KANKER OVARIUM
Oleh:
Bagus Dwi Santoso 220112160132
Nurrachma Ariestanti 220112160055
Hijir Wirastia 220112160053
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan kanker ovarium serta
memberikan informasi mengenai kanker ovarium dan cara mengatasinya. Oleh
karena itu dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu dan bermanfaat
untuk kita semuanya.
1.3 Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memperdalam ilmu
keperawatan yang bersangkutan dengan kanker ovarium dan juga dapat menjadikan
acuan dalam menetapkan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Faktor genetik
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor seorang wanita bisa terkena kanker
ovarium. Pada umumnya kanker ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10% dan
meningkat menjadi 7% apabila saudara kandung telah menderita kanker ovarium.
Menurut American Cancer Society (ACS) 2011, menyebutkan riwayat keluarga ini
dapat mempengaruhi sebesar 10%.
2. Usia
Angka kejadian kanker ovarium meningkat dengan seiringnya pertambahan usia.
Umumnya ditemui pada usa 40 tahun ke atas. Sebanyak 60% penderita kanker
ovarium penderita berusia 40 tahun ke atas dan sebanyak 60% berusia lebih muda.
Kanker ovarium banyak diderita setelah memasuki masa monopause. (American
Cancer Society, 2011)
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. Ada
beberapa kalsifikasi paritas:
a. Nullipara (wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali)
b. Primiara (wanita yang telah melahirkan seorang anak)
c. Multipara (wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali)
d. Grandemultipara (wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih)
(Dewi, 2008)
4. Faktor hormonal
Penggunaan hormon estrogen pada terapi gejala yang berhubungan dengan
menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium baik dari
insideni maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan risiko secara spesifik terlihat
pada wanita dengan penggunaaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron
karena peran progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel
ovarium. Pada kehamilan, tingginya kadar progesteron akan membantu
menurunkan risiko tumor ganas ovarium. (Cannistra SA, 2009)
Hormon lain yang juga mempengaruhi tingginya angka kejadian kanker ovarium
yaitu hormon gonadotropin yang fungsinya untuk pertumbuhan. Menurut teori yang
melakukan percobaan kepada binatang dimana pada percobaan ini ditemukan
bahwa jika kadar estrogen rendah pada sirkulasi perifer maka kadar hormon
gonadotropin meningkat. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini ternyata
berhubungan dengan semakin besarnya tumor ovarium pada binatang percobaan
tersebut. (Cannistra S, 2009)
Penekanan kadar androgen juga dapat mempengaruhi kejadian kanker ovarium. Hal
ini berkaitan dengan teori yang pertama kali dikemukakan oleh Risch pada tahun
1998 yang mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium karena didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen dan dapat menstimulasi pertumbuhan epitel
ovarium normal serta sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel. Epitel ovarium
yang selalu terpapar pada androgenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri
dan kelenjar adrenal, seperti androstenedion, dehidropiandrosteron dan
testosterone. (Cannistra SA, 2009)
5. Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak
terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12 tahun),
memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapatjuga
meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium.
Pada kanker ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang dialami
seorang perempuan sepanjang hidupnya, di mana semakin banyak jumlah siklus
menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko perempuan terkena
kanker ovarium. (Coughlinn SS, 2009)
6. Pil Kontrasepsi
Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau mencegah konsepsi.Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yangcukup penting
pada wanita saat ini. Pada tahun 2005, megacu kepada United Nationdi mana lebih
dari 660 juta wanita yang menikah atau hidup bersama pada usiaproduktif (15-49
tahun) menggunakan beberapa metode kontrasepsi dan 450 jutaorang menggunakan
kontrasepsi oral dan Intrauterina Devices (IUD).
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya
kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil
kontrasepsi, yaitu dengan risiko relatif 0,6. Penelitian ini juga melaporkan bahwa
pemakaian pil kontrasepsi selama satu tahun menurunkan risiko sampai 11%,
sedangkan pemakaian pil kontrasepsi sampai lima tahun menurunkan risiko
sampai50%. Penurunan risiko semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya.
7. Kerusakan sel epitel ovarium ( Incessant Ovulation )
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972, yangmenyatakan
bahwa pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium.Untuk
penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan,
terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhanakan terganggu dan tidak
teratur sehingga dapat menimbulkan proses transformasimenjadi sel-sel tumor.
(Cannistra SA, 2009)
8. Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Fertility Drugs )
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan
secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti
follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing hormone
(LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multiple ovulasi. Menurut hipotesis
incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian obat penyubur ini
jelasakan meningkatkan risiko relatife terjadinya kanker ovarium. (Kurageorgi, et
al, 2010)
9. Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (menopausalhormon
therapy = MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun meningkatkan risikorelative
2,2. Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, risiko
relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan estrogen yangkemudian
diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya
risiko relatife menjadi 1,5. Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan estrogen saja,
secara nyata meningkatkan risiko relatif terkena kanker ovarium. (Kurageorgi, et
al, 2010)
10. Penggunaan Bedak Tabur
Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau tissue pembersih bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu, bedak tabur juga
mengandung asbes yaitu bahan mineral penyebab kanker. (Huncharek M. et al,
2003)
Pada Ca ovarium ini banyak yang tidak menunjukkan gejala dikarenakan ovarium yang
kecil. Sebagian besar tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, dan
komplikasi tumor.
A. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembengkakan pada
perut. Tumor yang membesar dapat menekan oang-organ yang ada disekitar. Apabila
tumor membesar an mendesak kandung kemih maka akan mengakibatkan gangguan
miksi sedangkan tumor yng terletak di dalam rongga perut terkadang menimbulkan rasa
berat dalam perut dan mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
B. Akibat aktivitas hormonal
1) Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu sendiri mengeluarkan
hormon
C. Akibat komplikasi
1) Perdarahan di dalam kista
Biasanya terjadi sedikit demi sedikit yang kemudian menyebabkan pembesaran luka
dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minial. Akan tetapi bila perdarah
terjadi dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan nyeri.
2) Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya putaran
tangkai menibulkan tarikan melalui ligamentum infundibelopelvikum terhadap
peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa sakit
3) Infeksi pada tumor
Terjadi bila tumor berada pada sumber kuman pathogen. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul penanahan.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, tetai juga dapat terjadi karena trauma seperti jatuh atau
pukulan pada perut dan juga pada saat melakukan hubungan seks. Jika robekan kista
terjadi
5) Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan, adanya metastasi memperkuat diagnosa keganasan
Patofisiologi
Zat karsinogenik
Zat onkogen
Masuk ke tubuh
Antionkogen inadekuat
IIc Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau
dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
Stadium III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti
mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis,
dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara
mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,
diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening
negatif.
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif
Stadium IV Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga
metastasis ke parenkim liver.
2.1.8 Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi.
Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat
diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan.
Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 - 4 minggu sekali dengan
melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap
sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran
cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :
A. Operasi (stadium awal)
B. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
C. Radiasi (tambahan terapi untuk stadium lanjut)
Hipermetabolik
Represi penyimpanan lemak
BB menurun
D. Diagnosa Keperawatan
3 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan 1. Kaji perasaan klien tentang citra 1. Untuk memperkirakan intervensi
dan harga diri tindakan keperawatan tubuh dan tingkat harga diri tepat yang diberikan.
berhubungan dengan klien dapat memperbaiki 2. Berikan dorongan untuk 2. Dengan partisipasi aktif maka akan
perubahan dalam persepsi citra tubuh dan keikutsertaan kontinyu dalam meningkatkan harga diri klien.
penampilan fungsi dan harga dirinya. Kriteria aktifitas dan pembuatan
peran hasil : keputusan.
- Klien tidak menutup
diri 3. Berikan dorongan pada klien 3. Meningkatkan kenyamanan klien
- Klien dapat dan pasangannya untuk saling sehingga lebih percaya diri.
bersosialisasi berbagi kekhawatiran tentang
perubahan fungsi seksual dan
menggali alternatif untuk
ekspresi seksual
4 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan 1. Mendengarkan pernyataan klien 1. Mengetahui intervensi yang akan
disfungsi seksual tindakan keperawatan dan pasangan. dilakukan.
berhubungan dengan klien mengatakan paham 2. Diskusikan sensasi atau 2. Diskusi aktif dengan klien untuk
perubahan struktur atau tentang perubahan ketidaknyamanan fisik, mencari solusi bersama.
fungsi tubuh, struktur dan fungsi perubahan pada respons
perubahan kadar seksual individu.
hormone 3. Kaji informasi klien dan 3. Dengan pengetahuan maka akan
pasangan tentang anatomi/ mengurangi kecemasan klien.
fungsi seksual dan pengaruh
prosedur pembedahan.
4. Identifikasi faktor budaya/nilai 4. Untuk menyesuaikan intervensi yang
terdekatnya
8. Berikan solusi masalah terhadap 8. Menyesuaikan klien dengan
3.1 Kesimpulan
Kanker ovarium merupakan penyebab utama kematian ginekologi dan
penyebab paling umum keempat kematian akibat kanker pada wanita, terdapat
16.000 kematian setiap tahunnya. Kanker ovarium menyumbang sekitar 3% dari
semua kanker pada wanita. American Cancer Society memperkirakan bahwa pada
2013, sekitar 22,240 wanita akan menerima diagnosis baru kanker ovarium, dan
sekitar 14.230 wanita meninggal dari kanker ovarium (Ward & Hisley , 2016).
Berbagai faktor yang berkaitan dengan reproduksi, genetik, dan faktor
lingkungan dihubungkan dengan terjadinya kanker ovarium, diantaranya adalah
nuliparitas, menars awal, menopause terlambat, ras kulit putih, peningkatan usia dan
faktor genetik.
Tanda dan gejala dari kanker ovarium seringkali tidak terlihat pada masa awal
perkembangan. Kanker ovarium jarang didiagnosis secara dini, hampir 70% wanita
dengan kanker ovarium telah bermetastasis ke luar panggul pada saat diagnosis awal.
Pemeriksaan skrining masal dan deteksi dini belum sukses dilakukan.
3.2 Saran
Gejala kanker ovarium yang seringkali tidak terdeteksi membuat hal tersebut
penting untuk dilakukan pemberian informasi mengenai kanker ovarium kepada
wanita terutama yang berusia di atas 40 tahun. Apabila kanker ovarium dapat
terdeteksi lebih awal diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan,
sehingga kualitas hidup pasien dengan kanker ovarium dapat meningkat Dengan
demikian, pemahaman dan keahlian dalam aplikasi asuhan keperawatan wanita
dengan kanker ovarium harus dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat agar
dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan pelayanan
Asuhan Keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA