UROGENITALIA
Semester IV
PENYUSUN :
Dr. Fachrizal Hariadi
Dr. M. Arief Faisal
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
2012
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
KATA PENGANTAR
Dr. Fachrizal .H
i
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM .......................................................... iii
ii
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1. Mahasiswa yang mengikuti Pratikum Anatomi adalah mereka yang telah mendaftar
terlebih dahulu dan terdaftar dalam salah satu grup Pratikum Anatomi.
2. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, bila terlambat lebih dan
20 menit dan tidak mengikuti pretest tidak diizinkan mengikuti Pratikum Anatomi.
Mahasiswa tidak dapat meninggalkan ruangan sebelum waktu yang ditetapkan,
kecuali atas izin asisten yang bertugas.
3. Presentasi skill lab adalah 100% (seratus persen), bila tidak/berhalangan hadir makna
harus menggantinya sewaktu inhall. Praktikan yang persentasinya kurang dari 100%
secar otomatis tidak lulus Pratikum Anatomi dari awal.
4. Apabila nilai pretest 20 tidak diperkenakan mengikuti Pratikum Anatomi dan
diwajibkan mengikuti inhal.
5. Bila mahasiswa berhalangan hadir, harus ada pemberitahuan dari yang berwenang
memberikannya.
6. Selama Pratikum Anatomi, mahasiswa diharuskan berpakaian rapi (tidak memakai
kaos dan sandal jepit) serta mengenakan jas pratikum dan papan nama.
7. Dilarang membuang sampah kedalam bak pencuci, buanglah ketempat yang
disediakan.
8. Sebelum dan sesudah pratikum meja harus dibersihkan.
9. Sebelum dan sesudah skill lab alat-alat diperiksa terlebih dahulu, jika ada alat yang
rusak atau hilang segera laporkan kepada petugas yang ada di laboratorium.
10. Alat yang rusak atau hilang karena kelalaian praktikan menjadi tanggung jawab
praktikan, dan harus diganti dalam 1 minggu dan waktu kehilangan / rusak.
11. Selama praktikum dilarang makan/minum, ribut-ribut dan merokok. Handphone
dimatikan atau dimatikan nada deringnya, serta dilarang menggunakan handphone
berlebihan saat pratikum.
12. Saat memasuki laburatorium praktikan harus melepas sepatu, dan menggunakan
sendal sudah disiapkan. (akan diatur tersendiri)
13. Bagi yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai
ujian praktikum atau mengulang praktikum.
iii
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
ANATOMI UROGENETALIA
Pendahuluan
Urogenitalia adalah gabungan dari sistem urinarius dan sistem genitalia.
Sistem urinarius (perkemihan) merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem urinarius terdiri dari :
1. Ginjal (ren),
2. Ureter,
3. Vesica urinaria dan
4. Urethra.
1
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
lemak perirenal. Di sebelah cranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau
glandula adrenal/suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersam-
sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fascia Gerota. Fascia
ini berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dan
parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma
ginjal.
Selain itu fascia Gerota dapat pula berfungsi barier dalam menghambat
penyebaran infeksi atau menghambat metastasis tumor ginjal ke organ
sekitarnya. Di luar fascia Gerota terdapat jaringan lemak retroperineal atau
disebut jaringan lemak pararenal. Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh
otot-otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan di
sebelah anterior dilindungi oleh organ-organ interaperitoneal. Ginjal kanan
dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi
oleh lien, lambung, pancreas, jejunum, dan kolon.
3
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.1.2.1. Nefron
Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas :
1. Glomerulus, merupakan suatu gulungan kapiler. Dikelilingi oleh sel sel
epitel lapis ganda yang disebut Kapsul Bowman (Gambar 3). Bertindak
seperti saringan, menyaring darah yang datang dari Arteriola Aferen.
Membentuk urin primer yang berupa cairan pekat, kental, dan masih
seperti darah, tapi protein dan glukosa, sudah tidak ditemukan.
2. Tubulus Kontortus Proksimal, yaitu uatu saluran mikro yang amat berliku
dan panjang. Mempunyai mikrovilus untuk memperluas area permukaan
lumen (Gambar 3).
3. Ansa Henle, yaitu suatu saluran mikro yang melengkung dan berliku,
terdiri dari bagian yang tipis dan yang tebal. Pada bagian yang tipis,
didominasi oleh reabsorpsi air. Sedangkan pada bagian yang tebal,
didominasi oleh reabsorpsi elektrolit, seperti NaCl (Gambar 3).
4. Tubulus Kontortus Distal, yaitu suatu saluram mikro yang juga panjang
dan berliku. Disini, sedikit dilakukan reabsorpsi air (Gambar 3).
5. Ductus Coligentes, yaitu suatu saluran lurus dimana berkumpulnya hasil
urin setelah melewati Tubulus Kontortus Distal. Bermuara ke Calix
Minor Renalis. Yang selanjutnya akan dibawa ke Calix Mayor Renalis,
lalu ke Pelvis Renalis (Gambar 2).
Tiap ginjal manusia memiliki sekitar 1,3 juta nefron. Berdasarkan letak
glomerulusnya, nefron terbagi atas :
1. Nefron kortikal yang superfisial, yaitu : glomerulus 1 mm di bawah
kapsula renalis, ansa henle pendek dengan lekukan di perbatasan antara
medulla dalam dan luar.
2. Nefron midkortikal, yaitu : glomerulus di bagian tengah korteks.
4
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
(a) (
b)
Gambar 2. (a) Struktur anatomis ginjal, (b) pyramidales renale (pyramid
renalis Malpighii)
Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi
(disaring) di dalam glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang
masih diperlukan tubuh mengalami reabsorpsi dan zat-zat hasil sisa
metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine.
Setiap hari tidak kurang dari 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus
dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urine yang terbentuk di dalam nefron
disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal untuk kemudian
disalurkan ke dalam ureter (Gambar 3).
Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas :
1. Kaliks minor,
2. Infundibulum,
3. Kaliks major, dan
4. Pielum/pelvis renalis (Gambar 2)
5
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.1.3. Vaskularisasi
Ginjal mendapat aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebrae Lumbalis II. Aorta
terletak disebelah kiri garis tengah sehingga arteria renalis kanan lebih panjang
dari arteria renalis kiri. Setiap arteria renalis bercabang sewaktu masuk ke
dalam hilus ginjal (Gambar 2).
Sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke
dalam vena cava inferior yang terletak di sebelah kanan dari garis tengah tubuh.
Akibatnya vena renalis kiri kira-kira 2 kali lebih panjang dari vena renalis
kanan. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak
mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika
terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada darah yang dilayaninya.
Saat arteria renalis masuk ke dalam hilus, arteria tersebut bercabang
menjadi arteria interlobaris yang berjalan diantara pyramid, selanjtnya
membentuk percabangan arkuata yang melengkung melintasi basis pyramid-
piramid tersebut. Arteria arkuata kemudian membentuk arteriol-arteriol
interlobularis yang tersusun pararel dalam korteks. Arteriola interlobularis ini
selanjutnya membentuk arteriola aferen. Masing-masing arteriol aferen akan
menyuplai darah ke rumbai-rumbai kapiler yang disebut glomerulus (jam,
glomeruli). Kapiler glomeruli bersatu membentuk arteriol eferen yang
kemudian bercabang-cabang membentuk sistem jaringan portal yang
mengelilingi tubulis dan kadang-kadang disebut kapiler peritubular (tidak
diperlihatkan).
Sirkulasi ginjal tidak seperti biasa yang terbagi menjadi dua bantalan
kapiler yang terpisah, tapi bantalan glomerulus dan bantalan kapiler peritubular
terbentuk menjadi rangkaian sehingga semua darah ginjal melewati kaduanya.
Tekanan dalam bantalan kapiler yang pertama (tempat terjadi filtrasi) adalah
lebih lebih tinggi (40 hingga 50 mm Hg), sedangkan tekanan dalam kapiler
6
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.1.5. Innervasi
Plexus renalis dibentuk oleh percabangan dari plexus coeliacus. Serabut-
serabut dari plexus tersebut tadi berjalan bersama-sama dengan vena renalis.
Plexu suprarenalis juga dibentuk oleh percabangan dari plexus coeliacus.
Kadang-kadang mendapatkan percabangan dari nervus splanchnicus major dan
dari plexus lienalis. Plexus renalis dan plexus suprarenalis mengandung
komponen sympathis dan parasympathis yang dibawa oleh Nervus vagus.
7
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Stimulus dari pelvis renalis dan ureter bagian cranialis oleh nervus
splanchnicus.
1.2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang dibentuk dari
jaringan otot polos, yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, dan
berfungsi mengalirkan urine. Pada orang dewasa panjangnya 20-30 cm. dengan
penampang 0,5 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel
transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan
gerakan peristaltik (Gambar 5).
8
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
9
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.2.1. Vascularisasi
Arteri yang memberi suplai darah kepada ureter sangat bervariasi, dan
bersumber pada arteria renalis, aorta abdominalis, arteria ovarica (arteria
testicularis), arteria iliaca interna, arteria uterina dan arteria vesicalis. Arteri-
arteri tersebut membentuk anastomose. Yang selalu ada adalah percabangan-
percabangan dari arteria vesicalis inferior, yang selain memberi vascularisasi
kepada ureter pars inferior, juga kepada trigonum vesicae Lieutaudi. Pembuluh
vena berjalan bersama-sama dengan arteri.
1.2.2. Lymphonodus
Pembuluh-pembuluh lymphe dari ureter pars cranialis bergabung dengan
pembuluh lymphe dari ren, sebelum berjalan menuju ke lymphonodi aortici
laterales. Pembuluh-pembuluh lymphe lainnya berjalan langsung menuju ke
lymphonodi aortici laterales, yang berada berdekatan dengan arteria testicularis.
Pembuluh-pembuluh lymphe dari bagian yang lebih ke caudalis membawa
lymphe menuju ke lymphonodi iliaci communes, lymphonodi iliaci externi dan
lymphonodi iliaci interni.
1.2.3. Innervasi
Serabut-serabut saraf yang menuju ke ureter berasal dari nervus thoracalis
10 12, nervus lumbalis 1 nervus sacralis 4. Serabut-serabut tersebut
mencapai ureter melalui plexus renalis, plexus aorticus, plexus hypogastricus
10
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
11
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
12
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.3.1. Vascularisasi
Arteria vesicalis superior dan arteria vesicalis inferior dipercabangkan
oleh arteria iliaca interna. Aliran darah venous dari daerah muara ureter dan dari
collum vesicae bergabung dengan pembuluh vena dari prostat dan urethra, dan
bersama-sama bermuara kedalam vena iliaca interna.
13
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.3.2. Innervasi
Plexus vesicalis dibentuk oleh serabut-serabut sympathis dan
parasympathis, mengandung komponen motoris dan sensibel. Serabut efferent
parasympathis (nervus erigentis) berasal dari medulla spinalis segmen sacralis 2
4 menuju ke m.detrusor, berganti neuron pada dinding vesica urinaria.
Berfungsi pula sebagai penghambat (inhibitory fibers) bagi otot polos vesicae
dan m.sphincter urethrae.Stimulus parasympathis menimbulkan kontraksi
dinding vesica urinaria dan relaksasi sphincter urethrae.
Stimulus sympathis menyebabkan kontraksi otot-otot trigonum vesicae,
muara ureter dan sphincter urethrae, dan disertai relaksasi otot dinding vesica.
Serabut sensibel membawa stimulus nyeri dan stimulus pembesaran vesica
(distension, vesica terisi penuh). Stimulus nyeri dibawa oleh serabut-serabut
sympathis dan parasympathis. Nyeri pada vesica dapat menyebar pada regio
hypogastrica (referred pain), sedangkan nyeri pada daerah trigonum vesicae
dapat menyebar sampai ke ujung penis atau clitoris.
1.4. Urethra
Urethra adalah saluran akhir dari Tractus Urinarius, yang mengalirkan
urine ke luar tubuh. Pada pria, berfungsi sebagai penyalur cairan semen (mani)
14
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.4.1.1. Vascularisasi
Pars cranialis mendapat suplai darah dari arteria vesicalis inferior. Pars
medialis mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan
arteria uterina. Sedangkan pars caudalis mendapat vascularisasi dari cabang-
cabang arteria pudenda interna. Aliran darah venous dibawa menuju ke plexus
venosus vesicalis dan vena pudenda interna.
1.4.1.2. Innervasi
Pars cranialis urethrae dipersarafi oleh cabang-cabang dari plexus
nervosus vesicalis dan plexus nervosus uterovaginalis. Pars caudalis dipersarafi
oleh nervus pudendus.
15
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
16
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.4.2.1. Vascularisasi
Urethra pars prostatica mendapat suplai darah terutama dari arteria
vesicalis inferior dan arteria rectalis media. Urethra pars membranacea diberi
suplai darah oleh arteria bulbi penis. Urethra pars spongiosa mendapat suplai
darah dari arteria urethralis dan cabang-cabang arteria dorsalis penis dan arteria
profunda penis. Aliran darah venous menuju ke plexus venosus prostaticus dan
ke vena pudenda interna.
17
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.4.2.2. Innervasi
Urethra pars prostatica menerima innervasi dari plexus nervosus
prostaticus. Urethra pars membranacea dipersarafi oleh nervus cavernosus
penis, dan pars spongiosa diinervasi oleh cabng-cabang dari nervus pudendus.
18
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
testis mempunyai facies medialis dan facies lateralis yang berbentuk konveks,
bertemu di bagian anterior dan posterior membentuk margo anterior dan margo
posterior yang juga berbentuk konveks bulat. Ujung-ujungnya berbentuk bulat
dan disebut extremitas superior dan extremitas inferior.
Permukaan testis halus. Testis mempunyai capsula yang terdiri atas tiga
lembar lapisan, dan superficial ke profunda, yakni :
1. Tunica vaginalis, merupakan bagian dari peritoneum, terdiri dari lamina
parietalis dan lamina visceralis; di bagian dorsal dari testis terjadi
peralihan dari lamina parietalis menjadi lamina visceralis.
2. Tunica albuginea, dibentuk oleh jaringan ikat, berwarna putih.
Dibungkus oleh tunica vaginalis, kecuali permukaan testis yang ditempati
oleh epididymis. Di bagian dorsal tunica albuginea menebal, membentuk
mediatinum testis (corpus Highmori ).
3. Tunica vasculosa, dibentuk oleh anyaman pembuluh darah dan jaringan
ikat, berada pada facies profunda dari tunica albuginae dan mengikuti
permukaan septula testis (Gambar 11).
19
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.1.1. Vascularisasi
Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna, yang merupakan cabang dari aorta.
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior, dan
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang dari epigastrica.
Arteria testicularis memberi beberapa percabangan, menuju ke margo
posterior, menembusi tunica albuginea, berjalan mengikuti septula testis menuju
ke mediastinum testis. Arteria testicularis mengadakan anastomose dengan
arteria deferentialis dan arteria spermatica externa, dan bersumber pada aorta
abdominalis. Pembuluh-pembuluh vena berjalan ke posterior menuju ke margo
20
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.1.2. Innervasi
Testis dipersarafi oleh serabut-serabut saraf dari plexus nervosus
testicularis. Plexus ini dibentuk oleh nervus spinalis thoracalis 6 - 9 dan nervus
thoracalis 10 - 12, yang turut mempersarafi dinding abdomen di sekitar
umbilicus. Plexus nervosus testicularis juga menerima serabut-serabut saraf
yang dipercabangkan oleh nervus genitofemoralis dan nervus scrotalis
posterior. Serabut-serabut saraf sympathies membawa komponen vasomotoris.
Referred pain (rasa nyeri) pada testis menyebar ke daerah inguinalis dan daerah
bagian caudal dinding abdomen.
2.1.2. Epididimis
Epididimis adalah organ yang berupa saluran berkelok-kelok dengan
panjang kira-kira 5-6 meter, terdiri atas caput, corpus, dan cauda epididimis
(Gambar 11). Caput epididymis berada di bagian cranial, corpus epididymis
berada di bagian medial dan cauda epididymis berada di bagian caudal. Cauda
epididymis melanjutkan diri menjadi ductus deferens, berjalan ascendens pada
sisi medial epididymis. Caput epididymis dihubungkan oleh ductus efferentes
testis dengan testis. Setiap ductuli efferentes testis membentuk lobuli
epdidymis. Lobuli ini bersatu membentuk caput epididymis, dan selanjutnya
bermuara kedalam ductus epididymidis.
Ductus epididymidis membentuk corpus dan cauda epididymidis. Ductus
epididymidis berkelok-kelok, mempunyai ukuran kira-kira sepanjang intestinum
tenue. Cauda epididymidis berakhir pada ductus deferens. Sel-sel spermatozoa
21
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.2.1. Vascularisasi
Epididymis mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteria testicularis
dan arteri deferensialis. Pembuluh vena bermuara kedalam plexus
pampiniformis.
2.1.2.2. Innervasi
Diperoleh dari cabang-cabang plexus hypogastricus inferior.
2.1.3.1. Vascularisasi
Arteria deferentialis merupakan salah satu cabang dari arteria vesicalis
superior yang memberi suplai darah kepada epididymis dan ductus deferens
22
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.3.2. Innervasi
Kontraksi ductus deferens berada di bawah pengaruh serabut-serabut
saraf sympathis. Serabut-serabut parasympathis dibawa oleh nervi erigentes,
yang berasal dari medulla spinalis sacralis.
23
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.4.1. Vascularisasi
Suplai darah diperoleh dari cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan
arteria vesicalis media. Pembuluh vena bermuara kedalam plexus venosus
vesicoprostaticus.
2.1.4.2. Innervasi
Vesicula seminalis dipersarafi oleh serabut-serabut sympathis dan para
sympathis. Pengosongna vesicula seminalis dipengaruhi oleh persarafan
sympathis.
24
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
25
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
26
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.6.1. Vascularisasi
Ramus prostaticus dipercabangkan oleh arteria vesicalis inferior. Prostata
seringkali juga mendapatkan suplai darah dari percabangan arteria rectalis
superior. Apabila ada arteria rectalis media maka ada percabangannya yang
mensuplai prostata.
Ramus prostaticus memasuki prostata pada celah antara prostata dengan
vesica urinaria. Pembuluh vena berjalan memasuki plexus venosus prostaticus,
yang selanjutnya bergabung dengan plexus venosus vesicalis, kemudian
bermuara kedalam vena iliaca interna.
2.1.6.2. Innervasi
Menerima serabut-serabut saraf sympathies dan parasympathis dari
plexus nervosus prostaticus. Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla
spinalis segmental sacralis. Plexus prostaticus (plexus pelvikus) menerima
masukan serabut parasipatis dari korda spinalis S2-4 dan simpatis dari nervus
hipogastricus (T10-L2).
Stimulasi parasimpatis meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel
prostate, sedangkan rangsangan simpatis menyebabkan pengeluaran cairan
prostate ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi.
27
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.8. Penis
Penis dibentuk oleh jaringan erectil, yang dapat mengeras (ereksi) dan
dipakai untuk melakukan copulasi (hubungan seksual). Ereksi terjadi oleh
karena rongga-rongga di dalam jaringan erectil terisi darah.
28
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.8.1. Vascularisasi
1. Arteria bulbi penis, berjalan di dalam bulbus penis, lalu melanjutkan diri
kedalam corpus spongiosum penis.
2. Arteria urethralis, berada di sebelah anterior arteri bulbi penis, masuk
kedalam corpus spongiosum penis, melanjutkan diri sampai pada glans
penis.
3. Arteria profunda penis, setelah masuk kedalam crus penis, selanjutnya
berjalan di dalam corpus cavernosum penis.
4. Arteria dorsalis penis, berjalan di sebelah profunda fascia penis profunda,
berada pada dorsum penis, terletak di sebelah medial dari nervus dorsalis
penis dan di sebelah lateral dari vena dorsalis penis. Percabangan dari
arteri ini memberi suplai darah kepada corpus cavernosum penis dan
corpus spongiosum penis, mengadakan anastomose dengan percabangan
dari arteria profunda penis dan arteria bulbi penis.
29
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.8.2. Innervasi
Penis dipersarafi oleh :
1. Nervus dorsalis penis, dipercabangkan oleh nervus pudendus,
mempersarafi kulit, terutama glans penis.
2. Ramus profundus nervi perinealis, berjalan masuk kedalam bulbus penis,
lalu masuk kedalam corpus spongiosum penis, terutama mempersarafi
urethra.
3. Nervus ilioinguinalis, memberikan cabang-cabang yang mempersarafi
kulit pada radix penis.
4. Nervus cavernosus penis (major et minor) mempersarafi jaringan erectil
pada bulbus, crus, corpus spongiosum penis dan corpus cavernosum
penis. Berasal dari truncus sympathicus dan nervus sacralis S2 - 4
(parasympathis) melalui plexus nervosus pelvicus. Beberapa cabang
berjalan bersama-sama dengan nervus dorsalis penis.
30
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.9. Scrotum
Scrotum adalah sebuah kantong yang terbagi menjadi dua bagian oleh
septum scroti, ditempati oleh testis, epididymis dan bagian caudal funiculus
sparmaticus beserta pembungkusnya. Terletak di sebelah caudal dari radix penis
dan symphysis osseum pubis.
Scrotum dibentuk oleh lapisan-lapisan dari superficial ke profunda,
sebagai berikut :
1. Kulit, tipis, mengandung banyak pigmen, sedikit rambut, banyak kelenjar
sebacea dan kelenjar keringat. Pada linea mediana terdapat raphe scroti,
yang ke arah anterior menjadi raphe penis dan ke arah posterior menjadi
raphe perinealis.
2. Tunica dartos, mengandung serabut-serabut otot polos, yang dinamakan
m.dartos. lapisan ini melekat pada kulit, tidak mengandung jaringan
lemak dan banyak mengadung pembuluh darah. Lapisan ini membentuk
septum scroti.
3. Tunica vaginalis, yang merupakan bagian dari peritoneum, turut bersama-
sama dengan testis masuk kedalam scrotum.
4. Fascia spermatica externa, suatu lembaran tipis yang membungkus
funiculus spermaticus dan testis. Pada anulus inguinalis externus lapisan
ini melanjutkan diri dengan fascia yang membungkus m.obliquus
externus abdominis.
5. Lamina cremasterica yang terdiri atas fascia cremasterica dan serabut-
serabut m.cremaster, mempunyai hubungan dengan m.obliquus internus
abdominis bersama dengan fascianya.
6. Fascia spermatica interna, suatu lembaran yang tipis, sukar dipisahkan
dari lamina cremasterica, tetapi mudah dilepaskan dan funiculus
spermaticus dan testis yang dibungkusnya.
31
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.1.9.1. Vascularisasi
Ada beberapa arteri yang memberi suplai darah kepada scrotum, sebagai
berikut :
1. Arteria pudenda externa, memberi vascularisasi ke bagian anterior
scrotum.
2. Ramus scrotalis arteriae pudendae internae, mensuplai scrotum bagian
posterior.
3. Cabang-cabang arteria testicularis.
4. Cabang-cabang arteria cremasterica.
2.1.9.2. Innervasi
Scrotum dipersarafi oleh :
1. Nervus ilioinguinalis, mempersarafi scrotum bagian ventral.
2. Ramus genitalis nervi genitofemoralis, juga mempersarafi bagian anterior
scrotum.
3. Ramus scrotales mediales et laterales sebagai cabang dari nervus
perinealis, mempersarafi scrotum bagian posterior.
4. Ramus perinealis n.cutaneus femoris posterior.
32
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Ovarium, tuba uterina, uterus dan sebagian dari vagina berada di dalam
cavitas pelvis. Sebagian dari vagina berada pada perineum. Vulva terletak di
sebelah ventral dan caudal dari symphysis osseum pubis.
33
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
34
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
35
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
anterior, ditutupi oleh kedua labia minora. Corpus cavernosum ke arah dorso-
lateral melekat pada arcus pubicus melalui crus clitoridis. Crus clitoridis
ditutupi oleh m.ischiocavernosus, dan m.bulbospongiosus melekat pada radix
clitoridis. M.bulbospongiosus melekat pada centrum tendenium, lalu
membungkus pars caudalis vaginae dan orificium vaginae, melekat pada radix
clitoridis, selanjutnya melekat pada sisi arcus pubis.
Kedua crus clitoridis saling bertemu dan melanjutkan diri menjadi dua
buah corpora cavernosa clitoridis ( corpus cavernosus clitoridis sinistrum et
dextrum ) membentuk corpus clitoridis. Kedua corpora cavernoasa ini
dibungkus oleh fascia clitoridis. Antara corpus cavernosus kiri dan kanan
terdapat septum corporum cavernosum. Ujung anterior corpus clitoridis
membentuk glans clitoridis, suatu tonjolan yang bundar dan sangat sensitif.
Radix clitoridis difiksasi pada facies ventralis symphysis osseum pubis oleh
ligamentum suspensorium clitoridis.
36
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2.2.8.1. Vascularisasi
Vascularisasi diperoleh dari :
1. Rami labiales anteriores yang dipercabangkan oleh arteria pudenda
externa, memberi suplai darah kepada labia major dan labia minora
2. Rami labiales posteriores, dipercabangkan oleh arteria pudenda interna,
memberi juga suplai darah kepada labia majora dan labia minora.
3. Arteria profunda clitoridis, memberi suplai darah kepada crus clitoridis
dan corpus cavernosum clitoridis.
4. Arteria dorsalis clitoridis memberi vascularisasi kepada glans clitoridis
5. Arteia bulbi vestibuli (vaginae) memberi vascularisasi kepada bulbus
vestibuli dan glandula vestibularis major.
2.2.8.2. Innervasi
Labia major dan labia minora dipersarafi oleh rami labiales anteriores
yang dipercabangkan oleh nervus ilioinguinalis dan rami.labiales posteriores
yang dipercabangkan dari nervus pudendus. Bulbus vestibuli mendapatkan
innervasi dari plexus uterovaginalis, yang melanjutkan diri menjadi nervus
cavernosus clitoridis. Clitoris juga mendapat persarafan dari nervus dorsalis
clitoridis Innervasi otonom diperuntukkan kepada pembuluh darah dan kelenjar.
3. Fisiologi Sistem Urinaria
3.1. Mekanisme Pembentukan Urine (Gambar 16)
37
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1. Penyaringan ( Filtrasi )
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan
struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-
molekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik
dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate
glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia,
arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen
yang meninggalkan glomerulus.
Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang
disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut
bowman space (lumen of bowmans capsule) dan merupakan bagian yang
mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari
tubulus proksimal (Gambar 17a).
Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1. Endothelium capiler,
2. Membrane dasar,
3. Epitelium visceral.
Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan
sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate (Gambar 17b). Dinding
kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute
menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan
tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatan untuk
proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena
molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi
(filtration barrier) bersifat selektif permeable. Normalnya komponen seluler
dan protein plasma tetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas
tersaring.
Pada umunya molekul dengan raidus 4 nm atau lebih tidak tersaring,
sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan.
38
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
39
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
2. Penyerapan (Absorsorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian
terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi
dari tubulus renal tidak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal
bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang
lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan
meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai
hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergerakan dari
komponen cairan tubulus melalui 2 jalur yaitu:
1. Jalur transeluler dan
2. Jalur paraseluler.
40
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
41
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Secara umum, zat-zat yang perlu disimpan oleh tubuh akan secara selektif
direabsorpsi, sedangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan dan perlu dieliminasi
akan tetap berada didalam urin.
42
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
43
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
4. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter
adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa
metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul
kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme
antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran
zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa
tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa
zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan
pH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai
44
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.2. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
1.3. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang
berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
45
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
1.4. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
1.5. Renin
Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel
apparatus jukstaglomerularis pada :
1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
4. Innervasi ginjal dihilangkan
5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
46
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
4. Konsentrasi Darah
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.
Reabsorpsi air di ginjal meningkat, volume urin menurun.
5. Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.
47
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
diikirimkan ke segmen sakralis dari medulla spinalis melalui saraf pelvis, dan
kemudian dikembalikan secara reflex ke kandung kemih melalui serabut saraf
parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama.
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian kontraksi mikturisi ini biasanya
akan berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor
berhenti berkontraksi dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung
kemih terus terisi, reflex mikturisi menjadi semakin sering dan menyebabkan
kontraksi otot detrusor lebih kuat. Sekali reflex mikturisi dimulai, reflex ini
bersifar regenerasi sendiriyang artinya kontraksi awal kandung kemih akan
mengaktifkan reseptor regang yang menyebabkan peningkatan impuls sensorik
yang lebih banyak ke kandung kemih dan uretra posterior, sehingga
menyebabkan peningkatan reflex kontraksi kandung kemih selanjutnya.
Jadi, siklus ini akan berulang terus menerus sampai kandung kemih
mencapai derajat konsentrasi yang cukup kuat. Kemudian setelah beberapa
detik sampai lebih dari semenit, reflek yang beregenerasi ini mulai kelelahan
dan siklus reegeneratif pad reflex mikkturisi menjadi berhenti mmemungkinkan
kandung kemih berelaksasi.
Jadi, reflex mikturisi merupakan sebuah siklus yang lengkap yang terdiri dari:
1. Kenaikan tekanan scara cepat dan progresif
2. Periode tekanan menetap
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.
48
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
di dalam otak dari pada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, maka
akan terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin tidak akan hingga
kandung kemih terus terisi dan reflex mikturisi menjadi lebih kuat lagi.
49
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
50
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Gambar 29. Diferensiasi genitalia eksterna pria dan wanita dari struktur
primordial indiferen pada embrio.
51
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
52
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
harus memanjang hingga ke ujung penis dan keluar melalui orifisium uretra
eksternum.
53
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
54
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
55
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
56
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
57
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
58
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
59
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
60
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
61
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
62
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
63
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
64
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
65
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
66
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
67
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Postest I:
68
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Postest II:
69
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Postest III:
70
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Pretest I:
71
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Pretest II:
72
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Pretest III:
73
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
BIODATA MAHASISWA/I
2 x 2/1
(KTP)
Nama Mahasiswa : .
Nomor Induk : .
Alamat : .
Hp/Telp : .
LEMBARAN PENILAIAN :
1. NILAI TENTAMEN :
2. NILAI PRETEST :
3. NILAI REMEDIAL :
Dr. Fachrizal H
74
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
DAFTAR PUSTAKA
3. R. Putz dan R. Pabst. Sabotta, Atlas Anatomi manusia, Jilid 1, Edisi 21.
Jakarta : EGC 2000.
4. R. Putz dan R. Pabst. Sabotta, Atlas Anatomi manusia, Jilid 2, Edisi 21.
Jakarta : EGC 2000.
75
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Catatan:
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Catatan:
Buku Panduan Pratikum Anatomi Fakultas Kedokteran Abulyatama
Catatan: