Anda di halaman 1dari 9

1.

5 Landasan Teori
I. Ergonomi
Definisi
Ergonomi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang
artinya kerja dan nomos yang artinya aturan.
Menurut Badan Buruh Internasional (ILO, International Labor Organization)
adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai
penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum agar bermanfaat
demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan kerjasama antara
lingkungan kerja ( ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik) serta mesin
perusahaan (ahli teknik).
Tujuan
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2.Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Aplikasi/penerapan ergonomik pada tenaga kerja:


1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
3.Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Prinsip-prinsip Ergonomi
Penyakit-penyakit muskuloskeletal yang berkaitan dengan ergonomi

Faktor Resiko Penyakit Muskuloskeletal yang Berhubungan dengan Ergonomi


1. Penggunaan tenaga yang berlebihan
2. Aktivitas repetitif yang berlebihan
Dapat mengiritasi tendon dan meningkatkan tekanan terhadap saraf
3. Postur atau posisi tubuh yang buruk
Dapat mengkompresi saraf dan mengiritasi tendon
4. Postur atau posisi tubuh yang dipertahankan dalam waktu yang lama
Dapat menghalangi aliran darah dan merusak otot
5. Gerakan seperti peningkatan kecepatan saat membungkuk atau memutar tubuh
Dapat menambah beban ke tubuh
6. Kompresi seperti menggenggam permukaan pegangan alat yang tajam
Dapat memusatkan tenaga ke area tubuh yang kecil, menurunkan aliran darah,
transmisi saraf dan merusak tendon
7. Waktu pemulihan yang inadekuat karena bekerja dalam waktu yang berlebih,
kurang istirahat dan kegagalan memvariasi tugas dapat menyebabkan
kurangnya waktu pemulihan jaringan.
8. Getaran
Getaran yang berlebihan dapat menurunkan aliran darah, kerusakan saraf,
kelelahan otot, low back pain.

Manajemen Resiko Ergonomik


Langkah-langkah manajemen resiko adalah :
1. Identifikasi hazard
Identifikasi apakah hazard ini terdapat di seluruh tempat kerja, pekerjaan mana
yang timbul kesulitan, keluhan, cedera atau kecelakaan.
Identifikasi hazard dapat diperoleh dari :
Data statistik PAK, kecelakaan kerja
Konsultasi dengan pekerja
Observasi langsung terhadap pekerja, tugas dan tempat kerja
2. Penilaian resiko
Jika hazard sudah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai resiko
hazard, dengan cara :
Nilai frekuensi resiko
Nilai keparahan resiko
3. Kontrol resiko
Jika resiko sudah dinilai, langkah selanjutnya adalah mengontrol resiko,
dengan langkah-langkah berikut :
Eliminasi
Substitusi
Engineering kontrol
Administrative kontrol
Penggunaan alat pelindung diri

4. Monitoring dan evaluasi resiko


Jika kontrol resiko telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah monitoring dan
evaluasi resiko, yang perlu dievaluasi adalah :
Efek terhadap masalah
Ketersediaan untuk jangka panjang
Keuntungan dan/atau efektivitas biaya

II. KESEHATAN KERJA


Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan
perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan
perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi
upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.

Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi
kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan
pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang
gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak
diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :

Pekerja tidak bekerja dengan maksimal


Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang

Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit degenerative,
arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut seperti
gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan untuk
memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang
optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi tingginya.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai