Anda di halaman 1dari 20

BLOK ILMU KEDOKTERAN HERBAL

REFERAT

ANTI INFLAMASI

Kelompok 4
Andika Nurwijaya 1413010039

Pembimbing :
dr. Yenni Bahar, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

1
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang herbal sebagai anti inflamasi.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang herbal anti
inflamasi dapat memberikan ilmu dan manfaat terhadap pembaca

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan


kesehatan masyarakat di Indonesia, sehingga obat tradisional sangat berpotensi
untuk dikembangkan. Indonesia kaya akan tanaman obat-obatan, yang mana
masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Indonesia
diketahui memiliki keragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brasil
(Afriastini, J.J, 2002).

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus


dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan
sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Obat tradisional ini
tentunya sudah diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan
perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia (Afriastini, 2002).

Penelitian obat tradisional Indonesia mencakup penelitian obat herbal


tunggal maupun dalam bentuk ramuan. Jenis penelitian yang telah dilakukan
selama ini meliputi penelitian budidaya tanaman obat, analisis kandungan
kimia, toksisitas, farmakodinamika, formulasi dan uji klinik. Tanaman obat dan
obat tradisional yang akan digunakan dalam pelayanan kesehatan harus
memenuhi persyaratan mutu dan memiliki bukti ilmiah atas khasiat dan
keamananya, merupakan ketentuan universal yang dimiliki hampir di setiap
negara (Atjung. 1981).

3
Rimpang kencur (Kaempferia galanga) dimanfaatkan sebagai obat
tradisional berbagai macam penyakit seperti radang lambung, sakit kepala,
batuk, dan diare (Departemen Kesehatan, 1981). Kencur diketahui memiliki
kandungan kimia seperti saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak kencur
sebagai obat herbal, salah satunya adalah antifungal. Penelitian modern lainnya
juga membuktikan bahwa kandungan kimia di dalam rimpang kencur memiliki
banyak manfaat, seperti kemampuannya sebagai substansi antiinflamasi,
antialergi, dan analgesic

Bawang putih memiliki khasiat sebagai anti inflamasi antara lain,


penelitian Anis murniati dan Mifetika lukita dari Fakultas ilmu keperawatan
Universitas Brawijaya. Anis dan Mifetika membandingkan ekstrak kasar
bawang putih dengan povidone iodine untuk mempercepat penyembuhan luka
(Seputar Indonesia, 1- November 2007). N. Thillai Sivakumar dan R.
Venkaraman dari Universitas Sri Paramakalyani Tamil India, melakukan
penelitian menggunakan limbah sisa tanaman termaksud bawang putih yang
diekstrak dengan metanol, hasilnya bawang putih mengurangi 15,3% edema
pada telapak kaki tikus putih galur wistar

Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak


tumbuh di perkebunan, tepi jalan, di daerah persawahan, di sela-sela rumput, di
tanah yang agak lembab ataupun agak ternaungi, dan dapat ditemukan di
dataran rendah sampai dataran tinggi (2500 m dpl). Pegagan termasuk salah
satu tumbuhan yang paling banyak dipakai sebagai bahan ramuan obat
tradisional. Pegagan berasal dari daerah Asia tropik dan tumbuh besar di
berbagai negara seperti Filipina, Cina, India, Sri Langka, Madagaskar, Afrika,
dan Indonesia (Hasanah, 2011).

4
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman herbal yang
tersebar luas di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Tanaman tersebut
banyak dimanfaatkan terutama sebagai bahan baku obat dan daunnya dapat
dimakan (Orhan, 2012). Selain banyak manfaatnya pegagan juga mudah untuk
didapatkan. Tanaman tersebut mampu tumbuh di daerah yang lembab dan
teduh seperti di sawah, rawa dan sungai (Kanjanapothi, 2004).

Pegagan memiliki aktivitas biologis yang sangat banyak. Jahan et al.


(2012) mengungkapkan bahwa di beberapa negara seperti Cina, Afika, dan
India tanaman tersebut telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional
lebih dari 3,5 abad yang lalu. Misalnya untuk meningkatkan daya ingat,
mengobati luka, disentri, sakit kepala, konstipasi, demam, asma, tebese,
penyakit jantung, dan hati. Selain itu, pegagan juga dapat digunakan sebagai
antijamur, antibakteri, antivirus, antioksidan, insektisida, antiinflamasi, obat
pereda rasa nyeri, antidiabetes, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan pegagan
mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti metabolit sekunder.

B. Tujuan

1. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat pada tanaman herbal yang bisa
digunakan sebagai anti inflamasi.
2. Mengetahui taksonomi dari tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai
anti inflamasi.
3. Mengtahui dosis dan cara penyajian dari tanaman herbal anti inflamasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kencur (Kaempferia galangal L)
Kencur (Kaempferia galangal L) sudah sejak lama dikenal dan ditanam di
Indonesia. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah Asia
Tropika.Sebagian kalangan menduga bahwa asal usul kencur adalah kawasan
Indo-Malaysia. Tetapi sumber literatur lainnya memastikan bahwa asal
tanaman kencur adalah dari India (Muhlisah, Fauziah. 1999).
Daerah penyebaran kencur meluas ke kawasan Asia Tenggara dan
Cina.Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa
keluarga Zingiberaceae ini meliputi 47 genera dan 1.400 spesies yang tersebar
luas di daerah tropik dan subtropik. Diantara sejumlah genera dan spesies
tersebut, terdapat 13-17 jenis temu-temuan yang dipakai dalam obat
tradisional. Kencur termasuk salah satu tanaman temu-temuan yang banyak
digunakan sebagai bahan obat tradisional. Pusat pertanaman kencur masih
terkonsenterasi di pulau Jawa, terutaman Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah
satu daerah sentra kencur terbesar saat ini adalah Kabupaten Boyolali ( Jawa
Tengah), yang pada tahun 1992 terdapat areal pertanaman kencur seluas 703
hektar dengan produksi 1.301 ton gelondong basah (Muhlisah, 1999)
Makin meluasnya daya guna dan fungsi guna tanaman kencur, maka
menjadikan tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan dan dilestarikan
pembudidayaannya. Selama ini pembudidayaan kencur masih terbatas sebagai
usaha sampingan di lahan pekarangan dan kebun-kebun tanpa didukung oleh
teknik budidaya yang intensif Rostiana et al., 2003)

1. Taksonomi
Kingdom : Plantae( Tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta ( Tumbuhan berbiji)
Subdivisio : Angiospermae( Berbiji tertutup)
Class : Monocotyledonae( Biji berkeping satu)
Ordo : Zingiberales

6
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaemferia galanga L.

(Rostiana et al., 2003)


2. Deskripsi Tanaman
Kencur termasuk ke dalam terna kecil yang siklus hidupnya
semusim atau beberapa musim. Susunan tubuh tanaman kencur terdiri
atas:
1) Akar dan Rimpang
Merupakan akar tinggal yang bercabang halus dan menempel pada
umbi akar yang disebut rimpang. Rimpang kencur sebagian lagi
terletak di atas tanah. Bentuk rimpang umumnya bulat, bagian tengah
berwarna putih dan pinggirnya coklat kekuningan dan berbau harum.
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang
cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan
bagian dalam putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang
masih muda berwarna putih kekuningan dengan kandungan air yang
lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas
ruas rimpang berwarna putih kekuningan.
2) Batang dan Daun
Tanaman kencur memiliki batang semu yang sangat pendek,
terbentuk dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi. Daun-
daun kencur tumbuh tunggal, melebar dan mendatar hampir rata

7
dengan permukaan tanah. Jumlah daun bervariasi antara 8-10 helai
dan tumbuh secara berlawanan satu sama lain. Bentuk daun elip
melebar sampai bundar, ukuran panjang daun 7-12cm dan lebarnya 3-
6cm, serta berdaging agak lebar.
3) Bunga dan Buah
Bunga kencur keluar dalam bentuk buliran setengah duduk dari
ujung tanaman di sela-sela daun. Warna bunganya putih, ungu hingga
lembayung dan tiap tangkai bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga.
Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai
daun mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 3 cm, tidak
bercabang, dapat tumbuh lebih dari satiu tangkai, panjang tangkai 5
7 cm berbentuk bulat dan beruas ruas. Putik menonjol keatas
berukuran 1 1,5 cm, tangkai sari berbentuk corong pendek. Buah
kencur termasuk buah kotak beruang 3 dengan bakal buah yang
letaknya tenggelam, tetapi sulit sekali menghasilkan biji (Rukhmana,
1994).
3. Kandungan Kimia
Rimpang kencur diketahui mengandung minyak atsiri yang
tersusun dari pinene (1,28%), kampen (2,47%), benzene (1,33%),
borneol (2,87%), pentadecane (6,41%), eucaliptol (9,59%), karvon
(11,13%), metilsinamat (23,23%), dan etil p-metoksisinamat (31,77%)
(Tewtrakul & Fameera, 2011), dan juga polifenol, kuinon, triterpenoid,
saponin, tanin, dan flavonoid (Hasanah, 2011).
4. Mekanisme antiinflamasi rimpang kencur
Penelitian yang dilakukan oleh Sadono dan Hasmono (2000)
menyebutkan bahwa etil p-metoksisinamat merupakan kandungan utama
dari kencur yang mengalami hidrolisis di dalam tubuh menjadi senyawa
aktif biologis. Senyawa aktif biologis dari etil p-metoksisinamat adalah
asam p-metoksisinamat (APMS) bekerja dengan menghambat enzim
siklooksigenase dan hal ini menyebabkan konversi asam arakhidonat
menjadi prostaglandin akan terganggu. Hasil penelitian yang telah

8
dilakukan oleh Chotimah (2001), menyatakan bahwa sediaan etil p-
metoksisinamat dengan kadar 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB
memberikan efek antiinflamasi jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Nilai efek antiinflamasi dari etil p-metoksisinamat hasil isolasi
dari rimpang kencur ini, dibandingkan dengan Fenilbutazon dosis 80
mg/kgBB adalah sebesar 138,06% dan 121,92%. Etil sinamat juga
memiliki khasiat sebagai vasorelaksan pada otot polos aorta tikus dengan
mekanisme kerja menghambat kontraksi yang diinduksi K+ dan fenilefrin
yang memiliki nilai IC50 sebesar 0,300,05 Mm dan 0,380,04 Mm
(Srirastava, 1993).
5. Uji Preklinik
Rimpang kencur (Kaempferiae galanga L terbukti secara ilmiah
pada sediaan Etil metoksi sinamat dengan kadar 250 mg/KgBb dan 500
mg/KgBb memberikan efek antiinflamasi lebih besar efeknya
dibandingkan dengan Fenilbutazon dosis 60 mmg/KgBb. (Thomas,
1989).
6. Toksisitas
Kanjanapothi (2004) melakukan uji toksisitas akut dan subakut
ekstrak etanol K. galanga pada tikus. Untuk pengujian toksisitas akut
menggunakan dosis 5g/kgBB tikus. Hasil pengujian ini tidak
menimbulkan mortilitas/ tidak memberikan perbedaan yang signifikan
pada tubuh dan organ tikus uji. Sedangkan untuk pengujian toksisitas
subakut, tidak terdapat kematian yang diamati dengan variasi dosis yaitu
25, 50 dan 100 mg/kg ekstrak etanol K. galanga yang diberikan secara
peroral perharinya dalam jangka waktu 28 hari. Dalam analisis kimia
darah,tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada parameter kimia
darah, seperti: kadar trombosit, hematokrit dan hemoglobin, glukosa,
kreatinin, nitrogen urea darah (BUN), aspartat transaminase (AST),
alanine transaminase (ALT), alkaline phosphatase (Alk-P), total protein
dan albumin untuk kedua jenis kelamin tikus uji. Juga tidak ada tanda-

9
tanda iritasi yang diamati selama uji iritasi kulit dari fraksi heksan K.
galanga.
7. Dosis & Cara Penyajian
a. Khasiat Tanaman Kencur
Khasiat tanaman kencur yang bisa dijadikan sebagai obat
tradisional sebagai berikut:
1) Radang Lambung
Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari.
Cara membuat: kencur dikuliti sampai bersih dan dikunyah;
Cara menggunakan: ditelan airnya, ampasnya dibuang, kemudian
minum 1 gelas air putih, dan diulangi sampai sembuh.
2) Radang Anak Telinga
Bahan: 2 rimpang kencur sebesar ibu jari dan biji buah pala.
Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus dan diberi 2
sendok air hangat;
Cara menggunakan: dioleskan/dibobokkan di seputar telinga.
3) Keseleo
Bahan : 1 rimpang kencur dan beras yang sudah direndam air.
Cara membuat : kedua bahan tersebut dipipis dan air secukupnya.
Cara menggunakan : dioleskan/digosokan pada bagian yang
keseleo sebagai bedak (Cheng et al., 2004).

B. Pegagan
1. Taksonomi

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledonae
Ordo : Umbellales
Family : Umbelliferae

10
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica.

Daun pegagan (Centella asiatica)

2. Deskripsi Tanaman
Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak
tumbuh di perkebunan, tepi jalan, di daerah persawahan, di sela-sela
rumput, di tanah yang agak lembab ataupun agak ternaungi, dan dapat
ditemukan di dataran rendah sampai dataran tinggi (2500 m dpl). Pegagan

11
termasuk salah satu tumbuhan yang paling banyak dipakai sebagai bahan
ramuan obat tradisional (Muhlisah, 1999).
Pegagan berasal dari daerah Asia tropik dan tumbuh besar di
berbagai negara seperti Filipina, Cina, India, Sri Langka, Madagaskar,
Afrika, dan Indonesia. Pegagan adalah tanaman tidak berbatang, menahun,
mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-
80 cm, akar keluar dari setiap buku buku, banyak percabangan yang
membentuk tumbuhan baru, daun tunggal, bertangkai panjang, dan terdiri
dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau
beringgit dan agak berambut. Bunga tersusun dalam karangan berupa
payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, dan
berwarna merah muda atau putih. Buah kecil bergantung, berbentuk
lonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya pahit.
Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan
dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji (Muhhlisah, 1999).
3. Kandungan Kimia
Menurut Rostiana et al.,2003 kandungan bahan aktif yang
ditemukan dalam pegagan antara lain triterpenoid saponin, triterpenoid
genin, minyak esensial, flavonoid, fitosterol, dan bahan aktif lainnya.
Bahan bahan aktif tersebut secara umum terdapat pada organ daun
tepatnya pada jaringan palisade parenkim. Pegagan mengandung senyawa
triterpenoid. Triterpenoid merupakan senyawa aktif yang paling penting
dari tanaman pegagan. Kandungan triterpenoid pegagan dapat
merevitalisasi pembuluh darah sehingga peredaran darah ke otak menjadi
lancar, memberikan efek menenangkan dan meningkatkan fungsi mental
menjadi lebih baik. Kandungan triterpenoid saponin dalam pegagan
berkisar 1-8%. Unsur utama dalam triterpenoid saponin adalah
asiatikosida dan madekassosida (Atjung, 1981).
Asiatikosida mampu bekerja sebagai detoksifikasi pada hati dan
merupakan marker dalam penentuan standar bahan baku pada pegagan.
Madekassosida memiliki peran penting karena mampu memperbaiki

12
keruskan sel dengan merangsang sintesis kolagen. Kolagen sangat penting
sebagai bahan dasar pembentuk serat fibroblas, diketahui bahwa korteks
ovarium (tempat perkembangan folikel) tersusun atas serat-serat fibroblas
(Bonte et al.,1994). Triterpenoid saponin selain mengandung asiatikosida
dan madekassosida juga mengandung beberapa unsur lain, yaitu
centellosida, brahmosida, brahminosida serta B, C, dan D centellasaonin
yang saling bekerjasama dalam proses sintesa kolagen. Triterpenoid genin
terdiri atas beberapa unsur asam. Unsur yang paling dominan adalah asam
asiatik. Asam asiatik berperan penting dalam proses apoptosis sel kanker
(Afriastini, 2002).
Pegagan selain mengandung golongan senyawa triterpenoid juga
mengandung minyak esensial sebesar 0,1% dari seluruh kandungan bahan
aktif di dalamnya. Minyak esensial ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu
monoterpen dan sesquiterpen (Gupta and Kumar, 2006). Monoterpen dan
sesquiterpen banyak terdapat pada jaringan parenkim daun pegagan.
Minyak esensial memberikan wangi yang khas pada tumbuhan pegagan
(Dasuki, 1991).
Flavonoid merupakan salah satu kandungan gizi yang terdapat
dalam pegagan. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol
terbanyak terdapat di alam. Senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat
warna merah, ungu, biru, dan zat warna kuning dalam tumbuhan (Jayanti,
2007). Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan. Selain flavonoid, kandungan lain dalam pegagan adalah
fitosterol. Fitosterol merupakan turunan senyawa sterol, yang dahulu
hanya ditemukan pada hewan dalam bentuk kolesterol sebagai bahan baku
pembentuk hormon seks. Senyawa-senyawa fitosterol yang terdapat pada
tumbuhan antara lain sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol. Ketiga
senyawa fitosterol tersebut terbukti mampu bekerja baik untuk mengurangi
kolesterol total dan LDL kolesterol dalam darah (Kanjanapothi, 2004).
Pegagan memiliki rasa manis, bersifat mendinginkan, berfungsi
membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing,

13
penurun panas, menghentikan pendarahan, meningkatkan syaraf memori,
antibakteri, tonik, antiplasma, antiinflamasi, hipotensif, insektisida,
antialergi, dan simultan (Lasmadiwati, 2004). Rao et al. (2007)
menyatakan bahwa penggunaan pegagan dapat meningkatkan fungsi
kognitif. Penelitian ilmiah menunjukkan tentang khasiat pegagan
diantaranya efek antineoplastik, efek pelindung tukak lambung,
menurunkan tekanan dinding pembuluh, mempercepat penyembuhan luka,
penambah nafsu makan, demam, gigitan ular, menyegarkan badan,
menurunkan panas, batuk kering, mimisan, peningkatan kecerdasan, dan
anti trombosis serta mengobati lepra, gangguan perut dan rematik
(Thomas, 1989).
4. Mekanisme Kerja
Sebagai anti-inflamasi, pegagan mampu menghambat ekspresi
sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrotic factor- (TNF-), IL-
6, prostaglandine E2 (PGE2), cyclooxygenase-2 (COX-2) dan
meningkatkan ekpresi sitokin anti-inflamasi seperti IL-10 (Li et al.,
2009). Pegagan juga berperan sebagai anti-trombotik dengan
menghambat reaksi trombosit (Satake et al., 2007) dan anti-ulser lambung
dengan cara meningkatkan angiogenesis dan proliferasi sel-sel epithelial
melalui peningkatan ekspresi basic fibroblast growth factor (bFGF)
(Cheng et al., 2004).
5. Uji Klinis/preklinis
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pegagan dosis 408,24; 816,48;
1632,96 mg/ kg bb, telah memperlihatkan efek penghambatan udem yang
ditimbulkan oleh karagenin, namun tidak memberikan efek antiinflamasi
yang bermakna secara statistik pada p>0,05 berturut-turut dari jam
pertama sampai jam keempat (Cheng et al.,2004).
6. Toksisitas
Pada penelitian Nurul Huda (2011) mengatkan bahwa pemberian
infusa pegagan per oral selama 14 hari pada tikus jantan galur Sprague-
Dawley menyebabkan: asupan minuman pada hewan uji kelompok dosis

14
1800 mg/kgBB lebih rendah dari kelompok kontrol, penurunan kadar
HGB, HCT, dan MCV yang signifikan secara statistik, dan kenaikan
kadar MCH, MCHC, dan PLT yang signifikan secara statistik.
7. Dosis dan Cara Penyajian
Demam dan menambah nafsu makan : 5 gram pegagan diseduh
dengan air secukupnya, ditumbuk dan diperas sebagai pengganti air the.
(Rukhmana, 1994).

C. Bawang Putih (Allium Sativum L)


1. Taksonomi
Klasifikasi bawang putih, yaitu :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativu

2. Deskripsi Tanaman

15
Bawang putih (Allium sativum L.) adalah herba semusim berumpun
yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam
di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar
matahari (Afriastini, 2002). Adapun morfologi dari tanaman bawang putih
(Allium sativum L.) ialah sebagai berikut :
a. Daun
Berupa helai-helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah
daun yang dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah.
Bentuk daun pipih rata, tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan
agak melipat ke dalam (arah panjang/membulur).
b. Batang
Batangnya merupakan batang semu, panjang (bisa 30 cm) tersusun
pelepah daun yang tipis, namun kuat.
c. Akar
Terletak di batang pokok atau di bagian dasar umbi ataupun
pangkal umbi yang berbentuk cakram. Sistem perakarannya akar
serabut, pendek, menghujam ke tanah, mudah goyang dengan air dan
angin berlebihan.
d. Siung dan Umbi
Di dekat pusat pokok bagian bawah, tepatnya diantara daun muda
dekat pusat batang pokok, terdapat tunas, dan dari tunas inilah umbi-
umbi kecil yang disebut siung muncul. Hampir semua daun muda yang
berada di dekat pusat batang pokok memiliki umbi. Hanya sebagian
yang tidak memiliki umbi (Afriastini, 2002).
3. Kandungan Kimia
Berbagai zat kimia yang terkandung dalam umbi bawang putih
adalah flavonoid, saponin dan minyak atsiri. Flavonoid dapat
mengakibatkan kematian sel bakteri yang berefek anti inflamasi,
mempengaruhi reepitelisasi sehingga luka menjadi lebih cepat sembuh.
Saponin sebagai antibakterial. Minyak atsiri dari umbi bawang putih

16
mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptik (Hasanah,
2011)
4. Toksisitas
Air perasan umbi bawang putih (Allium sativum L.)
mempersingkat durasi penyembuhan luka mencit Swiss Webster
(konsentrasi 2,5 % , 5% dan 10%) (Afriastini, 2002).

5. Kontraindikasi
Bawang putting tidak disarankan bagi pengguna yang telah
melakukan operasi karena dapat menyebabkan perdarahan berttambah
hebat (Kanjanapothi, 2004).
6. Mekanisme Kerja
Terjadinya kerusakan pembuluh darah kapiler akibat radang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga darah
(terutama plasma darah) akan keluar dari kapiler jaringan, diikuti
tetjadinya respon inflamasi. Flavanoid terutama bekerja pada endhotelium
mikrovakuler untuk mengurangi terjadinya hipermeabilitas dan radang
dengan menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi enzim
lisosom dari membrane dengan jalan memblok jalur siklooksigenase.
Platelet (trombosit) berperan penting dalam hemostasis (penghentian
perdarahan). Agregasi ini terjadi apabila sel platelet diaktivasi oleh
adanya luka dan diinduksi oleh ADP (adenosin difosfat), epinefrin,
kolagen, thrombin, arachidonat, PAF (platelet agregation factor) dan
ionofor A-23187. Agregasi platelet terjadi apabila reseptor fibrinogen
pada permukaan sel terbuka. Dengan bantan ion Ca2+ ekstraseluler,
reseptor tersebut berikatan dengan fibrinogen dan sel platelet yang telah
teraktivasi untuk membentuk agregat (Afriastini, 2002).
Ekstrak metanol umbi bawang putih mampu menghambat agregasi
platelet yang dinduksi oleh kolagen, trombin, dan arakhidonat.

17
Penghambatan agregasi platelet oleh umbi bawang putih terjadi melalui
ion Ca2+. Proses transport Ca2+ ke dalam sitoplasma sel platelet
dihambat oleh ajoene dan senyawa organosulfur lain, sehingga tidak
terjadi agregasi platelet (Afriastini, 2002).
7. Dosis dan Cara Penyajian
Menghilangkan bekas luka : Buka bawang putih dari kulitnya, sayat
bawang putih secukupnya, gosok-gosokan secara rutin pada pagi dan sore
hari (Kanjanapothi, 2004).

8. Efek Samping
a. Menyebabkan bau mulut yang tidak sedap jika di konsumsi secara
oral.
b. Alergi, tetapi tidak semua orang tergangtung dari sistem imun
pemakai (gatal,ruam,sesak napas)
c. Bau badan merupakan efek samping utama ketika mengkonsumsi
terlalu banyak karena bwang putih ini benar benar meresap pada
metabolism tubuh
d. Masalah pencernaan, mungkin beberapa orang mengalami hal ini
setelah mengkonsumsi bawang putih mentah (diare, muntah, perut
kembung dan gangguan asam lambung) (Muhlisah, 1999).

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Herbal merupakan salah satu obat yang sampai saat ini masih aman
digunakan untuk pengobatan dengan cara penyajian yang baik dan benar.
Kemajuan teknologi mampu memberikan dampak positif bagi
perkembangan ilmu herbal saat ini. Dalam refrat ini membahas beberapa
tanaman herbal yang digunakan sebagai anti inflamasi yaitu rimpang
kencur, pegagan, dan bawang putih. Tanaman yang bisa digunakan
sebagai anti inflamasi tersebut semua nya mengandung flavonoid yang
salah satu perannya untuk sebagai anti radang atau anti inflamasi.
Tanaman herbal ini jelas lebih aman, murah, mudah bagi semua kalangan
karena tanaman tersebut masih sangat banyak di alam sekitar kita.

B. Saran

Sebaiknya makalah ini disusun secara sistematis dan menyeluruh


mengenai herbal untuk anti inflamasi.

19
DAFTAR PUSTAKA
Afriastini, J.J., 2002. Bertanam Kencur. Edisi Revisi. Penerbit Penebar Swadaya.
hal. 1-33.

Atjung. 1981. Tanaman Obat dan Minuman Segar.CV.Yasaguna : Jakarta.

Cheng, C.L., Guo, J.S., Luk, J., Koo, M.W.L., 2004. The healing effect of
Centella extract and asiaticoside on acetic acid induced gastric ulcers in
rats. Life Sciences, 74:2237-2249.

Hasanah, A. N., Fikri, N., Ellin, F., & Ade, Z. (2011). Analisis kandungan minyak
atsiri dan uji aktivitas antiinflamasi ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.).Jurnal Matematika & Sains, 3, 16, 147-152

Kanjanapothi, D., A. Panthong, N. Lertprasertsuke, T. Taesotikul, C Rujjanawate,


D. Kaewpinit, R. Sudhayakom, W. Choochote, U. Chaithong, A.
Jitpakdi, B. Pitasawat. (2004). Toxicity of crude rhizome extract of
Kaempferia galanga L. Journal of Ethnopharmacology 90(2-3): 359-
365.

Muhlisah, Fauziah. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya, 1999.

Rostiana, O., Rosita SMD, W. Haryudin, Supriadi dan S. Aisyah, 2003. Status
pemuliaan tanaman kencur. Status Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. Vol XV.
No 2. hal. 25-37

Rukmana, Rahmat. 1994. Kencur. Kanisius : Yogyakarta.

Thomas,A.N.S, 1989, Tanaman Obat Tradisional, Jilid I, 82, Kanisius,Yogyakart

Tim Penulis Martha Timur Indonesia Center (MTC). 2002. Budidaya Secara

Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai