Jawaban.
Dijelaskan bahwa:
Oleh karena itu dalam keterkaitannya dengan transportasiRuang terbuka hijau sangat
dibutuhkan jalur hijau, terutama di daerah yang terjadi aktivitas transportasi seperti di jalan.
Pengertian jalur hijau tersebutsebagai mana yang di jelaskan di Permen PU NO. 05/PRT/M/2008
adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang
milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut
jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna
hijau.
Sedangkan untuk penyediaanRTH itu sendiri sebagaimana yang telah dijelaskan di Permen PU
NO. 05/PRT/M/2008 untuk kawasan jalur hijau dan kawasan pejalan kaki adalah sebagai
berikut:
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara
2030% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman
dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah
setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah.
Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti
pada persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur
pemisah yang membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau
jalan dapat berupa taman atau non taman. Dalam pedoman ini dibahas pulau
jalan dan median yang berbentuk taman/RTH.
1) Peneduh
3) Peredam kebisingan
4) Pemecah angin
5) Pembatas pandang
b. Pada median
a) tanaman perdu/semak;
b) ditanam rapat;
c) ketinggian 1,5 m;
d) bermassa daun padat.
Contoh:
- Palem raja (Oreodoxa regia)
- Pinang jambe (Areca catechu)
- Lontar (siwalan) (Borassus flabellifer)
Contoh:
- Khaya (Khaya Sinegalensis)
- Bungur (Lagerstromea Loudonii)
- Tanjung (Mimosups Elengi)
Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada
kiri-kanan jalan atau di dalam taman. Ruang pejalan kaki yang dilengkapi
dengan RTH harus memenuhi hal-hal sebagai berkut:
3) Pedoman teknis lebih rinci untuk jalur pejalan kaki dapat mengacu
pada Kepmen PU No. 468/KPTS/1998 tanggal 1 Desember 1998,
tentang Persyaratan Teknis Aksesiblitas pada Bangunan Umum dan
Lingkungan dan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana
dan Sarana Ruang Pejalan Kaki.
SOAL 2.
Dampak yang di timbulkan oleh proses urbanisasi terhadap kehidupan di lingkungan
perkotaan salah satunya adalah munculnya kawasan kumuh (slum area) yang bias
menghabat pekembangan kota dan menurunkan nilai etetika dari kota itu sendiri.
Jelaskan hal ini terkait dengan masalah kesehatan, pendidikan dan perkembangan generasi!
Jawaban:
Salah satu isu kependudukan yang penting dan mendesak untuk segera ditangani
secara menyeluruh adalah urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota. Memang, harus diakui, tidak ada negara di era industrialisasi ini dapat
mencapai pertumbuhan ekonomi berarti tanpa urbanisasi. Urbanisasi adalah masalah yang
cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan
kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah
lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, kesehatan,
penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera
dicarikan jalan keluarnya.
Selain itu urbanisasi juga dapat menjadi penyebab bencana alam. Kaum urban yang
tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat
kota maupun di pinggiran daerah aliran sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar,
baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang. Keadaan ini bisa menjadi salah satu
penyebab banjir.
Tidak bisa di pugkiri salah satu factor pendorong urbanisasi adalah karena aspek
pendidikan yang mana Fasilitas pendidikan sekolah atau pun perguruan tinggi yang kurang
berkualitas di desa.
Akibat dari kurangnya pendidikandi desa dan Kepergian penduduk desa ke kota untuk
mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan
tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang
datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi
mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh
harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan pekerjaan lain yang
sejenis. Bahkan,masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi
tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
Untuk mengatasi permasalahan urbanisasi yang dari tahun ke tahun terjadi di perkotaan
akibat kurang mendukungnya potensi kehidupan yang ada pada pedesaan yang
menyebabkan terjadinya urbanisasi secara besar-besaran ke kota, maka diperlukan
berbagai upaya untuk menekan hal tersebut dengan memperhatikan segala dampak
system yang saling berhubungan. Dimana pengembangan pedesaan jika hanya
memperhatikan satu faktor pendukung seperti potensi sumber daya tanpa adanya
dukungan terhadap system sarana dan prasarana yang memadai untuk mengelola potensi
tersebut maka hanya akan sia-sia, dan ini akan menimbulkan dampak negative hingga ke
perkotaan akibat terjadinya urbanisasi oleh penduduk pedesaan.
Salah satu contoh program Pemerintah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
pengembangan Desa yaitu, meningkatkan desa swadaya (tradisional), melalui desa
swakarya (transisi), menjadi desa swasembada. Usaha untuk menigkatkan kemajuan desa-
desa swadaya dan swakarsa menjadi Desa Swasembada(Maju). Pada pengembangan desa
ini Pemerintah merupakan pihak yang sangat berperan penting terhadap pengembangan
desa-desa tersebut. Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi masalah
urbanisasi di antaranya :
Kedua, aspek aksesibilitas (dalam hal transportasi) di desa merupakan faktor penting untuk
menunjang aktivitas ekonomi, walau pada faktanya masih banyak desa di negara kita yang
masih memiliki aksesibilitas yang buruk. Padahal aksesibilitas tersebut berfungsi sebagai
jalur penghubung terjadinya aliran barang dan jasa (aktivitas ekonomi).Melalui
peningkatan aksesibilitas di desa seperti pembangunan jalan dan jembatan serta sarana
telekomunikasi, pemberdayaan potensi sumber daya yang terdapat di desa dapat
dikembangkan secara optimal. Adanya kemudahan akses tersebut juga bisa menjadi faktor
penarik bagi pihak pemerintah dan swasta untuk bermitra dan mengembangkan aspek
unggulan desa yang bersangkutan.
Ketiga, pemberdayaan potensi utama desa dapat dilakukan untuk menekan urbanisasi.
Salah satu cara untuk mengembangkan potensi desa dapat dilakukan sesuai dengan sumber
daya yang ada seperti potensi agrobisnis maupun aspek pariwisatanya. Potensi agrobisnis
di desa dapat dilakukan dengan pengembangan dan pemasaran yang lebih menjual
sehingga potensi tersebut dapat terberdayakan.Dengan sendirinya lapangan pekerjaan akan
tersedia sehingga dapat mengurangi laju urbanisasi yang terjadi. Demikian pula dengan
aspek pariwisata yang mampu menambah lapangan pekerjaan di desa. Pada akhirnya,
berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi urbanisasi memerlukan kerja sama dari
berbagai pihak mulai dari pemerintah dan penduduknya. Tanpa adanya sinergi dalam
melaksanakan upaya penekanan urbanisasi, maka urbanisasi akan terus terjadi. (Anggigeo,
2010 dalam http://anggigeo.wordpress.com/2010/10/06/upaya-penanganan-urbanisasi/)
Dengan adanya suatu upaya pengembangan desa melalui peningkatan hasil kegiatan
usaha maupun peningkatan sarana dan prasarana ini, diharapkan bisa menjadi faktor
pendukung untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada pada wilayah pedesaan
sehingga membuat penduduk pedesaan bisa tetap tinggal melakukan aktifitas ekonomi
secara lancar tanpa perlu untuk keluar dari desanya seperti melakukan urbanisasi ke
perkotaan untuk memperbaiki nasib tanpa dibekali skill yang mendukung yang ujung-
ujungnya kebanyakan penduduk desa tersebut hanya menciptakan lingkungan kumuh
bagi perkotaan.
Ada dua kelompok besar kebijaksanaan pengarahan urbanisasi di Indonesia yang saat
ini sedang dikembangkan.
Konsep urbanisasi pedesaan mengacu pada kondisi di mana suatu daerah secara fisik
masih memiliki ciri-ciri pedesaan yang kental, namun karena ciri penduduk yang hidup
didalamnya sudah menampakkan sikap maju dan mandiri, seperti antara lain mata
pencaharian lebih besar di nonpertanian, sudah mengenal dan memanfaatkan lembaga
keuangan, memiliki aspirasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan, dan sebagainya,
sehingga daerah tersebut dapat dikategorikan sebagai daerah perkotaan.
Salah satu dampak dari urbanisasi adalah lunturnya nilai budaya yang dibawa dari desa,
serta lunturnya sifat gotong royong dalam generasi muda yang berpidah dari desa kekota.
Generasi muda sebagai elemen yang sangat penting dan tidak bisa digantikan
dengan apapun dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia dan sekaligus
berkontribusi sangat besar dalam pembangunan bangsa dan Permasalahan terhadap
masyarakat saat ini yang belum mengetahui, memahami, menguasai, dan
mengkomunikasikan budaya lokal perlu suatu cara untuk dapat mengarahkan itu semua.
Disinilah peran generasi muda di lingkungan tempat mereka tinggal untuk bersama-sama
mengarahkan itu semua melalui pelestarian kebudayaan, salah satunya dengan ikut serta
langsung dalam acara festival budaya di daerah masing-masing agar dapat mengenal dan
mencintai kebudayaan yang ada di Indonesia sejak dini. Hal inilah yang membuktikan
bahwa di pundak pemudalah masa depan pembangunan bangsa dan negara Indonesia,
karena pada diri generasi muda tersimpan potensi yang besar dan memiliki daya kreatifitas
yang tidak terbatas untuk kesuksesan suatu pembangunan. Begitu juga dalam pelestarian
budaya di suatu Negara. Kontribusi dan apresiasi yang besar dari generasi muda sangat
diperlukan karena generasi muda sebagai tenaga-tenaga professional yang energik, kreatif,
dan inovatif.
Pemberdayaan generasi muda sebagai frontliner untuk melestarikan kebudayaan
bangsa Indonesia ini sangat dibutuhkan sebagai upaya mempercepat kemajuan untuk dunia
industri budaya dan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang.
Akibat dari urbanisasi di daerah perkotaan mungkin juga mengakibatkan hal-hal sebagai
berikut :
a. kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim.
Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan
perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih
tidak meningalkan ciri khas dari budaya tersebut.
b. Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui
pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun
budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan
zaman.
Selain dari dampak terhadap budaya yang akan berkurang, dampak social juga sangat
berkaitan dengan proses urbanisasi bagi generasi yang akan datang
Diantara dampak sosial urbanisai adalah akan berkurangnya tenaga kerja di wilayah
pedeasaan. Sehingga terjadi kelambatan dalam pola pembangunan. Masyarakat yang
cenderung lari ke perkotaan dengan meninggalkan desa jarang sekali kembali lagi untuk
membangun daerahnya, karena merasa sudah kerasan hidup di kota, manakala kembalipun
ke desa mereka ada kecanggungan tersendiri, yang biasa mengolah sawah dan bertani
mereka cenderung menjadi malas. Sekalipun mereka hanya sebatas menjadi pedagang
asongan diperkotaan. Pola pewarisan pertanian pun di pedesaan perlahan tapi pasti akan
hilang. Misalnya anak-anak muda yang pergi merantau ke kota dengan berlatar belakang
pendidikan dasar di dorong oleh orang tuanya untuk bekerja tidak lagi bertani. Siklus ini
mengakibatkan terputusnya pola regenarsi pertanian di pedesaan. Karena itu, sangat sedikit
sekali anak-anak muda yang gemar bertani mengikuti tradisi orang tuanya.
Dampak selanjutnya adalah banyak terbentuknya pemukiman-pemukiman kumuh
diwilayah perkotaan. Larinya masyarakat pedesaan ke perkotaan sebenarnya mereka tidak
memiliki skil dan kompetensi yang memadai untuk bersaing hidup di perkotaan. Akibatnya
mereka melakukan apa saja yang dianggap bisa mendatangkan uang. Dengan datang ke
Kota masyarakat Desa tersebut, menimbulkan peroalan baru yaitu munculnya sejumlah
pemukiman-pemukiman kumuh yang mengganggu ke indahan Kota.
Bisa dibayangkan, masyarakat desa yang hanya berpendidikan dasar merantau ke
kota, mereka miskin etika dan estetika dan rendahnya pengetahuan mereka terhadap
keindahan lingkungan, maka terciptalah masyarakat yang tidak disiplin memenuhi sudut-
sudut Kota. Kondisi masyarakat seperti ini tentunya juga tidak bisa dipersalahkan, yang
patut menjadi renungan kita adalah mereka melakukan cara seperti itu karena terhimpit
oleh kebutuhan hidup. Para pemangku kebijakan seharusnya memotong mata rantai ini
dengan memberikan pola pembangunan yang merata di bidang pendidikan, ekonomi dan
budaya disetiap pedesaan.
Dampak terakhir dari persolan ini, mengakibatkan meningkatnya tuna karya
(penganguran) yang semakin membengkak di wilayah perkotaan. Seseorang akan memiliki
skil dan kompetensi yang berkualitas manakala orang tersebut memiliki kemapanan dalam
hal pendidikan, baik pendidikan informal dan non formal, namun jika sebaliknya, maka
terciptalah dengan sendirinya masyarakat yang tuna karya. Karena itu, jika siklus ini tidak
segera di potong oleh pemerintah, akibatnya tingkat penganguran berubah menjadi
kemiskinan yang akut.
SOAL 3.
Permasalahan transportasi yang ada saat ini berdampak baik negative maupun positif yang
sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan bagaimana menurut anda penaganan untuk
dampak negative yang terjadi dikaitkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan !
Jawab :
Sesuatu hal apapaun itu pasti memiliki permasalahan sama halnya dengan sistem
transportasi perkotaan. Permasalahan seperti kemacetan (congestion), keterlambatan
(delay), polusi udara, dan pemborosan energi merupakan sebagian dari sekian banyak
permasalahan yang dihadapi suatu kota berkaitan dengan masalah transportasi.
Permasalahan ini berkaitan erat dengan pola tata guna lahan, karena sektor ini sangat
berperan dalam menentukan kegiatan dan aktivitas pergerakan yang terjadi. Permasalahan
ini bila tidak segera ditangani dengan suatu sistem dan solusi yang tepat, akan dapat
memperbesar dampak dan permasalahan yang ditimbulkan serta pemborosan penggunaan
energi yang sia-sia. Untuk memberikan alternatif pemecahan yang tepat, maka diperlukan
suatu sistem pendekatan yang tepat pula yang mencakup seluruh aspek yang terkait.
Suatu kecenderungan terjadi karena berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan
berkembangnya masalah transportasi yang terjadi, sehingga jika tidak ada sinergi yang baik
antara keduanya maka masalah ini akan selalu membayangi perkembangan suatu wilayah
perkotaan secara terus-menerus. Permasalahan yang ada bukan saja menyangkut pada
kenyamanan sistem transportasi yang terganggu (kepadatan, kemacetan, keterlambatan,
parkir dll.), namun juga dapat meningkatkan pencemaran lingkungan melalui
meningkatnya gas buang dari kendaraan bermotor serta merupakan suatu bentuk
pemborosan energi yang sia-sia. Jadi dapat dilhat, bahwa permasalahan transportasi ini
merupakan suatu permasalahan kompleks yang melibatkan banyak aspek, pihak dan sistem
yang terkait sehingga dalam pemecahan permasalahan tersebut memerlukan suatu
pemecahan yang comprehensive dan terpadu yang melibatkan semua unsur (elemen) dan
aktor dalam pembangunan suatu kota.
Dari tinjauan masalahan transportasi dan dampaknya pada lingkungan, maka dapat dilihat
kontribusi yang sangat besar dari masalah transportasi terhadap kenyaman dan kelestarian
lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan ini sedikitnya terdapat tiga konsep yang dapat
diberikan.
Konsep yang pertama adalah usaha untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang
ada, hal ini dapat dilakukan dengan penyedian sarana transportasi yang bersifat masal yang
nyaman, sehingga dapat menjadi alternatif terbaik bagi masyarakat dan dapat mengurangi
jumlah kendaraan pribadi.
Konsep kedua adalah perbaikan mutu gas buang dari kendaraan bermotor, baik dari segi
desain, perawatan maupun pemakaian bahan bakar yang seminimal mungkin dapat
memberikan pencemaran terhadap lingkungan.
Konsep yang ke tiga adalah usaha mengurangi kemacetan lalu lingtas di jalan sehingga
pemborosan energi dan pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Mengkaji pada usulan
dalam pembahasan sistem jaringan maupun sisten pergerakan untuk meberikan suatu
sistem angkutan masal yang cepat dan nyaman dalam bentuk kereta api, tentunya hal ini
sangat mendukung konsep pembangunan yang berkelanjutan karena dapat mengurangi
jumlah kendaraan bermotor.
Atau dengan menerapkan sisitem transportasi yang berkelanjutan. Seperti busway, Segway,
sepeda, kereta api atau pembangunan jalan tol dan UlTra(uban light transport).
Selain itu konsep pengaturan tata guna lahan juga telah tertuang dalam rencanarencana
kota, namun dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan dan kendala. Sistem
pengaturan tata guna lahan membutuhkan peran serta langsung masyarakat dan
memerlukan jangka waktu yang sangat lama. Hal terpenting yang berkaitan dengan
pengaturan tata guna lahan (pembagian pusat-pusat pertumbuhan) adalah pemakaian
sistem transportasi yang menghubungkan antar pusat-pusat atau antara pusat dengan sub-
pusat pertumbuhan yang masih mengandalkan pada sistem transportasi jalan raya. Kondisi
ini mengakibatkan tingginya permasalahan transportasi seperti kepadatan, kemacetan,
perpakiran dan lain-lain. Sebagai alternatif dari aspek sistem pergerakan yang dapat
diajukan dalam usaha mengatasi permasalahan ini adalah dengan pengembangan suatu
sistem angkutan umum masal (mass rapid transportation) yang efektif dan efisien. Sebagai
pilihan terbaik dari sistem jaringan adalah moda angkutan kereta api, karena beberapa
pertimbangan seperti daya angkut, kecepatan, dampak petumbuhan sepanjang jalur
lintasan dan lain-lain. Sistem ini hendaknya terpadu dengan sistem moda angkutan lainnya
dengan fungsi dan hirarki yang jelas. Sistem jaringan kereta api diterapkan untuk
menghubungkan pusat kota dengan pusat-pusat pertumbuhan di sekitanrnya (kota satelit),
sedangkan pada pergerakan internal pusat kota dan masing-masing sub pusat kota
menggunakan sistem angkutan masal yang fleksibel seperti bus. Untuk pusat-pusat kota
dimana harga tanah sudaha sangat tinggi dapat diterapkan sistem subway, sedangkan di
daerah pinggiran dapat menggunakan sistem eleveted. Penerapan sistem terminal yang
terpadu antar beberapa macam moda angkutan merupakan suatu prasarana yang penting
untuk memudahkan pencapaian dan kenyamanan. Hal yang terpenting pula adalah
koordinasi antar sistem kelembagaan yang terkait, sehingga masing-masing kebijaksanaan
yang diambil berkaitan dengan masalah transportasi dapat dilakukan secara terpadu dan
terarah. Aspek pencemaran lingkungan sebagai dampat dari permasalahan transportasi
adalah sangat besar, sehingga pemecahan masalah ini harus segera dilakukan sehingga
keselamatan lingkungan segera dapat dilakukan. Usulan pemanfaatan sistem jaringan
kereta api dan bus yang terpadu merupak salah satu usaha yang tepat dalam mengatasi
masalah transportasi yang pada akhirnya akan dapat pula mengurangi pencemaran yang
ditimbulkan terhadap lingkungan
Daftar pustaka
file:///C:/Users/Fedro%20tallamma/Downloads/tata%20guna%20lahan%20dan%20trnspo
rt%20berkelanjutan.pdf
http://studiperadaban.blogspot.co.id/2012/05/dampak-sosial-urbanisasi.html
http://bhangga1231.blogspot.co.id/2013/07/pengaruh-perkembangan-desa-serta.html
https://www.scribd.com/doc/181101330/Tugas-dr-Anita-Grup-5-IKM-Dampak-
Urbanisasi-bagi-Kesehatan-Perkotaan-docx