Anda di halaman 1dari 1

Persatuan dan kerjasama (kooperasi) dipandang Hatta sebagai sokoguru dalam usaha

merebut kedaulatan dan keadilan ekonomi. Dari pelbagai padangan para pendiri bangsa, terdapat
titik temu bahwa perjuangan keadilan ekonomi dan cita-cita kesederajatan itu memerlukan
pertautan antara demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.
Keadilan Sosial dalam Perumusan Pancasila dan Konstitusi
Visi keadilan dan kesejahteraan rakyat yang direalisasikan oleh para pemimpin pergerakan
kebangsaan itu kemudian mewarnai diskusi tentang dasar falsafah negara dalam persidangan
BPUPK. Berdasarkan hasil rumusan Panitia Sembilan, prinsip kesejahteraan yang disebut sebagai
prinsip keempat dalam Pidato Soekarno pada 1 Juni, ditempatkan menjadi sila ke-5 yang kemudian
disempurnakan menjadi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain terkandung dalam sila ke-5 Pancasila, UUD 1945 juga memberikan perhatian
istimewa terhadap masalah keadilan, sedemikian rupa sehingga kata keadilan/adil dan prinsip
keadilan hampir ada di semua alinea-kecuali alinea ke-3. Pasal-pasal yang menyangkut keadilan
dan kesejahteraan ini memperoleh tanggapan dari Kolopaking, Boentaran, dan Muhammad
Yamin. Boentaran mengusulkan pasal 32 Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara diganti dengan Kesehatan rakyat seluruhnya dipelihara negara.
Pandangan Boentaran itu menunjukkan perspektif yang berbeda dari pandangan Soepomo,
Boentaran menekankan perlunya pencegahan kemiskinan melalui usaha negara menjamin
kesehatan rakyat seluruhnya. Sedangkan perspektif Soepomo bersifat kuratif, dengan melihat
kenyataan bahwa di negara yang peradabannya sudah tinggi sekali pun fenomena fakhir miskin
dan anak-anak terlantar akan selalu dijumpai.
M. Yamin setelah itu mengajukan usulan, hendaklah fasal-fasal tentang kesejahteraan,
seperti dijanjikan dalam pembukaan undang-undang dasar, diberi jaminan yang lebih luas dan
lebih terang. Yamin juga menekankan perlunya Republik Indonesia mewujudkan diri sebagai
negara kesejahteraan. Tidak ada tanggapan dari Soepomo tentang hal ini, namun Soepomo
masih memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan sosial, pada rapat 15 juli, Hatta menekankan
bahwa yang termasuk sebagai utusan gologan yang berhak duduk di MPR adalah utusan badan-
badan seperti kooperasi dan sekikat pekerja.

Anda mungkin juga menyukai