Anda di halaman 1dari 1

Perkembangan Budaya Masa Lampau Terbalut Pesona Romantisnya

Candi Ratu
Daerah Istimewa Yogyakarta selain menyimpan potensi alam juga menyimpan potensi
kebudayaan masa lampu yang sangat bagus. Salah satu peninggalan budaya masa lampau
adalah situs candi. Dari banayaknya candi yang ada di Yogyakarta, ada satu candi yang
termasuk megah bangunannya yaitu situs candi Ratu Boko. Situs candi Ratu boko terletak di
Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman ini hanya berjarak kurang leibh
18km sebelah timur dari pusat kota Yogyakarta.
Situs Kraton Ratu Boko terletak di atas perbukitan Baturagung pada formasi semilir. Situs pada
masa mataram hindu atau sekitar tahun 700-1000 masehi ini diduga sebagai pusat keagamaan
atau dapat juga sebagai pusat kerajaan. Terletak di atas ketinggian dengan pemandangan arah
utara berupa gunungapi merapi dan dataran fluviovulkanik yang merupakan lahan pertanian
subur serta permukiman serta terlihat beberapa bangunan candi yaitu Prambanan dan Kalasan.
Bukit Baturagung ini merupakan perbukitan struktural yang dibatasi oleh sesar Opak dengan
dataran fluviovulkanik. Kehancuran peradaban mataram hindu ini ada kemungkinan
disebabkan karena ancaman kebencanaan seperti gunungapi dan gempa.
Rekam jejak Boko juga terdapat pada Prasasati Pereng tahun 856 Masehi. Prasasti ini
menjelaskan tentang pendirian bangunan suci Candi Bhadraloka untuk Dewa Siwa. Kala itu,
daerah Boko disebut sebagai Walaing. Dasarnya, dari prasasti Mantyasih di masa Raja
Balitung, yang menyebut sang penulis yakni Pu Tarka berasal dari Walaing. Pada masa ini, ada
temuan langgam Hindu berupa yoni, tiga candi kecil, dan tiga arca dewa yakni Balarama,
Durga, dan Ganesha.
Dari beberapa artikel, salah satu temuan menarik adalah prasasti emas. Benda ini ditemukan
di salah satu penampungan air di kompleks Boko. Prasasati tersebut berbunyi, om rudra ya
nama swaha. Kalimat ini merupakan pujian pada Dewa Rudra, nama lain dari Siwa.
Situs Ratu Boko menyimpan rahasia lain: adanya bukti relasi manusia masa lampau dengan
alam juga teknologi masa itu. Hal itu tertuang dalam buku Menapak Jejak Kepurbakalaan
Ratu Boko karya Mangar Sari dan Gatut Eko Nurcahyo. Keduanya mengungkap adanya
interaksi dan adaptasi antara masyarakat masa lampau dengan lingkungan. Ini terlihat dari
karakter lingkungan dan teknologi dalam menggunakan dan mengolah unsur-unsur alam.
Letaknya yang berada di atas Bukit Seribu dengan ketinggian kurang lebih 200 meter dari
permukaan laut, tempat ini memang ideal untuk menikmati sunset. Panorama di kala senja di
Ratu Boko nampak sangat indah apalagi ketika biasan matahari yang mulai menerangi gerbang
keraton Ratu Boko datang , jika sedang beruntung dan langit cerah di arah utara ratu boko anda
dapat menyaksikan pemandangan yang begitu luar biasa indahnya yaitu perpaduan kota
Jogjakarta dengan Prambanan ditambah Gunung Merapi sebagai latar belakangnya.
Oleh karena itu, sebagai obyek wisata, situs Ratu boko ini selain menyediakan cerita
perkembangan budaya pada masa lampau, juga menyajiakan pengalaman romantis bagi para
pengunjungnya.

Anda mungkin juga menyukai