Praktikum 1
Praktikum 1
PENDAHULUAN
Gabah merupakan bahan pangan yang penting karena memiliki sifat yang
mampu mempertahankan mutu selama penyimpanan dengan baik. Kadar air
merupakan faktor utama untuk menentukan daya simpan gabah yang dipengaruhi oleh
suhu, oksigen, kondisi biji, lama penyimpanan dan faktor biologis. Kadar air pada
bahan dapat dibedakan menjadi air bebas dan air terikat. Air bebas merupakan air
yang terdapat pada permukaan bahan dan air terikat merupakan air yang terdapat
di dalam bahan. Untuk mengetahui kadar air suatu bahan dapat dilakukan dengan
cara menghitung kadar air basis basah dan basis kering (Damardjati, 1995).
Pentingnya kadar air pada bahan karena akan mempengaruhi kesegaran
bahan, stabilitas, keawetan bahan, pertumbuhan mikroba dan menentukan tingkat
resiko keamanan pangan. Pengukuran kadar air menggunakan metode oven
merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air
dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan
energi panas. Prinsip dari metode oven yaitu air yang terkandung dalam suatu
bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan yaitu pada suhu 105oC
selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan
merupakan kadar air (Jung dan Wells, 1997).
Kalibrasi merupakan kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
pada nilai penunjuk alat ukur atau bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang merujuk pada standar nasional maupun internasional
untuk satuan ukur. Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, alat-alat yang
akan digunakan perlu dilakukan kalibrasi. Pengkalibrasian dapat dilakukan
dengan cara membandingkan dua data dengan menggunakan alat ukur yang
berbeda. Kalibrasi berfungsi untuk memastikan hubungan antara nilai yang
ditunjukkan oleh suatu alat ukur dengan nilai yang sebenarnya dari besaran yang
diukur. Bila berbicara kalibrasi maka kita membahas tentang rangkaian kegiatan
pengukuran instrumen-instrumen ukur secara perbandingan maupun langsung
terhadap standar acuan (Renanta, 2009 ).
Penentuan kadar air gabah pada praktikum ini menggunakan metode primer
dan metode sekunder. Metode primer yaitu pengukuran kadar air menggunakan
metode oven. Sedangkan metode sekunder menggunakan alat ukur Grain
Moisture Tester dan Crown Moisture Tester. Hasil pengukuran kadar air metode
oven akan digunakan untuk mengkalibrasi masing-masing alat ukur.
1.2 Tujuan
Mulai
A
A
Selesai
Mulai
Selesai
C. Pengukuran dengan Crown Moisture Tester
Mulai
Selesai
Hasil pengukuran kadar air pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Kadar Air Metode Oven untuk Kelompok Kadar
Air Rendah
Berat cawan Berat cawan Kadar Kadar
Berat
Nomor + bahan + bahan air air
Ulangan cawan
Cawan (sebelum (setelah (%bk) (%bb)
(g)
oven) (g) oven) (g)
1 4 2.1691 7.3235 6.6790 14.2908 12.5039
2 70 2.2285 7.2268 6.6031 14.2573 12.4782
3 15 2.3481 7.2800 6.6655 14.2331 12.4597
4 58 2.1494 7.2597 6.6164 14.4012 12.5883
5 80 2.3565 7.2646 6.6525 14.2481 12.4712
Pengukuran kadar air metode primer atau menggunakan oven untuk
kelompok kadar air rendah diperoleh persentase kadar air basis kering dan basis
basah dari tiap ulangan. Dari pengukuran yang telah dilakukan diperoleh
persentase kadar air berat kering 14.2908% untuk ulangan 1, 14.2573% untuk
ulangan 2, 14.2331% untuk ulangan 3, 14.4012% untuk ulangan 4 dan 14.2481%
untuk ulangan 5. Sedangkan persentase kadar air berat basah 12.5039% untuk
ulangan 1, 12.4782% untuk ulangan 2, 12.4597% untuk ulangan 3, 12.5883%
untuk ulangan 4 dan 12.4712% untuk ulangan 5. Gabah yang digunakan untuk
kadar air rendah memiliki persentasi berat basah 13-17%. Persentase kandungan
air suatu bahan dinyatakan berdasarkan berat basah atau kering. Kadar air berat
basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100% (Syarif dan Halid, 1993).
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Kadar Air Metode Oven untuk kelompok Kadar
Air Tinggi
Berat cawan Berat cawan Kadar Kadar
Berat
Nomor + bahan + bahan air air
Ulangan cawan
Cawan (sebelum (setelah (%bk) (%bb)
(g)
oven) (g) oven) (g)
1 20 2.1691 7.3235 6.679 22.2008 18.1675
2 66 2.2285 7.2268 6.6031 22.2631 18.2092
3 67 2.3481 7.2800 6.6655 22.4810 18.3547
4 13 2.1494 7.2597 6.6164 22.4430 18.3293
5 60 2.3565 7.2646 6.6525 22.4248 18.3172
Pengukuran kadar air metode oven untuk kelompok kadar air tinggi diperoleh
persentase kadar air berat kering dan berat basah. Persentase kadar air kering yaitu
22.2008% untuk ulangan 1, 22.2631% untuk ulangan 2, 22.4810% untuk ulangan
3, 22.4430% untuk ulangan 4 dan 22.4248% untuk ulangan 5. Gabah yang
digunakan untuk kadar air tinggi memiliki persentasi basis basah 20-30%. Prinsip
kerja penentuan kadar air menggunakan oven yaitu penguapan oleh panas pada
suhu tertentu, dimana selisih dari verat sebelum dan setelah dipanaskan
merupakan jumlah kadar air pada bahan tersebut.
Tabel 3.Data Hasil Pengukuran Kadar Air Menggunakan Grain Moisture Tester
Ulangan Kadar air rendah (%) Kadar air tinggi (%)
1 11.6 17.8
2 11.5 17.9
3 11.2 17.8
4 11.8 17.8
5 11.7 17.5
17
16
15
Kalibrasi Grain Moisture
14
Meter
13
12 Linear (Kalibrasi Grain
Moisture Meter)
11
10
8 10 12 14 16 18 20
Kadar Air Grain Moistur Meter (%)
Grafik 1. Kalibrasi pengukuran kadar air dengan alat ukur Grain Moisture Tester
Dari Grafik 1 didapatkan persamaan garis untuk grafik perbandingan kadar
air bahan menggunakan metode primer dan metode sekunder. Persamaan garis
untuk perbandingan kadar air bahan dengan menggunakan oven dan Grain
Moisture Tester yaitu Y=0.928x+1.773 dengan R2=0.996. Tingkat ketepatan dan
ketelitian ditentukan dengan melihat nilai korelasi garis regresi yaitu dengan
memasukkan nilai dari alat ukur, selanjutnya memasukkan ke persamaan regresi
sehingga diperoleh nilai kadar air dari bahan. Tingkat ketepatan dan ketelitian
yang tinggi apabila nilai korelasinya lebih dari 95% atau R2 lebih dari 0,95. Nilai
R2 pada Grain Moisture Tester yaitu 0.996 menunjukkan tingkat ketepatan dan
ketelitian yang tinggi. Metode analisis dikatakan linier pada rentang konsentrasi
tertentu jika nilai koefisien determinasi (R) yang diperoleh >0,995 (Eurachem,
2000).
Tabel 4. Data Hasil Pengukuran Kadar Air Menggunakan Crown Moisture Tester
Ulangan Kadar air rendah (%) Kadar air tinggi (%)
1 12.5 16.6
2 12.8 16.8
3 12.5 17.0
4 12.8 16.6
5 12.4 17.0
Grafik 2. Kalibrasi pengukuran kadar air dengan alat ukur Crown Moisture Tester
Grafik 2 menunjukkan persamaan grafik perbandingan kadar air bahan
menggunakan oven dan Crown Moisture Tester yaitu Y=1.367x-4.708 dengan
R2=0.994. Nilair R2 yaitu 0.994 pada Crown Moisture Tester menunjukkan
tingkat ketepatan dan ketelitian yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
pengukuran kadar air menggunakan Crown Moisture Tester menunjukkan
linearitas yang memenuhi ketentuan. Metode analisis linier pada rentang tertentu
jika nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh lebih besar dari 0.995. Dari
pembuatan kurva kalibrasi dihasilkan nilai koefisien korelasi >0,99 dan nilai
koefisien determinasi >0,995 (Eurachem, 2000).
4. KESIMPULAN
Pengukuran kadar air pada gabah yang menggunakan metode primer dan
sekunder. Metode primer yaitu menggunakan oven, sedangkan metode sekunder
yaitu penggunaan alat Grain Moisture Tester dan Crown Moisture Tester.
Berdasarkan hasil kalibrasi alat Grain Moisture Tester menunjukkan nilai R2
0.996 sedangkan alat Crown Moisture Tester menunjukkan nilai R2 0.994.
Sehingga dapat disimpulkan dari pengukuran kadar air menggunakan kedua alat
tersebut menunjukkan tingkat ketepatan dan ketelitian yang tinggi, dimana tingkat
ketepatan dan ketelitian yang tinggi apabila nilai korelasinya lebih dari 95% atau
R2 lebih dari 0,95.
5. DAFTAR PUSTAKA
Damardjati, D.S. (1995), Karakterisasi Sifat dan Standarisasi Mutu Beras sebagai
Landasan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Padi di Indonesia, Badan
Litbang Pertanian.
Disusun Oleh :