Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trend dan issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah


yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah
tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar
pada keperawatan jiwa termasuk remaja. Remaja mencoba hal-hal yang baru,
mengikuti gaya atau trend, dan gaya hidup bersenang-senang sehingga remaja
mudah terpengaruh. Trend dan issu pada remaja di antaranya adalah:
Merokok, penyimpangan seks dan bunuh diri, penyalahgunaan minuman
keras dan narkoba (NAPZA), dan kenakalan tawuran. Dimasa modern ini,
penyalahgunaan NAPZA sudah menjadi trend bagi remaja ketika remaja
mengalami salah pergaulan atau terjadinya tekanan di dalam hidupnya remaja
berfikir untuk melakukakan tindakan penyalahgunaan NAPZA, sehingga
meningkatnya masalah psikososial (Yosep, 2013).

Masalah psikososial adalah masalah psikis atau kejiwaan yang timbul


sebagai akibat terjadi perubahan sosial. Istilah psikososial berarti
menyinggung relasi sosial yang mencangkup faktor-faktor psikologis. Akibat
terjadinya perubahan sosial, misalnya masalah anak jalanan, masalah anak
remaja (tawuran, kenalakan) penyalahgunaan narkotika dan psikotropika,
tindak kekerasan sosial, masalah usia lanjut terisolasi dan kesehatan tenaga
kerja ditempat kerja, penurunan produktifitas dan stress (Yosep, 2013).

Di Indonesia masalah psikososial banyak terjadi dengan berbagai


variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi
jiwa yang sehat, dapat dilihat dari kondisi jiwanya yang sehat secara
emosional, psikologi dan sosial. Untuk mencapai kesehatan jiwa, beberapa
upaya dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana
pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti kelurga dan lingkungan

1
2

sosial. Lingkungan merupakan salah satu sarana yang memiliki peran penting
untuk menunjang upaya kesehatan jiwa dan memiliki peran penting untuk
menunjang upaya kesehatan jiwa dan memiliki peran sebagai stressor yang
dapat, mempengaruhi kondisi jiwa seseorang. Akan tetapi pada tingkat
tertentu, lingkungan juga dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi
gangguan jiwa dan mengalami stress (Videbeck, 2008).

Menurut BNN Jabar (2010) NAPZA adalah bahan/zat/obat jika masuk


kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.

Menurut Zenc (2012) gejala dini penyalahguna NAPZA pada anak


dan remaja, antara lain: Prestasi sekolah tiba-tiba menurun secara mencolok,
perubahan pola tidur, pagi susah dibangunkan, malam suka begadang, selera
makan hilang, bisa terlihat dari berat badan yang menyusut, banyak
menghindari pertemuan dengan anggota keluarga karena takut ketahuan jika
memakai narkoba, suka berbohong, pengeluaran uang lebih boros dari pada
sebelumnya tanpa jelas kegunaannya, bersikap lebih kasar terhadap anggota
keluarga, sesekali dijumpai keadaan mabuk, bicara cadel atau berjalan
sempoyongan, pandangan mata menatap kosong.

Menurut Pribadi Harlina (2011) faktor yang menyebabkan seseorang


menyalahgunakan NAPZA antara lain: Faktor internal, adalah faktor individu
dari dalam dirinya yang kurang memiliki konsep akan nilai-nilai kebaikan.
Faktor eksternal, adalah berasal dari faktor lingkungan, pengaruh, dorongan,
atau gaya hidup dari lingkungan tempat tinggal. Zat kandungnya, faktor dari
zat yang digunakan yang memberi efek kenikmatan yang menyebabkan
ketergantungan.

Hasil dari data UNODC melaporkan bahwa Afganistan menempati


ranking pertama negara yang memproduksi dan menanam opium dunia
sebesar 74% tahun 2012. Penanaman opium di Afghanistan meningkat 15%
3

tahun 2012, namun penaman opium di Myanmar terjadi penurunan sebesar


30% atau turun 5.000 ton dibanding tahun 2012. Sementara, di Negara
Mexico, kini dilaporkan sebagai produsen terbesar di Benua Amerika.
Afghanistan dikenal sebagai sumber peredaran gelap opium, diperkirakan
93% tanaman poppy dunia berada di Afghanistan. Kira-kira 80% opium dari
Afghanistan diseludupkan melalui Iran dan Pakistan serta Negara Asia
Tengah (UNODC, 2014).

Berdasarkan laporan UNODC Asia and Pacific 2011 Regional ATS


Report, di tahun 2010 terdapat sekitar 136 juta metamfetamin tablet yang
disita di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara. Sebanyak 98% dari total
yang disita terdapat di tiga negara-Cina (58,4 juta), Thailand (50,4 juta), dan
Laos (24,5 juta). Selain itu, terdapat sebanyak 6,9 ton metamfetamin kristal
yang disita di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara, dimana 61% dari total
yang disita terdapat di Cina (4,2 ton). Sedangkan untuk ekstasi, penyitaan di
wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara terhitung lebih dari 1,7 juta tablet.
Penyitaan terbesar (94%) terdapat di wilayah Cina dan Indonesia (UNODC,
2014).

Sedangkan di Indonesia, permasalahan penyalahgunaan narkoba kian


hari kian meningkat saja, terbukti dengan semakin banyaknya pemberitaan-
pemberitaan melalui media. Baik itu di media massa maupun di media
elektronik, yang hamper setiap hari memberitakan tentang penangkapan para
pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat keamanan, menurut data yang
diperoleh dari Badan Narkotika Nasional (BNN) pennguna narkotika dan
obat terlarang di Indonesia per tahun 2012 meningkat dikarenakan jumlah
pecandu yang melakukan rehabilitasi sangat minim. Dari 4 juta-an pecandu,
hanya 18 ribu yang rehabilitasi (BNN, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian BNN SUMSEL pada tahun 2012,


sementara ini provinsi sumatera selatan terdata memiliki 1,5% pecandu
narkoba, dari total jumlah penduduk yang berjumlah 7.222.635 jiwa atau
berjumlah sekitar 83.000 hingga 100.00 orang. Dari hasil penelitian tersebut,
4

menunjukkan 22% dari pengguna narkoba di SUMSEL adalah pelajar, dari


22% itu, setengahnya pelajar SMA (BNN, 2013).

Menurut Zenc (2012) Jenis-jenis NAPZA dibedakan menjadi: Jenis


NAPZA menurut bahan: Natural (candu, ganja, cocaine, jemur, tembakau,
pinang, sirih), sintesis (amfetamin, kodein, lem). Jenis NAPZA menurut efek
kerja: Merangsang susunan saraf pusat (opium, morfin, kodein), menurunkan
susunan saraf pusat (kafein, kokain, ekstasi), mengacaukan susunan saraf
pusat (LSD, meskalin, ganja). Jenis NAPZA menurut cara menggunakan:
Oral (alkohol, sedative, LSD), injeksi (heroin, morfin), ditaruh luka (kodein,
heroin), inhaled (metamfetamin, kokain), iInsersi anal. Jenis NAPZA menurut
bentuk: Bentuk (heroin, kodein, morfin), pasta (heroin), pil (ekstasi), kristal
(amfetamin), gas (oksikodon).

Munculnya fenomena kecenderungan kenakalan remaja (yang masih


berstatus sebagai pelajar) akhir-akhir ini menjadi permasalahan yang
mengkhawatirkan baik dari perspektif pendidikan, psikologi, sosial, maupun
budaya. Kehidupan remaja yang ditandai oleh berbagai macam kenakalan
remaja, adalah bukti lemahnya moralitas dan kepribadian usia remaja.
Kecendrungan yang semakin serius tentang permasalahan remaja Indonesia
khususnya masalah sosial, psikologi, budaya, dan moralitas. Sebagai contoh,
gambaran tentang banyaknya remaja Indonesia mengalami masalah sosial
yang ditunjukkan dalam bentuk kehilangan identitas diri, terpengaruh budaya
barat, dan masalah degradasi moral yang diwujudkan dalam bentuk kurang
menghormati orang lain, tidak jujur sampai ke usaha menyakiti diri seperti
mengkonsumsi narkoba, mabuk-mabukkan dan bunuh diri (Puspitawati,
2010).

Masa remaja ini adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa tubuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial, dan emosional
(Asmani, 2012). Pandangan ini di perkuat oleh teori Piaget, yang berbunyi
Secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia saat anak-anak tidak merasa dibawah tingkat orang-
5

orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-
kurangnya dalam masalah hak (Asmani, 2012).

Menurut Word Health Organization (WHO) menetapkan batasan usia


untuk remaja yaitu 10-20 tahun, yang dibagi dalam 2 bagian kurun usia, yaitu
remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) menetapkan usia 15-24 tahun sebgai batasan usia untuk remaja
adalah 11-24 tahun (Sarwono, 2012).

Dari Studi awal yang peneliti lakukan di SMA Negeri 2 Pulau, dari 10
siswa yang ditemui hanya 4 siswa yang memiliki pengetahuan baik tentang
bahaya NAPZA dan 6 siswa yang memiliki pengetahuan kurang tentang
bahaya NAPZA, sikap siswa di SMA Negeri 2 Pulau Rimau kurang begitu
peduli tentang bahaya NAPZA, mereka menganggap bahwa NAPZA itu tidak
penting untuk di ketahui. Dari data yang diperoleh diatas peneliti semakin
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan karakteristik, antara
tingkat pengetahuan dan sikap tentang NAPZA pada siswa-siswi SMA
Negeri 2 Pulau Rimau terhadap perilaku pencegahan NAPZA .

B. Rumusan Masalah

Pada era globalisasi seperti ini, Dunia tidak lagi memiliki batasan,
setiap orang bebas memasarkan barang dengan bagitu bebasnya peredaran
NAPZA di Indonesia menjadikan Indonesia memperihatinkan. Pentingnya
pengetahuan untuk remaja yang berada di fase peralihan agar dapat
memberikan sikap yang positif mengenai NAPZA. Hal inilah yang kemudian
menarik peneliti untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan
sikap dari perilaku pencegahan siswa-siswi SMA Negeri 2 Pulau Rimau
Tahun 2017.
6

C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang NAPZA


Dengan Perilaku Pencegahan NAPZA Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 2
Pulau Rimau Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi pengetahuan siswa-siswi SMA
Negeri 2 Pulau Rimau.
b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi sikap siswa-siswi SMA Negeri 2
Pulau Rimau.
c. Mengidentifikasi distribusi frekuensi perilaku pencegahan siswa-siswi
SMA Negeri 2 Pulau Rimau.
d. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan tentang NAPZA terhadap
perilaku pencegahan NAPZA siswa-siswi SMA Negeri 2 Pulau
Rimau.
e. Mengidentifikasi hubungan sikap terhadap perilaku pencegahan
NAPZA siswa-siswi SMA Negeri 2 Pulau Rimau.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian keperawatan pada spesifikasi


keperawatan jiwa yang berfokus pada masalah keperawatan jiwa. Dalam
penelitian ini responden yang diambil sampel adalah siswa-siswi SMA
Negeri 2 Pulau Rimau.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan


sikap tentang NAPZA dengan perilaku pencegahan NAPZA pada siswa-
siswi SMA Negeri 2 Pulau Rimau. Variabel-variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah perilaku pencegahan NAPZA sebagai variabel dependen,
sedangkan pengetahuan dan sikap sebagai variabel independen.
7

E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi yang benar terkait hubungan pengetahuan dan sikap tentang
NAPZA dengan perilaku pencegahan NAPZA pada siswa-siswi SMA
Negeri 2.
2. Praktisi : hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi penelitian
selanjutnya di area keperawatan jiwa, khususnya penelitian yang
berhubungan dengan NAPZA.
F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan


pengetahuan dan sikap tentang NAPZA dengan perilaku pencegahan NAPZA
pada siswa-siswi SMA Negeri 2 ini belum pernah dilakukan di SMA Negeri 2
Pulau Rimau. Adapun penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian
ini adalah sebagai berikut:

1. Nusiriska Prisaria (2012). Dalam penelitiannya yang berjudul hubungan


pengetahuan dan lingkungan sosial terhadap tindakan pencegahan
penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMA Negeri I Jepara. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara pengetahuan siswa
SMA Negeri I Jepara tentang NAPZA dan penagaruh lingkungan sosial
terhadap tindakan pencegahan. Semakin tinggi pengetahuan siswa
terhadap NAPZA, maka semakin tinggi pula pencegahan terhadap
NAPZA, serta semakin tinggi pengaruh sosial yang baik maka semakin
tinggi pula pencegahan terhadap NAPZA.
2. Putri Eka Hidayati (2012). Dalam penelitian yang berjudul gambaran
pengetahuan dan upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba
pada remaja di SMK Negeri 2 Sragen kabupaten Sragen. Hasil analisa
univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan
tinggi (59%), dengan sebagian besar memiliki upaya pencegahan yang
baik (64,6%).

Anda mungkin juga menyukai