasi untuk tindakan kontraksi uterus.
Kemajuan operasi 3. Meningkatkan
persalinan baik oksigen pada janin
4. Untuk
menyelamatkan janin
segera dan
menghilangkan
distress janin

Post operasi
Diagnosa
No. Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Berguna dalam
terputusnya - Setelah dilakukan catat lokasi, pengawasan
kontinuitas jaringan tindakan keperawatan karakteristik dan keefektifan
akibat tindakan 3x24 jam diharapkan beratnya (0 - 10). obat, kemajuan
pembedahan. nyeri berkurang bahkan 2. Observasi TTV, penyembuhan
hilang. perhatikan petunjuk pada
Kriteria hasil : nonverbal. karakteristik
1. Skala nyeri 0-3 dan 3. Berikan lingkungan nyeri
pasien tidak menangis yang tenang dan menunjukkan
serta gelisah. kurangi rangsangan terjadi abses,
2. Pasien tidak mengeluh stres. memerlukan
nyeri. 4. Ajarkan teknik upaya evaluasi
relaksasi distraksi medik dan
intervensi.

17
nafas dalam bila rasa 2. Dapat
nyeri datang. membantu
5. Kolaborasi dengan mengevaluasi
pemberian analgetik pernyataan
sesuai indikasi. verbal dan
keefektifan
intervensi
3. Meningkatkan
istirahat.
4. Teknik nafas
dalam
menurunkan
ketegangan
otot yang
menghentikan
siklus nyeri
5. Menghilangka
n nyeri.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Monitor karakteristik 1. Memonitor
integritas kulit b.d - Setelah dilakukan luka, meliputi warna, karakteristik
luka pembedahan. tindakan keperawatan ukuran, bau dan luka dapat
5x24 jam diharapkan pengeluaran pada membantu
kerusakan integritas luka. perawat dalam
jaringan tidak 2. Pantau perkembangan menentukan
mengalami kerusakan kerusakan kulit klien perawatan luka
lebih jauh. setiap hari. dan penangan
Kriteria hasil : 3. Pertahankan teknik yang sesuai
1. Perfusi jaringan steril dalam perawatan untuk pasien.
normal. luka pasien 2. Mengevaluasi
2. Tidak ada perluasan 4. Anjurkan pasien status
tepi luka. menggunakan pakaian kerusakan
kulit sehingga

18
3. Ketebalan dan tekstur yang longgar terutama dapat
jaringan normal. celana. memberikan
4. Tidak ada eritema di 5. Berikan salep atau intervensi
daerah sekitar luka. pelumas. yang tepat.
3. Perawatan
luka dengan
tetap menjaga
kesterilan
dapat
menghindarka
n pasien dari
infeksi
4. Mencegah
iritasi yang
lebih parah.
5. Mencegah
kerusakan
kulit.
3. Resiko infeksi b.d Tujuan : 1. Pantau TTV. 1. Dugaan
insisi post op. - Setelah dilakukan 2. Cuci tangan sebelum adanya infeksi.
tindakan keperawatan dan sesudah 2. Mengurangi
2x24 jam diharapkan melakukan aktivitas kontaminasi
infeksi tidak terjadi. walaupun silang.
Kriteria hasil : menggunakan sarung 3. Memberikan
2. Berkurangnya tanda- tangan steril. deteksi dini
tanda peradangan 3. Observasi keadaan terjadinya
seperti kemeraha- luka dan insisi. proses infeksi.
merahan, gatal, panas, 4. Batasi penggunaan 4. Mengurangi
perubahan fungsi. alat atau prosedur jumlah lokasi
invasive jika yang dapat
memungkinkan. menjadi

19
5. Gunakan teknik steril tempat masuk
pada waktu organisme.
penggatian 5. Mencegah
balutan/penghisapan/ masuknya
berikan lokasi bakteri,
perawatan, misalnya mengurangi
Jalur invasive. risiko infeksi
6. Gunakan sarung nosokomial.
tangan/pakaian pada 6. Mencegah
waktu merawat luka penyebaran
yang infeksi/
terbuka/antisipasi dari kontaminsi
kontak langsung silang.
dengan sekresi
ataupun ekskresi.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruptur uteri adalah pelepasan insisi yang lama disepanjang uterus
dengan robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubung langsung
dengan kavum peritoneum (Cunningham, 2005).

B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan khususnya ruptur uteri harus dibekali dengan pengetahuan yang
luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Albar E. 2007. Ruptura uteri. Dalam : Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Saifuddin


AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke-1. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham, Gary et.all, 2005. Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta.
Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Norwitz, Errol dan Schorge, John, 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi. Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga.
Prawiroharjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Sari, Ratna Dewi Puspita Sari. 2015. Ruptur Uteri. Diakses dari:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/642 pada
tanggal 30 Nop 2017
Soedigdomarto MH, Prabowo RP. 2005. Ruptura uteri. Dalam : Prawirohardjo S,
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi
ke-3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

22

Anda mungkin juga menyukai