Anda di halaman 1dari 4

1.

Thermistor
Sensor thermistor adalah suatu jenis resistor yang sensitive terhadap adanya perubahan
suhu. Prinsip sensor thermistor adalah memberikan perubahan resistansi yang
sebanding dengan perubahan suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan
suhu yang relatif suhu. Thermistor yang dibetuk dari bahan oksida logam campuran
(sintering mixture), kromium, besi, kobalt, tembaga atau nikel, berpengaruh terhadap
karakteristik termistor sehingga pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan
perbandingan tertentu. Thermistor merupukan salah satu jenis sensor suhu yang
mempunyai koefisien temperatur yang tinggi. Komponen dalam thermistor ini dapat
mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan temperatur. Dengan demikian dapat
mengubah energi panas menjadi energi listrik. Thermistor dapat dibentuk dalam bentuk
yang berbeda-beda bergantung pada lingkungan yang akan dicatat suhunya.
Lingkungan ini termasuk kelembaban udara, cairan.
Thermistor dibedakan dalam 3 jenis, yaitu thermistor yang mempunyai koefisien
negatif, disebut NTC (Negative Temperature Coefisien), thermistor yang mempunyai
koefisien positif, disebut PTC (Positif Temperature Coefisien), dan thermistor yang
mempunyai tahanan kritis yaitu CTR (Critical Temperature Resistance).

Gambar 1. Karakteristik Thermistor (P/NTC)


a. Thermistor NTC (Negative Temperature Coefisien)
Thermistor NTC kebalikan dari thermistor PTC, makin tinggi suhu yang
mempengaruhi maka makin kecil nilai hambatannya. Thermistor NTC mempunyai
koefisien negatif yang tinggi. Thermistor jenis ini dibuat dari oksida logam yang
terdapat dari golongan transisi, seperti ZrO2 Y2P3 NiAl2O3 Mg (Al, Cr, Fe).
Oksida-oksida ini mempunyai resistansi sangat tinggi tetapi dapat diubah menjadi
bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa ion lain yang mempunyai
valensi berbeda yang disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya
dipengaruhi perubahan temperatur yang diberikan.

2. Komparator
Komparator adalah mirip dengan suatu penguat operasional karena mempunya dua
tegangan masukan (non-pembalik dan pembalik) dan suatu tegangan keluaran.
Komparator berbeda dari suatu penguat operasional linier karena mempunyai suatu
keluaran dua tingkat, tegangan rendah atau tegangan tinggi. Karenanya komparator
sering digunakan sebagai interface dengan analog-analog digital. Prinsip sebuah
rangkaian komparator merupakan sebuah contoh dari rangkaian penguat operasional
yang membandingkan 2 tegangan masukkan serta menghasilkan sebuah keluaran dari
salah satu keadaan yaitu lebih besar atau lebih kecil terhadap hubungan dari masukkan-
masukkan tersebut. Cara paling sederhana untuk membuat suatu komparator adalah
menghubungkan suatu penguat operasional tanpa resistor-resistor umpan balik. Suatu
tegangan masukan positif menghasilkan saturasi positif, dan suatu tegangan masukan
negatif menghasilkan saturasi negatif. Pada gambar di bawan ini disebut suatu detektor
beban nol karena tegangan keluar secara ideal men-switch dari rendah ke tinggi atau
sebaliknya kapanpun tegangan masukan melewati nol.

Gambar 2. Rangkaian Komparator

3. Sistem kontrol
Sistem merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema yang berarti
kumpulan objek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan logis
dalam suatu lingkungan yang kompleks. Objek yang menjadi elemen dari sistem dapat
berupa objek terkecil dan bisa juga berupa sub-sistem atau sistem yang lebih kecil lagi.
Istilah kontrol sendiri merupakan kegiatan yang tujuannya adalah untuk mengarahkan
dan mengatur.
Secara sederhana, sistem kontrol merupakan usaha atau perlakuan terhadap suatu
sistem dengan masukan tertentu guna mendapatkan keluaran sesuai dengan yang
diinginkan. Selain itu, sistem kontrol dapat didefinisikan pula sebagai hubungan timbal
balik antara elemen-elemen yang membentuk suatu konfigurasi sistem yang
memberikan suatu hasil berupa respon yang dikehendaki. Sistem kontrol dapat disebut
dengan istilah yang lainnya seperti teknik kendali, sistem pengendalian atai sistem
pengontrolan. Sistem kontrol dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Sistem kendali kalang terbuka (Open Loop)
Kalang terbuka atau open loop merupakan sebuah sistem yang tidak dapat
mengubah dirinya sendiri terhadap perubahan situasi yang ada. Dengan kata lain,
sistem kendali kalang terbuka tidak dapat digunakan sebagai perbandingan umpan
balik dengan masukan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya umpan balik
(feedback) pada sebuah sistem kalang berbuka. Sistem ini masih membutuhkan
manusia yang bekerja sebagai operator. Berikut ini adalah blog diagram sistem
kendali kalang terbuka

Gambar 3. Sistem pengendali kalang terbuka

Pada sistem kalang terbuka masukan dikandalikan oleh manusia sebagai operator
dan perubahan kondisi lingkungan tidak akan langsung direspon oleh sistem,
melainkan dikendalikan oleh manusia.

b. Sistem pengendali kalang tertutup (Close Loop)


Sistem kendali kalang tertutup merupakan sebuah sistem kontrol yang nilai
keluarannya memiliki pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian yang
dilakukan. Pada rangkaian loop tertutup sinyal error yang merupakan selisih antara
sinyal masukan dengan sinyal umpan balik (feedback), lalu diumpankan pada
komponen pengendali (controller). Umpan balik dilakukan untuk memperbaiki
nilai keluaran (output) sistem agar semakin mendekati nilai yang diinginkan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4. Sistem pengendali kalang tertutup

Keuntungan dari sistem kalang tertutup ini adalah adanya pemanfaatan nilai umpan
balik yang dapat membuat respon sistem kurang peka terhadap gangguan eksternal
dan perubahan internal pada parameter sistem. Secara garis besar, sistem kendali
jika ditinjau dari ketelitian dan kesetabilan sistem dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu:
a. Sistem kendali dengan menggunakan PID Controller.
b. Sistem kendali on-off.

Anda mungkin juga menyukai