PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
adalah akibat komplikasi dari kehamilan atau melahirkan. komplikasi tersebut
salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan yang telah menyumbangkan
14% penyebab kematian maternal di dunia (UNICEF, 2015).
2
mungkin terjadi diantaranya adalah terjadinya eklampsia, pre
eklampsiasolusio plasenta, terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus dan
kelahiran prematur (Mitayani, 2011).
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dari hipertensi dalam kehamilan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi penyakit hipertensi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit hipertensi dalam
kehamilan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis hipertensi dalam
kehamilan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi hipertensi dalam kehamilan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi hipertensi.
7. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi dalam
kehamilan.
8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan.
9. Mahasiswa dapat mengetahui pathway hipertensi dalam kehamilan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN HIPERTENSI
4
B. KLASIFIKASI HIPERTENSI
C. ETIOLOGI HIPERTENSI
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
5
3. Umur
4. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
5. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas
7. Gaya hidup
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi.
1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
2. Mengalami hipertensi diberbagai level.
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia
mungkin akan terjadi.
5. Berpotensi gagal hati.
6. kemungkinan akan mengalami nyeri epigastrik.
7. meningkatnya enzim hati.
8. jumlah trombosit menurun.
1. Volume plasma
2. Hipertensi
6
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis
hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi
perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah
jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada preeklampsia terjadi pada
umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada
trimester II.
3. Fungsi ginjal
a. Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
1) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia, sehingga
terjadi oliguria, bahkan anuria
2) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan terjadinya proteinuria.
3) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian
besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi
nekrosis korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
4) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasopasme
pembuluh darah.
b. Proteinuria
7
darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan asam urat
terjadi karena iskemia jaringan.
d. Kreatinin
4. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya
dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil normal,
kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau
pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti diuretik. Preeklampsia berat
yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
asam basa. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan
kadar hamil normal, yaitu sama dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
5. Viskositas darah
6. Hematokrit
8
7. Edema
8. Neurologik
E. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri
radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan
artrei basalis memberi cabang arteri spiralis. Kehamilan normal akan terjadi
invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi
trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan
matriks menjadi gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi
dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah
9
utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya
arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan
remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.
10
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akan hilang jika terjadi hipertensi
dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap
bahan vasopresor.
11
pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan penyempitan
pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila terjadi
kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen, dan hasil
darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas albumin, dan
akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai edema (reeder, 2011).
F. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
12
darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan
produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala
kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa
berkurang dan mata makin kabur.
2. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah
baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk
menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik,
pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
3. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi
menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan
kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga dijelaskan
oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013), beberapa
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah
baring.
2. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
3. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.
4. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih
sering, terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan
pemeriksaan setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan
kemudian menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan
USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
13
7. Tatalaksana hipertensi pada kehamilan dilakukan dengan terapi
farmakologi bila terdapat tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan
tekanan darah diastoliknya melebihi 100-105 mmHg. Tujuan terapi
farmakologi adalah untuk menurunkan tekanan darah sistolik menjadi di
bawah 160 mmHg dan diastolik di bawah 100 mmHg. Akan tetapi bila
sudah ada kerusakan organ akibat hipertensi sebelumnya, maka terapi
farmakologi dimulai bila tekanan darahnya melebihi 139/89 mmHg
dengan target penurunan tekanan darah agar bawah 140/90 mmHg.
14
dapat menghalangi ekspansi volume fisiologis normal sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan pada kehamilan.
G. WOC HIPERTENSI
15
16
BAB III
DENGAN HIPERTENSI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Px
Inisial klien : NY . G
Alamat : JL. SAMRATULANGI NO.15
Umur : 37 thn
Pendidikan : SMA sederajat
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Diagnosa medis : hipertensi pada kehamilan
Nama penanggung jawab : Bpk . Y
Alamat penanggung jawab : JL. SAMRATULANGI NO. 15
Umur : 42 thn
Pendidikan : SMA sederajat
Pekerjaan : pegawai BUMN
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
2. Keluhan utama
17
Pada tanggal 19 Oktober 2017 jam 11.00 WIB klien hamil sedang
beraktivitas seperti biasa, beberapa saat kemudian klien merasakan sakit
kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian sakit kepala
yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan menggunakan air
dingin. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 2017 jam 08.30 WIB oleh
keluarga klien dibawa ke UGD YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang
melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00 WIB keluarga klien
mengatakan pada malam harinya klien tidak bisa tidur karena sakit kepala
yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat
klien agak terbatas memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu
sebagian oleh keluarga.
6. Riwayat maternal
7. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
18
Pernafasan pasien tidak sesak nafas setelah aktifitas, batuk tanpa sputum,
tidak ada riwayat merokok, tidak menggunakan obat bantu pernafasan, tidak
ada bunyi nafas tambahan, tidak sianosis.
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
Todak ada riwayat penyakit ginjal, diabetes dll. Pada glomerulopati terdapat
peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat
molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan
pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler
glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati
dalam serum.
B5 (Bowel)
19
Terdapat makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam,
protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan,
adanya edema.
B6 (Bone)
8. Analisa Data
NO. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Adaptasi Peningkatan TD
Keluarga klien kardiovaskuler
mengatakan klien
mempunyai riwayat
hipertensi
Penurunan fungsi
DO: plasenta
TD klien meningkat
yaitu = 170/100
mmHg (waktu hamil)
Menghasilkan oksidan
TD sebelum hamil dan beredar dalam
(150/90 mmHg) aliran darah
Merusak membran
endotel
Vasokonstriksi
pembuluh darah arteri
20
iritasi SSP
DO:
Klien meringis
sampai menangis Suplai O2 ke otak
menahan sakit
kepala yang
dirasakan
Sakit kepala
Gelisah
Sulit tidur
Nadi meningkat :
110x/mnt
TD: 170/100 mmHg
ADL klien sedikit
terhambat
3. DS: Peningkatan tekanan Gangguan Pola
Keluarga klien vaskular serebral
Istirahat
mengatakan klien tidak
dapat tidur semalaman
dan terus merasakan
Saraf simpatis
sakit kepala nya.
DO:
TD: 170/100 mmHg Tidak mampu
Mata klien tampak mengatasi nyeri akut
cekung
Klien tampak
menguap
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan TD berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah arteri.
2. Nyeri berhubungan dengan suplai O2 ke otak menurun.
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi
nyeri.
C. INTERVENSI
NO. Dx Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan TD Setelah a. Pantau TD px a. Mengetahui
dilakukan adanya tanda
berhubungan b. Amati warna kulit,
tindakan gejala
kelembaban , suhu.
dengan keperawatan penyakit
selama 124 b. Adanya
21
penurunan curah jam TD klien pucat,
dapat dingin, kulit
jantung
kembali lembab, dan
normal masa
dengan pengisian
kriteria hasil : kapiler
lambat
Berpartisi- mungkin
pasi dalam berkaitan
aktivitas dengan
yang vasokontriks
menurunka i atau
n TD/beban mencermink
kerja an
jantung deskompens
Keluarga asi /
klien penurunan
mengatakan CO.
sakit kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang
2. Nyeri/sakit Setelah a. Mempertahankan tirah a. Tindakan
kepala dilakukan baring selama fase akut yang
berhubungan tindakan b. Berikan tindakan menurunkan
dengan keperawatan nonfarmakologis untuk tekanan
peningkatan selama 124 menghilangkan sakit vascular
vascular serebral jam dengan kepala, mis. Kompres serebral dan
criteria: dingin pada dahi pijat yang
punggung bdan leher, memperlamb
Klien dapat redupkan lampu kamar, at/ memblok
kembali teknik relaksasi, dan respon
beraktifitas aktivitas di waktu simpatis
dengan senggang efektif dalam
normal c. Kolaborasi dalam menghilangk
Keluarga pemberian analgesic an sakit
klien d. Meminimalkan kepala dan
mengatakan stimulasi/meningakatka komplikasi-
sakit kepala n relaksasi nya.
yang b. Menurunkan
dirasakan / mengontrol
klien nyeri dan
berkurang. menurunkan
rangsang
system saraf
simpatis
22
3. Insomnia Setelah a. Batasi jumlah
berhubungan dilakukan pengunjung dan
dengan tindakan lamanya tinggal
ketidakmampuan keperawatan b. Kolaborasi dalam
mengatasi nyeri selam 124 pemberian antihistamin
jam, dengan c. Anjurkan px
criteria: mengkonsumsi
minuman hangat
Tidak
mengalami
lagi
gangguan
pola
aktifitas
Keluarga
klien
mengatakan
klien tidak
terbangun
lagi pada
malam hari.
D. IMPLEMENTASI
NO. Hari/Tgl/Jam DX Implementasi Paraf
1. 21 oktober 1 a. Memantau TD Px
b. Mengamati Warna Kulit,
2017
Kelembaban , Suhu.
09.00
23
c. Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic
d. Meminimalkan
stimulasi/meningakatkan
relaksasi
E. EVALUASI
NAMA :
TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN UMUR :
NO .R M :
HARI NO. DX TINDAKAN EVALUASI PARAF
/TANGGAL/T KEPERAWATAN
AHUN
22 oktober 1 Memonitor tekanan S :
2017 darah, suhu, respirasi, 1. Pasien
mengatakan
10.00 dan nadi. pusing
Memeriksa berkurang
2. Pasien
kelembaban mengatakan rasa
kulit,warna kulit, dan nyeri berkurang
O:
suhu
1. Pasien tidak
gelisah
2. TD : 140/100
mmHg
Suhu : 37.2
Nadi : 97
x/menit
Respirasi : 22
x/menit
A : masalah teratasi.
24
P : tetap pantau TTV .
22 oktober 2 Mempertahankan S:
tirah baring selama
2017 Pasien
fase akut
mengatakan
10.00 Memberikan tindakan lebih rileks
nonfarmakologis
Pasien
untuk menghilangkan
mengatakan
sakit kepala, mis.
nyeri berkurang
Kompres dingin pada
O:
dahi pijat punggung
bdan leher, redupkan Pasien
lampu kamar, teknik diberikan obat
relaksasi, dan analgesik
aktivitas di waktu Pasien rileks
senggang
A : masalah teratasi
Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic P : tetap pertahankan
Meminimalkan
kenyaman pasien
stimulasi/meningakat
kan relaksasi
25
BAB IV
A. KESIMPULAN
B. SARAN
26