Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya ilmiah adalah hasil pemikiran seorang ilmuwan (yang berupa hasil
pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan
penengatahuan orang sebelumnya(Setiawan, 2010 : 51).

Penulisan karya ilmiah dalam pembelajaran bahasa Indonesia telah


diperkenalkan pada siswa sejak pendidikan tingkat menengah pertama. Kemudian
akan dilanjutkan pada tingkat menengah atas, hingga perguruan tinggi.

Tujuan penulisan karya ilmiah adalah menyampaikan gagasan penulis dengan


caranya sendiri. Dalam hal ini kemampuan siswa dalam beragumentasi sangat
diperlukan demi tercapainya tujuan dari penulisan karya ilmiah yaitu
tersampaikannya gagasan penulis dalam karya ilmiahnya. Karya ilmiah merupakan
sebuah sarana yang diciptakan oleh penulisnya untuk mengungkapkan informasi
berdasarkan hasil penelitian dengan cara penyampaian argumentasi yang apik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian mengarang karya ilmiah?


2. Bagaimana penuturan dalam karya ilmiah?
3. Apa pengertian mengutip, mengakui dan terima kasih?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian tentang karya ilmiah


2. Mengetahui penuturan dalam karya ilmiah
3. Mengetahui arti penting dari mengutip, mengakui dan terima kasih

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengarang Karangan Ilmiah

Beberapa ahli berpendapat bahwa menulis karya ilmiah itu jauh lebih sukar
daripada mengumpulkan data ilmiah. Karya ilmiah diterbitkan dengan tujuan agar
jerih payah untuk membuktikan hipotesis karya itu faktanya diakui dan dimuliakan
sebagai teori.

Semua karya tulis ilmiah itu adalah prosa yang penyajiannya memenuhi ciri-
ciri karangan ilmiah. Menulis karya ilmiah itu ialah menulis subyek ilmiah dalam
hubungannya dengan ilmu yang tersifat dengan unsur-unsur formal tertentu, kata-
katanya ilmiah teknis dan dipakai secara konsisten, tak terputus-putus dan objektif
dengan penjelasan yang akurat dan ringkas, menghindari emosi dan terpusatkan
pada teknik penulisan deskripsi, definisi, klasifikasi, dan interpretasi.

Menulis karya ilmiah bermaksud untuk berkomunikasi dengan orang lain


tentang ilmu. Pengetahuan itu adalah benar kekuatan, tetapi jika kekuatan itu tidak
diubah menjadi perbuatan berupa karya tulis ilmiah, maka ilmu itu tidak bernilai.
Besarnya nilai ilmu tergantung kepada kemampuan ilmuwan itu berkomunikasi
dengan orang lain.

B. Penuturan dalam Karya Ilmiah

Penuturan dalam karya ilmiah harus konsisten, jelas dan terang, sederhana dan
ringkas, serta kuat efeknya kepada pembaca, Kalimat-kalimat dalam karya tulis
ilmiah harus disusun tidak berbelit-belit supaya tidak menggambarkan pemikiran
yang mondar-mandir. Kesinambungan pikiran (flow of thoughts) yang tersirat
dalam kalimat-kalimat yang saling berhubungan harus jelas dan teratur, dan
menunjukkan garis-garis pemikiran yang konseptual dan prosedural.

2
1. Paragraf (alinea)

Tiap-tiap kalimat itu merupakan kesatuan kecil dalam karangan untuk


menyampaikan suatu maksud. Paragraf ialah kesatuan yang lebih besar, yang
tersusun dari satu atau lebih kaliamat dan merupakan kesatuan yang utuh untuk
menyampaikan suatu gagasan. Kalimat-kaliamat dalam paragraf itu bahu-
membahu, bekerja sama untuk menerangkan, melukiskan, menguraikan, atau
mengulas suatu gagasan yang menjadi subjek dalam paragraf itu, atau tema
pembicaraannya.

Paragraf yang satu dengan yang lainnya pun berhubungan, mungkin


berhubungan dengan makna, mungkin berhubungan dengan kata dan ungkapan.
Jika suatu paragraf terdiri lebih dari satu kalimat, maka kalimat mula itu
biasanya digunakan untuk menyatakan tema pembicaraan, kalimat itu disebut
kalimat pembuka. Kalimat terakhir dari suatu paragraph menghantarkan
pembaca kepada paragraph berikutnya. Dalam suatu pasal, sub-bab atau sub-
bagian, paragraph atau paragraf-paragraf pertama berperan sebagai pengantar
materi pembicaraan, paragraf-paragraf tengah berperan sebagai penyaji
permasalahannya, dan paragraf terakhir memuat tujuan pembicaraan atau
kesimpulan dari diskusi permasalahannya.

2. Kalimat

Kalimat yang jelas dan terang adalah kalimat yang kata-katanya disusun
menurut kaidah-kaidah tata bahasa. Jika kata-katanya tepat, dan susunannya
memenuhi kaidah tata bahasa, maka isi dan maksud kalimat dapat ditangkap
oleh pembaca dengan mudah. Yang menyebabkan kalimat itu samar-samar atau
gelap biasanya karena susunannya menyalahi tata tertib bahasa. Kata-kata yang
berlebih, kalimat-kalimat yang berpanjang-panjang dalam penuturan, mudah
pula menyebabkan kalimat menjadi samar-samar atau gelap, Gunakanlah kata
sebanyak yang diperlukan, tidak kurang dan tidak pula lebih, adalah nasihat

3
yang patut dituruti. Penggunaan kata yang tidak perlu merupakan pemborosan
dan bertentangan dengan prinsip padat dan ringkas.

Kalimat-kalimat dalam penuturan yang berharkat itu berkesan dalam angan-


angan pembacanya, dan kalimat-kalimat yang demikian itu disebut kalimat-
kalimat efektif. Contoh:

a. Kegotong-royongan dalam pembangunan desa itu dilakukan dengan tulus


ikhlas. Kalimat itu benar menurut kaidah tata bahasa, tetapi tidak efektif
karena pelakunya tidak jelas. Sebaiknya diubah sebagai berikut: Mereka
bergotong-royong membangun desa dengan tulus ikhlas.

b. Keberhasilan penyelesaian masalah yang pelik itu adalah berkat kerja


keras, sebaiknya diubah menjadi Kami berhasil menyelesaikan masalah
yang pelik itu berkat kerja keras.

c. Mereka sedang membaca sajak Berdiri Aku dan sajak itu ciptaan Amir
Hamzah. Kalimat itu terdiri dari dua buah kalimat yang tidak mempunyai
hubungan satu dengan yang lain, karenanya tidak merupakan satu kesatuan.
Sebaiknya diubah menjadi: Mereka sedang membaca sajak Berdiri Aku
ciptaan Amir Hamzah.

d. Chairil Anwar adalah penyair Angkatan 45 dan ia dilahirkan di Medan,


sebaiknya diubah menjadi: Chairil Anwar, lahir di Medan, adalah penyair
Angkatan 45.

3. Ketepatan Istilah

Telah dikemukan terdahulu, bahwa karangan ilmiah itu berciri: kata-kata yang
dipakai mudah diidentifikasi, ialah kata-kata yang sederhana, sedang istilah-
istilah teknis harus tepat. Kata-kata yang mudah diidentifikasi adalah kata-kata

4
yang tidak menimbulkan terkaan terhadap artinya, dan dengan demikian
maksud kalimatnya mudah ditangkap.

Pernyataan: Hatiku menjadi kelabu, Ia menjadi resah, kata-kata kelabu,


gundah gulana, dan membara, yang sukar diidentifikasi maksudnya. Maksud
kalimat-kalimat itu baru akan diketahui oleh pembacanya setelah seluruh
paragraph atau beberapa paragraph selesai dibaca. Suatu bahasa adalah suatu
sistem yang tersusun dari lambang-lambang yang dengan persetujuan umum
kita memakainya untuk menggambar benda, idea, dan perbuatan. Contoh: I,
jika itu kata Inggris akan dibaca ai. Jika suara baca ai itu sesuai dengan
bahasa Inggris, maka orang yang mengucapkan ai itu bermaksud saya
(pembicara). Dalam bahasa Perancis dan Jerman lambang dengan maksud yang
sama berbunyi je dan ich berturut-turut. Lambang-lambang tersebut
mempunyai arti tertentu jika diucapkan secara benar, sehingga jarang
menimbulkan salah pengertian.

Di samping itu terdapat banyak sekali lambang bahasa, walaupun benar


mengucapkannya, mempunyai arti yang kurang tertentu, contoh: Tuhan,
demokrasi, cinta, cantik, faedah, masing-masing mempunyai arti
sesuatu bagi anda, tetapi mungkin mempunyai arti sesuatu bagi orang lain yang
berbeda dari kepunyaan anda.

Salah satu ciri karya tulis ilmiah ialah pemilihan istilah yang sederhana dan
digunakan secara tetap (konsisten). Suatu istilah yang mempunyai arti spesifik
hendaknya dihindari, karena pembaca tidak akan mengerti. Istilah yang
mempunyai arti spesifik tinggi hanya diperlukan untuk makalah-makalah yang
ditujukan kepada pembaca-pembaca spesialisasi tertentu.

4. Bahasa Ilmiah

5
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang cepat; tumbuh terutama karena
bertambahnya jumlah kosa kata, dan berkembang terutama di bidang tata-
kalimat. Sampai akhir dasawarsa 1980 dalam karangan-karangan yang ditulis
dalam bahasa Indonesia sering Nampak adanya kesimpang-siuran dalam
penggunaan bahasa itu, yaitu ketidak-seragaman sistem dan kaidah, baik dalam
bidang lafal, ejaan, kosa kata, peristilahan, maupun tata kalimat. Akibat adanya
kekacauan dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam karangan ilmiah, ada
orang yang menyaksikan kemampuan bahasa itu sebagai alat untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan. Tetapi dengan selesainya standardisasi
bahasa Indonesia yang sedang giat-giatnya dikerjakan, kita yakini bahwa
akhirnya bahasa Indonesia, dengan bertambahnya kosa kata, mampu untuk
menampung segala kemajuan ilmu dan kebudayaan modern dan dapat dipakai
sebagai bahsa ilmiah.

Bahasa dalam karangan itu disebut ilmiah apabila lafal, kosa kata,
peristilahan, tata-kalimat, dan ejaan mengikuti bahasa yang telah
dilakukan(distandardisasi). Jadi karangan ilmiah itu, sebagai wacana teknis,
menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa yang ditetapkan sebagai pola atau
acuan bagi masyarakat bahasa. Selain untuk karangan ilmiah bahasa baku itu
dipakai juga untuk komunikasi resmi, baik tertulis maupun lisan.

Standardisasi bahasa Indonesia itu meliputi bidang-bidang ejaan, lafal, kosa


kata, peristilahan, dan tata-kalimat. Kesukaran-kesuaran utama dalam
standardisasi bahasa Indonesia itu ternyata dalam bidang ejaan dan peristilahan.
Kesukaran-kesukaran dalam ejaan telah dapat diatasi dengan ditetapkannya
berlakunya Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Penulis
karangan ilmiah wajib mentaatinya . kesukaran-kesukaran dalam standardisasi
peristilahan disebabkan karena berbagai bahasa asing digunakan sebagai
sumber pengambilan istilah, ditambah pula adanya perbedaan kiblat para
sarjana untuk ilmunya masing-masing. Akibat dari perbedaan bahasa sumber

6
(bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan sebagainya) dan kiblat (universitas-
universitas tempat mengambil ilmu) memungkinkan munculnya bermacam-
macam istilah untuk satu pengertian, dan terjadilah kesimpang-siuran tersebut.
Kecuali itu masih ditambah lagi perbedaan terjemahan. Untuk mencegah
kekacauan seorang penulis karangan ilmiah harus menggunakan istilah-istilah
yang telah dibakukan.

5. Ragam Bahasa Ilmiah

Dalam karangan ilmiah digunakan bahasa ragam resmi, sederhana dan lugas,
dan selalu dipakai untuk mengacu kepada hal yang dibicarakan (objektif). Jadi
berbeda dari fungsi bahasa sastra. Dalam sastra bahasa itu berfungsi untuk
menimbulkan sikap emosi, persuasi, deskripsi impresionistis, bahkan kadang-
kadang untuk menimbulkan sikap mengkritik tetapi tanpa dukungan bukti
(subjektif). Seperti yang dikemukakan oleh Drs. Sawu, dalam Seminar
Penggunaan Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, di UGM tanggal 28
Mei 1975, dalam melontarkan kata-kata dalam karya tulis bagi sastrawan dan
ilmuwan tumbuh-tumbuhan itu ada perbedaan besar (ragam bahasanya berbeda
besar). Contoh: seorang sastrawan mungkin melontarkan kata-kata tentang
daun hijau sebagai berikut:

dedaunan subur menghijau

teduh setduh naungan yang Mahakasih

bagi jiwa yang berkelana

memandang ke sana.

Seorang ahli tumbuhan mungkin melontarkan kata-kata tentang daun hujau


itu sebagai berikut:

7
Daun hijau adalah daun yang mengandung banyak butir hijau-hijau (klorofil).
Apabila daun-daun yang masih hujau ini ditanam di dalam tanah hingga busuk
akan menjadi pupuk yang sangat berguna bagi tumbuhan.

Dari contoh tersebut jelas, bahwa bahasa ilmiah itu dapat disebut bahasa
pikiran yang sesungguh-sungguhnya. Karangan ilmiah itu menggunakan
istilah ilmiah dan menggambarkan kegiatan piker dalam mengomunikasikan
kebenaran pengetahuan seefesien mungkin. Dalam karangan ilmiah perasaan
perseorangan secara keras tidak memperoleh tempat, sehingga pada
pembacanya tidak timbul tafsir ganda. Untuk menghindari tafsir ganda itu
penulis karangan ilmiah harus memperhatikan: (1) pilih-memilih kata, (2)
pembentukan kata, (3) penyusunan kelompok kata, (4) pengamatan ungkapan-
ungkapan, (5) penyusunan kalimat, (6) penyeragaman peristilahan, dan (7)
penggunaan ejaan yang telah dibakukan.

6. Titik Pandangan

Dalam menulis karangan kita harus mempertahankan satu titik pandangan


(point of view) dalam tiap judul atau sub-judul topik yang sedang dibicarakan.
Dalam bahasa Indonesia ada tiga macam titik pandangan, ialah:

a. Orang pertama: Saya, Kamis dan Kita. Saya dan Kami dipakai
dalam tulisan informal, impresionistis, dramatis, sebab tekanannya pada orang
yang beraksi. Dalam karangan ilmiah Saya dan Kamitidak dipakai
terutama dalam menulis deskripsi proses. Kita sering dipakai dalam uraian
yang bersifat umum.

b. Orang kedua: Anda atau Saudara hanya dipakai dalam memberi petunjuk.

c. Orang ketiga, aktif dan pasif. Orang ketiga aktif: Ia dan mereka tidak
banyak dipakai dalam karangan ilmiah, sedang orang ketiga pasif, dalam

8
susunan hal itu dikerjakan oleh dia biasanya lebih sering dipakai, terutama
dalam timbangan pustaka.

7. Prinsip-prinsip Yang Harus Dipegang Ketika Sedang Menulis Karangan Ilmiah.

Maksud menulis karangan ilmiah ialah untuk member informasi kepada


pembaca tentang ilmu pengetahuan. Setelah anda menguasai metode ilmiahnya,
maka di waktu menulis karangan ilmiah seyogyanya anda berpegang pada lima
prinsip di bawah ini.

a. Dalam angan-angan bayangkanlah pembaca-pembaca yang spesifik, baik itu


nyata atau imaginer. Pembaca-pembaca itu harus diandaikan sebagai
inteligensia, tetapi belum diberi tahu tentang apa yang akan anda uraikan.

b. Sebelum anda memulai menulis anda harus menetapkan apa maksud laporan
anda itu. Oleh karena itu tiap paragraf, tiap kalimat, tiap kata harus jelas ikut
mengambil bagian dalam maksud laporan itu pada saat yang tepat. Sesuatu
penjelasan yang harus diberikan pada sesuatu saat yang tepat jangan ditunda,
penjelasan tidak boleh salah tempat.

c. Gunakan bahasa yang sederhana, konkret dan sudah biasa dipakai dan
dikenal oleh umum. Bahasa sederhana diartikan bahasa yang menurut
kaidah-kaidah tata-bahasa dan tertib penulisannya. Kongkret diartikan
bahwa pelaku-pelakunya tidak abstrak. Kata yang tidak biasa dipakai
hendaknya dihindari.

d. Pada tiap permulaan dan akhir suatu bagian, sub-bagian dan sub-sub bagian
harus anda tulis berturut-turut: pertama kali, katakan kepada pembaca apa
yang akan anda katakan, lalu katakan kepadanya, kemudian katakan apa
yang telah anda katakan.

9
e. Usahakan agar karangan anda nampak menarik, enak untuk dibaca, tetapi
tidak perlu sedap untuk dibaca. Untuk itu perhatikan tata-tertib tulis-
menulis dalam bahasa Indonesia yang berlaku.

C. Mengutip, Mengakui dan Mengucapkan Terima Kasih

Sebagian besar artikel atau laporan itu ditulis berdasar pengalaman,


pengamatan, dan percobaan penulisannya sendiri. Beberapa problem mungkin
timbul setelah penulis itu menggunakan terbitan. Seringkali, seorang penulis
membutuhkan pelengkap untuk penemuan-penemuannya, idea-ideanya dengan
menunjuk atau penemuan-penemuannya, idea-ideanya dengan menunjuk atau
menggunakan karya orang lain. Dalam hal yang terakhir ini ia harus mengenal
teknik dan adat kebiasaan mengakui dan mengucapkan terima kasih kepada
sumber materinya (idea dan fakta baru) dan materialnya (data penelitian, tabel,
grafik, gambar, skema, dan sebagainya).

Arti pentingnya pengakuan dan ucapan terima kasih itu tersurat dan tersirat
dalam arti istilah copyright, plagiarism dan patent law.

1. Copyright adalah hak ekslusif terhadap penerbitan, produksi terbitan, dan


penjualan karya-karya literer, drama, music dan seni, atau terhadap pemakaian
label penjualan atau teknik produksi. Copyright itu dilindungi oleh hukum
dan berlaku sampai periode tahun tertentu kepada penulis, pengarang,
seniman, penyalur, dan sebagainya. Lama berlakunya hak itu berbeda-beda
tergantung negaranya (di USA berlaku 28 tahun, dengan kemungkinan
perpanjangan selama 28 tahun).

2. Patent law ialah hak eksklusif terhadap produksi, pemakaian, penjualan dan
keuntungan dari suatu penemuan yang dilindungi oleh suatu dokumen (letters
patent).

10
3. Plagiarism ialah hasil pembajakan atau penculikan berupa penggunaan
fakta, penjelasan, ungkapan, dan kalimat orang lain secara tidak sah. Hasil
pembajakan, penculikan, dan penggunaan fakta ungkapan, dan sebagainya
yang tidak sah tersebut disebut plagiat.

Penjelasan lebih lanjut tentang copyright dan patent law itu adalah sebagai
berikut: Halnya sama seperti barang tak bergerak milik perorangan, maka idea
atau fakta baru yang ditemukan atau dikumpulkan itu adalah milik perorangan
yang diakui dan dilindungi oleh undang-undang. Milik orang lain itu hanya idea
dan fakta, tetapi juga penjelasan, ungkapan, dan kalimat. Oleh karena itu, jika
anda menggunakan idea dan fakta itu, dalam suatu komposisi, maka anda
berkewajiban untuk mengakui bahwa anda meminjamnya dari orang lain.
Apabila anda tidak mengerjakan hal tersebut, atau berbuat pura-pura, seolah-olah
anda tidak mengetahui tentang hal tersebut, maka perbuatan anda itu adalah
termasuk ketegori pelanggaran undang-undang.

Meringkaskan idea-idea dan penjelasan orang lain dalam kata-kata anda


sendiri itu memang tidak digolongkan perbuatan pencurian, namun anda dibebani
kewajiban mengakui meminjam dan mengucapkan terima kasih. Tidak mengakui
dan tidak menucapkan teriama kasih atas peminjaman milik orang lain yang
berupa penjalasan, idea, ungkapan, dan kalimat itu adalah suatu pelanggaran atau
suatu tindak pidana, yang dapat dikategorikan kepada pencurian dan penipuan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menulis karya ilmiah ialah menulis subyek ilmiah dalam hubungannya


dengan ilmu yang tersifat dengan unsur-unsur formal tertentu, kata-katanya ilmiah
teknis dan dipakai secara konsisten, tak terputus-putus dan objektif dengan
penjelasan yang akurat dan ringkas, menghindari emosi dan terpusatkan pada
teknik penulisan deskripsi, definisi, klasifikasi, dan interpretasi. Tujuan penulisan
karya ilmiah adalah menyampaikan gagasan penulis dengan caranya sendiri.

Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan,


serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, karya ilmiah bermanfaat
untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih
mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikan secara sistematis, dan
memperluas wawasan.

B. Saran

Dalam makalah yang telah disusun tentunya terdapat banyak kesalahan


dan kekurangan baik dalam segi materi maupun penulisan, maka dari itulah saya
menerima jika ada kritik maupun saran yang diberikan untuk perbaikan makalah di
masa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dalman. 2015. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Andi.

Anonim. https://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 14:00


WITA.

Anonim, www.academia.edu, diakses pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 16:00


WITA.

13

Anda mungkin juga menyukai